Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI

Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

CRUFT-B (Crude Fiber Tacca Biscuit)

Eka Nofiatia, Khusnul Hotimah Ulfa, Muhammad Ja’far Shodiq,


Istiqomah Muk’arif, Siti Urfi Nafiaturrizkiyah

Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura


Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan Madura
Email: eka.nofiati30@gmail.coma; Telp. 0857 3235 6119a

ABSTRAK

Tacca leontopetaloides L. Kuntz memiliki keunggulan berupa kadar pati yang tinggi dan ketika dijadikan
tepung memiliki tekstur yang lebih lembut serta warnanya lebih putih dibandingkan dengan tepung terigu.
Tacca memiliki keunggulan berupa antioksidan yang tinggi yaitu kandungan vitamin C 40,1mg/100 gr umbi.
Tujuan dari penelitian untuk menentukam formulasi terbaik serta mengetahui sifat sensoris, serat pangan dan
antioksidan pada biskuit yang terbuat dari tepung tacca. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak
Kelompok dengan 2 faktor dan setiap faktor memiliki 5 perlakuan yaitu tepung tacca dan sakarin 20:0,2,
40:0,4, 40:0,2, 30:0,3, dan 10:0,3. Metode pengujian meliputi uji sensoris dengan 20 panelis tidak terlatih
untuk kesukaan terhadap aroma, warna, rasa, tekstur dan kesukaan keseluruhan dengan menggunakan skala
1-9, uji aktivitas antioksidan metode DPPH, dan uji serat pangan menggunakan metode enzimatis. Hasil
penelitian berdasarkan sifat sensoris nilai warna tertinggi yaitu 5,90(40:0,4) yang berbeda nyata dengan
perbandingan 20:0,2 dan 10:0,3, nilai rasa tertinggi yaitu 3,60(10:0,3) yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya, dan nilai rata-rata keseluruhan tertinggi yaitu 3,60(10:0,3) yang tidak berbeda nyata dengan semua
perlakuan. Hasil uji aktivitas antioksidan sebesar 92,6797±0,2880/mg ekivalen vit E/kg bahan menggunakan
pelarut methanol. Hasil analisa serat pangan total (crude fiber) memiliki kandungan serat sebesar
1,9432±0,2350/100 gram bahan. Hasil terbaik dari setiap perlakuan menjadi Crude Fiber Tacca Biscuit
sebagai produk pangan fungsional kaya serat pangan dan tinggi antioksidan.
Kata kunci: Tacca leontopetaloides L. Kuntz, biskuit, antioksidan, sensoris, serat pangan

ABSTRACT

Tacca leontopetaloides L. Kuntz has advantages of high starch content and has a softer texture if used as
flour and the color is whiter than the wheat flour. Tacca has an advantage of high antioxidant containing
vitamin C 40,1mg / 100 gr bulbs. The research aims to determine the best formulation and to figure out the
sensory characteristics, dietary fiber and antioxidants on biscuits made of flour Tacca. The method of the
research uses a randomized block design with 2 factors and each factor has 5 treatments that Tacca flour
and saccharin 20: 0.2, 40: 0.4, 40: 0.2, 30: 0.3 and 10: 0.3. The method testing involves sensory test by 20
untrained panelists for the preference for aroma, color, flavor, texture and overall liking by using a 1-9
scale, antioxidant activity test of DPPH method, and dietary fiber test using enzymatic methods. The result of
the sensory properties of the highest color value is 5.90 (40: 0.4) which is significantly different from the
ratio of 20: 0.2 and 10: 0.3, and the value of the highest sense is 3.60 (10: 0.3) which is significantly different
from other treatments, and the overall highest average value is 3.60 (10: 0.3) which is not significantly
different with all treatments. The test result of antioxidant activity is 92.6797 ± 0.2880 / mg equivalents of
vitamin E / kg of material using methanol solvent. The analysis result of total dietary fiber (crude fiber) has a
fiber content of 1.9432 ± 0.2350 / 100 grams of material. The best result of each treatment becomes Crude
Fiber Tacca Biscuit as a functional food product being rich in dietary fiber and high in antioxidants.
Keywords: Tacca leontopetaloides L. Kuntz, biscuit, antioxidant, sensory, dietary fiber

PENDAHULUAN
Tacca (Tacca leontopetaloides L. Kuntz) merupakan tanaman yang belum banyak
dimanfaatkan terutama di daerah Madura. (Syafi’i et al. 2013). Hasil uji organolaptik diketahui
bahwa produk roti chips dan stick dari tacca dalam penelitian sebelumnya cukup disukai dari segi
warna, aroma, tekstur (kerenyahan), dan kesukaan keseluruhan.
Menurut Aatjin (2012), pati tacca mengandung karbohidrat sebesar 74,8 %, protein 6,25%,
kadar air 16, 96%, kadar abu 1,37% dan lemak 0,35. Sehingga umbi tacca ini dapat dijadikan

A-252
ISBN: 978-602-7998-92-6
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

sebagai sumber energi yang mudah dicerna dan dapat menjadi makanan alternatif. Kandungan yang
tidak kalah pentingnya yaitu antioksidan yang tinggi pada umbi tacca (Habiba et al. (2011) yaitu
sejalan dengan kandungan vitamin C yang mencapai 40,1 mg/100 gr umbi (Ukpabi et al. (2009).
Tacca dapat dimanfaatkan sebagai pangan fungsional salah satunya cookies yang tinggi akan
antioksidan. Cookies merupakan salah satu inovasi yang dapat dilakukan sebagai langkah
diversifikasi bahan lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras dan tepung terigu,
sehingga impor beras dan tepung terigu dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
formulasi terbaik cookies berbahan dasar Tacca leontopetaloides L. Kuntz, uji sensoris, analisis
antioksidan, dan analisis serat pangan total. Formula terbaik menjadi Crude Fiber Tacca Biscuit
yang kaya akan antioksidan dan serat pangan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Juni 2015 di Laboratorium Teknologi Industri
Pertanian Unversitas Trunojoyo Madura dan Pusat Penelitian Pangan dan Gizi Universitas Katholik
Widya Mandala Surabaya.
Preparasi Pembuatan Biskuit
Bahan yang digunakan untuk pembuatan biskuit yaitu tepung umbi tacca dan bahan-bahan
pendukung lain. Langkah awal yang dilakukan untuk membuat biskuit yaitu membuat terlebih
dahulu tepung tacca dengan cara mengupas dan mencuci umbi tacca, kemudian mengiris tipis umbi
tacca dan mengeringkan dengan vacum drying. Setelah kering, maka umbi tacca dihaluskan dengan
grinder dan melakukan pengayakan dengan ayakan 80 mesh sampai mendapatkan tekstur tepung
yang lembut. Langkah selanjutnya yaitu mencampurkan semua adonan biskuit dengan presentase
perbandingan tepung tacca dan sakarin sebagai bahan tambahan.
Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor, faktor pertama
proporsi tepung tacca dan faktor kedua proporsi sakarin, setiap faktor memiliki 5 perlakuan yaitu
perbandingan tepung tacca dan sakarin 20:0,2, 40:0,4, 40:0,2, 30:0,3, dan 10:0,3 (%). Dianalisis
menggunakan software SPSS 16.0 dengan diuji analisis ragam atau Analysis of Variances
(ANOVA). Berikut perbandingan.
Tabel 1. Desain Penelitian
No Tepung Tacca (%) Sakarin (%)
1 20 0,2
2 40 0,4
3 40 0,2
4 30 0,3
5 10 0,3

Metode Pengujian
Uji Sensoris
Metode yang digunakan untuk pengujian sensoris menggunakan 20 panelis tidak terlatih
dengan skala kesukaan yang digunakan 1-9. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan panelis semakin
suka.
Uji Tekstural
Menggunakan Texture Analyser TA XT Plus Stable Micro System, dengan parameter yang
diukur adalah hardness and fracturability.
Uji Aktivitas Antioksidan
Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH
berdasarkan Arabshi dan Urooj (2007) dengan mengekstrak sampel dan melarutkan 1 gram sampel
dalam 10 ml metanol dan mendiamkannya selama semalam, kemudian menyaringnya untuk

ISBN: 978-602-7998-92-6 A-253


Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

mendapatkan filtrat lalu mengeringkannya untuk mendapatkan ekstrak dengan alat rotary
evaporator. Memasukkan 0,25 ml ekstrak kedalam tabung reaksi dengan menambahkan 2 ml
larutan DPPH 0,1 Mm dan metanol hingga mencapai volume 8 ml. Selanjutnya sampel
dipindahkan dalam kuvet untuk mengukur absorbansinya (pada menit ke-30) menggunakan
spektrofotometer (520nm). Terakhir membuat larutan kontrol dengan menambahkan methanol
kedalam 2 ml larutan DPPH hingga mencapai volume tabung reaksi 8 ml, dimana methanol dalam
pengujian ini sebagai blanko. Rumus aktivitas antioksidan (%)=[(Absorbansi konrol-absorbansi
sampel)/absorbansi kontrol]x100%.
Uji Serat Pangan
Analisa serat pangan yang digunakan menggunakan metode enzimatis, yaitu metode yang
dirancang berdasarkan kondisi fisiologi tubuh manusia. Metode yang dikembangkan adalah
fraksinasi enzimatis dengan menggunakan enzim amilase, diikuti menggunakan enzim pepsin,
kemudian pankreatin. Metode enzimatis ini dapat mengukur kadar serat makan total, serat larut,
dan tak larut secara terpisah. (Joseph, 2002).
Uji Kandungan Kimia
Analisis kimia yang akan kami lakukan yaitu analisa kadar abu, kadar air, kadar protein,
kadar lemak, dan kadar karbohidrat dengan menggunakan analisis proksimat. (AOAC, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Sensoris
Berikut merupakan hasil penilaian sensoris berdasarkan atribut rasa, aroma, warna, tekstur,
dan kesukaan keseluruhan.
Tabel 2. Hasil Uji Sensoris
Rasio tepung tacca Rata-rata nilai kesukaan
dan sakarin (%,%) Rasa Aroma Warna Tekstur Keseluruhan
20:0,2 3,1500bc 5,3000 2,7500a 4,5500 3,3500
40:0,4 1,8500a 4,5500 5,9000b 4,5000 2,9000
40:0,2 2,1500a 4,8500 5,2500b 4,9000 3,0500
30:0,3 2,6000ab 4,8000 4,5000b 4,9500 3,0000
10:0,3 3,6000c 4,6500 2,6000a 4,5000 3,6000

Gambar 1. Grafik Uji Sensoris pada Cookies

ISBN: 978-602-7998-92-6 A-254


Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

Berdasarkan Tabel 2 diketahui untuk rata-rata kesukaan terhadap rasa nilai tertinggi yaitu
3,600 pada perlakuan 10%:0,3%, nilai ini menunjukkan perlakuan 10%:0,3% berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Dari lima sampel yang ada menunjukkan semakin rendah proporsi tepung tacca
yang digunakan maka kesukaan terhadap rasa semakin tinggi, dikarenakan masih terdapat rasa
pahit yang terkandung pada tepung, hal ini merupakan kemajuan penelitian sebelumnya pada
penelitian Syafi’i et al., (2013) menunjukkan rata-rata kesukaan terhadap rasa pada pada produk
chips dan stick adalah 1,500 dan 1,200 sehingga terdapat peningkatan nilai dalam atribut rasa
berbahan dasar tepung tacca. Nilai tertinggi pada rata-rata kesukaan adalah 5,300 pada perlakuan
20:0,2, akan tetapi perlakuan ini tidak berbeda nyata terhadap perlakuan yang lain dikarenakan
kualitas aroma pasca pengovenan cookies sama. Untuk rata-rata kesukaan terhadap warna nilai
tertinggi adalah 5,9000 pada perlakuan 40:0,4, nilai ini menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan 40:0,2 dan 30:0,3, namun berbeda nyata dengan perlakuan 20:0,2 dan 10:0,3, hal ini
dikarenakan kualitas tepung tacca dengan tepung terigu berdasarkan warna lebih putih, sehingga
pada perlakuan 40:0,4 dengan tepung tacca 30 gram dan tepung terigu 40 gram kualitas warna hasil
pengovenan lebih cerah dan tidak gosong, berbeda halnya dengan perlakuan yang lain. Nilai
tertinggi untuk kesukaan tekstur adalah 4,9500 pada perlakuan 30:0,3, namun tidak berbeda nyata
dengan semua perlakuan. Berdasarkan Gambar 1 kesukaan keseluruhan (rasa, aroma, warna, dan
tekstur) nilai tertinggi adalah 3,60 pada perlakuan 10:0,3, namun juga tidak berbeda nyata dengan
semua perlakuan. Kesukaan ini sama halnya dengan rata-rata kesukaan pada rasa.
Hasil Uji Tekstural
Berikut merupakan hasil dari uji tekstural yang diperolah dengan menggunakan metode
penetro pengujian sebagai perbandingan:
Tabel 3. Nilai Hardness pada Cookies Tacca
Perlakuan (%,%) Hardness (Gsec)
20:0,2 1782.48950
40:0,4 1751.93825
40:0,2 1780.94075
30:0,3 1748.71325
10:0,3 1798.22375

Uji Tekstural menggunakan metode Penetro 36 dengan menggunakan alat Texture


Analyzer type XT Plus Stable Micro System. Hasil pengujian dengan metode penetro menunjukkan
pada koefisien hardness berdasarkan akumulasi atau rata-rata dari nilai positif dari berbagai
ukuran. Nilai tertinggi dari koefisien hardness terdapat pada sampel 5 (10:0,3) merupakan
perbandingan 7.5 gr tepung tacca dan 0.225 gr sakarin dengan nilai 1798.22375, dan nilai hardness
terendah adalah pada sampel 4 (30:0,3) merupakan perbandingan 22.5 gr tepung tacca dan 0.225 gr
sakarin dengan nilai 1748.71325. Menunjukkan bahwa untuk kadar tepung tacca yang paling
sedikit menghasilkan ukuran hardness yang paling tinggi.

Gambar 2. Diagram Batang Uji Tekstural

ISBN: 978-602-7998-92-6 A-255


Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

Berdasarkan faktor terpenting uji tekstural biskuit pada jurnal Nugraha (2010), menjelaskan
nilai fracturability tidak selalu muncul (not always present). Dapat disimpulkan untuk biskuit yang
nilai fracturabilitynya tidak muncul menunjukkan bahwa kualitas biskuit berdasarkan daya
teksturalnya lebih baik. Berdasarkan Astawan (2001) menjelaskan komponen terbesar dalam
pembuatan cookies adalah komponen pati, sedangkan komponen paling penting adalah protein,
karena terdapat senyawa glutenin dan gliadin pada protein yang akan bereaksi dengan air selama
adonan membentuk jaringan 3 dimensi yang mendukung pembentukan struktur cookies. Pada
pembuatan cookies diperlukan tepung dengan kadar protein rendah, karena kalau tinggi akan
menghasilkan kue yang keras dan kurang renyah. Dari hasil pengujian tekstural berdasarkan
kandungan protein tepung tacca adalah 6,52%, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
kandungan protein pada tepung terigu 7-9%.
Aktivitas Antioksidan Cookies.
Hasil pengujian aktivitas antioksidan menggunakan %inhibisi memiliki kandungan
antioksidan sebesar 92,6797±0,2880/mg ekivalen vit E/kg bahan. Menggunakan pelarut methanol,
sifat antioksidan dari ekstrak methanol sendiri diakibatkan oleh senyawa fenolik (total fenol) yang
terkandung didalamnya. Senyawa fenolik mampu mendonorkan radikal hidrogen untuk
menetralkan radikal bebas dan radikal fenolik yang terbentuk akan terstabilkan oleh resonansi.
(Prabawati, 2012). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan antivitas antioksidan cukup tinggi
dibandingkan dengan bahan baku lain misalnya mi dari tepung uwi ungu dengan kandungan
antioksidan sebesar 27,1891±0,3/mg ekivalen vit E/kg bahan (Khairuddin, 2013), sehingga potensi
ini perlu kajian lebih lanjut untuk pemanfaatn aktivitas antioksidan pada bahan baku Tacca.
Kemungkinan nilai persentase inhibisi tinggi disebabkan formulasi yang digunakan cenderung
masih lebih banyak tepung terigu. Namun hal itu besar kemungkinan disebabkan juga adanya
senyawa kimia, mineral, dan vitamin lain (Aondohulugh, 2015) seperti flavonoid 1,29±0,5 mg/100
gram dan saponin 15,20±0,05 mg/100 gram bahan karena dapat mencegah kerusakan jaringan sel
yang disebabkan oleh radikal bebas.
Hasil Analisa Serat Pangan (Crude Fiber)
Hasil analisa serat pangan total (%) sampel cookies cruft-b memiliki kandungan serat pangan
(crude fiber) sebesar 1,9432±0,2350/100 gram bahan. Hasil ini jika dibandingkan dengan
kandungan serat pangan pada cookies dari tepung garut yang memiliki kandungan serat pangan
sebesar 2,53 (%db) lebih kecil, juga pada tepung terigu yang mempunyai total serat 2,81% (%db).
Faktor yang mempengaruhi perbedaan nilai dari total serat diantaranya perbedaan umur umbi tacca
serta proses pembuatannya menjadi tepung atau pati. Semakin lama proses pengovenan akan
mengakibatkan serat mengalami kerusakan. (Marsono et al, 2005).
Hasil Uji Proksimat Cookies
Analisis proksimat diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Analisis Proksimat cookies Tacca
Analisis Proksimat (%)
Kadar air Kadar abu Kadar lemak Kadar protein Kadar karbohidrat
6,9544±0,0430 2,3744±0,240 24,6135±0,3520 9,1456±0,3150 56,9121

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa kandungan protein cookies cruft-b memilki
nilai 9,1456%/100 gram bahan, hasil tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan cookies
berbahan dasar tepung garut dengan nilai 5,85%±0,53/100 gram bahan dan cookies tepung terigu
dengan nilai 7,71%±0,00/100 gram bahan (Indriyani, 2007) juga pada cookies tepung talas dan
kelor dengan nilai 7,74%-8.98% (Dewi, 2013). Hal ini sudah mencukupi untuk standar SNI pada
cookies yaitu 9%. Selain itu kandungan karbohidrat dari sampel memiliki nilai 56,9121 %/100
gram bahan. Berdasarkan penelitian Aatjin, (2012) menunjukkan kandungan karbohidrat pada pati
tacca adalah 74,8%, dalam hal ini berarti kandungan karbohidrat pada tepung tacca lebih sedikit,
sehingga kandungan pati yang dimiliki akan lebih banyak. Disamping itu kandungan lemak pada
sampel adalah 24,6135%/100 gram bahan lebih besar jika dibandingkan dengan tepung garut

ISBN: 978-602-7998-92-6 A-256


Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

dengan nilai 24,58%±0,01/100 gram bahan, menunjukkan kandungan lemak meningkat setelah
tepung dibuat menjadi cookies, karena pada tepung tacca sendiri kandungan lemak senilai
0,3%/100 gram bahan.
KESIMPULAN
1. Formula terbaik dari analisa tekstur dan sensoris cookies cruft-b adalah sampel 5 dengan
perbandingan (10:0,3) merupakan perbandingan 7.5 gram tepung tacca dan 0.225 gram sakarin,
dengan nilai hardness 1798.22375 dan kesukaan keseluruhan 3,60.
2. Hasil analisis proksimat dan uji aktivitas antioksidan menunjukkan nilai yang terbaik yang
dihasilkan. Sedangkan untuk hasil kajian serat pangan total menunjukkan nilai
1,9432±0,2350/100 gram bahan. Nilai ini dapat naik jika faktor yang mempengaruhi dapat
dikendalikan.
3. Hasil analisis aktivitas antioksidan pada cookies tacca sangat tinggi yaitu sebesar
92,6797±0,2880/mg ekivalen vit E/kg bahan.

DAFTAR PUSTAKA

Aatjin AZ, Lelemboto MB. 2012. Pemanfaatan Pati Tacca Pada Pembuatan Biskuit. Universitas
Sam Ratulangi.
Aondohulugh JB, Aruh OA, Isaac UA. 2015. Chemical Composition of the Marc of a Wild
Tropical Plant Tacca involucrata (Schumah and Thonn, 1987). Journal of Food and
Nutrition Sciences 6(1):135-140.
Arabshi DS, Urooj A. 2007. Antioxidant Properties of Various Solvent Extracts of Mulberry
(Morus indica L.) Leaves. Food Chemistry 102: 1233-1240.
Astawan M. 2001. Pembuatan Mi dan Bihun. Cetakan 3. PT Penebar Swadaya.
Dewi AP. 2013. Substitusi Tepung Talas Belitung pada Pembuatan Biskuit Daun Kelor (Moringa
oleifera L. Amk.). Jurnal Pangan hal: 1-11. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
Yogyakarta
Edi N. 2010. Analisis Sifat Fisik (Texture Analysis). Seminar Nasional Food Science and
Technology. Bogor: Bogor Agriculture University 2010.
Habiba JD, IA Bello, AA Dzikwe, Z Ladan, M. Sabiu. 2011. Comparative Evaluation of
Phytochemicals, Antioxidant and Anti Microbial Activity of Four Medical Plants Native to
Northen Nigeria. Australian Journal of Basic and Applied Sciences 5(5): 537-543.
Indriyani, A. 2007. Cookies Tepung Garut (Maranta arundinaceae L.) dengan Pengkayaan Serat
Pangan. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Joseph G. 2002. Manfaat Serat Makanan Bagi Kesehatan Kita. Makalah Falsafah Sains. Bogor:
Program Pasca Sarjana IPB.
Khairuddin M. 2013. Mi Fungsional Gluten Free dengan efek Hipolipidemik dan Antioksidan
berbahan Dioscorea alata Var. Purpurea dan Tepung Singkong Termodifikasi oleh Fungi
Teruji Secara Tekstural dan Sensoris. Laporan Akhir PKM-P 2013. Bangkalan:
Universitas Trunojoyo Madura.
Marsono Y. 2004. Serat Pangan dalam Perspektif Ilmu Gizi. Pidato Pengukuhan Guru Besar.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Mokbel MS, F Hashinaga. 2005.Antibacterial and Antioxidant Activities of Banana (Musa,AAA
cv. Cavendish) Fruits Peel. American J of Biochemistry and Biotechnology. Vol. 1(3): 125-
131.
Prabawati, Susi Y, Setiawan, Andhika F, Agustina, Arini F. 2012. Sintesis Senyawa 1,4-Bis [(2-
Hidroksi-3-Metoksi-5-Formaldehid-Fenil)-Metil] Piperazin dari Bahan Dasar Vanilin dan
Uji Aktivitasnya sebagai Zat Antioksidan. Vol 8(1): 30-43.

A-257
ISBN: 978-602-7998-92-6
Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya Nasional FKPT-TPI
Program Studi TIP-UTM, 2-3 September 2015

Syafi’i M, Sony I, Daniel CZ. 2013. ROCHIST TACCA (Roti, Chips, dan Stick Umbi Tacca
(Tacca leontopetaloides l. Kuntz): Diversifikasi dan Kemandirian Pangan Berbasis Potensi
Lokal. LKIM UTM 2013. Bangkalan: Universitas Trunojoyo Madura.
Ukpabi UJ, E Ukenye, AO Olojede. 2009. Raw Material Potentials of Nigerian Polynesian
Arrowroot (Tacca leontopetaloides L. Kuntz) Tuber and Starch. Journal of Food
Technology. Vol. 7(4): 135-138.

A-258
ISBN: 978-602-7998-92-6

Anda mungkin juga menyukai