2, November 2019 15
ABSTRAK: Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui 1) pengaruh penambahan ekstrak daun kelor
0%,10%,20%,dan 30% pada pembuatan mie basah substitusi tepung mocaf terhadap aspek warna, aroma, tekstur,
rasa, dan tensile strength,2) Tingkat kesukaan masyarakat terhadap pada sampel, 3) kandungan protein mie basah
hasil eksperimen.Metodologi penelitian yaitu menggunakan ANAVA, dilanjut uji tukey, untuk uji kesukaan
menggunakan analisis deskriptif persentase, untuk kandungan protein menggunakan metode Kjeldahl. Hasil
penelitian yaitu ada pengaruh pada aspek warna,aroma, dan rasa. Pada Tensile strength menunjukkan adanya
penurunan rerata. Hasil uji kesukaan dari keempat sampel yaitu A(70,18%) dengan kriteria suka, B(62,43%),
C(62,93%), D(58,06%) dengan kriteria cukup suka. Uji kandungan protein menunjukkan adanya peningkatan tiap
sampel seiring dengan meningkatnya penambahan ekstrak daun kelor yaitu A(7,42%), B(7,63%), C(8,07%), dan
D(8,12%). Simpulannya adalah berdasarkan kualitas mutu inderawi ada pengaruh pada aspek warna, aroma, dan
rasa, hasil uji kesukaan dengan rerata tertinggi adalah sampel A(kontrol), dan kandungan protein mengalami
peningkatan tiap sampel.
kelor adalah 6,7 gram dua kali lebih banyak sebanyak 5 orang. Uji kesukaan dilakukan
daripada protein dalam sebutir telur atau dengan menggunakan panelis tidak terlatih
yoghurt. sebanyak 80 orang. Sedangkan uji
Rumusan masalah dalam penelitian ini kandungan protein dan tensile strength
adalah adakah pengaruh penambahan dilakukan di Laboratorium Chemix Pratama
ekstrak daun kelor 0%,10%,20%,dan 30% Yogyakarta.
pada pembuatan mie basah substitusi Adapun bahan yang digunakan yaitu :
tepung mocaf terhadap aspek warna, tepung terigu, tepung mocaf, soda abu,
tekstur, aroma, rasa, dan tensile strength, garam, ekstrak kelor, dan air. Pembuatan
bagaimana tingkat kesukaan masyarakat ekstrak daun kelor diawali dengan
terhadap sampel mie basah, dan mengumpulkan daun kelor, lalu dipisahkan
kandungan protein mie basah hasil dari rantingnya dan kemudian dicuci.
eksperimen. Setelah itu ditimbang sebanyak 100 gr dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk dilakukan proses penghancuran
mengetahui pengaruh penambahan menggunakan blender dengan
ekstrak daun kelor 0%,10%,20%,dan 30% ditambahkan air sebanyak 100 ml dan
pada pembuatan mie basah substitusi kemudain disaring untuk mendapatkan
tepung mocaf terhadap aspek warna, ekstraknya (Diantoro et al,2015).
tekstur, aroma, rasa, dan tensile strength,
tingkat kesukaan masyarakat terhadap 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel mie basah, dan kandungan protein
mie basah hasil eksperimen. Berdasarkan uji inderawi pada aspek
warna diperoleh perbedaan dari ketiga
2. METODE PENELITIAN sampel mie basah hasil eksperimen.
Sampel A (kontrol) memiliki rerata 4,6
Objek dalam penelitian ini adalah mie dengan kriteria warna menarik, sampel B
basah substitusi tepung mocaf (penambahan ekstrak daun kelor 10%)
penambahan ekstrak daun kelor dengan memiliki rerata 2,6 dengan kriteria agak
persentase 0%, 10%, 20%, dan 30%. menarik, sampel C (penambahan ekstrak
Desain eksperimen yang digunakan daun kelor 20%) memiliki rerata 3,13
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 dengan kriteria agak menarik, dan sampel
kali pengulangan. D (penambahn ekstrak daun kelor 30%)
Variabel yang digunakan yaitu variabel memiliki rerata 4,67 dengan kriteria warna
bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. menarik. Grafik rerata dari indikator warna
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah mie basah dapat dilihat pada gambar 1
penambahan ekstrak daun kelor dengan berikut.
persentase 0%, 10%, 20%, dan 30%.
Variabel terikatnya yaitu kualitas inderawi
(warna, aroma, tekstur, rasa), tensile RERATA INDIKATOR
strength mie basah hasil eksperimen,
tingkat kesukaan masyarakat, dan
WARNA
kandungan protein mie basah hasil
eksperimen. Variabel kontrolnya yaitu 4,6 2,6 3,13 4,67
pemilihan bahan, ukuran bahan, dan
peralatan yang digunakan. A B C D
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
dengan melakukan uji inderawi yang Gambar 1.Grafik Rerata Indikator Warna
selanjutnya dianalisis menggunakan
ANAVA, uji kesukaan yang selanjutnya Keterangan :
dianalisis menggunakan deskriptif
A : Sampel (sampel kontrol)
persentase, uji laboratorium kandungan
protein menggunakan metode Kjehhdal B : Sampel mie basah substitusi
dan tensile strength menggunakan Texture tepung mocaf dengan penambahan
Analyzer (LLOYD). Uji inderawi dilakukan ekstrak daun kelor 10%
dengan menggunakan panelis terlatih
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 11, No.2, November 2019 17
AROMA A B C D
penambahan ektrak daun kelor jumlah dari Hasil uji inderawi pada aspek rasa
bahan padatan diantaranya tepung terigu diperoleh data yaitu sampel A dan B
dan tepung mocaf yang digunakan dengan memiliki rerata 4,73 dengan kriteria tidak
proporsi sama pada semua sampel, pahit, sampel C memiliki rerata 4,53
sehingga bahan tersebut ketika dicampur dengan kriteria tidak pahit, dan sampel D
dengan ektrak daun kelor dan air menjadi memiliki rerata 3,67 dengan kriteria kurang
adonan yang homogen dan dihasilkan mie pahit. Grafik rerata indikator rasa dapat
substitusi tepung mocaf penambahan dilihat pada gambar 4 berikut.
ekstrak kelor yang sama yaitu agak kenyal.
Penelitian serupa dengan hasil penelitian
Pangesti (2018) yang menyatakan tekstur RERATA
pangsit dicampur dengan ekstrak daun
kelor pada pembuatannya, masih
INDIKATOR RASA
menghasilkan tekstur yang sama pada
setiap sampelnya yaitu cukup renyah yang 4,73 4,73 4,53 3,67
dikarenakan adanya homogen antar bahan
yaitu tepung terigu dan tepung tapioka. A B C D
Tekstur kenyal mie basah dihasilkan dari
Gambar 4. Grafik Rerata Indikator Rasa
tepung terigu yang digunakan yaitu tepung
terigu protein tinggi.
Setelah dianalisis varian diketahui bahwa
Tekstur kenyal mie basah dihasilkan dari
ada pengaruh secara nyata pada rasa
tepung terigu yang digunakan yaitu tepung
karena nilai signifikannya 0,012<0,05.
terigu protein tinggi yang memiliki gluten
Rata-rata menunjukkan bahwa sampel D
tinggi. Gluten pada tepung memiliki sifat
memiliki kriteria yang paling rendah
lentur (elastis) dan rentang (ekstansible),
diantara sampel yang lain, hal ini
kelenturan gluten terutama ditentukan oleh
disebabkan karena semakin banyak
glutenin, sedangkan kerentangannya
ekstrak daun kelor maka rasa pahitnya
ditentukan oleh gliadin (Indah,1992 dalam
cenderung meningkat yang disebabkan
Haryati,2006:42). Elastisitas pada mie
dari daun kelor itu sendiri. Menurut
dipengaruhi oleh senyawa gluten,
Rosyidah (2016:21) yang menyebabkan
sedangkan ekstrak daun kelor dalam hal ini
pahit pada daun kelor adalah senyawa
memiliki protein tinggi yang ditambahkan
tanin. Tanin dapat menyebabkan rasa
tidak memiliki senyawa gluten. Seperti
sepat karena saat dikonsumsi akan
yang diungkapkan oleh Trisnawati dan Nisa
tebentuk ikatan silang antara tanin dengan
(2015:240) konsentrat protein daun kelor
protein atau glikoprotein di rongga mulut
yang ditambahkan pada mie tidak
sehingga menimbulkan perasaan kering
mengandung senyawa gluten yang mampu
dan berkerut atau rasa sepat (Jamriati 2008
meningkatkan elstisitas mie, sehingga
dalam Yulianti 2008 dalam Rosyidah,
dengan semakin banyaknya konsentrat
2016:21). Rasa pahit akan hilang jika kelor
protein daun kelor yang ditambahkan maka
sering dipanen secara berkala untuk
akan semakin mengurangi proporsi bagian
dikonsumsi, karena jika jarang dikonsumsi
gluten dalam adonan sehingga daya
maka daun kelor memiliki rasa agak pahit
patahnya akan semakin menurun. Semakin
tetapi tidak beracun (Aminah,2015:37).
banyak konsentrat protein daun kelor yang
Hasil analisis deskriptif persentase
ditambahkan maka jumlah proporsi gluten
digunakan untuk mengetahui tingkat
yang berasal dari tepung terigu yang
kesukaan masyarakat terhadap mie basah
terdapat dalam adonan akan semakin
hasil eksperimen. Adapun uji kesukaan
menurun sehingga menurunkan nilai
pada penelitian ini menggunakan 80
elastisitasnya (Trisnawati dan Nisa,
panelis tidak terlatih dengan aspek yang
2015:242). Husna (2017) menyebutkan
dinilai meliputi aspek warna, aroma,
bahwa semakin banyak komponen non pati
tekstur, dan rasa. Ringkasan hasil uji
(serat) pada ekstrak daun kelor
kesukaan mie basah hasil eksperimen
menyebabkan sifat elastis mie berkurang
terhadap indikator warna, aroma, tekstur
sehingga akan mudah putus apabila terjadi
dan rasa dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
tekanan berupa tarikan atau regangan.
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 11, No.2, November 2019 19
Tabel 1. Hasil Uji Kesukaan Mie Basah menyebabkan masyarakat tidak begitu
Eksperimen menyukainya. Diantara sampel B, C,dan D
yang mana ditambahkan ekstrak kelor
Sampel
Indikator didapatkan bahwa rerata aroma yang
A B C D disukai yaitu sampel B (mie basah
substitusi tepung mocaf penambahan
Warna 3,78 2,21 3,7 4,04
ekstrak kelor 10%). Adanya penambahan
Aroma 3,64 3,54 2,73 2,43 ekstrak daun kelor yang semakin banyak
Tekstur 3,26 3,23 3,19 2,54
sehingga aroma langunya meningkat yang
menyebabkan panelis tidak menyukai
Rasa 3,35 3,51 2,19 2,61 sampel C dan D. Aroma langu disebabkan
Total 1123 999 1007 929 adanya enzim lipoksidae pada daun kelor.
Aspek tekstur yang paling disukai adalah
% 70,8 62,43 62,93 58,06 sampel A (kontrol) yang merupakan mie
Kriteria Suka Cukup Cukup Cukup basah substitusi tepung mocaf tanpa
Suka Suka Suka penambahan ekstrak daun kelor dengan
kriteria cukup kenyal dan jumlah rerata
kesukaannya yaitu 3,26. Sedangkan
Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa sampel B, C, dan D memiliki kriteria yang
tingkat kesukaan pada sampel A memiliki sama yaitu agak kenyal.
kriteria suka, sedangkan sampel B, C,dan Aspek rasa yang paling disukai panelis
D memiliki kriteria yang sama yaitu cukup adalah sampel B (penambahan ekstrak
suka, dengan persentase tertinggi yaitu kelor 10%) dengan kriteria tidak pahit dan
sampel A (kontrol) dan terendah sampel C memiliki rerata kesukaan sebesar 3,51.
(penambahan ekstrak daun kelor 30%). Semakin banyak ekstrak kelor yang
Adapun persentasenya bertutut-turut yaitu ditambahkan, rasa pahit yang disebabkan
sampel A 70,18%, sampel B 62,43%, oleh senyawa tanin pada daun kelor
sampel C 62,93%, dan sampel D 58,06%. semakin terasa. Sehingga sampel yang
Hasil analisa kesukaan masyarakat tidak disukai yaitu sampel D karena
dengan menggunakan metode deskriptif memiliki rasa yang cenderung pahit yang
persentase menunjukkan bahwa warna disebabkan karena penambahan ekstrak
yang disukai adalah sampel mie basah daun kelor 30%.
substitusi tepung mocaf penambahan Uji laboratorium dilakukan untuk
ekstrak kelor 30% yang memiliki kriteria mengetahui kandungan protein dan tensile
warna hijau menarik. Intensitas warna hijau strength mie basah hasil eksperimen. Hasil
pada mie basah eksperimen cenderung uji laboratorium dapat dilihat pada tabel 2.
meningkat dengan adanya penambahan Tabel 2. Hasil Uji Laboratorium
ekstrak daun kelor 10%, 20%, dan 30%.
Sehingga mie basah hasil eksperimen yang Sampel
No Parameter
memiliki tingkat kesukaan tertinggi sampel A B C D
D yaitu mie basah penambahan ekstrak
daun kelor 30%. Sampel 10% dan 20% 1. Protein (%) 7,42 7,63 8,07 8,12
kurang disukai karena intensitas warna 2. Tensile 0,064 0,051 0,029 0,025
hijaunya menurun, yang menyebabkan strength(Mpa)
panelis kurang menyukainya. Warna hijau
disebabkan karena adanya penambahan
ekstrak daun kelor yang mengandung Hasil uji laboratorium untuk keempat
klorofil atau pigmen hijau. sampel mie basah berupa protein dan
Aspek aroma yang paling disukai oleh tensile strength. uji yang dilakukan untuk
panelis adalah sampel A (sampel kontrol) protein yaitu Kjehdal sedangkan untuk
yang merupakan mie basah substitusi tensile strength menggunakan alat Tekstur
tepung mocaf tanpa penambahan ekstrak Analyzer (LLOYD) untuk mengujinya.
daun kelor dengan kriteria tidak langu. Kandungan protein sampel A (mie basah
Sampel B, C, dan D memiliki kriteria aroma substitusi tepung mocaf/kontrol),B (mie
agak langu dari daun kelor yang
20 Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 11, No.2, November 2019