Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi berasal dari kata “pharmacon” yang berarti obat atau racun. Sedangkan pengertian
farmasi adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang meliputi kegiatan-kegiatan di bidang
penemuan, pengembangan, produksi, pengolahan, peracikan, informasi obat dan distribusi
obat.Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi
dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam atau
sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa
penyakit (Depkes,1995).
Dalam bidang farmasi terdapat farmasi fisika.Farmasi fisika merupakan salah satu mata
kuliah wajib dalam farmasi. Farmasi fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu
fisika yang diaplikasikan ke dalam ilmu farmasi (Gandjar,2007).
Salah satu subjek yang dipelajari dalam ilmu farmasi fisika adalah mikromeritik.
Mikromeritik merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu dan teknologi partikel kecil.
Pengetahuan dan pengendalian ukuran, serta kisaran ukuran partikel sangat penting dalam bidang
farmasi. Secara klinik, ukuran partikel suatu obat dapat mempengaruhi penglepasannya dari
bentuk-bentuk sediaan yang diberikan secara oral, parenteral, rectal, dan tropical. Formulasi
yang berhasil dari suspensi, emulsi dan tablet, dari segi kestabilan fisik dan respon
farmakologis,juga bergantung pada ukuran partikel yang dicapai dari produk itu. Dalam bidang
pembuatan tablet dan kapsul, pengendalian ukuran partikel sangat penting sekali dalam mencapai
sifat aliran yang diperlukan dan pencampuran yang benar dari granul dan serbuk (Beran,1996).
Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat kebanyakan berukuran
kecil dan jarang yang berada dalam keadaan optimum. Ukuran partikel bahan obat padat
mempunyai peranan penting dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat,
baik sifat fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat tersebut (Wunas,2011).
Dengan adanya mikromeritik setidaknya seorang ahli farmasi bisa memahami bagaimana
cara mengukur diameter partikel dari suatu sediaan, apalgai jika ukuran partikelnya sangat
mikrokoskopis setelah melalui proses pengayakan tentunya akan sngat susah untuk mengukur
diameter partikelnya.
1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pengukuran diameter partikel suatu zat
dengan menggunakan metode ayakan tertentu
1.2.2 Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat mengukur diameter partikel dari laktosa dan talkum dengan
menggunakan metode ayakan
1.2 Prinsip Percobaan
Pengukuran partikel dari serbuk berdasarkan atas penimbangan residu yang tertinggal pada
tiap ayakan yaitu dengan menyaring serbuk pada ayakan dari nomor Opn tinggi ke rendah yang
digerakkan dengan tenaga manusia dengan waktu dan kecepatan tertentu.
4.3 Pembahasan
Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari khusus tentang
ukuran suatu partikel, yang mana ukuran partikel ini cukup kecil. Mikromeritik dapat
didefinisikan sebagai cabang ilmu dan teknologi yang mengukur partikel-partikel kecil (Martin,
1993).
Di percobaan ini menggunakan metode pengayakan. Menurut Voight ( 1994) metode
pengayakan dapat didefinisikan sebagai suatu metode pemisahan berbagai campuran partikel
padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam serta terbebas dari kontaminan yang
memiliki ukuran yang berbeda dengan menggunakan alat pengayakan. Tujuan dari percobaan ini
yaitu dapat mengukur diameter partikel dari laktosa dan talkum dengan menggunakan metode
ayakan.
Pada percobaan ini, yang pertama dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Dibersihkan
alat menggunakan alkohol 70%. Menurut Khopkar ( 1990) Penggunan alkohol bertujuan untuk
menghilangkan semua jenis mikroorganisme yang terdapat dalam alat. Ditimbang laktosa dan
talkum masing – masing 15 g. Disusun ayakan Opn dari ayakan Opn nomor 70,30,26 dan 15.
Menurut Kurniawan (2012) Tujuan penyusunan ayakan adalah memisahkan partikel sesuai
dengan ukuran partikel masing-masing sehingga bahan yang lolos ayakan pertama akan tersaring
pada ayakan kedua dan seterusnya hingga partikel itu tidak dapat lagi melewati ayakan dengan
nomor Opn tertentu.
Dimasukkan laktosa dan talkum kedalam ayakan yang berbeda. Diayak serbuk laktosa dan
talkum, masing – masing 5 menit. Menurut Gandjar ( 2007) Waktu atau lama pengayakan (waktu
optimum), jika pengayakan terlalu lama akan menyebabkan hancurnya serbuk sehingga serbuk
yang seharusnya tidak terayak akan menjadi terayak. Jika waktunya terlalu lama maka tidak
terayak sempurna.
Ditimbang serbuk laktosa dan talkum yang terdapat dalam ayakan. Tujuan dari
penimbangan serbuk laktosa dan talkum ini untuk menegetahui persen tertinggal, sehingga
diameter rata – rata sampel dan diameter sampel bisa diketahui. Hasil dari penimbangan yaitu
residu laktosa dengan berat 12,73 g, ayakan nomor 72 dengan berat 0,53 g, ayakan nomor 30
dengan berat 0,06 g, ayakan nomor 26 dengan berat 0,06 g, ayakan nomor 15 dengan berat 0,04
g. Hasil penimbangan serbuk talkum yaitu residu dengan berat 12,02 g, nomor ayakan 72 dengan
berat 1,84 g, nomor ayakan 30 dengan berat 0,29 g, nomor ayakan 26 dengan berat 0,37 g, dan
nomor ayakan 15 dengan berat 0,28 g.
Dihitung masing – masing % tertinggal dengan membandingkan bobot tertinggal dan
jumlah bobot sampel dikalikan 100%. Didapatkan hasil dari residu serbuk talkum sebanyak
80,07%, nomor ayakan 72 sebanyak 12,26%, nomor ayakan 30 sebanyak 1,92%, nomor ayakan
26 sebanyak 2,46% dan nomor ayakan 15 sebanyak 1,86%. Hasil dari residu serbuk laktosa
sebanyak 84,87%, nomor ayakan 72 sebanyak 3,53%, nomor ayakan 30 dan 26 sebanyak 0,4%
dan nomor ayakan 15 sebanyak 0,27%.
Dihitung masing – masing diameter rata – rata sampel, dimana bobot tertinggal dikalikan
dengan masing - masing % tertinggal dan dibandingkan dengan jumlah dari semua % tertinggal.
Didapatkan hasil dari residu serbuk laktosa sebanyak 12,07 g/µm, nomor ayakan 72 sebanyak
0,021 g/µm, nomor ayakan 30 dan 26 sebanyak 0,00026 g/µm dan nomor ayakan 15 sebanyak
0,00012 g/µm. Hasil dari residu serbuk talkum sebanyak 9,75 g/µm, nomor ayakan 72 sebanyak
0,23 g/µm, nomor ayakan 30 sebanyak 0,0057 g/µm, nomor ayakan 26 sebanyak 0,0092 g/µm,
dan nomor ayakan 15 sebanyak 0,0052 g/µm.
Dihitung masing – masing diameter sampel laktosa dan talkum. Dipercobaan ini
didapatkan hasil dari serbuk laktosa 12,097 µm dan hasil dari serbuk talkum didapatkan
10,00395 µm. Menurut Marzuki ( 2012) ukuran diameter untuk laktosa berkisar 200-400 µm dan
untuk ukuran diameter talkum 0, 3066 µm.
Kemungkinan kesalahan dari percobaan ini yaitu pada saat memasukkan sampel dalam
ayakan, jumlah sampel akan berkurang atau tumpah pada saat dimasukkan dalam ayakan. Pada
saat proses pengayakan yaitu kecepatan yang tidak konstan pada saat mengayak. Dan pada saat
penimbangan.

Anda mungkin juga menyukai