Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ENGINEERING DEVELOPMENT

Vol. 1, No. 2, Oktober 2021, hal.64 -71


https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/edev

UJI ORGANOLEPTIK DAN ANALISIS KANDUNGAN GIZI COOKIES


SUBTITUSI TEPUNG BIJI ALPUKAT

Lady Violita
Gizi, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
Surel: ladyviolitaa@gmail.com

ASBTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : 1). Menganalisis tingkat kesukaan cookies dengan penambahan tepung
biji alpukat sebanyak 30%, 50%, dan 70%; 2). Menganalisis formula terbaik pada cookies tepung biji
alpukat; 3). Menganalisis kadar protein, lemak, dan karbohidrat pada produk terbaik cookies tepung
biji alpukat berdasarkan SNI No. 2973-2011. Desain penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen.
Formulasi substitusi tepung biji alpukat pada 4 perlakuan yaitu kontrol (P1), 30% (P2), 50% (P3) dan
70% (P4). Lokasi penelitian di Laboratorium Baristand Medan. Subjek penelitian berjumlah 25 orang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa formula terbaik pada cookies dengan substitusi tepung biji
alpukat sebesar 50% diperoleh rerata nilai rasa (1.2), warna (0.3), tekstur (0.6), dan aroma (0.3) dengan
total nilai keseluruhan 2,4. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diketahui bahwa terdapat perbedaan
persepsi secara nyata dilihat dari tingkat kesukaan warna, aroma, rasa, dan tekstur cookies tepung biji
alpukat (p=0,000). Kandungan gizi cookies terbaik diperoleh karbohidrat (53,9%), protein (7,25%),
karbohidrat (29,473%). Kandungan karbohidrat, lemak dan protein cookies memenuhi SNI No. 2793-
2011..
Kata kunci : Cookies, Tepung biji alpukat, Uji Organoleptik

ASBTRACT
This study aims to: 1). Analyzing the level of preference of cookies with the addition of avocado seed flour as much
as 30%, 50%, and 70%; 2). Analyzing the best formula for avocado seed flour cookies; 3). Analyzing the levels of
protein, fat, and carbohydrates in the best product of avocado seed flour cookies based on SNI No. 2973-2011. The
design of this study used experimental. Avocado seed flour substitution formulation in 4 treatments, control (P1),
30% (P2), 50% (P3) and 70% (P4). The research location in the Laboratory of baristand of Medan. The research
subjects were 25 people. The results of this study indicate that the best formula for cookies with 50 percent
substitution of avocado seed flour obtained an average value of taste (1.2), color (0.3), texture (0.6), and aroma
(0.3) with a total value of 2,4. Based on the results of the Kruskal Wallis test, it is known that there is a significant
difference in perception seen from the level of preference for color, aroma, taste, and texture of avocado seed flour
cookies (p= 0.000). The best nutritional content of cookies was obtained from carbohydrates (53.9%), protein
(7.25%), carbohydrates (29.473%). The content of carbohydrates, fat and protein in cookies meets the
requirements of SNI No.2793-2011.
Keywords: Avocado seed flour, Cookies, Organoleptic Test

1. PENDAHULUAN sekitar 7 juta ton atau senilai 30 Triliun


Tepung gandum (terigu) merupakan bahan Rupiah, bahkan di tahun 2018 mencapai 9.2
baku utama dalam pembuatan cookies. Gandum juta ton (Badan Pusat Statistik, 2019). Tepung
ialah tanaman yang hanya bisa tumbuh di terigu juga mengandung protein yang disebut
daerah subtropis, sehingga tidak ditanam atau gluten yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang
dibudidayakan di Indonesia. Hal ini berlebihan akan berdampak negatif bagi tubuh.
menyebabkan pemerintah, harus mengimpor Hal ini dapat membuat tubuh tidak dapat
tepung tersebut dari luar negeri. Setiap menyerap nutrisi dengan maksimal (Massytah
tahunnya volume impor gandum di Indonesia dkk, 2019).

64
Lady Violita

Ketergantungan terhadap tepung terigu pencernaan, obesitas dan juga penuaan


dalam pengolahan pangan termasuk cookies (Wijayanti dan Mahfud, 2015). Tidak hanya
akan menjadi beban bagi Negara dikarenakan bebas gluten, biji alpukat juga memiliki
harus mengimpor gandum dari Negara lain. aktivitas antioksidan in vitro yang sangat kuat
Jumlah penduduk yang semakin meningkat yaitu 31,50 ppm sehingga dapat dijadikan
menyebabkan peningkatan terhadap salah satu sumber antioksidan alami (Sutrisna
penyediaan gandum/terigu, sehingga perlu dkk, 2015). Berdasarkan penelitian dari Rivai,
dicari pangan alternatif yang dapat tumbuh dkk (2019) biji alpukat memiliki kandungan
dengan baik di Indonesia dan juga dapat fitokimia seperti senyawa fenolik, tanin dan
disubtitusikan dengan gandum/tepung flavonoid yang memiliki aktivitas
terigu. antioksidan. Sejalan dengan penelitian Rivai
Alpukat merupakan salah satu dkk, penelitian terbaru Parinding dkk (2021),
komoditas tanaman yang bisa tumbuh tepung yang berbahan dasar biji alpukat juga
dengan baik di Indonesia dan menghasilkan memiliki senyawa fenolik yang tinggi sebesar
tepung. Buah alpukat (Persea americana mill) 95,93%. Kandungan karbohidrat pada tepung
merupakan buah yang berasal dari Amerika biji alpukat hampir sama dengan tepung
dan sudah menyebar diseluruh dunia terigu yaitu 73,92%, sehingga tepung biji
termasuk Indonesia. Buah alpukat adalah alpukat memiliki probabilitas yang cukup
buah yang disukai semua kalangan besar dalam menggantikan tepung terigu
masyarakat karena selain memiliki rasa lezat, pada pengolahan bahan pangan (Rastini dkk,
juga mempunyai kandungan gizi yang tinggi 2017).
salah satunya pada kandungan antioksidan Berlandaskan kandungan gizi yang dimiliki
buah tersebut. Berdasarkan data BPS (Badan tepung biji alpukat, peneliti akan mengolah
Pusat Statistik) 2019, buah alpukat yang tepung biji alpukat menjadi cookies. Cookies
diproduksi di Indonesia mencapai 461.613 ton subtitusi tepung biji alpukat tersebut akan
khususnya Sumatera Utara sebesar 18.525 dilakukan uji organoleptik untuk melihat
ton. Bagian yang dikonsumsi dari buah penerimaan konsumen, selanjutnya akan
alpukat hanya daging buahnya saja, dilihat perlakuan mana yang paling diminati
sedangkan bagian kulit dan biji dijadikan panelis dengan pembobotan, dan perlakuan
limbah. Persentasi berat buah biji alpukat terbaik akan dianalisis kandungan gizi
sekitar 13% dari total berat segar buah. Maka (karbohidrat, protein, serta lemak) yang akan
jika diasumsikan berdasarkan total produksi dibandingkan dengan Standar Nasional
buah alpukat di Indonesia, jumlah biji alpukat Indonesia (SNI) No. 2973-2011.
yang dibuang pada tahun 2019 adalah 60.009
ton dan khususnya di Sumatera Utara sebesar 2. METODE PENELITIAN
2.408 ton. Padahal tanpa disadari biji tersebut 2.1 Lokasi dan Tempat
masih bisa diolah menjadi produk pangan. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Teknik
Kadar pati dari biji alpukat yang tinggi yaitu Universitas Negeri Medan dan Laboratorium
80,10% memungkinkan biji alpukat untuk Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.
diolah menjadi sebuah produk (Winarti dan Waktu penelitian pada bulan April 2020 – Juni
Purnomo, 2006). Biji alpukat dapat diolah 2021. Subjek penelitian (panelis uji
menjadi Tepung Biji Alpukat (TBA). organoleptik) berjumlah 25 orang mahasiswa
Tepung biji alpukat merupakan tepung Gizi tahun 2017 Universitas Negeri Medan.
yang terbuat dari biji alpukat murni. Tepung Mahasiswa gizi termasuk dalam katagori
tersebut dibuat melalui tahap penepungan panelis tidak terlatih
menggunakan proses pengeringan. Tepung 2.2 Bahan dan Alat
biji alpukat dikenal memiliki manfaat yang Bahan yang digunakan dalam penelitian
lebih baik daripada tepung terigu karena ini adalah bahan untuk pembuatan tepung
bebas gluten. Kandungan gluten yang ada biji alpukat, pembuatan formula cookies dan
pada tepung terigu dapat menyebabkan analisis zat gizi. Biji alpukat diperoleh dari
berbagai penyakit seperti gangguan pengusaha jus di jalan Kapten Muslim

Jurnal Engineering Development - 65


Uji Organoleptik Dan Analisis Kandungan Gizi Cookies Subtitusi Tepung Biji Alpukat

Medan. Bahan yang digunakan untuk alpukat, selanjutnya pengeringan biji alpukat
pembuatan cookies adalah tepung biji alpukat, di oven dengan suhu 60oC selama 6 jam.
tepung terigu rendah protein (kunci biru), Kemudian dilakukan penggilingan dengan
tepung susu, kuning telur, mentega, butter, blender sampai tekstur menjadi halus. Lalu
maizena dan baking powder. diayak menggunakan ayakan tepung 70 mesh
Alat yang digunakan dalam pembuatan hingga menghasilkan tepung biji alpukat
tepung biji alpukat adalah pisau, baskom, yang siap diolah menjadi cookies tepung biji
ayakan tepung, blender dan oven. Peralatan alpukat. Tahap pembuatan tepung biji
yang digunakan dalam pembuatan cookies alpukat dapat dilihat pada Gambar 2.
subtitusi tepung biji alpukat yaitu whisk,
kompor, oven, loyang, cetakan kue jika
diperlukan, sendok, talenan, penggiling kue,
sarung tangan plastik, celemek, masker,
blender, ayakan/saringan, dan tutup kepala.
Peralatan untuk uji organoleptik yaitu piring
plastik, sendok, stiker kertas, dan pulpen.
Desain penelitian ini menggunakan penelitian
eksperimen. Penelitian ini akan dilakukan ke
dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan
dan penelitian lanjutan. Adapun tahap dari
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tepung Biji


Alpukat

2.4 Penelitian Lanjutan


Pada penelitian ini dilakukan pembuatan
cookies dengan menambahkan tepung biji
alpukat. Selanjutnya dilakukan proses
pembuatan cookies yang meliputi persiapan
bahan, pencampuran adonan, pembentukan
adonan, dan pemanggangan. Proses
pembuatan cookies tepung biji alpukat yaitu
Gambar 1. Diagram Alir Tahapan Penelitian
dengan cara mencampurkan bahan dengan
formulasi seperti pada Tabel 1, lalu dibentuk,
dipanggang di dalam oven selama 20 menit di
2.3 Penelitian Pendahuluan suhu + 150oC. Lalu setelah cookies siap,
Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan uji organoleptik.
dilakukan adalah pembuatan tepung biji
alpukat. Proses persiapan pengolahan biji 2.5 Teknik Pengumpulan Data
alpukat menjadi tepung yaitu kulit biji Rancangan percobaan cookies subtitusi tepung
alpukat dikupas dan dibuang, setelah itu biji alpukat dengan 4 perlakuan, yaitu 0
direndam selama 24 jam menggunakan 1 gr persen (kontrol), 30%, 50%, dan 70%
Natrium Bikarbonat (NaHCO3). Setelah kemudian setiap perlakuan menggunakan 2
perendaman dalam Natrium Bikarbonat kali ulangan sehingga diperlukan 8 unit
selama 24 jam dilanjutkan dengan perebusan percobaan. Penempatan perlakuan secara
acak. Rancangan percobaan yang dipakai
selama 35 menit di air mendidih. Lalu iris biji

Jurnal Engineering Development - 66


Lady Violita

pada penelitian ini untuk memperoleh hasil memiliki tekstur yang cukup halus setelah
organoleptik ialah rancangan sub sampling melewati saringan mesh no. 70. Saringan No. 70
acak lengkap dengan dua kali pengulangan. biasa digunakan untuk menghasilkan
Untuk mengetahui tingkat kesukaan kehalusan tepung seperti tepung terigu.
responden, data dikumpulkan dengan cara Uji organoleptik daya terima panelis
uji organoleptik. Sampel yang paling diminati menghasilkan rerata kesukaan terhadap warna
panelis (perlakuan terbaik) kemudian cookies subtitusi tepung biji alpukat pada
dianalisis kandungan zat gizi (protein, perlakuan P1 kontrol adalah 4,71, P2 dengan
karbohidrat, lemak). Data di analisis secara rerata 4,08, diurutan ketiga yaitu P4 dengan
deskriptif. rerata 3,84 dan diurutan terakhir subtitusi
tepung biji alpukat P4 dengan rerata 3,5. Cookies
Tabel 1. Formula Bahan Baku Cookies subtitusi tepung biji alpukat pada perlakuan P1
(kontrol) lebih diminati dibandingkan dengan
cookies yang disubtitusi tepung biji alpukat.
Untuk cookies subtitusi tepung biji alpukat yang
paling diminati panelis dari segi warna adalah
perlakuan P2 dengan jumlah subtitusi 30%
tepung biji alpukat. Berdasarkan analisis
kruskal wallis, terdapat perbedaan nyata pada
persepsi penerimaan panelis dilihat dari
tingkat kesukaan warna cookies tepung biji
alpukat dari setiap perlakuan (p=0,000).
Uji organoleptik terhadap daya terima
panelis menghasilkan rerata kesukaan panelis
2.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
terhadap aroma cookies subtitusi tepung biji
Data hasil uji organoleptik responden di
alpukat pada perlakuan P1 adalah 4,44.
analisis secara deskriptif. Kemudian di
Aroma cookies tanpa subtitusi tepung biji
analisis secara analisis statistik Kruskal Wallis.
alpukat lebih disukai oleh panelis. Cookies
Tujuannya adalah untuk menganalisis
subtitusi tepung biji alpukat yang paling
pengaruh subtitusi tepung biji alpukat
disukai panelis dari segi aroma adalah
terhadap perbedaan presepsi panelis secara
perlakuan P3, dimana nilai rerata kesukaan
nyata dilihat dari tingkat kesukaan cookies
aroma P3 dengan 50% subtitusi tepung biji
(warna, aroma, rasa, dan tekstur). Konsentrasi
alpukat sebesar 3,94. Berdasarkan analisis
subtitusi tepung biji alpukat terbaik,
kruskal wallis, terdapat perbedaan nyata pada
didasarkan pada hasil organoleptik dengan
persepsi penerimaan panelis dilihat dari
menggunakan pembobotan. Pembobotan
tingkat kesukaan aroma cookies tepung biji
organoleptik meliputi rasa (40%), warna
alpukat dari setiap perlakuan (p=0,000).
(30%), tekstur (20%), dan aroma (10%)
Uji organoleptik menghasilkan data
(Johantika, 2002). Kandungan zat gizi pada
rerata kesukaan panelis terhadap rasa cookies
cookies dengan subtitusi tepung biji alpukat
subtitusi tepung biji alpukat pada perlakuan
terbaik dilakukan analisis proksimat meliputi
P1 4,6. Cookies subitusi tepung biji alpukat
kadar protein (metode Kjedahl), kadar
yang memiliki rerata paling tinggi terdapat
karbohidrat (metode luff-Schoorl), dan kadar
pada perlakuan P3 dengan 50% tepung biji
lemak (metode ekstraksi sokhlet). Hasil dari
alpukatdengan rerata 3,76. Berdasarkan
kandungan gizi tersebut dibandingkan
analisis kruskal wallis, terdapat perbedaan
dengan syarat mutu cookies berdasarkan
nyata pada persepsi penerimaan panelis
Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 2793-
dilihat dari tingkat kesukaan rasa cookies
2011 (BSN, 2011).
tepung biji alpukat dari setiap perlakuan
(p=0,000).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji organoleptik terhadap daya terima
3.1 Hasil Pengujian
panelis menghasilkan rerata kesukaan panelis
Tepung biji alpukat yang dihasilkan

Jurnal Engineering Development - 67


Uji Organoleptik Dan Analisis Kandungan Gizi Cookies Subtitusi Tepung Biji Alpukat

terhadap tekstur cookies subtitusi tepung biji metode pengeringan dibawah sinar matahari
alpukat pada perlakuan P1 adalah 4,46. dan di dalam ruangan (Widarta dan Agung,
Tekstur cookies tanpa subtitusi tepung biji 2019). Penggilingan biji alpukat kering
alpukat lebih disukai oleh panelis. Cookies menjadi tepung memiliki kehalusan yang
subtitusi tepung biji alpukat yang paling melewati saringan/ayakan mesh 70.
disukai panelis dari segi tekstur adalah Kehalusan tepung biji alpukat ini serupa
perlakuan P3, dimana nilai rerata kesukaan dengan standar mutu kehalusan tepung
aroma P3 dengan 50% subtitusi tepung biji terigu yaitu lolos ayakan 70 mesh (SNI, 2009).
alpukat sebesar 4,28. Berdasarkan analisis Warna cookies subtitusi tepung biji
kruskal wallis, terdapat perbedaan nyata alpukat dipengaruhi oleh kandungan
pada persepsi penerimaan panelis dilihat dari senyawa yang terdapat di dalam tepung biji
tingkat kesukaan tekstur cookies tepung biji alpukat. Penambahan TBA akan membuat
alpukat dari setiap perlakuan (p=0,000). cookies menjadi lebih gelap. Perubahan warna
Penentuan cookies formula terbaik pada cookies yang diganti dengan tepung biji
didasarkan pada pembobotan terhadap uji alpukat disebabkan karena biji alpukat
organoleptik. Perlakuan P3 cookies dengan mengandung senyawa fenolik yang
substitusi 50 persen tepung biji alpukat menyebabkan reaksi pencoklatan enzimatis.
merupakan formula terbaik. Menurut Zuhrotun (2007), senyawa yang
terkandung dalam biji alpukat antara lain
3.2 Pembahasan Pengujian polifenol, flavonoid, triterpen, kuinon,
Bahan dasar yang digunakan dalam saponin, tanin dan monoterpen serta
pembuatan tepung biji alpukat adalah biji seskuiterpen. Menurut Ramadhan, dkk (2021)
alpukat segar yang diambil langsung dari pencoklatan pada makanan terjadi karena
warung jus ketika warung jus telah tutup. reaksi enzimatis makanan yang mengandung
Pemilihan biji alpukat segar ini dikarenakan senyawa fenolik.
biji alpukat segar memiliki kandungan Aroma merupakan faktor penting yang
antioksidan lebih tinggi dibandingkan menentukan penerimaan konsumen terhadap
dengan alpukat kering (Halimah dan suatu bahan makanan. Biasanya orang dapat
Rohmah, 2014). Tahap awal dalam menilai kelezatan suatu makanan dari
pembuatan tepung biji alpukat adalah aromanya. Anggota kelompok ahli atau
pemisahan bagian yang tidak dapat dimakan masyarakat dapat mengetahui apakah suatu
(sortasi), yang dilanjutkan dengan pencucian makanan enak dari bahan-bahan yang
sampai bersih sehingga tidak ada lagi kotoran terkandung di dalamnya (Sulaiman, 2013).
yang melekat pada biji alpukat. Kemudian Menurut penelitan yang telah dilakukan,
dilakukan perendaman biji alpukat dengan 1 aroma yang dihasilkan dari penambahan
gr Natrium Bikarbonat selama 24 jam. Setelah bahan lain dalam proses pembuatan cookies
perendaman biji alpukat dilakukan, biji tepung biji alpukat adalah aroma unik dari
alpukat direbus dengan air mendidih selama biji alpukat. Alasan ketidaksukaan terhadap
35 menit. Hal tersebut mampu menurunkan aroma, bahwa setiap orang memiliki
rasa pahit dari biji alpukat dan juga masih penerimaan bau yang berbeda, meskipun
mempertahankan kandungan gizi serta mereka dapat membedakan bau, setiap orang
aktivitas antioksidan yang cukup tinggi memiliki preferensi yang berbeda. Aroma
(Gunawan dkk, 2020). cookies subtitusi tepung biji alpukat
Tahap selanjutnya yaitu pengirisan tipis dipengaruhi oleh kombinasi tepung biji
biji alpukat dengan tujuan mempercepat alpukat yang dipadukan dengan bahan
proses pengeringan biji alpukat di oven yang pembuat cookies yang lain seperti mentega,
dilakukan selama 6 jam pada suhu 600 C. tepung terigu, butter, telur, garam dan
Pengeringan menggunakan oven dipilih beberapa bahan yang lain. Sejalan dengan
dikarenakan, ketika biji alpukat dikeringkan penelitian Ilma (2017), semakin banyak
di oven, aktivitas antioksidan biji alpukat penambahan tepung biji alpukat maka aroma
terjaga dengan baik dibandingkan dengan pada cookies yang dihasilkan semakin khas biji

Jurnal Engineering Development - 68


Lady Violita

alpukat, sehingga cookies yang dihasilkan pada cookies/biskuit minimal sebesar 7%.
memiliki aroma khas dari biji alpukat. Berdasarkan hal tersebut, cookies yang
Tepung biji alpukat mempunyai disubtitusi dengan tepung biji alpukat sudah
karakteristik rasa yang khas yaitu rasa biji memenuhi standar mutu yang ditetapkan
alpukat. Pada penelitian ini, cookies yang (BSN, 2011). Sejalan dengan penelitian Zai
memiliki rasa sedikit pahit adalah cookies P4 dan Asnurita (2021), flakes cookies subtitusi
dengan subtitusi 70% biji alpukat dan tepung biji alpukat memiliki kadar protein
memiliki rerata terendah dalam tingkat yang juga sesuai dengan SNI yaitu 10,64%.
kesukaan rasa cookies. Rasa cookies tepung biji Dari hasil analisis kandungan gizi protein
alpukat di pengaruhi oleh kombinasi tepung cookies tersebut, terlihat penurunan nilai
biji alpukat dan dipadukan dengan lain protein. Nilai protein tepung biji alpukat
seperti mentega, tepung terigu, butter, telur, yang digunakan dalam pembuatan cookies
garam dan beberapa bahan yang lain. sebesar 5,48 % dan tepung terigu yang
Menurut Septiaji (2017), penambahan tepung digunakan dalam penelitian adalah tepung
biji alpukat juga mempengaruhi panelis rendah protein (kunci biru) sebesar 11,08%.
karena adanya rasa pahit terasa pada tepung Meskipun kandungan protein tepung terigu
biji alpukat. Rasa dipengaruhi oleh beberapa lebih tinggi tetapi jenis proteinnya gluten
faktor yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi yang sulit terurai daripada tepung biji
dan interaksi dengan komponen rasa yang alpukat sehingga hal tersebut menyebabkan
lain. penurunan kadar protein (Zai dan Asnurita,
Tekstur ialah tolak ukur evaluasi mutu 2021). Pengaruh lain dari penurunan nilai
suatu bahan pangan yang menggunakan protein pada cookies adalah proses
perabaan dan sentuhan. Tekstur pada cookies pemanggangan. Proses pemanggangan yang
dipengaruhi oleh kadar air, jumlah dan terjadi pada saat pembuatan tepung biji
kandungan lemak, karbohidrat dan protein alpukat dan pembuatan cookies
yang menyusun dan dipengaruhi oleh menyebabkan penurunan kadar protein
seluruh bahan standar yang digunakan pada cookies. Sejalan dengan penelitian
(Wulandari, 2016). Tekstur dari tepung biji Dewandari, dkk (2021) suhu tinggi dapat
alpukat halus. Penambahan tepung biji meningkatkan energi kinetik dan
alpukat pada cookies akan menghasilkan menyebabkan molekul dari penyusun
tekstur yang lembut dan renyah. Sehingga protein bergerak secara cepat sehingga
panelis menyukai cookies P3 dengan subtitusi merusak ikatan molekul dan membuat
50% tepung biji alpukat. Tekstur pada cookies protein menjadi rusak sehingga terjadinya
ditentukan oleh kadar air, hal ini dapat penurunan kadar protein.
dikaitkan karena kandungan kadar air pada Kandungan lemak cookies terbaik dengan
tepung terigu 14% lebih tinggi dibanding subtitusi 50% tepung alpukat pada
tepung biji alpukat yaitu 9,2% . Kemudahan penelitian ini lebih tinggi dari standar
patah sangat dipengaruhi oleh kadar air. minimal syarat mutu cookies (9.5%) menurut
Kandungan air dalam suatu bahan yang SNI No. 2973-2011. Kandungan lemak
semakin sedikit menjadikan tekstur menjadi tersebut bersumber dari bahan baku
semakin kering sehingga akan pembuatan cookies yaitu penggunaan
mengakibatkan cookies yang lebih mudah margarin, butter, telur, susu, dan choco chips.
patah (Piga dkk, 2015). Campuran bahan tersebut menyumbang
Kandungan protein cookies terbaik yaitu kandungan lemak pada cookies. Sejalan
cookies P3 dengan subtitusi 50% tepung biji dengan penelitian Cicilia, dkk (2021)
alpukat. Hasil uji kandungan protein pada peningkatan kandungan lemak terhadap
penelitian ini jika dibandingkan dengan cookies dipengaruhi karena adanya beberapa
syarat mutu cookies, hasilnya sudah sesuai campuran bahan dari pembuatan cookies
dengan syarat mutu cookies yang ditetapkan. yaitu margarine, susu bubuk dan telur.
Syarat mutu cookies menurut SNI No. 2973- Menurut Ramadhani dan Murtini (2017),
2011, ditetapkan bahwa kandungan protein Kenaikan kadar lemak juga dipengaruhi oleh

Jurnal Engineering Development - 69


Uji Organoleptik Dan Analisis Kandungan Gizi Cookies Subtitusi Tepung Biji Alpukat

penggunaan margarin dalam resep cookies. dilihat dari tingkat kesukaan warna, aroma,
Penambahan kuning telur, keju serta minyak rasa, dan tekstur cookies tepung biji alpukat
goreng yang digunakan sebagai media (p=0,000).
penggorengan/pemanggangan juga dapat
meningkatkan kandungan lemak pada
produk. DAFTAR PUSTAKA
Kandungan karbohidrat pada cookies Badan Pusat Statistik. (2019). Data Komoditas
dengan subtitusi 50% tepung biji alpukat Impor Pangan di Indonesia. BPS, Jakarta.
terlihat lebih kecil dari nilai karbohidrat yang Badan Standarisasi Nasional. (2011). SNI 2793-
terkandung pada bahan baku utama yaitu 2011 Syarat Mutu Cookies. BSN, Jakarta.
tepung biji alpukat dan tepung terigu. Nilai Badan Standarisasi Nasional. (2009). SNI 3751-
karbohidrat tepung biji alpukat sebesar 75,2% 2009 Syarat Mutu Tepung Terigu sebagai
dan untuk tepung terigu sebesar 74,5% (Zai Bahan Makanan. BSN, Jakarta.
dan Asnurita, 2021). Sejalan dengan Cicilia, S., Basuki, E., Alamsyah, A., Yasa, I.
penelitian Halim (2019), kandungan W. S., Gita, D. L., & Suari, R. (2021).
karbohidrat pada cookies subtitusi tepung biji Karakteristik cookies berbasis tepung
alpukat mengalami penurunan (23,1%). terigu yang disubstitusi tepung biji
Fitriani dan Sadimantara (2020) nangka dimodifikasi secara enzimatis.
mengemukakan bahwa terdapat beberapa Journal of Agritechnology and Food
faktor yang dapat menyebabkan penurunan Processing, 1(1), 1- 13.
daya cerna pati (karbohidrat) yaitu Dewandari, K. T., Munarso, J., & Rahmawati,
penggunaan suhu yang terlampau tinggi R. (2021). Sifat fisikokimia berondong
pada saat proses pengolahan, interaksi antara hanjeli (Coix lacryma-jobi L). Jurnal
pati dengan komponen non pati, dan jumlah Penelitian Pascapanen Pertanian,17(3),
resistant starch yang terdapat dalam pati. 154-164.
Kadar Karbohidrat tidak diatur secara khusus Fatkurahman, R., Atmaka, W., & Basito, B.
di SNI No. 2973-2011 (BSN, 2011). (2012). Karakteristik sensoris dan sifat
Berdasarkan ketentuan tersebut, kadar fisikokimia cookies dengan subtitusi
karbohidrat suatu makanan dihitung dengan bekatul beras hitam (Oryza sativa L.)
perjumlahan dari komponen nutrisi lain yaitu dan tepung jagung (Zea mays L.).
kandungan protein, lemak, air, dan abu. Jurnal teknosains pangan, 1(1).
Sesuai dengan pendapat Fatkurahman dkk, Fitriani, L., & Sadimantara, M. S. (2020).
(2012) yang menyatakan bahwa kadar Kajian Pengembangan Produk cookies
karbohidrat dihitung secara by difference berbasis tepung ubi jalar ungu (Ipomoea
dipengaruhi oleh komponen nutrisi lain yaitu batatas L.) fermentasi dengan bubuk
protein, lemak, air, dan abu, semakin tinggi kakao (Theobroma cacao) untuk
komponen nutrisi lain maka kadar menghasilkan produk cookies. Jurnal
karbohidrat semakin rendah dan sebaliknya Sains dan Teknologi Pangan, 5(2).
apabila komponen nutrisi lain semakin Gunawan, M. I. F., Prangdimurti, E., &
rendah maka kadar karbohidrat semakin Muhandri, T. (2020). Upaya
tinggi. Penghilangan Rasa Pahit Tepung Biji
Kelor (Moringa oleifera) dan aplikasinya
4. KESIMPULAN untuk pangan fungsional. Jurnal Ilmu
Cookies dengan penambahan 50% tepung Pertanian Indonesia, 25.
biji alpukat merupakan cookies formulasi Halimah, A. D. N., & Rohmah, S. S. (2014).
terbaik berdasarkan pembobotan uji Pengolahan Limbah Biji Alpukat
organoleptik, memiliki kandungan protein, Untuk Pembuatan Dodol Pati Sebagai
lemak, dan karbohidrat yang memenuhi SNI Alternatif Pengobatan Ginjal. Jurnal
No. 2793-2011. Semenetara itu, berdasarkan Ilmiah Mahasiswa, 4(1).
hasil uji Kruskal Wallis diketahui bahwa Ilma Amalia Puteri. (2017). Penambahan
terdapat perbedaan presepsi secara nyata Tepung Biji Avokad (Persea Americana

Jurnal Engineering Development - 70


Lady Violita

Mill) Pada Pembuatan Butter Cookies. Kefarmasian Indonesia, 8(1), 58-67.


(Karya Ilmiah, Politeknik Negeri Septiaji, R.L., Karyantina, M., & Suhartatik, N.
Balikpapan). (2017). Karakteristik Kimia Dan Sensori
Johantika, E. E. (2002). Pemanfaatan Cookies Jahe (Zingiber offcinale R.)
Kangkung Darat (Lpomea Reptans Poir) Dengan Variasi Penambahan Tepung
Dalam Pembuatan Biskuit Tinggi Serat Biji Alpukat (Persea americana M.)
Makanan (Doctoral dissertation, Bogor (Skripsi, Universitas Slamet Riyadi
Agricultural University). Surakarta).
Massytah H. A., Ekawati, I. G. A., & Sulaiman, H. (2013). Fermentasi Hasil Perasan
Wisaniyasa, N. W. (2019) Kelapa Parut Dengan Fortifikasi
Perbandingan mocaf dengan tepung Tepung Ikan Teri Dalam Pembuatan
kacang merah dalam pembuatan Produk Kokojompi (Skripsi, Jurusan
brownies kukus gluten free casein free Teknologi Pertanian Fakultas
(gfcf). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Universitar Hasanuddin
Pangan (ITEPA), 8(1), 1-7. Makasar).
Parinding, Y. R., Suryanto, E., & Momuat, L. I. Sutrisna, E.M, Tridharyanti, I., Munawaroh,
(2021). Karakteristik dan aktivitas R., Suprapto, & Mahendra, D.A. (2015).
antioksidan serat pangan dari tepung Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70%
biji alpukat (Persea americana M.l). Biji Alpukat (Persea americana M. )
Chesmitry Progress, 14(1). Dengan Metode DPPH. University
Piga, A., Catzeddu, P., Farris, S., Roggio, T., Research Colloquim.
Sanguinetti, A., Scano, E. (2015). Widarta,W.R., & Agung. (2019). Pengaruh
Textural Evaluation of Amaretti Metode Pengeringan terhadap
Cookies during Storage. Food Res. Aktivitas Antioksidan Daun Alpukat.
Technol, 221, 387-391. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 8(3).
Ramadhani, F., & Murtini, E. S. (2017). Effects Wijayanti, W., & Mahfud, T. (2015).
of Type of Flours and Addition of Acceptance test oatmeal cookies
Leavening Agents or Emulsifier on dengan substitusi dedak padi.
Physicochemical Characteristic and Teknobuga, 2(2).
Organoleptic of Telur Gabus Keju. Winarti, S., & Purnomo, Y. (2006). Olahan biji
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 5(1), buah. Trubus Agrisarana, Surabaya.
38–47. Wulandari, F.K. (2016). Analisis Kandungan
Rastini, E. K., Minah, F. N., Puspita, A., & Gizi, Nilai Energi dan Uji Organoleptik
Berliana, R. (2017). Pemanfaatan Cookies Tepung Beras dengan
sumber OMEGA-9 dari substitusi Substitusi Tepung Sukun. Jurnal
tepung biji alpukat (Persea americana Aplikasi Teknologi Pangan, 5(4).
mill) dalam pemuatan keripik simulasi. Zai, K., Sidabalok, I., & Asnurita, A. (2021).
SENIATI, D6-1. Karakteristik mutu flakes dengan
Rivai, H., Putri, Y.T. & Rusdi, R. (2019). substitusi tepung biji alpukat (Persea
Qualitative and quantitative analysis of americana M.) terhadap tepung terigu.
the chemical content of hexane, Jurnal pionir, 7(1).
acetone, ethanol and water extract from Zuhrotun, A. (2007). Aktivitas Antidiabetes
avocado seeds (Persea americana Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea
Mill.). Scholars International Journal of americana mill.) Bentuk Bulat (Skripsi,
Traditional and Complementary Universitas Padjajaran Jatinangor).
Medicine, 2(3), 25-31.
Ramadhan, H., Rezky, D. P., & Susiani, E. F.
(2021). Penetapan Kandungan Total .
Fenolik- Flavonoid pada Fraksi Etil
Asetat Kulit Batang Kasturi (Mangifera
casturi K.). Jurnal Farmasi Dan Ilmu

Jurnal Engineering Development - 71

Anda mungkin juga menyukai