Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian P-ISSN : 2476-8995

Volume 6 Nomor 1 Februari (2020) : 87 – 100 E-ISSN : 2614-7858

Analisis Kualitas Mie Basah dengan Penambahan Daun Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas)

Quality Analysis of Wet Noodles with Addition Purple Sweet Potato Leaf (Ipomoea batatas)

Hasmawati, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik, Universitas


Negeri Makassar, email: hasmaahmad14@gmail.com
Amirah Mustarin, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar, email: amirah.mustarin@unm.ac.id
Ratnawaty Fadilah, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Makassar, email: ratnamangrove@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ekstrak daun ubi jalar
ungu terhadap kualitas mie basah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi perbandingan tepung ubi jalar ungu dan
tepung terigu (30% : 70%), dan penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu 0%, 2,5%, serta 5%.
Tahap pertama penelitian yaitu irisan ubi jalar ungu dikeringkan menggunakan cabinet dryer
selama 5 jam dengan suhu 60oC, kemudian dihaluskan dan diayak sehingga menghasilkan
tepung. Tahap kedua yaitu daun ubi jalar ungu diekstrasi dengan metode maserasi yang
dipekatkan menggunakan evaporator vakum. Tahap ketiga yaitu pembuatan mie basah
berbahan dasar tepung terigu dan tepung ubi jalar ungu dengan penambahan ekstrak daun ubi
jalar ungu. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA)
kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan. Parameter yang diuji adalah kadar air, kadar abu,
kadar protein, angka lempeng total (ALT), antioksidan dan uji hedonik (warna, rasa, aroma,
serta tekstur). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar protein, angka
lempeng total (ALT), antioksidan, warna, rasa, aroma, dan tekstur dari mie basah yang
dihasilkan. Perlakuan terbaik pada penelitian ini yaitu penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu
5%.

Kata Kunci: daun, ubi jalar ungu, mie

Abstract

This study aims to determine the effect of adding purple sweet potato leaf extract to the
quality of wet noodles. Experimental research methods with a Completely Randomized Design
(CRD) with a comparative concentration of purple sweet potato flour and wheat flour (30%:
70%), and the addition of purple sweet potato leaf extract 0%, 2.5%, and 5%. The first stage
of this study was the purple sweet potato slices were dried using a cabinet dryer for 5 hours
with a temperature of 60oC, then mashed and sieved to produce purple sweet potato flour. The
second stage is the purple sweet potato leaves extracted by maceration method concentrated
using a vacuum evaporator. The third stage is making wet noodles made from flour and purple
sweet potato flour with the addition of purple sweet potato leaf extract. Observation data
results were analyzed using analysis of variance (ANOVA) and then followed by Duncan's test.
The parameters tested were the moisture content, ash content, protein content, Total Plate

87
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

Numbers (ALT), antioxidants and hedonic tests (color, taste, aroma, and texture). The results
showed that the addition of purple sweet potato leaf extract significantly affected the moisture
content, ash content, protein content, Total Plate Count (TPC), antioxidants, color, taste,
aroma, and texture of the resulting wet noodles. The best treatment in this study was the
addition of 5% purple sweet potato leaf extract.

Keywords: leaf, purple sweet potato, noodles

Pendahuluan ubi jalar ungu tidak hanya ubinya yang dapat


dimanfaatkan melainkan daunnya pula
Mie merupakan salah satu produk dapat ditambahkan ke dalam produk olahan
olahan dari tepung terigu yang cukup pangan seperti mie basah.
populer dikalangan masyarakat. Sebanyak Kandungan daun ubi jalar ungu yaitu
3,8% penduduk Indonesia mengonsumsi komponen metabolit sekunder golongan
mie basah ≥1 kali per hari (Riskesdas, flavonoid dan tannin serta memiliki aktivitas
2013). Tingginya konsumsi mie basah di antioksidan yang relatif lebih tinggi berban-
Indonesia menyebabkan tingkat ketergan- ding dengan alfa tokoferol yang merupakan
tungan pada tepung terigu juga meningkat, senyawa populer antioksidan (Sulastri et al.,
sehingga berdampak pada jumlah impor 2013). Senyawa bioaktif yang terkandung
gandum yang merupakan bahan dasar dalam daun ubi jalar ungu dapat digunakan
tepung terigu juga semakin tinggi. Menurut sebagai bahan makanan tambahan yang
Irviani dan Nisa (2014), impor gandum pada bersifat pangan fungsional pada pembuatan
tahun 2012 telah menembus angka 6,3 juta mie basah. Berdasarkan penjelasan di atas,
ton sehingga perlu upaya pelaksanaan akan dilakukan penelitian analisis kualitas
diversifikasi pangan agar tidak bergantung mie basah berbahan dasar tepung terigu dan
pada tepung terigu yaitu dengan pemanfaat- tepung ubi dengan penambahan ekstrak
an bahan pangan lokal sepeti ubi jalar ungu daun ubi jalar ungu (Ipomoea batatas).
sebagai bahan substitusi terigu. Tujuan yang ingin dicapai dalam
Ubi jalar ungu merupakan komo- penelitian ini yaitu untuk mengetahui
ditas pangan lokal yang memiliki produk- pengaruh penambahan ekstrak daun ubi jalar
tivitas cukup tinggi dan meningkat dari ungu terhadap kualitas mie basah.
tahun ke tahun. Berdasarkan hasil proyeksi
produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun Metode Penelitian
2019 sebesar 2.628.807 ton dengan produk-
tivitas 196,12 kuintal/hektar, jumlah ini Penelitian ini merupakan penelitian
diperkirakan akan meningkat pada tahun eksperimen menggunakan Rancangan Acak
2020 dengan produksi sebanyak 2.715.825 Lengkap (RAL) berbahan dasar tepung ubi
dan produktivitas 206,46 kuintal/hektar jalar ungu dan tepung terigu dengan
(Badan Pusat Statistik, 2015). konsentrasi perbandingan (30% : 70%),
Pada umunya mie basah yang ada dengan penambahan ekstrak daun ubi jalar
dipasaran memiliki nilai gizi yang cende- ungu 0%, 2,5%, serta 5% dan tiap perlakuan
rung rendah, jadi perlu ditambahkan bahan dilakukan tiga kali pengulangan.
yang dapat meningkatkan gizinya, seperti
daun ubi jalar ungu. Sehingga dari tanaman

88
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

Waktu dan Tempat dengan panjang gelombang 517 nm, dan


Waktu penelitian mulai dari kertas saring whatman no.1.
persiapan sampai pengamatan dan pengam-
bilan data yaitu kurang lebih empat bulan Prosedur Penelitian
dimulai dari bulan April-Juni 2019. Penelitian ini akan dilakukan
Penelitian ini dilaksanakan di bebe- melalui 3 tahap, yaitu:
rapa tempat, yaitu: (1) Laboratorium Pendi-
dikan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknik, Pembuatan Tepung Ubi Jalar Ungu
Universitas Negeri Makassar, (2) Laborato- Ubi jalar ungu dibersihkan dari
rium Kimia, Balai Besar Industri Hasil Per- kotoran debu dan tanah kemudian dikupas
kebunan (BBIHP) Makasssar, (3) Laborato- dan diiris tipis. Setelah itu dikeringkan
rium Kimia dan Makanan, Fakultas Peterna- menggunakan cabinet dryer selama 5 jam
kan, Universitas Hasanuddin, (4) Laborato- dengan suhu 60oC dan dilakukan proses
rium Nutrisi dan Kimia, Politeknik Perta- penggilingan. Setelah proses penggilingan,
nian Negeri Pangkajene Kepulauan. tepung ubi jalar ungu disaring dengan
menggunakan ayakan untuk menghasilkan
Alat dan Bahan partikel tepung yang lebih halus dengan
Peralatan yang digunakan dalam ukuran yang sama.
penelitian ini adalah mesin pencetak mie,
sarung tangan, pisau, sendok, panci, Pembuatan Ekstrak Daun Ubi Jalar Ungu
aluminium foil, baskom, blender, ayakan 80 Daun ubi jalar ungu urutan kedua
mesh. Alat-alat laboratorium yang dan ketiga dari pucuk yang telah dipetik dan
digunakan meliputi cabinet dryer, neraca dibersihkan kemudian diiris tipis lalu dike-
analitik, botol amber, lemari pembeku, ringkan selama 14 jam dengan suhu 40oC.
rotary evaporator,cawan petri, desikator, Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi
oven, tanur/furnance, gegep, digestor, selama 1 jam menggunakan metode mase-
distilasi buchi, buret 25 ml, erlenmeyer, rasi dengan pelarut etanol 70%. Selanjutnya
lampu spiritus, pipet volume 25 ml, mikro- akan disaring untuk mendapatkan filtrat
pipet P100 dan P1000, mikrotip P200 dan yang nantinya dimasukkan ke evaporator
P1000, autoclave, gelas ukur, colony vakum dan menghasilkan ekstrak kental.
counter, inkubator, hot plate, stirrer,
mikrotube 1,5 ml, batang gelas bengkok Pembuatan Mie Basah
(hockey stick), dan saringan vakum. Proses pembuatan mie basah
Bahan baku utama dalam penelitian dilakukan dengan menimbang masing-
ini yakni ubi jalar ungu dan daun ubi jalar masing tepung ubi jalar ungu dan terigu
ungu yang diperoleh dari kabupaten Gowa, dengan perbandingan 30% : 70% yang
tepung terigu, garam, CMC, telur, dan air. ditambahkan ekstrak daun ubi jalar ungu
Sedangkan bahan-bahan kimia yang dengan persentase 0%, 2,5%, dan 5%.
digunakan yakni media Nutrien Agar (NA), Pencampuran bahan tambahan seperti
Tripticase Soya Agar (TSA), etanol 70%, garam, air, telur dan CMC (Carboxy Methyl
aquades, H3BO3 2%, mix indikator, NaOH Cellulose), kemudian dilakukan pengulenan
30%, HCl/H2SO4 0.1 N, 1 ml larutan DPPH selama 30 menit agar menghasilkan adonan
(0.61 g/L), methanol, spektrofotometer yang kalis. Adonan dipipihkan meng-
gunakan alat pencetak mie sambil ditaburi

89
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

tepung terigu agar tidak lengket satu sama sehingga akan terjadi perubahan pada bahan
lain. Untaian mie yang dihasilkan direbus pangan tersebut (Winarno, 2002).
pada suhu 100ºC selama 2 menit, dan
didinginkan pada suhu ruang.

Teknik Analisis Data


Data yang memiliki nilai signifikan
> 0,05 dinyatakan berdistribusi normal dan
varian setiap sampel sama (homogen)
sehingga layak untuk dilajutkan uji varian
(ANOVA). Jika terdapat pengaruh yang
signifikan dari perlakuan, maka perlu
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan
uji Duncan taraf 5% untuk mengetahui Gambar 1 Nilai kadar air mie basah
perlakuan yang efektif. Uji persyaratan
Berdasarkan Gambar 1 kadar air mie
analisis data dan analisis (ANOVA) diolah
basah yang dihasilkan memiliki nilai yang
dengan menggunakan program SPSS versi
berkisar antara 54.63%-58.27%. Jika diban-
22.
dingkan dengan SNI (2987-2015) kadar air
Hasil dan Pembahasan mie basah matang yaitu maksimal 65%
maka pelakuan penambahan ekstrak daun
Data dalam penelitian ini diperoleh ubi jalar ungu 0%, 2.5%, dan 5% memenuhi
dari hasil pengujian kimia dan uji hedonik. standar SNI dan masih layak di konsumsi.
Pengujian kimia meliputi kadar air, kadar Hal ini menunjukkan bahwa semakin
abu, kadar protein, Angka Lempeng Total banyak penambahan ekstrak daun ubi jalar
(ALT), dan antioksidan. Uji hedonik dilaku- ungu maka akan semakin tinggi kadar air
kan berdasarkan tingkat kesukaan panelis. mie basah yang dihasilkan.
Kriteria yang diuji pada uji hedonik yaitu Meningkatnya kadar air dikarenakan
warna, tekstur, aroma dan rasa dari mie tingginya kandungan air pada daun ubi jalar
basah yang dihasilkan. ungu. Sehingga kadar air pada mie basah
akan semakin meningkat seiring dengan
Analisis Kimia penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu.
Menurut Setyono et al., (1996), daun ubi
Kadar Air jalar ungu mengandung air sebanyak 85.1%
Kadar air adalah banyaknya air yang per 100 g. Selain itu, kandungan air yang
terkandung dalam suatu bahan yang terdapat pada tepung ubi jalar ungu juga
dinyatakan dalam persen (%). Kadar air juga dapat meningkatkan kadar air mie basah.
salah satu karakteristik yang sangat penting, Berdasarkan penelitian Djami (2007),
yang dapat mempengaruhi penampakan, menunjukkan kandungan air pada tepung
tekstur, cita rasa yang ikut menentukan ubi jalar ungu yaitu 7.29% per 100 g.
kesegaran dan daya awet suatu bahan Tingginya kadar air juga dipe-
pangan. Kadar air yang tinggi ngaruhi oleh kandungan serat pada ekstrak
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang daun ubi jalar ungu. Bahan yang mempunyai
dan khamir untuk berkembangbiak, kandungan serat tinggi bersifat hidrokoloid

90
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

sehingga mampu mengikat air yang


ditambahkan selama proses pembuatan mie
basah. Menurut Askar (1996), daun ubi jalar
ungu mengandung serat kasar sebesar
12.17%. Sehingga semakin banyak penam-
bahan ekstrak daun ubi jalar ungu, maka
kandungan seratnya akan semakin tinggi
dan kemampuan mengikat air juga akan
semakin tinggi.
Selain itu, kandungan pati dalam ubi
jalar ungu dapat meningkatkan kadar air mie
Gambar 2 Nilai kadar abu mie basah
basah. Hal ini dikarenakan pada saat mie
direbus dalam air mendidih terjadi gelati- Peningkatan kadar abu pada mie
nisasi pati sehingga terjadi perubahan basah yang dihasilkan dipengaruhi oleh
granula pati yang dapat membengkak dan kandungan dari daun ubi jalar yang memiliki
tidak dapat kembali lagi pada kondisi awal kadar abu yang tinggi. Menurut Pamungkas
apabila suhu perebusan lebih dari suhu et al. (2016), kandungan ekstrak daun ubi
gelatinisasi dari bahan. Hal inilah penyebab jalar ungu memiliki kadar abu sebesar
bengkaknya granula dan meningkatkan 5.95% (bobot basah). Askar (1996) juga
kadar air mie basah. Menurut Meyer (1982), menyatakan bahwa daun ubi jalar ungu
pada ubi jalar ungu mengandung pati mengandung mineral seperti fosfor (P)
sebesar 46,2%. Sejalan dengan itu, menurut sebesar 0.87 mg dan zat besi (Zn) 1.8 mg.
Pontoluli et al. (2017) bahwa bahan yang Sehingga semakin tinggi penambahan
mengandung pati bersifat hidrofil (suka air), ekstrak daun ubi jalar ungu maka nilai kadar
karena jumlah gugus hidrofil dalam molekul abu akan semakin tinggi.
pati sangat besar maka kemampuan dalam Kadar abu menunjukkan mineral
menyerap air juga besar yang menyebabkan yang terkandung dari suatu bahan pangan.
air berada dalam butir-butir pati dan tidak Semakin tinggi kadar abu maka semakin
dapat bergerak bebas. tinggi kandungan mineral dalam produk
pangan. Dalam penentuan kadar abu
Kadar Abu dipengaruhi oleh jenis bahan yang digu-
Kadar abu dari suatu bahan menun- nakan, cara pengabuan, waktu serta suhu
jukkan total mineral yang terkandung dalam pada saat pengeringan (Sudarmadji, 1997).
suatu bahan pangan (Aprilianto, 1988). Sedangkan dalam suatu bahan pangan
Bahan pangan terdiri dari 96% bahan proporsi kadar abu dipengaruhi oleh spesies,
anorganik dan air, sedangkan sisanya meru- keadaan unsur hara dalam tanah, kema-
pakan unsur-unsur mineral. tangan suatu tanaman, iklim, daerah yang
Berdasarkan Gambar 2, kadar abu ditempati tumbuh, serta perlakukan penana-
mie basah memiliki nilai yang berkisar man (Muchtadi, 1997).
antara 1.1%-1.23%. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi penambahan ekstrak Kadar Protein
daun ubi jalar ungu maka semakin tinggi Kadar protein merupakan sumber
kadar abu mie basah yang dihasilkan. asam-asam amino yang mengandung unsur
C, H, O, serta N yang tidak terkandung oleh

91
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

lemak ataupun karbohidrat (Winarno, meningkatkan daya ikat air terhadap bahan
2002). Dalam molekul protein juga terkan- serta bersifat hidrofobik sehingga membu-
dung fosfor (P), belerang atau sulfur (S) dan tuhkan air yang besar (Kuswandari, 2012).
ada jenis protein yang mengandung unsur Selain itu adanya gugus fungsional (NH2,
logam seperti besi (Fe) serta tembaga (Cu). NH, OH, dan CO) pada struktur protein
dapat menyebabkan protein mengikat
molekul air melalui ikatan hidrogennya
(Trisnawati & Nisa, 2015).
Rendahnya kandungan protein
dalam tepung ubi jalar ungu dikarenakan
pencucian yang dilakukan sebelum dikupas
dan setelah dikupas, sehingga protein
(gugus polar) yang larut air ikut terbuang
dan proses pengeringan menyebabkan
sebagian protein mengalami denaturasi.
Selain itu adanya pemanasan pada saat
Gambar 3 Nilai kadar protein mie basah pemasakan mie basah juga mengakibatkan
Berdasarkan Gambar 3 nilai kadar protein mengalami denaturasi dan swelling
protein berkisar antara 10.75%-11.65%. Jika (pembengkakan). Hal ini sesuai dengan
dibandingkan dengan SNI (2987-2015) pendapat Widiatmoko & Estiasih (2015),
kadar protein yaitu minimal 6.0% maka menyatakan bahwa pemanasan menyebab-
pelakuan penambahan ekstrak daun ubi jalar kan molekul protein gluten bersifat phorus
ungu 0%, 2.5%, dan 5% memenuhi standar atau membengkak, protein gluten bersifat
SNI. hidrofobik, dan tingginya volume pengem-
Peningkatan kadar protein pada mie bangan terjadi karena protein gluten bersifat
basah yang dihasilkan dipengaruhi oleh ekstensible.
kandungan dari daun ubi jalar yang memilki
kadar protein lebih tinggi dibanding dengan Angka Lempeng Total (ALT)
tepung ubi jalar ungu. Menurut Setyono et Angka Lempeng Total (ALT) yaitu
al. (1996), daun ubi jalar ungu mengandung angka dalam setiap 1 ml atau 1 g sampel
protein 3.3%/100 g. Sedangkan kandungan makanan yang menunjukkan jumlah bakteri
protein pada tepung ubi jalar ungu sebesar mesofil. Prinsip dari metode hitungan cawan
2.79%/100 g. Semakin banyak penambahan yaitu ketika suspensi sel mikroba yang
ekstrak daun ubi jalar ungu maka kadar masih hidup ditumbuhkan pada medium dan
protein mie basah yang dihasilkan akan lingkungan yang sesuai maka sel mikroba
semakin tinggi. Pada umumya tanaman akan berkembang biak dan membentuk
bagian akar (umbi) banyak mengandung koloni yang dapat dilihat dengan mata tanpa
karbohidrat dan pada daunnya mengandung menggunakan mikroskop sekalipun
protein yang tinggi. (Fardiaz, 1993).
Peningkatan kadar protein selalu Koloni yang tumbuh kemudian
diikuti dengan peningkatan kadar air dihitung dan menjadi dugaan jumlah
produk. Hal ini dikarenakan protein pada mikroorganisme dalam suspensi yang
bahan pangan sebagai pengikat yang mampu dihitung. Menurut Djide (2008), koloni
tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel

92
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

mikroorganisme, hal ini karena beberapa sehingga menghambat aktivitas enzim yang
mikroorganisme tertentu cenderung mem- pada akhirnya mengganggu proses
bentuk kelompok atau berantai. Oleh karena metabolisme bakteri. Sifat lipofilik dari
itu, jumlah mikroorganisme hidup yang flavonoid menyebabkan membran sel bak-
terdapat dalam sampel yang diuji dinyatakan teri mengalami kerusakan karena membran
dengan satuan colony forming unit (cfu)/mL sel mengandung yang lipid sehingga
atau koloni/gram. memungkinkan senyawa tersebut dapat
melewati membran (Robinson, 1995).
Senyawa polifenol dan saponin, mempunyai
aktivitas yang sama dengan flavonoid yaitu
berhubungan dengan interaksi pada dinding
sel bakteri. Senyawa antibakteri tersebut
terikat pada reseptor sel diantaranya adalah
enzim transpeptida, lalu terjadi reaksi
transpeptidase yang menyebabkan sintesis
peptidoglikan menjadi terhambat. (Ajizah et
al., 2007).

Gambar 4 Nilai Angka Lempeng Total Antioksidan


mie basah Antioksidan pangan adalah suatu
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat substansi yang berfungsi sebagai pengham-
bahwa semakin banyak ekstrak daun ubi bat pembentukan radikal yang berpotensi
jalar ungu yang ditambahkan dalam proses untuk autooksidasi. Uji antioksidan adalah
pembuatan mie basah maka semakin sedikit mengukur aktivitas antioksidan melalui efek
pula jumlah koloninya. Hal ini dikarenakan antioksidan dalam mengontrol proses
bahan dasar yang digunakan yaitu ubi jalar oksidasi. Antioksidan bekerja dengan
ungu dan daun ubi jalar ungu mengandung mendonorkan satu elektron pada senyawa
senyawa antioksidan yang dapat yang bersifat oksidan sehingga aktivitas
menghambat pertumbuhan bakteri. Senya- senyawa oksidannya dapat dihambat
wa antioksidan yang terkandung yaitu (Meydani et al., 1995).
betakaroten, antosianin, flavonoid, dan
tannin. Selain itu berdasarkan hasil
penelitian Alhera (1999), daun ubi jalar
ungu memiliki kandungan senyawa
antibakteri seperti flavonoid, saponin dan
polifenol dapat menghambat pertumbuhan
dari Staphylococcus aureus diantara
berbagai kerusakan yang terjadi pada sel
bakteri.
Daya hambat bakteri dari daun ubi
jalar ungu dipengaruhi oleh adanya senyawa
flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri Gambar 5 Nilai antioksidan mie basah
dengan cara mengikat protein bakteri

93
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

Berdasarkan Gambar 5 menunjuk- flavonoid yang terikat dengan suatu gugus


kan nilai antioksidan mie basah dengan gula. Gugus gula yang terikat menyebabkan
penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu flavonoid menjadi lebih mudah larut di
mengalami kenaikan. Antioksidan pada mie dalam air (Markham, 1988). Pemanasan
basah yang dihasilkan memiliki nilai yang sayuran yang berkaroten tinggi dalam waktu
berkisar antara 14.58%-36.2%. Hal ini lama mampu menurunkan ketersediaan
menunjukkan bahwa peningkatan nilai karatoneid dengan mengubahnya dari kofi-
antioksidan sangat dipengaruhi oleh konsen- gurasi trans ke cis (Widiatmoko & Estiasih,
trasi penambahan ekstrak daun ubi jalar 2015).
ungu. Semakin tinggi penambahan ekstrak
daun ubi jalar ungu maka kandungan Uji Hedonik
antioksidan pada mie basah juga akan
semakin tinggi. Hal tersebut mengindi- Warna
kasikan bahwa ubi dan daun ubi jalar ungu Warna merupakan kesan dari indra
memiliki kandungan antioksidan. Hal ini mata terhadap cahaya yang dipantulkan oleh
sesuai dengan penelitian Kumalaningsih suatu benda (Surawan, 2007). Sehingga
(2006), menunjukkan ubi jalar mengandung warna menjadi salah satu hal yang patut
antioksidan sebesar 519 mg/100 g. diperhatikan dalam produk. Penentuan mutu
Selain itu, daun ubi jalar juga suatu bahan makanan pada umumnya
mengandung senyawa aktif antioksidan bergantung dari warna yang dimilikinya,
seperti flavonoid, dan senyawa metabolit serta warna yang tidak terlalu menyimpang
sekunder seperti tannin (Sulastri et al., dari warna yang seharusnya akan
2013). Sejalan dengan penelitian Haryoto & memberikan kesan dan penilaian tersendiri
Devi (2018), menunjukkan pada daun ubi dari panelis.
jalar ungu positif mengandung senyawa
alkaloid, saponin, tannin, dan fenolik.
Senyawa fenolik merupakan salah
satu komponen utama untuk menghasilkan
aktivitas antioksidan. Senyawa ini termasuk
metabolit sekunder yang terdapat pada
tumbuhan yang berfungsi sebagai anti-
oksidan. Berdasarkan penelitian Fitri
(2014), pada daun ubi jalar ungu diketahui
bahwa senyawa flavonoid antosianin lebih
banyak dibandingkan dengan gugus
Gambar 6 Tingkat kesukaan panelis
hidroksi pada senyawa fenolatnya dengan
terhadap warna mie basah
menggunakan metode DPPH. Aktivitas
penangkap radikal bebas dengan mekanisme Analisis uji hedonik warna mie
metode DPPH berhubungan erat dengan basah pada Gambar 6 menunjukkan semakin
banyaknya jumlah hidrogen yang disum- tinggi penambahan ekstrak daun ubi jalar
bangkan oleh gugus hidroksi dari suatu ungu, maka tingkat kesukaan panelis
senyawa antioksidan. terhadap warna mie basah akan semakin
Flavonoid antosianin yang terdapat menurun. Tingkat kesukaan panelis terha-
dalam daun ubi jalar ungu merupakan suatu dap warna mie basah memiliki nilai yang

94
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

berkisar antara 3.18-3.45 dengan taraf maka dapat dirasakan sensasi kenyal, keras,
“suka”. lembut, empuk, lengket maupun halus pada
Berdasarkan hasil penelitian warna mie basah. Untuk mendapatkan tekstur
mie basah dengan penambahan ekstrak daun makanan yang baik biasanya menggunakan
ubi jalar ungu 5% tidak terlalu disukai turunan selulosa dan pemakaian CMC yang
panelis jika dibandingkan dengan perlakuan dapat memperbaiki tektur terjadinya
penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu retrogradasi (Makfoeld et al., 2002).
2.5% dan 0%. Hal ini dikarenakan tingginya Analisis uji hedonik tekstur mie
konsentrasi penambahan ekstrak daun ubi basah pada Gambar 7 terlihat peningkatan
jalar ungu, sehingga warna mie basah yang seiring penambahan ekstrak daun ubi jalar
dihasilkan akan memberikan penampakan ungu. Tingkat kesukaan panelis terhadap
yang gelap. Warna gelap dari mie basah tekstur mie basah memiliki nilai yang
berasal dari ekstrak daun ubi jalar ungu yang berkisar antara 3.12-3.18 dengan taraf
memiliki warna hijau kehitaman. Warna “suka”.
tersebut disebabkan adanya kandungan
karatenoid dari daun ubi jalar ungu yang
merupakan pigmen pendamping klorofil
atau zat hijau daun yang menjalankan fungsi
penyerapan energi cahaya fotosintesis. Hal
ini sejalan pendapat Pokarny et al. (2001),
menyatakan bahwa daun ubi jalar ungu
mengandung karatenoid. Sehingga ketika
ekstrak daun ubi jalar ungu ditambahkan
pada adonan mie basah akan menghasilkan
warna gelap.
Agar dapat menarik perhatian Gambar 7 Tingkat kesukaan panelis
konsumen pada saat dipasarkan maka mie terhadap tekstur mie basah
basah dengan penambahan ekstrak daun ubi Penambahan ekstrak daun ubi jalar
jalar ungu dapat dicampur dengan mie basah ungu akan membuat adonan lebih lengket
dengan 100% tepung terigu. Sehingga dan mudah merekat. Hal ini dikarenakan
penampakan mie basah menjadi lebih pada perlakuan penambahan ekstrak daun
menarik karena memiliki warna kuning dan ubi jalar ungu 5% mengandung serat dan
warna cokelat. Selain itu, warna cokelat dari protein yang paling tinggi dari semua
mie basah dengan penambahan ekstrak daun perlakuan. Serat dan protein berfungsi untuk
ubi jalar ungu juga dapat menjadi ciri khas membentuk tekstur. Proses pembentukan
tersendiri, seperti halnya warna mie basah tekstur dipengaruhi oleh adanya serat,
dari tinta cumi yang memiliki warna hitam. protein dan pati dengan membutuhkan air,
sehingga pada saat pembentukan tekstur,
Tekstur komponen serat, protein, dan pati berkom-
Tekstur adalah salah satu syarat petisi mengikat air untuk membentuk tekstur
mutu yang berperan dalam menampilkan (Shabrina, 2017).
karakteristik mie basah. Tekstur berkaitan Pada proses pembuatan mie basah
dengan rasa pada saat mengunyah mie dilakukan perebusan yang bertujuan untuk
basah. Dengan adanya parameter tekstur

95
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

membuat mie menjadi kenyal. Hal ini sesuai dari daun ubi jalar ungu itu sendiri. Hal ini
dengan penyataan Puspitasari (2014), pere- sejalan dengan penelitan Mulyadi et al.
busan mie yang dilakukan selama 2 menit (2014) menunjukkan bahwa aroma mie
dengan suhu perebusan yaitu ±100oC, kering dari ubi jalar kuning kurang disukai
bertujuan agar terjadi proses gelatinisasi pati panelis karena masih menampakkan aroma
dan koagulasi protein sehingga mie menjadi dari ubi jalar. Selain itu rata-rata panelis
kenyal. Kandungan gluten yang terkandung belum terbiasa dengan aroma khas ubi jalar.
dalam tepung terigu juga memberikan
tekstur pada mie basah.
Menurut Widyaningsih dan Murtini
(2006), tepung terigu mengandung gluten
yaitu protein pada terigu yang memiliki sifat
elastis sehingga akan mempengaruhi sifat
elastisitas (kelenturan) dan tekstur mie yang
akan dihasilkan. Kadar protein dalam
tepung akan menghasilkan struktur kuat dari
mie yang dihasilkan dari adanya ikatan
antara komponen pati serta protein. Gluten
memiliki sifat elastis sehingga menghasi- Gambar 8 Tingkat kesukaan panelis
lkan mie yang tidak mudah putus. terhadap aroma mie basah
Berdasarkan hasil penelitian, aroma
Aroma mie basah dengan penambahan ekstrak daun
Aroma adalah sifat mutu yang sangat ubi jalar ungu 2.5% dan 5% tidak terlalu
cepat memberikan kesan atau penilaian bagi disukai panelis jika dibandingkan dengan
konsumen, hal ini dikarenakan aroma penambahan ekstrak daun ubi jalar ungu
merupakan faktor yang sangat berpengaruh 0%. Hal ini dikarenakan aroma langu bukan
terhadap daya terima konsumen terhadap hanya dari tepung ubi jalar ungu tapi dari
suatu produk (Meilgaard et al., 2000). Nilai daun ubi jalar ungunya pula. Agar aromanya
aroma merupakan salah satu parameter dapat disukai panelis maka dapat ditam-
kunci untuk menguji sensoris, hal tersebut bahkan rempah-rempah seperti ketumbar
dikarenakan pada umumnya aroma akan atau serai yang dapat menetralisir aroma
menentukan kesan atau penilaian cita rasa langu dari daun ubi jalar ungu serta
konsumen terhadap produk makanan memberikan aroma yang sedap dan lembut
tertentu. pada mie basah. Hal ini sejalan dengan
Analisis uji hedonik aroma mie penelitian Naufalin et al. (2019), menun-
basah pada Gambar 8 menunjukkan semakin jukkan penggunaan rempah-rempah pada
tinggi penambahan ekstrak daun ubi jalar mie memberikan aroma sehingga disukai
ungu, tingkat kesukaan panelis terhadap panelis.
aroma mie basah akan semakin menurun.
Tingkat kesukaan panelis terhadap aroma Rasa
mie basah memiliki nilai yang berkisar Rasa adalah tingkat kesukaan dari
antara 2.86-3.17 dengan taraf “suka”. mie basah dengan penggunaan tepung ubi
Penurunan tingkat kesukaan panelis jalar ungu yang ditambahkan dengan ekstrak
terhadap aroma dikarenakan adanya aroma daun ubi jalar ungu. Rasa merupakan faktor

96
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

yang mempengaruhi konsumen terhadap pada daun ubi jalar ungu positif mengan-
suatu produk olahan pangan. Selain faktor dung flavonoid, karoten, dan tannin. Agar
warna, aroma dan tekstur, seringkali rasa rasanya dapat disukai panelis maka dapat
lebih dominan dipertimbangkan oleh konsu- ditambahkan penyedap alami seperti gula,
men dibandingkan sifat mutu lainnya merica ataupun kemiri yang dapat menetra-
(Tobri, 2006). lisir rasa dari daun ubi jalar ungu serta
menambah rasa gurih pada mie basah.
Pada penelitian ini, bumbu yang
digunakan hanya garam sehingga dari mie
basah yang dihasilkan memiliki rasa yang
gurih dan manis. Rasa gurih berasal dari
garam yang ditambahkan, sedangkan manis
berasal dari tepung ubi jalar ungu.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan


pembahasan yang telah diuraikan, maka
Gambar 9 Tingkat kesukaan panelis
dapat disimpulkan bahwa penambahan
terhadap rasa mie basah
ekstrak daun ubi jalar ungu memberikan
Analisis uji hedonik rasa mie basah pengaruh sangat nyata terhadap kadar air,
pada Gambar 9 menunjukkan semakin kadar abu, kadar protein, Angka Lempeng
tinggi penambahan ekstrak daun ubi jalar Total (ALT), dan antioksidan pada mie
ungu, maka tingkat kesukaan panelis terha- basah. Selain itu, penambahan ekstrak daun
dap rasa mie basah akan semakin menurun. ubi jalar ungu juga memberikan pengaruh
Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa mie sangat nyata terhadap warna, rasa, aroma
basah memiliki nilai yang berkisar antara dan tekstur pada mie basah yang dihasilkan.
2.82-2.98 dengan taraf “suka”.
Berdasarkan tingkat kesukaan Daftar Pustaka
panelis pada rasa mie basah yang dihasilkan,
Ajizah, A. Thihana, & Mirhanuddin. 2007.
menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai
Potensi ekstrak kayu ulin
rasa mie basah yang tidak diberi penam-
(Eusideroxylon zwageri T et B) dalam
bahan ekstrak daun ubi jalar ungu. Hal ini
menghambat pertumbuhan bakteri
dikarenakan rasa yang dihasilkan terasa
Staphylococcus aureus secara in vitro.
manis yang berasal dari ubi jalar ungu.
Jurnal Bioscientiae, 4, 37-42.
Kandungan pati dalam daging ubi jalar ungu
Alhera. 1999. Skrining fitokimia dan
sebagian besar akan mengalami perubahan
penetapan konsentrasi hambat
menjadi maltosa yang menimbulkan rasa
minimum ekstrak daun bandotan
manis ketika telah dimasak.
(Ageratum conyzoides L.) terhadap
Rasa mie basah dengan penambahan
Staphylococcus aureus ATCC 29213.
ekstrak daun ubi jalar ungu yaitu sedikit
Skripsi. Medan: Universitas Sumatra
kelat. Hal ini dikarenakan adanya kan-
Utara.
dungan tannin pada daun ubi jalar ungu.
Apriliyanto, A. 1988. Analisis pangan.
Sulastri et al. (2013) menyatakan bahwa
Bogor: PAU Pangan dan Gizi

97
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

Askar, S. 1996. Daun singkong dan asi yang difortifikasi dengan tepung
pemanfaatannya terutama sebagai tempe kedelai. Skripsi. Bandar
pakan tambahan. Wartazoa, 5, 21-25. Lampung: Universitas Lampung.
BPS (Badan Pusat Statistik). 2015. Survei Makfoeld, D., Marseno, D., Hastuti, P.,
social ekonomi nasional, pengeluaran Anggrahini, S., Raharjo, S.,
untuk konsumsi penduduk Indonesia Sastrowignyo, S., Suhardi,
2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Martoharsono, S., Hadiwiyoto, S., &
BSN (Badan Standarisasi Nasional). 2015. Tranggono. 2002. Kamus istilah
SNI 01-2987-2015 mie basah. Jakarta: pangan dan nutrisi. Kanisius:
Badan Standarisasi Nasional. Yogyakarta.
Djami, S.A. 2007. Prospek pemasaran Markham, K.R. 1988. Cara
tepung ubi jalar ditinjau dari potensi mengidentifikasi flavonoid,
permintaan industri kecil di wilayah (Terjemahan oleh Kosasih
Bogor. Skripsi. Bogor: Institut Padmawinata). Bandung: ITB.
Pertanian Bogor. Meilgaard, M.C., Civille, G.V. & B.T. Carr.
Djide, M.N. 2008. Dasar-dasar 2000. Sensory evaluation techniques.
mikrobiologi farmasi. Makassar: Boca Raton: CRC Press.
Lephas. Meydani, SN, Wu D, Santos M,S., Hayek
Fardiaz, S. 1993. Analisis mikrobiologi M,G. 1995. Antioxidants and immune
pangan. Bogor: IPB. response in aged person: Overview of
Fitri, H.A. 2014. Aktivitas penangkap present evidence. American Journal
radikal bebas ekstrak etanol daun ubi of Clinical Nutrition, 62, 14625-
ungu (Ipomoea batatas L.) dengan 14765.
pengeringan oven menggunakan Meyer, L.H. 1982. Food chemistry.
metode DPPH, FTC, dan TBA. California: The AVI Publishing
Skripsi. Surakarta: Universitas Company Inc.
Muhammadiyah Surakarta. Muchtadi, T.R. 1997. Teknologi proses
Haryoto, & Devi E.S. 2018. Efek pemberian pengolahan pangan. Bogor:
ekstrak etanol daun dan batang ubi Departemen Pendidikan dan
jalar ungu (Ipomoea batatas l.) Kebudayaan Direktorat Jendral
terhadap penurunan kadar glukosa Pendidikan Tinggi, Pusat Antar
darah pada tikus jantan galur wistar Universitas Pangan dan Gizi.
yang diinduksi aloksan. Talenta, 1, Mulyadi, F.A., Susinggih Wijana, Ika Atsari
139-143. Dewi, & Widelia Ika Putri. 2014.
Irviani, L.I., & F.C. Nisa. 2014. Kualitas mie Studi pembuatan mie kering ubi jalar
kering tersubsitusi mocaf. Jurnal kuning (kajian penambahan telur dan
Pangan dan Agroindustri, 3, 215-225. CMC). Prosiding Seminar Nasional
Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan alami- BKS PTN Barat, 1186-1194.
penangkal radikal bebas, sumber, Naufalin, R., Tri Tanto, & Retno Setyawati.
manfaat, cara penyediaan dan 2019. Pemanfaatan ekstrak rempah-
pengolahan. Surabaya: Trubus rempah sebagai bahan pengawet alami
Agrisarana. pada mie. Seminar Nasional
Kuswandari, E. 2012. Pengaruh fermentasi Persatuan Ahli Teknologi Pangan
jagung terhadap sifat fisikokimia mp- Indonesia, 1-16.

98
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

Pamungkas, D.D.A., Irmanida Batubara, & Sudarmadji, S. 1997. Prosedur analisa


Irma Herawati S. 2016. Fraksi untuk bahan makanan dan pertanian.
alkaloid daun ubi jalar ungu (Ipomoea Yogyakarta: Liberty.
batatas var Ayumurasaki) sebagai Sulastri, Erlidawati, Syahrial, Muhammad
inhibitor α-glukosidase. Acta Nazar, & Thursina Andayani. 2013.
Pharmaciae Indonesia, 29-34. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol
Pokarny, J., Yanishlieva N, & Gordon M. daun ubi jalar ungu (Ipomea batatas l.)
2001. Antioxidant in food: pratical hasil budidaya daerah Saree Aceh
and application. New York: CRC Besar. Jurnal Rekayasa Kimia dan
Press. Lingkungan, 9, 125-130.
Pontoluli, D.F., Jan R. Assa, & Christine F. Surawan, F.E.D. 2007. Penggunaan tepung
M. 2017. Karakteristik sifat fisik dan terigu, tepung beras, tepung tapioka
sensoris mie basah berbahan baku dan tepung maizena terhadap tekstur
tepung sukun (Arthocarpus altilis dan sifat sensoris fish naget ikan tuna.
fosberg) dan tepung ubi jalar ungu Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 2,
(Ipomea batatas). Cocos, 1-12. 78-84.
Puspitasari, L. 2014. Kadar protein dan sifat Trisnawati, M.I., & Nisa F.C. 2015.
organoleptik mie ubi jalar ungu Pengaruh penambahan konsentrasi
(Ipomoea batatas) sebagai bahan baku protein daun kelor dan karagenan
dengan penambahan jamur tiram terhadap kualitas mie kering
(Pleurotus ostreatus). Skripsi. tersubstitusi mocaf. Jurnal Pangan
Surakarta: Universitas dan Agroindustri, 237-247.
Muhammadiyah Surakarta. Tobri, M. 2006. Kualitas fisik dan
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. organoleptik daging ayam broiler
Jakarta: Kemenkes RI. yang ransumnya diberi penambahan
Robinson, T. 1995. Kandungan organik minyak ikan yang mengandung omega
tumbuhan tinggi. (Terjemahkan oleh 3. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Kokasih Padmawinata). Bandung: Bogor.
ITB. Widiatmoko, B.R., & Estiasih, T. 2015.
Setyono. A., Yetti, S., & Sudaryono. 1996. Karakteristik fisikokimia dan
Penanganan pasca panen ubi jalar. organoleptik mie kering berbasis
Prosiding simposium penelitian tepung ubi jalar ungu pada berbagai
tanaman pangan III. Pusat Penelitian tingkat penambahan gluten. Jurnal
dan Pengembangan Tanaman Pangan, Pangan dan Agroindustri, 3, 1386-
Badan Penelitian dan Pengembangan 1392.
Pertanian. Widyaningsih, & Murtini. 2006. Alternatif
Shabrina, N. 2017. Pengaruh subtitusi pengganti formalin pada produk
tepung terigu dengan tepung kacang pangan. Surabaya: Trubus
koro pedang (Canavalia ensiformis L.) Agrisarana.
dan lama fermentasi terhadap Winarno, F.G. 2002. Kimia pangan dan gizi.
karakteristik roti tawar. Skripsi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bandung: Universitas Pasundan.

99
JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 6 Februari, 2020

Halaman ini sengaja dikosongkan

100

Anda mungkin juga menyukai