2, Tahun 2022
Friska Syaiful, Merynda Indriyani Syafutri, Eka Lidiasari, Erlita Indah Astari
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya
Jalan Raya Palembang-Prabumulih KM 32, Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia
Email : friskasyaiful@gmail.com
Abstrak
Tortilla chips merupakan makanan ringan yang menggunakan jagung sebagai bahan dasarnya, tetapi jagung mempunyai
kadar protein yang rendah. Salah satu cara untuk meningkatkan kandungan protein pada produk olahan jagung adalah
menambahkan bahan pangan yang mengandung protein lebih tinggi seperti tepung komposit dari kacang-kacangan.
Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari pengaruh penambahan tepung komposit dari kacang merah dan kacang
kedelai terhadap karakteristik fisik, kimia, dan sensoris tortilla chips. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap. Faktor perlakuan adalah formulasi tepung (tepung jagung : tepung komposit). Parameter yang diamati adalah
karakteristik fisik (warna, tekstur), kimia (kadar air, abu, protein), dan sensoris (warna, tekstur, rasa) tortilla chips. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa formulasi tepung berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai lightness, kadar air, kadar
abu, dan kadar protein tortilla chips. Berdasarkan karakteristik sensoris, kadar protein, dan kadar abu, perlakuan terbaik
adalah tortilla chips dengan formulasi 60% tepung jagung dan 40% tepung komposit.
Abstract
Tortilla chips are snacks that use corn as a raw material, but protein content of corn is low. One way to increase the
protein content of corn products is to add foods that contain higher protein, such as composite flour from nuts. The aim
of the research was to study the effect of composite flour (kidney beans flour and soybeans flour) addition on the physical,
chemical, and sensory characteristics of tortilla chips. This study used a completely randomized design. The treatment
factor was flour formulation (corn flour: composite flour). Parameters observed were physical (color, texture), chemical
(moisture content, ash, protein), and sensory (color, texture, taste) characteristics of tortilla chips. The results showed
that the flour formulation had significant effects on increasing the value of lightness, moisture content, ash content, and
protein content of tortilla chips. Based on sensory characteristics, protein content, and ash content, the best treatment
was tortilla chips with a formulation of 60% corn flour and 40% composite flour.
39
Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), Volume 9, No. 2, Tahun 2022
Sitanggang (2016) menyatakan bahwa tepung F1 = 100% tepung jagung : 0% tepung komposit
komposit merupakan campuran dari beberapa jenis F2 = 90% tepung jagung : 10% tepung komposit
tepung (dua jenis atau lebih), baik antara tepung terigu F3 = 80% tepung jagung : 20% tepung komposit
dengan tepung-tepung non terigu, ataupun antara tepung- F4 = 70% tepung jagung : 30% tepung komposit
tepung non terigu yang berbeda, dengan tujuan untuk F5 = 60% tepung jagung : 40% tepung komposit
mendapatkan kandungan gizi yang lebih baik. Beberapa F6 = 50% tepung jagung : 50% tepung komposit
penelitian telah memanfaatkan tepung komposit dari
kacang-kacangan sebagai bahan pensubstitusi pada Setiap perlakuan dilakukan pengulangan
pembuatan produk makanan, diantaranya tepung sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati meliputi
komposit (kacang kedelai-kacang merah-jagung) pada karakteristik fisik, kimia, dan sensoris. Karakteristik fisik
pembuatan cake (Astuti et al., 2013), tepung komposit terdiri dari warna (lightness dan redness) (Munsell, 1997)
(kacang merah-tapioka-konjac) pada pembuatan flakes dan tekstur (Pratama et al., 2020), sedangkan
(Rakhmawati et al., 2014), serta tepung komposit karakteristik kimia terdiri dari kadar air, abu, dan protein
(kacang merah-kacang kedelai) pada pembuatan (AOAC, 2019). Karakteristik sensoris (warna, tekstur
nutrimat bar (Wiranata et al., 2017). Tepung komposit dan rasa) tortilla chips diuji menggunakan uji hedonik
juga dapat dimanfaatkan pada pembuatan tortilla chips. (Pratama, 2013) dengan jumlah panelis semi terlatih
Tortilla chips merupakan jenis makanan ringan sebanyak 25 orang.
atau panganan camilan berbahan dasar jagung
(Wulandari et al., 2013). Jagung sebagai bahan baku 2.3. Cara Kerja Pembuatan Tepung Jagung, Tepung
pembuatan tortilla mempunyai kadar protein yang Kacang Kedelai, Tepung Kacang Merah, dan
rendah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kandungan Tepung Komposit
protein pada produk olahan jagung dapat dilakukan Pembuatan tepung jagung, tepung kacang
substitusi dari bahan pangan yang mengandung protein kedelai, dan tepung kacang merah dimulai dengan proses
lebih tinggi (Andriyani et al., 2017), seperti tepung perendaman jagung pipil/kacang kedelai/kacang merah
komposit dari kacang-kacangan (kacang merah-kacang selama 24 jam dengan perbandingan antara jagung
kedelai). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pipil/kacang kedelai/kacang merah dan air adalah 1 : 5.
pengaruh penambahan tepung komposit dari kacang Setelah itu jagung pipil/kacang kedelai/kacang merah
merah dan kacang kedelai terhadap karakteristik fisik, dibilas dengan air bersih, kemudian dilakukan perebusan
kimia, dan sensoris tortilla chips. sekama 90 menit dengan perbandingan antara jagung
pipil/kacang kedelai/kacang merah dan air adalah 1 : 3.
2. Bahan dan Metode Penelitian Kemudian dilakukan penirisan selama 15 menit. Proses
2.1. Bahan dan Alat selanjutnya adalah pengeringan menggunakan oven (55
o
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian C) selama 17 jam untuk jagung pipil dan kacang kedelai
ini adalah bahan-bahan kimia untuk analisa, dan bahan- dan 18 jam untuk kacang merah. Jagung pipil/kacang
bahan untuk pembuatan tepung jagung, tepung komposit, kedelai/kacang merah kering dihaluskan menggunakan
dan tortilla chips. Bahan-bahan untuk pembuatan tepung blender, lalu diayak menggunakan ayakan/saringan 80
jagung, tepung komposit, dan tortilla chips terdiri dari mesh, sehingga dihasilkan tepung jagung/tepung kacang
jagung pipil, kacang kedelai, kacang merah, tapioka, kedelai/tepung kacang merah.
tepung terigu, garam, air, dan minyak goreng. Cara kerja pembuatan tepung komposit adalah
Alat-alat yang digunakan terdiri dari alat-alat sebagai berikut, tepung kacang merah (20 g) dan tepung
untuk pembuatan tepung, alat-alat untuk pembuatan kacang kedelai (80 g) dicampur hingga homogen
tortilla chips, dan alat-alat untuk analisa. Alat yang menggunakan blender (selama 1 menit) dengan
digunakan untuk pembuatan tepung jagung dan tepung kecepatan rendah. Tepung kacang merah dan kacang
komposit (tepung kacang merah-tepung kacang kedelai) kedelai yang telah tercampur tersebut diayak
terdiri dari ayakan 80 mesh, baskom, blender, kompor, menggunakan ayakan/saringan 80 mesh sehingga
panci, dan oven listrik. Alat yang digunakan untuk diperoleh tepung komposit.
pembuatan tortilla chips meliputi baskom, deep frying,
kompor, oven listrik, pisau, rolling pin, sendok, dan 2.4. Cara Kerja Pembuatan Tortilla Chips
timbangan digital. Alat yang digunakan untuk analisa Pembuatan tortilla chips merujuk pada Syafutri
adalah alat-alat gelas, color reader “Conica Minolta”, et al. (2021). Bahan-bahan seperti tepung terigu (24 g),
muffle furnace, hot plate, neraca analitik “Ohaus”, oven tapioca (12,5 g), dan garam (1 g) dicampur dengan
listrik “Memmert”, dan texture analyzer “Brookfield”. tepung jagung dan tepung komposit (sesuai perlakuan;
total tepung jagung + tepung komposit = 100 g).
2.2. Rancangan Penelitian Selanjutnya, air (150 mL) dipanaskan hingga mendidih,
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak lalu air mendidih ditambahkan secara perlahan ke dalam
Lengkap (RAL) non faktorial. Faktor perlakuan adalah campuran bahan, kemudian dilakukan pengadonan
formulasi tepung (tepung jagung : tepung komposit) yang hingga kalis. Adonan yang telah kalis digiling
terdiri dari 6 taraf, sehingga diperoleh 6 perlakuan, yaitu: menggunakan rolling pin sampai diperoleh lembaran
40
Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), Volume 9, No. 2, Tahun 2022
(ketebalan 2 mm). Lembaran dipotong membentuk tortilla chips terbuat dari 20% kacang merah dan 80%
persegi dengan ukuran 3 cm x 3 cm, lalu dikeringkan kacang kedelai. Menurut Hidayatullah et al. (2017),
menggunakan oven (55 oC; 90 menit). Tahap selanjutnya tepung kedelai memiliki warna kuning pucat. Sehingga
dilakukan penggorengan menggunakan deep frying (150 dengan persentase tepung kacang kedelai yang lebih
o
C; 5 detik). tinggi daripada tepung kacang merah menjadikan warna
tepung komposit secara visual berwarna putih
3. Hasil dan Pembahasan kekuningan, sedangkan warna tepung jagung adalah
3.1. Warna kuning kemerahan.
Warna bisa menjadi indikator awal ketertarikan
seseorang pada suatu produk. Parameter warna yang 3.2. Tekstur
digunakan pada penelitian meliputi lightness dan Tekstur dapat dipersepsikan sebagai sifat fisik
redness. Lightness menunjukkan tingkat kecerahan suatu suatu produk yang dapat dinilai berdasarkan penilaian
produk dengan skala 0 sampai 100 (hitam ke putih), indrawi ataupun analisa menggunakan alat seperti texture
sedangkan redness menunjukkan intensitas warna merah analyzer. Menurut Harahap et al. (2017), semakin tinggi
(0 sampai +80) dan intensitas warna hijau (0 sampai -80) nilai yang dihasilkan pada texture analyzer maka
(Anjani et al., 2015). semakin kecil tingkat kerenyahan suatu produk. Hasil
Tortilla chips dengan penambahan tepung penelitian menunjukkan nilai tekstur tortilla chips
komposit (tepung kacang merah-tepung kacang kedelai) dengan penambahan tepung komposit (tepung kacang
memiliki nilai lightness 51,93% sampai 55,07%, dan merah-tepung kacang kedelai) berkisar antara 305,13 gf
nilai redness 13,50 sampai 16,07 (Gambar 1). Hasil sampai 469,47 gf (Gambar 2). Nilai tersebut tidak jauh
penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi berbeda dengan nilai tekstur tortilla chips komersial
konsentrasi penambahan tepung komposit maka nilai yaitu 328,4 gf.
lightness tortilla chips meningkat, tetapi nilai redness Hasil uji statistik menyatakan bahwa formulasi
menurun. Hal tersebut menunjukkan bahwa warna tepung (tepung jagung : tepung komposit) berpengaruh
tortilla chips semakin cerah dan intensitas warna tidak nyata terhadap nilai tekstur tortilla chips, tetapi
merahnya menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan Gambar 2 menunjukkan nilai tekstur tortilla chips
Fathiarisa (2016) yang menyatakan bahwa nilai lightness mengalami peningkatan sejalan dengan semakin tinggi
tortilla chips tempe dengan penambahan tepung maizena konsentrasi tepung komposit yang ditambahkan.
lebih tinggi bila dibandingkan tortilla chips tempe Kandungan amilosa dan amilopektin suatu produk dapat
dengan penambahan tepung jagung. Berdasarkan hasil mempengaruhi nilai tekstur. Menurut Yudistira (2016),
uji statistik, formulasi tepung (tepung jagung : tepung amilosa dapat meningkatkan kekerasan makanan,
komposit) berpengaruh nyata terhadap nilai lightness, sedangkan amilopektin cenderung memberikan sifat
tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap nilai redness lengket. Sakinah dan Kurniawansyah (2018)
tortilla chips. menambahkan bahwa tekstur yang semakin padat akan
dimiliki oleh produk dengan kandungan amilosa yang
tinggi. Hal ini dikarenakan meningkatnya kapasitas
penyerapan air dan menurunnya elastisitas sehingga
kekerasan semakin meningkat. Pati jagung mengandung
amilosa 25% (Yu dan Moon, 2021), sedangkan kacang
merah dan kacang kedelai mengandung amilosa masing-
masing sebesar 44,83% (Ratnaningsih dan Marsono,
2013) dan 19% sampai 22% (Stevenson et al., 2006).
41
Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), Volume 9, No. 2, Tahun 2022
Pada pembuatan tepung, terdapat proses penambahan tepung komposit maka nilai kadar air
pemanasan. Pemanasan menyebabkan pati yang terdapat tortilla chips semakin meningkat.
pada bahan baku (biji jagung, kacang merah, dan kacang Peningkatan nilai kadar air tortilla chips juga
kedelai) mengalami gelatinisasi. Ketika bahan baku dipengaruhi oleh kadar protein bahan baku. Protein
ditiriskan dan didinginkan (sebelum dikeringkan), maka memiliki kemampuan mengikat air karena adanya gugus
akan terjadi retrogradasi. Pada saat pati tergelatinisasi, karboksil yang bersifat hidrofilik. Menurut Ratnawati et
molekul amilosa akan keluar dari granula pati. Sehingga al. (2019), kadar protein tepung kacang kedelai dan
pada saat terjadi retrogradasi, akan terjadi ikatan kembali tepung kacang merah masing-masing adalah 40,97% dan
antar molekul amilosa dan ikatan antara molekul amilosa 22,53%. Hasil penelitian pendahuluan juga menunjukkan
dan amilopektin hingga terbentuk mikrokristal dan bahwa kadar protein tepung komposit adalah 31,38%,
mengendap (rekristalisasi pati pasca gelatinisasi). sedangkan kadar protein tepung jagung adalah 11,94%.
Akibatnya, kadar air bahan lebih tinggi karena terikat Sehingga semakin banyak tepung komposit yang
dengan amilosa secara kompleks dan terperangkap dalam ditambahkan, maka kadar air tortilla chips semakin
ikatan double helix. Sehingga pada proses penggorengan, meningkat. Asfi et al. (2017) menyatakan bahwa semakin
produk tortilla chips tidak mengembang sempurna (tidak banyak tepung kacang merah yang ditambahkan pada
renyah) karena sedikitnya air yang menguap. Hal ini pembuatan crackers, maka semakin banyak protein dan
sejalan dengan Irmayanti et al. (2017) yang menyatakan semakin banyak gugus karboksil sehingga semakin
bahwa sedikitnya kadar air yang diuapkan menyebabkan banyak pula air yang diserap. Hasil penelitian ini juga
tekstur kerupuk masih sangat keras yang berarti tegangan sejalan dengan Syafutri et al. (2021) yang menyatakan
kerupuk masih sangat tinggi dan menyebabkan kerupuk bahwa semakin tinggi konsentrasi tepung kacang merah
menjadi tidak renyah. dan semakin rendah konsentrasi tepung jagung maka
semakin tinggi pula kadar air tortilla.
3.3. Kadar Air
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air 3.4. Kadar Abu
tortilla chips dengan penambahan tepung komposit Kadar abu tortilla chips dengan penambahan
(tepung kacang merah-tepung kacang kedelai) berkisar tepung komposit (tepung kacang merah-tepung kacang
antara 3,25% sampai 4,62% (Tabel 1). Nilai tersebut kedelai) berkisar antara 1,40% sampai 2,31% (Tabel 1).
telah sesuai dengan standar kadar air untuk tortilla chips Nilai tersebut telah sesuai dengan standar kadar abu
yang dikeluarkan Standardization Organization for GCC (maksimal 3%) yang dikeluarkan Standardization
(GSO) tahun 2011, yaitu maksimal 7%. Hasil uji statistik Organization for GCC (2011). Berdasarkan hasil uji
menyatakan bahwa formulasi tepung (tepung jagung : statistik, formulasi tepung (tepung jagung : tepung
tepung komposit) secara signifikan berpengaruh terhadap komposit) secara signifikan berpengaruh terhadap kadar
kadar air tortilla chips. abu tortilla chips.
Menurut Astuti et al. (2013), kadar air tepung Semakin tinggi konsentrasi penambahan tepung
kacang-kacangan memiliki lebih tinggi dari tepung komposit maka kadar abu tortilla chips juga akan
jagung. Tepung kacang kedelai dan kacang merah semakin meningkat. Tepung komposit yang digunakan
memiliki kadar air masing-masing 6,69% dan 6,25%, pada pembuatan tortilla chips ini terdiri dari tepung
sedangkan tepung jagung memiliki kadar air 5,99%. kacang merah dan tepung kacang kedelai. Menurut Astuti
Berdasarkan penelitian pendahuluan, kadar air tepung et al. (2013), kadar abu kacang merah dan kacang kedelai
kacang komposit (tepung kacang merah-tepung kacang masing-masing adalah 2,75% dan 2,89%. Nilai kadar abu
kedelai) adalah 7,01%. Sehingga semakin tinggi tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar abu
konsentrasi penambahan tepung komposit maka kadar air jagung (1,22%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Asfi
tortilla chips semakin meningkat. et al. (2017) yang menyatakan bahwa penambahan
Selain itu, kandungan pati dan serat pada bahan tepung kacang merah meningkatkan nilai kadar abu
juga mempengaruhi kadar air suatu produk. Pati crackers, dan Hariadi et al. (2017) yang menyatakan
merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan tepung
α-glikosidik terbagi menjadi dua fraksi yaitu fraksi kacang kedelai maka kadar abu cookies juga akan
terlarut (amilosa) dan fraksi tidak terlarut (amilopektin). semakin meningkat.
Menurut Sakinah dan Kurniawansyah (2028), semakin
tinggi jumlah amilosa maka akan meningkatkan kapsitas 3.5. Kadar Protein
penyerapan air. Serat juga berperan dalam terhadap Tortilla chips dengan penambahan tepung
meningkatnya kadar air. Menurut Suryanto (2016), serat komposit (tepung kacang merah-tepung kacang kedelai)
dapat mengikat air karena memiliki gugus hidroksil memiliki kadar protein sebesar 7,93% sampai 18,99%
terutama pada kombinasi hemiselulosa dan selulosa. (Tabel 1). Kadar protein tertinggi terdapat pada tortilla
Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa kadar chips dengan formulasi 50% tepung jagung dan 50%
serat tepung jagung dan tepung komposit masing-masing tepung komposit. Kadar protein tortilla chips tersebut
adalah 4,97% dan 5,65%, sehingga semakin banyak telah sesuai dengan standar kadar protein (minimal 7%)
yang dikeluarkan Standardization Organization for GCC
42
Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), Volume 9, No. 2, Tahun 2022
(2011). Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa pendahuluan, tepung komposit mengandung 31,38%
formulasi tepung (tepung jagung : tepung komposit) protein, sehingga semakin tinggi konsentrasi
secara signifikan berpengaruh terhadap kadar protein penambahan tepung komposit maka kadar protein tortilla
tortilla chips. chips semakin meningkat. Tepung komposit yang
Kadar protein tortilla chips secara nyata mulai digunakan dibuat dari campuran tepung kacang merah
meningkat pada tortilla chips formulasi 90% tepung dan tepung kacang kedelai. Kacang-kacangan merupakan
jagung dan 10% tepung komposit. Hal tersebut salah satu sumber protein nabati. Kacang merah
menunjukkan bahwa penambahan tepung komposit mengandung protein sebesar 16,42%, dan kacang kedelai
sebesar 10% dapat meningkatkan kadar protein tortilla mengandung protein sebesar 40,00% (Kanetro, 2017;
chips secara nyata. Peningkatan kadar protein tortilla Trianto et al., 2019).
chips dipengaruhi oleh kadar protein yang terdapat pada
tepung komposit. Berdasarkan hasil penelitian
Tabel 1. Kadar Air, Kadar Abu, dan Kadar Protein Tortilla Chips dengan Penambahan Tepung Komposit
Perlakuan Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Protein (%)
F1 (100% tepung jagung : 0% tepung komposit) 3,25a 1,44a 7,93a
b a
F2 (90% tepung jagung : 10% tepung komposit) 4,38 1,40 9,58b
b a
F3 (80% tepung jagung : 20% tepung komposit) 4,40 1,42 11,20c
b b
F4 (70% tepung jagung : 30% tepung komposit) 4,42 1,87 12,94d
b b
F5 (60% tepung jagung : 40% tepung komposit) 4,51 2,10 13,68e
b c
F6 (50% tepung jagung : 50% tepung komposit) 4,62 2,31 18,99f
43
Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), Volume 9, No. 2, Tahun 2022
44
Pasundan Food Technology Journal (PFTJ), Volume 9, No. 2, Tahun 2022
Journal of Biology Science and Education 2019; 7(2): penambahan tepung putih telur sebagai sumber
533-538. protein. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Wiranata IGAG, Puspaningrum DHD, Kusumawati Peternakan 2013; 1(1): 37-41.
IGAW. Formulasi dan karakteristik nutrimat bar Yudistira E. Pengaruh Tepung Komposit Jagung (Zea
berbasis tepung kacang kedelai (Glycine max L.) dan mays) dan Kedelai (Glycine max) terhadap Tingkat
tepung kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) sebagai Kekerasan dan Daya Terima Biskuit. Publikasi
makanan pasien kemoterapi. Jurnal Gizi Indonesia Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
2017; 5(2): 133-139. Yu JK, Moon YS. Corn starch: quality and quantity
Wulandari Z, Hidayat RMT, Polii BN. Karakteristik improvement for industrial uses. Plants 2022; 11(92):
fisik dan organoleptik tortilla corn chips dengan 1-9.
45