Anda di halaman 1dari 17

KOMPONEN FRAKSI SERAT SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN RATIO

KONSENTRAT DAN LIMBAH JAGUNG MUDA YANG BERBEDA


FIBER COMPONENTS OF COMPLETE FEED SILAGE WITH DIFFERENT
RATIO OF CONCENTRATE AND YOUNG CORN WASTE

Santiana Aul* , Maritje A. Hilakore **, Markus M. Kleden***.


Fakultas Peternakan Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana
Jl. Adisucipto penfui. Kupang 85001
email: santyjelahu@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen fraksi serat silase pakan komplit
dengan ratio konsentrat dan limbah jagung muda. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Kimia Pakan Fapet Undana. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. setiap perlakuan di tambahkan 80 ml
mikroorganisme lokal (Mol) Perlakuan yang dicobakan adalah P0= Jagung muda 100 %+
konsentrat 0 %, P1= Jagung muda 90% + konsentrat 10% , P2= Jagung muda 80% +
konsentrat 20%, P3= Jagung muda 70% + konsentrat 30% dan P4= Jagung muda 60% +
konsentrat 40%. Parameter yang diamati adalah kandungan NDF, ADF, lignin, selulosa
dan hemiselulosa. Data yang diperoleh dianalisis dengan analysis of variance (ANOVA)
dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan kandungan ADF, lignin dan terhadap
peningkatan kandungan NDF, selulosa dan hemiselulosa silase pakan komplit.
Disimpulkan bahwa silase pakan komplit berbahan dasar limbah jagung muda dengan
adanya penambahan penggunaan konsentrat hingga level 40% mampu meningkatkan
komponen NDF,Selulosa dan Hemiselulosa dan serta dapat menurunkan kandungan
ADF, dan lignin silase pakan komplit.
Kata kunci: Silase komplit, limbah jagung muda, konsentrat, fraksi serat.

ABSTRACT
This study aims to determine the fiber fraction component of complete feed silage with a
concentrate ratio added with local microorganisms (Mol) and young corn waste. The
research was carried out at the Feed Chemistry Laboratory of the Faculty of Animal
Husbandry, Undana. This study used a completely randomized design (CRD) with 5
treatments and 3 replicates. Each treatment added lokal microorganisme (mol) The
treatments tested were P0 = 100% young corn + 0% concentrate , P1 = 90% young corn +
10% concentrate, P2 = 80% young corn + 20% concentrate P3 = young corn 70% +
concentrate 30% and P4 = young corn 60% + concentrate 40%. The parameters observed
were the content of NDF, ADF, lignin, cellulose and hemicellulose. The data obtained
were analyzed by analysis of variance (ANOVA) and if there were differences among
the treatments continued with Duncan’s range test. It was found that increased the
concentrate ratio to young corn waste had significant effect (P<0.05) to decreased content
of ADF, lignin and increased content of NDF, cellulose and hemicellulose in complete
feed silage. The result of this study can be concluded that addition of concentrate ratio to
young corn waste, 60:40 %, was able to increased the NDF, Cellulose and Hemicellulose
components and also reduce the ADF and lignin content of the complete feed silage.

Keywords: Complete silage, young corn waste, concentrate, fiber fraction.

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pakan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ternak baik untuk hidup pokok,
pertumbuhan dan reproduksi ternak. Hijauan merupakan sumber pakan utama, sehingga
untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia maka kontinuitas ketersediaan hijauan
dan kualitas yang baik. Hal ini sangat penting karena produktivitas ternak merupakan
fungsi dari ketersediaan pakan dan kualitasnya. Ketersedian hijauan umumnya
berfluktuasi mengikuti pola musim, dimana produksi hijauan melimpah di musim hujan
dan sebaliknya terbatas dimusim kemarau (Lado, 2007). Kekurangan pakan, kualitas
maupun kuantitas, dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak. Salah satu cara
mengatasi kekurangan pakan pada ternak adalah meningkatkan penggunaan sumber
pakan alternatif yang potensial, memiliki harga yang murah, mudah diperoleh serta tidak
bersaing dengan kebutuhan manusia misalnya limbah pertanian seperti limbah jagung.
Menurut Basymeleh (2009) limbah tanaman jagung meliputi batang 50%, daun 20%,
kulit 10% dan tongkol jagung 20% yang merupakan sumber bahan pakan yang cukup
potensial karena tersedia sepanjang tahun dalam jumlah yang cukup berlimpah. Limbah
jagung merupakan salah satu sumber pakan alternatif yang memiliki potensi untuk
menghasilkan pakan dengan biaya rendah (Retnani et al.,2014). Ummiyasih dan Wina
(2008) mengemukakan bahwa pengolahan limbah tanaman jagung ditujukan selain untuk
tahan disimpan juga meningkatkan kandungan nutrisinya. Kandungan nutrizi limbah
jagung mudaadalah bahankering 21,10%,protein kasar 9,91%,lemakkasar 1.78%,
seratkasar 27,70%, abu10,20%, BETN 50,20%, TDN54,085 (Sutardi 2009). Oleh karena
itu diperlukan suatu metodeteknologi pengolahan agar kualitas jerami jagung dapat
ditingkatkan yaitu dengan proses silase atau proses fermentasi.

Pakan komplit (complete feed) merupakan kumpulan bahan-bahan pakan


termasuk hijauan atau limbah pertanian dan konsentrat yang telah dihitung bagiannya,
diproses dan dicampur menjadi satu kesatuan, diberikan secara bebas pada ternak
ruminansia untuk memasok nutrien yang dibutuhkan oleh ternak (Paramita et al.,2008).
Pemberian pakan komplit lebih praktis dan sangat menghemat tenaga kerja serta petani
tidak perlu lagi setiap hari mencari rumput (Babaetal.,2012). Penggunaan
mikroorganisme lokal (MOL)sebagai starter dalam pembuatan silase limbah jagung muda
telah dilaporkan oleh Djami et al.,(2018) bahwa dengan penambahan 80 ml (v/b) Mol
cairan rumen kambing dan air kelapa muda mampu meningkatkan protein kasar dari

2
13,26 menjadi 23,79%, serta menurunkan kandungan serat kasar dari 28,60% menjadi
21,23%.Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan suatu penelitian tentang
“komponen fraksi serat silase pakan komplit dengan ratio konsentrat,dan jerami jagung
muda yang berbeda”.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Kimia Pakan Fakultas Peternakan
Kelautan dan Perikanan Universitas Nusa Cendana selama 16 minggu dari bulan Juni –
Agustus Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yang terdiri dari 2 minggu persiapan alat
dan bahan, 6 minggu pelaksanaan ,dan 8 minggu pengambilan data. Penelitian ini
dirancang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan
3 ulangan.
Materi penelitian
Bahan yang digunakan yaitu limbah jagung muda, mol, air kelapa muda , konsentrat
dan air dan adapun alat yang digunakan selama penelitian adalah timbangan duduk merek
Yamato kapasitas 5 kg dan kepekaan 100 gr digunakan untuk menimbang limbah jagung
muda, timbangan duduk merek Boeco Germany kapasitas 6000 gr dan kepekaan 1 gr
digunakan untuk menimbang sampel, gelas ukur kapasitas 250 ml untuk mengukur air
kelapa dan air, gelas ukur kapasitas 500ml cairan rumen, tabung ukur kapasitas 50 ml
yang digunakan untuk mengukur jumlah starter pada setiap perlakuan, parang untuk
mencacah limbah jagung muda dan kantong plastik ukuran 50x32 cm sebagai tempat
fermentasi limbah jagung muda (silo), tali rafia untuk mengikat silase.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan
(eksperimental method). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan sebagai berikut:
P0= jagung muda 100% + konsentrat 0 %
P1= jagung muda 90% + konsentrat 10%
P2= jagung muda 80% + konsentrat 20%
P3= jagung muda 70 % + konsentrat 30%
P4= jagung muda 60% + konsentrat 40%
Semua perlakuan di tambahakan 80 ml mikroorganisme lokal (mol)
Prosedur Penelitian
a. Pembuatan Inokulum

3
Cairan rumen kambing kacang diambil dari rumah potong hewan, selanjutnya
dicampur dengan air kelapa muda dengan ratio 1:2 kemudian, diaduk hingga homogen,
cairan ini selanjutnya digunakan sebagai starter dalam proses fermentasi sebanyak 80 ml
per 1000 gr bahan (Djami et al., (2018).
b. Penyiapan Wadah (silo) dan Substrat Fermentasi
Campurkan cairan rumen kambing dan air kelapa muda dengan ratio 1:2 kemudian
diaduk hingga tercampur merata (homogen) sehingga dapat digunakan sebagai starter
fermentasi.
c. Pembuatan Ransum Perlakuan
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrat dan limbah jagung
muda yang merupakan perlakuan dari penelitian ini. Konsentrat yang digunakan terdiri
dari berbagai macam bahan pakan yaitu dedak padi, putak, jagung giling, tepung lamtoro
dan tepung gamal. Ransum perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari konsentrat dan
limbah jagung muda. Adapun komposisi dan kandungan nutrisi ransum penelitian
berdasarkan perlakuan tertera secara rinci pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Ransum Komplit Penelittian.
Bahan Pakan Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Limbah Jagung Muda (%) 100 90 80 70 60
Konsentrat (%) 0 10 20 30 40
Pk (%) 10,6 11,30 12,00 12,70 13,40
Sk (%) 25,49 24,81 24,12 23,44 22,76
TDN (%) 49,96 51,11 52,26 53,41 54,57

Parameter penelitian
Analisis yang dilakukan untuk menghitung kandungan NDF, ADF, lignin,
selulosa dan hemiselulosa yang digunakan residu pakan yang telah dilakukan
secara in vitro. Analisis kecernaan NDF,ADF,lignin,selulosa dan hemiselulosa
menggunakan prosedurVan Soest (1994), sesuai prosedur AOAC(1998).
a.Neutral Detergent Fiber (NDF).
a. Timbang sampel sebanyak 1 gram (A) masukkan kedalam gelas piala 600
ml, tambahkan 100 ml larutan NDS dan panaskan. Ekstrak selama 60 menit
dari mulai mendidih.

4
b. Saring menggunakan cawan kaca masir G2 yang telah ditimbang
sebelumnya (B), bilas residu menggunakan air panas dan aceton.
c. Keringkan pada oven 105°C sampai beratnya stabil, angkat dan dinginkan
dalam desikator, setelah dingin lalu ditimbang (C).
(C−b)
% NDF = x 100%
(a)
Ket:
a : berat sampel
b : berat saring cawan kaca masir G2
c : berat sampel setelah di oven dan desikator

b.Acid Det ergent Fiber (ADF)


1. Timbang sampel 1 gram (A) kemudian masukkan kedalam gelas piala
600ml. Tambahkan 100 ml larutan ADS, ekstrak selama 60 menit dari
mulai mendidih.
2. Saring menggunakan cawan kaca masir yang telah ditimbang sebelumnya
(B), bilas residu menggunakan air panas dan aceton.
3. Keringkan pada oven 1050C selama ± 4 jam sampai beratnya stabil, angkat
dan dinginkan dalam desikator. Setelah dingin, keluarkan cawan dari
desikator dan ditimbang (C).
(c−b)
% ADF = x 100%
(a)
ket :
a : berat sampel
b : berat cawan kaca masir
c : berat sampel setelah di oven dan desikator
c.Lignin
1. Analisa lignin merupakan kelanjutan dari analisa ADF dan lignin. Sampel
yang sudah dikeringkan (D), selanjutnya dibakar dalam tanur dengan
tempratur ± 400°C selama 4 jam.
2. Angkat dan dinginkan cawan dalam deksikator dan timbang (E). Besarnya
kandungan lignin dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
d−e
% Lignin = X 100%
a
ket:

5
a : berat sampel
d : berat residu ADF setelah di oven dan di tanur
e : berat lignin setelah deksikator

d.Selulosa
Analisis selulosa merupakan lanjutan dari analisa ADF :
1. Sampel analisa ADF yang sudah ditimbang (C) ditambahkan ditambah
larutan asam sulfat (H2SO4) 72% sampai terendam selama 3 jam.
2. Setelah 3 jam, residu dibilas menggunakan air panas dan aceton. Keringkan
pada oven 105°C selama ± 4 jam sampai beratnya stabil, angkat dan
dinginkan dalam desikator.
3. Setelah dingin, keluarkan cawan dari desikator dan timbang (D). Besarnya
kandungan selulosa dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
(c−d)
% Selulosa = x 100%
(a)
ket: a : berat sampel (awal)
c : berat sampel setelah di oven dan deksikator
d : berat residu ADF setelah di oven dan deksikator

e.Hemiselulosa
Analisis kandungan Hemiselulosa dihitung dari selisih antara NDF dan ADF,
dengan menggunakan rumus berikut :
% hemiselulosa = % NDF – % ADF.
Analisis Data:
Analisis data yang digunakan adalah Analysis of Variance (ANOVA) dengan 5
perlakuan dan 3 ulangan, kemudian akan diuji lanjut menggunakan uji Duncan
dengan menggunakan software SPSS versi 24 .

HASIL DAN PEMBAHASAN

6
Data Tabel. 3 memerlihatkan pengaruh perlakuan terhadap parameter yang
diamati.
Tabel 3. Rataan kandungan NDF, ADF, lignin, selulosa, hemiselulosa dengan
Penggunaan silase pakan komplit
Perlakuan
.  Uraian P
P0 P1 P2 P3 P4
56.9 55. 54.02 5
NDF
52.35 ± 0,64 a
2 ± 1,55 b
12 ± 2,55 ab
± 0,97 ab
3 ,70± 0,94 ab
0.048

ADF
29.18 ± 0,77c 29.11 ± 0,69c 27.86± 0,37b 26.51 ± 0,25a 26.98 ± 0,56ab 0.000

Lignin
8.52 ± 0,98b 8.60 ± 1,03b 7.92 ± 0,88b 6.13 ± 0,76a 7.73 ± 0,47ab 0.003

Selulosa
15.98 ± 0,13a 18.13 ± 0,41c 17.35 ± 0,55bc 16.90± 0,75b 17.0 6± 0,08b 0.032

Hemiselulosa
23.24 ± 1,33a 27.74 ± 0,83b 27.26 ± 2,18b 28.51 ± 0,93b 28.93 ± 1,85b 0.007

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan pengaruh yang nyata
(P<0,05).

Pengaruh perlakuan terhadap kandungan Neutral Detergent Fiber (NDF)


Neutral Detergent Fiber merupakan zat makanan yang tidak larut dalam deterjen
netraldan merupakan metode yang cepat untuk mengetahui total serat dari dinding sel
yang terdapat dalam serat tanaman, (Van Soest1982). Semakin tinggi NDF, maka kualitas
daya cerna pakan semakin rendah. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukan
bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap peningkatan kandungan
NDF silase pakan komplit. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa P0-
P1,P1-P3,P1-P4 berbeda nyata (P<0,05) terhadap kandungan NDF, sementara
perlakuan P0-P2,P0-P3,P0-P4,P1-P2,P2-P3,P2-P4,P3-P4 menunjukkan tidak
berbeda (P˃0,05). Meningkatnya ratio konsentrat terhadap limbah jagung muda
menyebabkan peningkatan kandungan NDF. Artinya perubahan ratio konsentrat
terhadap limbah jagung muda pada silase pakan komplit sangat berpengaruh terhadap
kadar NDF silase, yakni semakin tinggi ratio tersebut maka kandungan NDF silase
ikut meningkat. Penggunaan konsentrat pada silase pakan komplit dapat
mengakibatkan peningkatan NDF, hal ini karena konsentrat mengandung protein
kasar lebih tinggi serta serat yang lebih rendah dibanding limbah jagung muda,

7
sehingga bertambahnya ratio konsentrat terhadap limbah jagung diikuti oleh
ketersediaan karbohidrat mudah larut silase perlakuan turut bertambah.
Peningkatan nilai NDF silase pakan komplit berbasis limbah jagung muda
diduga terjadi akibat bakteri asam laktat (BAL) banyak mendegradasi karbohidrat
bukan serat dan protein sebagai sumber energi sedangkan bahan organik tidak
mudah larut seperti NDF tidak mengalami degradasi sehingga persentase NDF
pada silase tetap tinggi. Menurut Fariani dan Akhadiarto (2012), peningkatan
rataan NDF pada silase diakibatkan karena bahan organik yang mudah dicerna
telah banyak dirombak oleh bakteri asam laktat selama proses ensilase sehingga
yang tersisa adalah bahan organik yang tidak mudah dicerna seperti NDF.
Demikian halnya dijelaskan oleh Sandi et al., (2020) bahwa peningkatan nilai NDF dapat
terjadi akibat bakteri asam laktat (BAL) banyak mendegradasi karbohidrat bukan serat
dan protein sebagai sumber energi sedangkan bahan organik tidak mudah larut seperti
NDF tidak mengalami degradasi sehingga persentase NDF pada silase menjadi lebih
tinggi. Peningkatan kandungan NDF juga dikarenakan selama proses fermentasi
mikrobamemanfaatkan isisel terlebih dahulu untuk mendukung pertumbuhannya,
selanjutnya diikuti dengan perombakan dinding sel(Nurcahyani et al., 2006). Selanjutnya
Tai dkk., (2015) melaporkan bahwa inkubasi silase menggunakan nira lontar
dapat meningkatkan kadar NDF kulit kopi, meningkatnya kadar NDF ini
disebabkan oleh larutnya bahan organik yang mudah dicerna.
Kandungan NDF pada penelitian adalah sebesar 52,35- 53,70% lebih rendah di
bandingkan penelitian Febriany et al.,(2020) ransum komplit berbasis tebon jagung,
rumput raja dan konsentrat (25:50:25%) dapat kandungan NDF sebesar 72,65%
Selanjutnya oleh Armin et al.,( 2019) silase pakan komplit eceng gondok yang berbeda
dan konsentrat dapat meningkatkan kandungan NDF adalah sebesar 53,16 % dengan
perlakuan eceng gondok dan konsentrat 70 % : 30 %. Rahmawati (2014) pada pakan
komplit berbahan rumput gajah, konsentrat dan biomasa murbei dengan
penurunan kandungan NDF sebesar 17,61% (60 : 10 : 30%). Selanjutnya Eka
(2018) pada pakan komplit berbahan dasar limbah jagung dan konsentrat adalah
50.905 % setelah fermentasi 21 hari.

8
Pengaruh perlakuan terhadap kandungan Acid Detergent Fiber ( ADF)
Acid Detergent Fiber adalah zat makanan yang tidak larut dalam deterjen asam
yang terdiri dari selulosa, lignin dan silika (VanSoest1982)danADF komponen dari
dinding sel yang tersusun dari selulosa dan lignin. Hasil analisis ragam (ANOVA)
menunjukan pengaruh yangsangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan ADF silase pakan
komplit. Hasil uji lanjut Duncan jugamenunjukkan bahwa P0 berbeda nyata dengan
perlakuan P2, P3 dan P4,namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, antara
perlakuanP2-P4 tidak berbeda nyata dan perlakuan P2-P3adanya perbedaan yang nyata,
dan perlakuanP3-P4 menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.Hasil yang di peroleh
menunjukan bahwa ratio konsentrat terhadap limbah jagung muda yang bertambah
menyebabkan kandungan ADF menurun. Kandungan ADF silase pakan komplit
turun sebesar 5,36%. Menurunnya kandungan ADF ini diduga akibat terurainya
komponen ADF menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mudah larut,
selanjutnya terjadi perenggangan ikatan sehingga selulosa meningkat sebaliknya
proporsi ADF menurun. Menurut Arif (2001), bahwa terjadi perenggangan ikatan
lignoselulosa dan hemiselulosa akan diikuti oleh meningkatnya isi sel (NDS).
Penurunan kandungan ADF silase pakan komplit pada penelitian ini dapat juga
disebabkan karena terjadinya penguraian selulosa dan lignin oleh asam organik pada
proses ensilase. Pernyataan ini didukung oleh Setiawan et al., (2016) penurunan
kandungan ADF terjadi karena adanya aktivitas mikroba yang berkembang selama
ensilase berlangsung. Selanjutnya Pujioktari (2013) bahwa kandungan ADF mengalami
penurunan karena adanya bakteri selolitik yang mampu menghasilkan senyawa sederhana
yaitu glukosa. Penurunan kandungan ADF diakibatkan oleh adanya mikroba yang bekerja
melakukan perubahan-perubahan yang dapat pada mutu pakan, diantarnya mampu
menurunkan kandungan ADF tersebut. Hal ini karena adanya mikroorganisme yang
menyebabkan perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti mutu bahan pakan baik
dari segi gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Penurunan
kandungan ADF oleh mikroba mampu mendegradasi molekul penyusun dinding sel. Hal
tersebut karena ADF merupakan fraksi dinding sel yang terdiri dari selulosa dan lignin,
sehingga apabila kandungan selulosa menurun akibat mikroba, maka kandungan ADF
juga akan mengalami penurunan.

9
Penurunan kandungan ADF dapat terjadi karena perombakan dinding sel
menjadi komponen yang lebih sederhana yaitu hemiselulosa dan glukosa selama
proses fermentasi serta terlarutnya sebagian protein dinding sel dan hemiselulosa
dalam larutan detergent asam. Sehingga meningkatkan porsi ADS akan
menyebabkan menurunnya kadar ADF. Menurunnya kandungan ADF disebabkan
karena terjadinya pemutusan ikatan lignoselulosa dan aktivitas mikroba yang
berkembang selama berlangsungnya fermentasi, serta dipertahankannya kondisi
anaerob.

Hasil kandungan ADF pada penelitian adalah sebesar 29,18 -26,98% masih lebih
rendah dari penelitian Delia ( 2013) pada ransum daun coklatdan konsentrat (60:40%)
dapat menurunkan kandungan ADF adalah sebesar 55,48-34,27%, tetapi lebih tinggi di
bandingkan penelitian Karim (2014) yang menggunakan konsentrat, jerami padi,
dan biomassa murbei (50:10:40%) dengan penurunan sebesar 5,54%.

Pengaruh perlakuan terhadap kandungan Lignin

Lignin merupakan bagian dari tanaman yang tidak dapat dicerna dan berikatan kuat
dengan selulosa dan hemiselulosa. Lignin tidak tergolong dalam karbohidrat tetapi berada
dalam tanaman dan merupakan komponen atau kesatuan dalam karbohidrat. Imsyai et
al., (2014), bahwa ikatan lignoselulosa merupakan pembatas dalam pemanfaatan
bahan pakan dalam ransum karena akan menurunkan tingkat kecernaan sehingga
mengurangi nilai nutrisi pakan. Hasil analisis ragam (ANOVA) menunjukkan
bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan kandungan
lignin. hasil uji lanjut Duncan perlakuan menunjukkan bahwa P0-P3 berbeda
nyata (P<0,05) terhadap kandungan lignin, sedangkan P0-P1, P0-P2, P0-P4, P1-
P2, P1-P3, P1-P4, P2-P3, P2-P4 dan P3-P4 menunjukkan perbedaan yang tidak
nyata (P>0,05) terhadap kandungan lignin. penurunan kandungan lignin silase
pakan komplit sebesar 10,9%. Penurunan kandungan lignin diduga karena konsentrat
sebagai sumber utama karbohidrat mudah larut yang merupakan sumber energi dan
dengan kandungan protein kasar konsentrat yang cukup tinggi sebagai sumber N
(nitrogen).Semakin tinggi ratio konsentrat terhadap silase limbah jagung muda maka
perkembangan bakteri asam laktat terutama protein juga semakin tinggi, sehingga bakteri

10
lebih cepat membantu pemecahan lignoselulosa karena mikroba lebih banyak untuk
mengurai lignin. Sesuai pendapat Anam et al.,(2012) penurunan kandungan lignin
menunjukkan bahwa selama ensilse terjadi penguraian ikatan lignin.

Penurunan kandungan lignin selama fermentasi, hal ini menunjukkan bahwa telah
terjadi proses pemisahan serta pemecahan ikatan lignoselulosa, sehingga selulosa yang
tinggi akan menurnkan kandungan lignin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arif (2001)
yang menyatakan bahwa kandungan lignin yang rendah disebabkan oleh selulosa yang
tinggi pada proses lignoselulosa sehingga setelah proses ensilase terjadi perenggangan
dan pemisahan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, sehingga semakin tinggi selulosa
pada pemisahan ikatan lignin maka selulosa akan menurnkan kandungan lignin.
Selanjutnya sebagian bakteri menggunakan gula sederhana tersebut menjadi asam asetat,
laktat dan butirat, sebagai hasil fermentasi karbohidrat terlarut oleh bakteri.
Hasil kandungan lignin dari penelitian ini adalah sebesar 8,52-7,73% lebih rendah
dari penelitian Anwar et al.,(2014) pada silase pelepah sawit dan bungkil inti sawit
(60:40%) dapat menurunkan kandungan lignin adalah sebesar 17,82 : 16,62 %.
Demikian jugadilaporkan Rahmawati (2014), pakan komplit berbahan rumput
gajah, konsentrat dan biomasa murbei (60:10:30%) kandungan lignin sebesar
17,87%.

Pengaruh perlakuan terhadap kandungan selulosa

Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman dan bahan
yang tahan terhadap hidrolisis asam dan tidak mudah larut dalam larutan Acid Detergent
Fiber sehingga selulosa sulit untuk dicerna dan selulosa senyawa karbohidrat yang utama
terdapat pada pakan hijauan dan sangat penting bagi ternak ruminansia sebagai sumber
energi. Analisis ragam ( ANOVA) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata
(P<0,05) terhadap kandungan selulosa silase pakan komplit. Uji lanjut Duncan
menunjukkan bahwa perlakuan P0 berbeda nyata (P<0,05) dengan P1, P2, P3 dan
P4, serta P2 berbeda nyata (P<0,05) dengan P3 dan P4, sedangkan P2, P3, dan P4
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan selulosa.
Peningkatan kandungan selulosa silase pakan komplit sebesar 8,63% .
Penggunaan konsentrat di karena konsentrat sebagai sumber utama karbohidrat
mudah larut yang merupakan sumber energi dan kandungan protein kasar

11
konsentrat yang cukup tinggi sebagai sumber N (nitrogen) sangat mempengaruhi
pertumbuhan bakteri asam laktat, serta dengan bantuan dengan adanya
penambahan penggunaan cairan rumen sebagai sumber bakteri selulolitik,
sehingga mengakibatkan selama proses fermentasi bakteri selulolitik dan bakteri
asam laktat dapat merenggangkan ikatan lignoselulosa, sehingga kandungan
selulosa pada silase pakan komplit yang mendapat perlakuan penggunaan
konsentrat semakin meningkat.

Peningkatan ini dipengaruhi dari kandungan ADF yang berdampak pada


kandungan selulosa. Selain itu, bertambahnya konsentrasi mikroba dapat memecahkan
selulosa menjadi komponen yang sederhana yaitu glukosa. sejalan dengan pendapat Foni
et al.,(2019) yang menyatakan bahwa akibat pertumbuhan mikroba selama proses
ensilase mikroba dalam proses fermentasi terjadinya pelepasan selulosa yang terikat
lignin serta selulosa yang dihasilkan tidak terhidrolisis pada larutan NDS. Selanjutnya
menurut Pujioktari (2013), bahwa kandungan serat kasar mengalami penurunan
karena adanya bakteri selulolitik yang mampu menghasilkan senyawa selulase
yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi senyawa yang sederhana. Arif (2001)
yang menyatakan kandungan lignin yang rendah disebabkan oleh kandungan
selulosa yang tinggi.
Hasil kandungan selulosa dari penelitian ini adalah sebesar 15,98 - 17,06 % lebih
rendah dari penelitian Indah (2014 ) pada silase pakan komplit jerami padi, murbei dan
konsentrat (50:10:40%) dengan kandungan selulosa sebesar 23,54-24,84. selanjutnya
Rahmawati (2014), melaporkan pada silase pakan komplit rumput gajah dan biomassa
murbei dengan ratio 60 : 40 % mengandung selulosa sebesar 23,10 %.

Pengaruh perlakuan terhadap kandungan Hemiselulosa

Hemiselulosa merupakan polisakarida yang mempunyai tingkat degradasi lebih


baik dibandingkan selulosa dan lignin dan hemiselulosa merupakan dua senyawa
karbohidrat yang utama terdapat pada pakan hijauan dan sangat penting bagi ternak
ruminansia sebagai sumber energi. Analisis ragam ( ANOVA )menunjukkan bahwa
pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan hemiselulosa silase
pakan komplit. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P0 berbeda

12
nyata (P<0,05) dengan P1, P2, P3 dan P4, sedangkan P1, P2, P3, dan P4
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) terhadap kandungan
hemiselulosa. Peningkatan kandungan hemiselulosa silase pakan komplit adalah
sebsesar 20,95%. Konsentrat merupakan pakan ternak ruminansia yang kaya akan
karbohidrat sederhana seperti pati dan lainnya sehingga karbohidrat inilah yang
digunakan oleh mikroba selama proses ensilase sebaliknya hemiselulosa sedikit
digunakan menyebabkan kadar hemiselulosa dalam substrat tetap tinggi. Menurut
McDonald (1991) hidrolisis hemiselulosa dilakukan oleh mikroorganisme yang
menggunakan gula sebagai substratnya sehingga belum terjadi pemecahan
hemiselulosa selama tahap awal fermentasi dan bakteri asam laktat akan
merombak hemiselulosa setelah karbohidrat tersedia habis terpakai membentuk
asam organik.

Kemungkinan lain adalah kandungan hemiselulosa merupakan prosentase dari


kandunganNDF dan ADF, karena untuk mendapatkan persentase kandungan
hemiselulosa adalah selisih persentase NDF dikurangi persentase ADF. Hal ini sejalan
dengan pendapat Pamungkas (2012) yang menyatakan bahwa fraksi serat yang
mengalami kenaikan adalah hemiselulosa dimana hemiselulosa merupakan selisih
kandungan NDF dan ADF. Foni et al.,(2019) hemiselulosa tersusun dari polimer
karbohidrat, sehingga mikroba lebih mudah untuk memecahkan karbohidrat menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Hemiselulosa adalah bagian dari fraksi serat yang mampu
dicerna oleh ternak ruminansia dengan bantuan enzim hemiselulase. Enzim hemiselulase
merupakan salah satu enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang berfungsi untuk
mendegradasi hemiselulosa menjadi glukosa.
Hemiselulosa lebih tinggi kecernaan dibandingkan dengan selulosa, hal ini
disebabkan oleh komponen penyusun dari hemiselulosa terdiri atas polimer karbohidrat
yang mengandung gula-gula heksosa, pentosa, araban, xilan, dan poliuronat yang kurang
tahan terhadap pelarut kimia ataupun reaksi enzimatis dibanding selulosa. menggunakan
gula pentosa sebagai substratnya yang dibutuhkan mikroorganisme dalam menghasilkan
enzim selulolitik untuk bekerja telah mencapai tingkat optimum dan mencukupi sehingga
kandungan hemiselulosa meningkat.Hemiselulosa mempunyai rantai polimer yang
pendek dan tak berbentuk sehingga sebagian besar dapat larut dalam air.

13
Rerata kandungan hemiselulosa pada silase pakan komplit dalam penelitian
ini 23,24- 28,93% .Hal ini didukung oleh pendapat Sutardi (1990) yang
menyatakan bahwa rendahnya kecernaan hemiselulosa disebabkan karna adanya
ikatan lignin, sehingga terbentuk ikatan lignohemiselulosa yang sulit dicerna,
akibatnya kemampuan dari mikroba rumen dalam memanfaatkan hemiselulosa
sebagai sumber energi juga rendah. Hasil kandungan hemiselulosa pada
penelitian ini masih lebih rendah dibanding dengan penelitian (Delia Novika
2013)pakan berbahan rumput lapangan, konsentrat, dan daun coklat, penurunan
kandungan selulosa sebesar 39,13% (0%rumput
lapangan :40%konsentrat:60%daun coklat )
Rataan kandungan hemiselulosa dari penelitian ini adalah sebesar 23,24-
28,93% lebih rendah dari penelitian Ramadhan et.,al(2014) dengan penggunaan
konsentrat dan rumput banggala (50:50&) peningkatkan kandungan hemiselulosa sebesar
77,67%. Selanjutnya Elihasridas (2015) melaporkan ransum limbah jagung amoniasi dan
konsentrat 60:40% dengan peningkatan hemiselulosa adalah sebesar 52,21%.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil peneltian ini dapat disimpulkan bahwa ratio penggunaan
konsentrat terhadap limbah jagung muda yang semakin tinggi pada silase pakan
komplit dapat menurunkan komponen serat kasar ADF dan lignin juga
meningkatkan kandungan NDF, selulosa dan hemiselulosa.
Saran
perlu penelitian ini lebih lanjut in vivo untuk melihat respon ternak terhadap
perubahan kandungan NDF,ADF,lignin, selulosa dan hemiselulosa dari silase
pakan komplit selama fermentasi menggunakan silase limbah jagung muda
dengan penambahan penggunaan level konsentrat.

DAFTAR PUSTAKA

14
Anam, N.K., R.I Pujaningsih., Prasetiyono B.W.H.E. 2012. Kadar Neutral Detergent
Fiber dan Acid Detergent Fiber pada Jerami Padi dan Jerami Jagung Yang
Difermentasi Isi Rumen Kerbau. Jurnal Animal Agriculture 1 (2): 352-361.

Arif, R. 2001. Pengaruh Penggunaan Jerami Jagung Amoniasi Terhadap Daya Cerna
NDF, ADF, dan ADS dalam Ransum Ideal. Jurnal Agroland, 8 (2). 208-215

Baba, S., M. I. Dagong, A. Ako, A. Sanusi, A. Muktiani. 2012. Produksi Complete Feed
Berbahan Baku Lokal dan Murah Melalui Aplikasi Participatory Technology
Development Guna Meningkatkan Produksi Dangke Susu di Kabupaten Enrekang.
Prossiding inSINas. Makassar.

Basymeleh, S. 2009. Pengaruh jenis hijauan pakan dan lama penyimpanan terhadap sifat
fisik wafer. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Djami T. 2018. Pengaruh penambahan cairan rumen kambing dengan level berbeda
terhadap komposisi kimia silase jerami jagung muda. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Nusa Cendana, Kupang.

Elihasridas, Ningrat, R.W.S., 2015. Degradasi in vitro fraksi serat ransum berbasis
limbah jagung amoniasi. J. Peternak. Indones. 17(2), 116-122

Elihasridas dan R. Herawati, 2014. Kecernaan in-Vitro Ransum Berbasis Limbah Jagung
Amoniasi Dengan Berbagai Rasio Konsentrat Untuk Ruminansia. Jurnal
Peternakan Indonesia. Vol. 16 (3).

Eka Syafri Yanti 2018. Kandungan Fraksi Serat Silasepakan Komplitberbasis Limbah
Jagung(Zea Mays)Yang Difermentasi Dengan Mikroorganisme Lokal “Probiotik
Moiyl. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Fitriani dan Asyari, H. 2017. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Pakan Komplit
Berbasis Tongkol Jagung dengan Penambahan Azolla Sebagai Pakan Ruminansia.
Jurnal Galung Tropika. Vol. 6 (1). 12-18.

Foni LR, Lawa EDW dan Hilakore MA. 2019. Pengaruh Penggunaan Cairan Rumen
Kambing Sebagai Starter Mikroba Terhadap Perubahan Komponen Serat Klobot
Jagung Muda. Jurnal Peternakan Lahan Kering. 1(3): 445 – 453.

Halili, A. 2014. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin pakan lengkap jerbahan


Jerami padi, daun gamal dan urea mineral molases liquid. Skripsi. Fakultas
peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Handayani, S., A.E. Harahap dan E. Saleh. (2018). Kandungan fraksi serat silase kulit
pisang kepok (Musa paradisiaca) dengan penambahan level dedak dan lama
pemeraman yang berbeda. Jurnal Peternakan, 15(1): 1–8.

Imsya A, Laconi A. B, Wiryawan K. G dan Widyastuti Y. 2014. Biodegradasi


Lignoselulosa dengan Phanerochaete chrysosporium Terhadap Perubahan Nilai
Gizi Pelepah Sawit. Jurnal Peternakan Sriwijaya ISSN 2303 – 1093, Vol. 3, No.2

15
Indh Istinah Karim 2014. Kandunganadf,Ndf,Selulosa,Hemiselulosa Dan Lignin Silase
Pakan Komplit Berbahan Dasar Jerami Padi Dan Beberapa Level Biomassa
Murbei (Morus Alba) Universitas Hasanuddin Maksar

Jena K, Kleden MM, Benu I. 2020. 118 kecernaan nutrien dan parameter rumen pakan
konsentrat yang mengandung tepung daun kersen sebagai pengganti jagung secara
in vitro . Jurnal Nukleus Peternakan. 7 (2):118-129.

Leng, 1991. Nutrion and Growth Manual. Australian University Internasional Program.
Canberra.

Mugiawati R. 2013. Kadar air Dan pH silase Rumput Gajah pada Hari ke-21 Dengan
penambahan jenis aditif dan Bakteri Asam Laktat. jurnal Ternak ilmiah, 1(1):201-
201.

Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B.L.Ginting. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan
Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan
universitas Jambi.

Musnandar, E., R. A. Muthalib., dan A. Hamidah. 2010. Pemanfaatan Pelepah Sawit


sebagai Pakan Berkualitas untuk Pertumbuhan dan Kualitas Daging Kambing.
Jurnal Penelitian Universitas Jambi. Seri Sains 12 (2): 71 – 78

Novrariani, Nur (2017) Pengaruh Penggunaan Jerami Jagung sebagai Pengganti


Rumput Lapangan dalam Ransum Terhadap Kecernaan fraksi Serat (NDF, ADF,
Selulosa dan Hemiselulosa) Secara In Vitro. Diploma thesis, Universitas Andalas.

Pamungkas, W. 2012. Koefisien Kecernaan Fraksi serat Bungkil Kelapa Sawit yang
Dihidrolisis dengan Enzim Asal Cairan Rumen Domba Sebagai Pakan Benih Ikan
Patin Siam (Pangasius hypophthalmus). Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Jawa
Barat.

Pujioktari, P. 2013. Pengaruh Level Trichoderma Harzianum dalam Fermentasi Terhadap


Kandungan Bahan Kering, Abu dan Serat Kasar Sekam Padi. Skripsi Fakultas
Peternakan Universitas Jambi. Jambi

Retnani, Y., I.G. Permana, N.R. Komalasari, & Taryati. 2014. Teknik Membuat Biskuit
Pakan Ternak dari Limbah Pertanian. Jakarta: Pnebar Swadaya.

Rahmawati 2014.Kandungan Adf,Ndf,Selulosa,Hemiselulosa Dan Lignin Silase Pakan


Komplit Berbahan Dasar Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) Dan Beberapa
Level Biomassa Murbei (Morus Alba )Fakultas Peternakan Hasanudin Makasar

Sutardi, T., S. H Pratiwi, A, Adnan dan Nuraini, S. 1980. Peningkatan Pemanfaatan


Jerami Padi melalui Hidrolisa Basa, Suplementasi Urea dan Belarang.
Bull.Makanan Ternak. 6 Bogor Sutardi, T. 2009. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sutardi,T.2009. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid 1. Fakultas Peternakan Institut Pertanian


Bogor ,Bogor.

16
Sandi, Laconi S, E, B, Sudarman A, Wiryawan K.G, dan Mangundjaja D. 2010. Kualitas
Nutrisi Silase Berbahan Baku Sungkong yang Diberi Enzim Cairan Rumen Sapi
dan Leuconostoc Mesenteroides. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tai, S.B., Wea R., Paga A. & Koten B.B. 2015. Pengaruh lama pemeraman
dengan nira lontar terhadap perubahan fraksi serat kulit kopi kering. Jurnal
lmu Ternak 15, 50 – 55.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro- kusumo dan S.
Lebdosoekojo. (1991). Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press, Yogyakarta.
Umiyasih, U. & Wina. E. 2008. Pengolahan dan nilai nutrisi limbah tanaman jagung
sebagai pakan ternak ruminansia.Wartazoa 18 (3): 127 – 136

17

Anda mungkin juga menyukai