Anda di halaman 1dari 12

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

Volume VI No 1 Oktober 2017


p-ISSN: 2302-3600, e-ISSN: 2597-5315

PERBANDINGAN PEMBERIAN FERMENTASI KOTORAN KAMBING,


AMPAS TAHU DAN ROTI AFKIR TERHADAP PERFORMA
PERTUMBUHAN, KANDUNGAN PROTEIN, DAN ASAM AMINO LISIN
Daphnia sp.

I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, Vivi Endar Herawati*1

ABSTRAK

Daphnia sp. merupakan pakan alami yang sering digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pakan larva ikan air tawar pada tahap pembenihan karena memiliki
kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Permasalahan yang terjadi yaitu semakin
berkurangnya daphnia di alam saat cuaca buruk sehingga perlu dilakukan kultur
massal. Kotoran kambing memiliki kandungan unsur N dan K lebih besar dari
kotoran sapi, ampas tahu merupakan limbah yang memiliki kandungan protein
sebesar 226,6 sampai 434,78 mg/l. sedangkan roti afkir memiliki kandungan protein
sebanyak 10,25%. Lisin merupakan asam amino yang mempunyai peranan penting
yaitu menstimulasi selera makan, membantu mengubah asam lemak menjadi
energi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kombinasi
fermentasi kotoran kambing, roti afkir dan ampas tahu terhadap pertumbuhan,
protein, dan asam amino lisin, Daphnia sp.. wadah yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah bak beton berukuran 2 x 1 x 1,5 m dengan volume air mencapai
600 L. Padat penebaran Daphnia sp. yaitu 100 ind/l. Penelitian ini menggunakan
metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan
pengulangan perhitungan populasi sebanyak 3 kali. Perlakuan dalam penelitian ini
yaitu Perlakuan A (0 % kotoran kambing, 50 % ampas tahu dan 50 % roti afkir),
B (25 % kotoran kambing, 50 % ampas tahu dan 25 % roti afkir), C (25 % kotoran
kambing, 25 % ampas tahu dan 50 % roti afkir, D (50 % kotoran kambing, 25 %
ampas tahu dan 25 % roti afkir) dengan Jumlah total kombinasi yaitu 200 g/l. Data
yang diamati meliputi kepadatan populasi, kandungan protein, asam amino lisin dan
kualitas air.
Hasil penelitian menunjukkan fase adaptasi terjadi pada hari ke- 0 sampai hari
ke-3, fase eksponensial terjadi pada hari ke- 4 sampai hari ke 16 sesdangkan fase
kematian terjadi pada hari ke- 18 sampai hari ke-26. Pada penelitian ini kandungan
protein tidak berbeda nyata antar perlakuan seddangkan kandungan lisin memiliki
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan C dengan perlakuan lainya.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu pemberian 25% kotoran kambing, 25%
ampas tahu dan 50% roti afkir dapat membuat kandungan nutrisi pada media kultur
menjadi lebih baik sehingga dapat mendukung untuk pertumbuhan fitoplankton

1
Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang. Jawa Tengah ± 50275, Telp/Fax. +6224 7474698

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


632 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

yang mengakibatkan meningkatnya laju pertumbuhan, kandungan protein dan asam


amino lisin Daphnia sp.

Kata kunci: Daphnia sp., kotoran kambing, ampas tahu, roti afkir, lisin

Pendahuluan cukup tinggi. Roti afkir mengandung


protein kasar 10,25%, serat kasar
Daphnia sp. merupakan pakan 12,04%, lemak kasar 13,42%, kalsium
alami yang sering digunakan sebagai 0,07%, phospor 0,019%, air 6,91% dan
pakan larva ikan karena memiliki abu 0,80% serta energi bruto 4.217
berbagai keunggulan diantaranya, kkal/kg. (Widjastuti, 2007). Selain itu
memiliki kandungan nutrisi yang cukup ampas tahu dapat dijadikan sebagai
tinggi, sesuai dengan bukaan mulut pupuk karena mengandung protein
larva, mudah dicerna dan kasar cukup tinggi yaitu 27,55% dan
pemberiannya pada media budidaya kandungan zat nutrien lain adalah
ikan tidak menyebabkan penurunan lemak 4,93%, serat kasar 7,11%,
kualitas air zaidah (2012). Kandungan BETN 44,50% (Nuraini et al., 2007).
protein Daphnia sp. berkisasr 42-54%, Kandungan yang terdapat pada bahan
kandungan lemak berkisar 6,5-8% dari bahan organik tersebut nantinya akan
berat keringnya, dan asam lemak digunakan sebagai pupuk organik
linoleat dan linolenatnya berkisar 7,5 dalam media yang selanjutnya dapat
dan 6,7 % (Herawati et al., 2013). Asam menumbuhkan fitoplankton dan akan
amino lisin memiliki peranan penting dimakan oleh Daphnia sp. Pada
bagi ikan yaitu kerangaka pembentuk fermentasi terjadi proses yang
vitamin B1, bersifat anti virus, menguntungkan diantaranya dapat
membantu penyerapan kalsium, menghilangkan bau yang tidak
pembentukan hormon antibodi, diinginkan, meningkatkan daya cerna,
menstimulasi selera makan, membantu menghilangkan zat antinutrisi yang
mengubah asam lemak menjadi energi. terdapat pada bahan mentahnya.
Kandungan nutrisi dalam tubuh Tujuan dari penelitian ini adalah
Daphnia sp. bergantung pada pupuk untuk mengetahui pengaruh performa
yang digunakan. Pupuk organik yang pertumbuhan, kandungan protein dan
biasa digunakan pada kultur Daphnia asam amino lisin pada Daphnia Sp.
Sp. adalah kotoran ayam, kotoran yang di kultur dengan menggunakan
sapi, kotoran babi, kotoran kotoran kambing, ampas tahu dan roti
kambing/domba, dan kotoran kuda afkir dengan dosis yang berbeda dan
(Putri et al., 2015). Kandungan nutrisi untuk mengetahui kombinasi pupuk
dari kotoran kambing menurut terbaik yang menghasilkan
Mardiana, (2011), yaitu : karbon pertumbuhan, protein dan asam amino
organik (C) 30,17, Nitrogen (N) 1,73, lisin paling tinggi di antara semua
Fosfor (P) 2,57, Kalium (K) 1,56 dan perlakuan.
Sulfur (S) 0,34. Selain dari kotoran
hewan bahan organik lainya bisa di
peroleh dari roti afkir yang juga
memiliki kandungan nutrisi yang

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 633

Metode menggunakan 4 perlakuan dan setiap


penghitungan populasi diulang
Hewan uji yang digunakan pada sebanyak 3 kali. Jumlah total kombinasi
penelitian ini yaitu pakan alami berupa antara kotoran ayam, ampas tahu, dan
Daphnia sp. yang diperoleh dari alam roti afkir yaitu 200 g/l. Perlakuan
dengan kepadatan penebaran yaitu 100 tersebut memodifikasi penelitian Damle
ind/l. Dasar penebaran yang dilakukan dan Chari (2011) dengan perlakuan
berdasarkan penelitian yang dilakukan terbaik pada 50 gr/L kotoran ayam, 100
oleh Herawati et al., (2015) bahwa gr/L roti afkir, 50 gr/L ampas tahu.
kepadatan penebaran Daphnia sp. Perlakuan dalam penelitian adalah
sebanyak 100 ind/l. Wadah yang kombinasi pupuk organik dalam media
digunakan dalam kultur masal Daphnia kultur dengan dosis yang berbeda yaitu:
sp. adalah bak beton sebanyak 4 buah Perlakuan A = 0 % kotoran kambing,
dengan ukuran 2 x 1,2 x 0,5 m yang diisi 50 % ampas tahu dan 50 % roti afkir;
air sebanyak 600 liter. Media yang Perlakuan B = 25 % kotoran kambing,
digunakan dalam kultur Daphnia sp. 50 % ampas tahu dan 25 % roti afkir;
berupa pupuk organik kombinasi dari Perlakuan C = 25 % kotoran kambing,
kotoran ayam, ampas tahu, dan roti afkir 25 % ampas tahu dan 50 % roti afkir;
yang di fermentasi menggunakan Perlakuan D = 50 % kotoran kambing,
bakteri probiotik. Pupuk organik yang 25 % ampas tahu dan 25 % roti fakir
sudah difermentasi selanjutkan Tahapan sebelum dilakukan
dimasukan kedalam air media yang penebaran pupuk organik kedalam
akan digunakan untuk kultur Daphnia media kultur yaitu menyiapkan semua
sp.. bahan, melakukan penimbangan bahan
Rancangan percobaan yang yang akan digunakan, dan melakukan
digunakan dalam penelitian ini adalah analisa nutrien pupuk organik sebelum
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan setelah fermentasi.

Tabel 1. Kandungan nutrien pupuk organik sebelum fermentasi


Perlakuan
Parameter Metode uji
A B C D
Nitrogen (N) 2,24 ± 0,06 1,25 ± 0,08 2,23 ± 0,01 10,78 ± 0,08 Kjeldhal
Phosphor (P) 0,19 ± 0,03 0,17 ± 0,01 1,03 ± 0,09 0,45 ± 0,06 AQAC 958.01.2000
Kalium (K) 0,39 ± 0,02 0,45 ± 0,03 0,45 ± 0,03 0,15 ± 0,03 AQAC 958.01.2000
Sumber : Hasil uji kandungan N,P dan K di Laboratorium Balai Industri Semarang (2016)

Tabel 2. Kandungan nutrien pupuk organik sesudah fermentasi


Perlakuan
Parameter Metode uji
A B C D
Nitrogen (N) 2,74 ± 0,05 2,12 ± 0,08 3,29 ± 0,02 2,98 ± 0,06 Kjeldhal
Phosphor (P) 0,27 ± 0,02 1,14 ± 0,02 1,30 ± 0,01 1,76 ± 0,06 AQAC 958.01.2000
Kalium (K) 0,69 ± 0,09 1,56 ± 0,03 1,61 ± 0,09 2,05 ± 0,05 AQAC 958.01.2000
Sumber : Hasil uji kandungan N,P dan K di Laboratorium Balai Industri Semarang (2016)

Data yang diambil pada protein, asam amino lisin dan kualitas
penelitian meliputi kepadatan air.
populasi Daphnia sp., kandungan Kepadatan populasi Daphnia sp.
dihitung setiap 2 hari dengan

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


634 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

mengambil Daphnia sp. pada 3 titik pengukuraan suhu menggunakan


sampling paling padat sebanyak 1 ml termometer dan pengukuran pH
kemudian dilakukan perhitungan menggunakan pH tester.
jumlah Daphnia sp. pada setiap titik Pengontrolan pH air berkisar antara
sampling dan dilakukan 3 kali 7,5-8,0 apabila pH air berada dibawah
pengulangan pada setiap titik untuk 7,5 maka dilakukan penambahan
mendapatkan data yang valid. kapur dolomit.
Kandungan protein diperoleh Data yang didapatkan kemudian
dari uji analisa proksimat yang dianalisis menggunakan analisis
meliputi Protein, karbohidrat, lemak, ragam (ANOVA). Sebelum dilakukan
serat kasar, dan kadar abu. Menurut analisis ragam, data terlebih dahulu
Izzah (2014) menjelaskan bahwa dilakukan uji normalitas, uji
kandungan nutrisi Daphnia sp yang homogenitas dan uji aditivitas untuk
dianalisa berupa protein, karbohidrat, mengetahui bahwa data bersifat
lemak, dan abu dalam berat kering, normal, homogen dan aditif. Setelah
analisis kimia pada Daphnia sp. yang dilakukan analisis ragam, apabila
dilakukan adalah analisis proksimat. diperoleh hasil berpengaruh
Asam amino lisin di uji dengan berpengaruh nyata (P<0,05) maka
menggunakan metode HPLC. kemudian dilakukan uji wilayah
Pengukuran parameter kualitas Duncan untuk dapat mengetahui
air yang meliputi suhu, DO, dan pH perbedaan nilai tengah antar
dilakukan setiap hari. Pengukuran DO perlakuan. Data kualitas air dianalisis
menggunakan DO meter, secara deskriptif.

Hasil dan Pembahasan populasi Daphnia sp. selama 26 hari


dengan periode perhitungan 2 hari
Kepadatan populasi Daphnia sp. sekali tersaji pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil penelitian,
didapatkan pola pertumbuhan

1300
1200
Kepadatan (ind/ml)

1100
1000
900 A
800
700
600
500 B
400
300
200 C
100
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 D
Hari ke-

Gambar 1. Grafik pola pertumbuhan populasi Daphnia sp.

Berdasarkan grafik pola dengan dosis yang berbeda


pertumbuhan selama penelitian menunjukkan hasil dari setiap
menggunakan fermentasi ampas tahu, perlakuan membentuk kurva sigmoid
roti afkir dan kotoran kambing yang terdiri dari fase adaptasi, fase

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 635

eksponensial, fase stasioner dan fase 502,2 ind/ml. dan terjadi fase
kematian. Fase adaptasi dimulai dari kematian dimulai pada hari ke 18
hari ke-0 hingga hari ke-2 pada pada setiap perlakuan kepadatan
masing-masing perlakuan nilai tertinggi terjadi pada perlakuan C
tertinggi didapat pada perlakuan D (25% kotoran kambing, 25% g/l
(50% kotoran kambing, 25% ampas ampas tahu dan 50% roti afkir)
tahu dan 25% roti afkir) dengan dengan kepadatan rata-rata 553,3
jumlah rata-rata 219,4 individu/ml individu/ml. Sedangkan kepadatan
dan terendah pada perlakuan A (0% terendah pada perlakuan A (0%
kotoran kambing, 50% ampas tahu kotoran kambing, 50% ampas tahu
dan 50% roti afkir) yaitu 168,7 ind/ml dan 50% roti afkir) dengan kepadatan
. Fase eksponensial perlakuan terjadi 239 individu/ml dengan selisih 314
pada hari ke-16 perlakuan C (50% ind/ml.
kotoran kambing, 25% ampas tahu
dan 25% roti afkir) memiliki jumlah Kandungan Protein Daphnia sp.
populasi terbanyak pada puncak Berdasarkan hasil penelitian
populasi yaitu 1146,86 ind/ml dan yang di lakukan kandungan protein
perlakuan A (0% kotoran kambing Daphnia sp. disajikan pada Gambar 2
50% ampas tahu dan 50% roti afkir) yaitu sebgai berikut :
memiliki kepadatan terendah yaitu

63 62.5613 62.4411
62
protein (%)

61 60.4705
60 59.3219
59
58
57
A B C D
perlakuan

Gambar 2. Histogram kandungan protein Daphnia sp.

Berdasarkan histogram hasil tidak adanya perbedaan yang nyata


kandungan protein Daphnia sp. dapat antar perlakuan.
diketahui bahwa kandungan protein
yang tertinggi yaitu pada perlakuan C Kandungan Lisin Daphnia sp.
dengan kandungan protein sebesar Berdasarkan penelitian yang
62,58% sedangkan yang terendah telah dilakukan, didapatkan hasil
yaitu pada perlakuan A dengan kandungan lisin Daphnia sp. yang
kandungan protein sebesar 59,33% dikultur menggunakan fermentasi
selisih antara perlakuan A dan C yaitu ampas tahu, roti afkir dan kotoran
3,25%. Hasil tersebut menunjukkan kambing dengan dosis yang berbeda
tersaji pada Gambar 3.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


636 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

25.00 22.67

20.00 16.70
15.47
lisin (%)

15.00
10.23
10.00

5.00

0.00
A B C D
Perlakuan

Gambar 3. Histogram kandungan lisin Daphnia sp.

Berdasarkan histogram hasil


kandungan lisin Daphnia sp. dapat Kualitas Air
diketahui bahwa kandungan lisin Pengukuran kualitas air
yang tertinggi yaitu pada perlakuan C dilakukan setiap hari. Parameter yang
dengan kandungan protein sebesar diukur meliputi suhu, pH, dan DO.
22,67% sedangkan yang terendah Data pengukuran kualitas air
yaitu pada perlakuan A dengan disajikan dalam bentuk kisaran dan
kandungan protein sebesar 10,23% dibandingkan berdasarkan referensi.
selisih antara perlakuan A dan C yaitu Data pengukuran kualitas air dapat
12,44%. Hasil tersebut menunjukkan dilihat pada Tabel 3. Data pengukuran
adanya perbedaan yang nyata antara kualitas air sebagai berikut:
perlakuan A dan C.

Tabel 3. Nilai kualitas air selama penelitian


Variabel Kisaran Kelayakan Pustaka
DO (mg/L) 3,2-3,5 3,5-5,1 Pebrihanifa (2016)
Mokoginta et al. (2009), Utarini et al.
pH 7,3-8,6 7,0-8,0
(2012)
Suhu oC 26-31 26-30 Pebrihanifa (2016), Utarini et al. (2012)

Pembahasan sedangkan paling rendah yaitu pada


Pertumbuhan Daphnia sp. pada perlakuan A (0% kotoran kambing,
umumnya terdiri dari fase adaptasi, 50% ampas tahu dan 50% roti afkir)
fase eksponensial, fase stasioner dan yaitu sebanyak 168,7 ind/ml. Hal
fase kematian. Fase adaptasi pada tersebut diduga karena adanya
penelitian ini terjadi pada hari ke-0 perbedaan persentase kombinasi
sampai hari ke-4. perlakuan dengan pupuk yang digunakan sehingga
populasi paling tinggi yaitu pada kandungan nutrisi pada media kultur
perlakuan D (50% kotoran kambing, berbeda yang menyebabkan terjadi
25% ampas tahu dan 25% roti afkir) perbedaan jumlah Daphnia sp. yang
dengan jumlah 219,4 ind/ml hidup pada fase adaptasi. Daya

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 637

dukung media hidup Daphnia sp. Fase kematian pada perlakuan A


dipengaruhi oleh beberapa faktor, (0 % kotoran kambing, 50% ampas
salah satunya adalah ketersediaan tahu dan 50% roti afkir),B (25%
nutrien dalam wadah kultur. Menurut kotoran kambing, 50% ampas tahu
Gunawati (2000), kondisi ini dan 25% roti afkir),C (25% kotoran
menyebabkan kematian dan kambing, 25% g/l ampas tahu dan
menurunya jumlah populasi Daphnia 50% roti afkir),dan D (50% kotoran
sp. pada wadah kultur. Kepekatan kambing, 25% ampas tahu dan 25%
media kultur berpengaruh terhadap roti afkir) terjadi pada hari ke-26.
cepat atau lambatnya masa Berdasarkan hasil penelitian dapat di
pertumbuhan mikroalga apabila tidak ketahui bahwa pertumbuhan Daphnia
ada perbedaan media kultur maka sp. tertinggi pada fase ini adalah pada
pertumbuhan mikroalga akan berjalan perlakuan C dilihat dari
dengan cepat sebaliknya apabila ada pertumbuhanya mencapai 553,3
perbedaan maka mikroalga akan ind/ml dan terendah pada perlakuan
membutuhkan waktu yang lama A (50% kotoran kambing, 25% ampas
untuk pertumbuhanya. tahu dan 25% roti afkir) dengan
Fase puncak populasi terjadi kepadatan 239, ind/ml. Hal tersebut
terjadi pada hari ke-16, pada fase ini dikarenakan kandungan pupuk
perlakuan yang memiliki nilai didalam media kultur sudah mulai
pertumbuhan tertinggi yaitu pada habis dan mengakibatkan Daphnia sp.
perlakuan C (25% kotoran kambing, kekurangan nutrisi untuk
25% g/l ampas tahu dan 50% roti pertumbuhanya. Tingginya kematian
afkir) dengan jumlah 1146,8 ind/ml, diakibatkan faktor tidak
sedangkan perlakuan dengan nilai mencukupinya nutrien untuk
terendah pada perlakuan A (0 % mendukung pertumbuhan Daphnia
kotoran kambing, 50% ampas tahu sp. dan faktor internal yaitu faktor
dan 50% roti afkir) yaitu dengan biologi Daphnia itu sendiri Zaidah
jumlah 502,2 ind/ml. Hal ini diduga (2012).
karena pada fase ini Daphnia sp. Hasil penelitian menunjukkan
membutuhkan nutrisi dalam media bahwa kandungan protein tertinggi
yang cukup untuk tumbuh dan media yaitu 62,58 % pada perlakuan C (25%
kultur C (25% kotoran kambing, 25% kotoran kambing, 25% g/l ampas tahu
g/l ampas tahu dan 50% roti afkir) dan 50% roti afkir), sedangkan
memiliki kandungan nutrisi yang kandungan terendah yaitu 59,33%
cukup dan dapat dimanfaatkan secara pada perlakuan A (0 % kotoran
optimal oleh Daphnia sp. hal ini kambing, 50% ampas tahu dan 50%
diperkuat oleh pernyataan Zahidah roti afkir). Hasil penelitian ini
(2012) yang menyatakan bahwa menujukakan tidak adanya perbedaan
pakan yang cukup maka Daphnia sp. yang signifikan antar perlakuan, nilai
muda akan tumbuh dan berganti kulit kandungan protein pada perlakuan ini
hingga menjadi individu dewasa dan lebih rendah dibandingkan penelitian
bereproduksi secara pathogenesis, yang dilakukan oleh Herawati (2013),
sehingga terjadi penambahan individu dimana kandungan protein Daphnia
menjadi beberapa kali lipat. yang di kultur menggunakan kotoran
ayam dan bungkil kelapa yang

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


638 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

memiliki kandungan protein tersuspensi dan bakteri yang


mencapai 73,90%. Menurut Herawati diperoleh dari pupuk yang
et al. (2015), tingginya kandungan ditambakan ke dalam media kultur.
protein pada Daphnia sp. dikarenakan Tarmidi (2009), menyatakan bahwa
nutrien yang terkandung dalam media protein ampas tahu mempunyai nilai
kultur, dimana semakin tinggi biologis lebih tinggi daripada protein
kandungan nitrat dan fosfat maka biji kedelai dalam keadaan mentah,
semakin tinggi kandungan proteinnya karena bahan ini berasal dari kedelai
dan semakin rendah kandungan yang telah dimasak. Pupuk organik
lipidnya. Proses fermentasi juga yang di fermentasi mempercepat
dapat mempengaruhi kandunga proses dekomposisi sehingga
nutrisi dari Daphnia sp. karena proses menumbuhkan bakteri yang pada
fermentasi akan memudahkan pupuk giliranya akan dimanfaatkan sebagai
organik untuk terurai sehingga pakan oleh Daphnia sp. kebutuhan
kandungan N, P dan K akan protein untuk larva ikan berkisar
meningkat. Penambahan antara 40-60% sedangkan untuk
mikroorganisme pengurai kedalam lemak kebutuhanya berkisar 3-10%
pupuk dapat meningkatkan (Mokoginta et al., 2003).
kandungan N,P dan K sehingga Hasil penelitian menunjukkan
proses dekomposisi limbah menjadi bahwa kandungan lisin Daphnia sp.
lebih baik bila dibandingkan dengan tertinggi C (25% kotoran kambing,
penggunaan pupuk tanpa fermentasi 25% roti afkir dan 50% ampas tahu)
yang memiliki kandungan N, P dan K yaitu 22,67 %. Sedangkan kandungan
yang rendah sengga tidak dapat lisin terendah terdapat pada perlakuan
memenuhi kebutuhan Daphnia sp. hal A (0% kotoran kambing 50% roti
ini sejalan dengan pendapat Zaidah afkir dan 50% ampas tahu) dengan
(2012), yang menyatakan bahwa hasil 10,23%. Hasil tersebut terjadi
penggunaan limbah budidaya yang diduga karena kandungan lisin pada
telah di fermentasi EM4 dengan perlakuan C memiliki kandungan N,P
konsentrasi 10 g/l untuk kultur dan K pada perlakuan ini lebih tinggi
Daphnia sp. memberikan kandungan dari perlakuan A karena adanya
protein yang tinggi hingga mencapai penambahan kotoran kambing yang
86,83%. Bahan organik dari kotoran meiliki kandungan unsur hara yang
kambing, roti afkir dan ampas tahu cukup tinggi, dimana kandungan N, P
memiliki kandungan protein, lemak dan K nantinya akan mengalami
dan karbohidrat yang dapat perombakan dari senyawa yang
dimanfaatkan oleh bakteri melalui kompleks menjadi senyawa yang
proses perombakan bahan organik. lebih sederhana. Menururt Fitria
Dalam hal ini perombakan terjadi (2008), fase perombakan bahan
melalui proses fermentasi bakteri organik terjadi atas tiga fase (1) fase
probiotik. Pernyataan tersebut sesuai pemecahan mekanik; (2) fase
dengan pendapat Zaidah (2012), yang biokimia awal dimana pada proses ini
menyatakan bahawa nutrisi yang terjadi hidrolisis dan oksidasi. Pada
dibutuhkan oleh Daphnia sp. dapat proses hidrolisis terjadi pemecahan
berasal dari berbagai sumber, parsial senyawa polimer menjadi
diantaranya dari bahan organik senyawa yang lebih sederhana seperti

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 639

pemecahan protein menjadi peptida pada media kultur berkisar antara 3,2-
dan asam amino yang menghasilkan 3,5 ppm. Daphnia sp. tidak dapat
CO2 dan H2O; (3) fase penguraian hidup pada konsentrasi oksigen
mikrobiologi oleh mikroorganisme. kurang dari 1 ppm. Sedangkan
Pertumbuhan Daphnia sp. sangat menurut Mokoginta (2009),
dipengaruhi oleh makanan yang sebaiknya di dalam wadah budidaya
tersedia didalam media kultur Daphnia sp. di beri aerator yang
terutama fitoplankton. Semakin berfungsi untuk mengkasilkan
banyak kelimpahan fitoplankton dan oksigen didalam wadah budidaya
bahan organik yang terdapat dalam agar nilai oksigen terlarut di wadah
media maka laju pertumbuhan tersebut diatas 3,5 ppm. Kisaran pH
Daphnia sp. akan berlangsung lebih dan suhu yang terdapat pada media
cepat. Pada penelitian ini kandungan kultur yaitu 7,3-8-6 dan suhu berkisar
N, P dan K pada perlakuan C (25% antara 26-31 oC. Nilai ini masih
kotoran kambing, 25% roti afkir dan berada dalam kisaran yang mampu
50% ampas tahu) lebih tinggi dari untuk mendukung pertumbuhan
perlakuan lainya sehingga kandungan Daphnia sp. Menurut Sulasingkin
nutrisi yang ada didalam media dapat (2003), Daphnia merupakan salah
mendukung pertumbuhan satu hewan yang sangat sensitif
fitoplankton. Dari hasil penelitian terhadap kontaminasi bahan kimia.
didapatkan jenis fitoplankton yang Untuk budidaya Daphnia, air yang
banyak terdapat pada media yaitu digunakan sebaiknya memiliki pH
clorella, synedra dan oschyllatoria berkisar antara 7-8, kondisi ini
dimana pada fese puncak populasi diusahakan tetap dalam kondis
mencapai 30679 sel/ml. Menurut optimal dengan cara dilakukan
Darmawan (2014), hal tersebut terjadi pengapuran di dalam wadah budidaya
dikarenakan Daphnia sp. bersifat non dengan kapur peranian. Sedangkan
selective filter feeder yang memakan menurut Gunawati (2000), kisaran
algae uniselular dan berbagai macam suhu optimal untuk pertumbuhan
detritus organik termasuk protista dan Daphnia sp. yaitu berkisar antara 20-
bakteri, bahkan pada ukuran dewasa 30 oC.
mampu memakan crustacea dan
rotifera kecil. Partikel makanan yang Kesimpulan dan Saran
tersaring kemudian dibentuk menjadi
bolus yang akan turun melalui rongga Kesimpulan
pencernaan sampai penuh dan melalui Berdasarkan pada hasil
anus ditempatkan di bagian ujung penelitian, dapat diambil kesipulan
rongga pencernaan. Selanjutnya Ebert sebagai berikut:
(2005) menyatakan bahwa gangang 1. Pemberian pupuk organik pada
hijau merupakan salah satu makanan perlakuan C (25 % kotoran
terbaik bagi Daphnia sp. kambing, 25 % ampas tahu dan
Hasil penelitian menjukaan 50 % roti afkir ) menghasilkan
bahwa kualitas air pada media kultur populasi tertinggi pada puncak
Daphnia sp. selama penelitian sudah populasi yaitu 1146,8 ind/ml
sesuai dengan tempat hidupnya yaitu kandungan protein sebesar
di alam. Kandunga oksigen terlarut 62,58% dan kandungan lisin

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


640 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

sebesar 22,67%, sedangkan Different Animal Waste on


perlakuan A (0 % kotoran Culture of Daphnia sp. J. of Fish
kambing, 50 % ampas tahu dan and Aquatic Science.,6(1): 57-61.
50 % roti afkir) menghasilkan Darmawan, J. 2014. Pertumbuhan
populasi terendah pada puncak Populasi Daphnia sp. Pada Media
populasi sebanyak 502.2 ind/ml, Budidaya Dengan Penambahan
kandungan protein 59,33% dan Air Buangan Budidaya Ikan Lele
kandungan lisin 10,23%. Dumbo (Clarias gariepinus
2. Perlakuan C (25 % kotoran Burchell, 1822). Balai Penelitian
kambing, 25 % ampas tahu dan Pemuliaan Ikan, Sukamandi, Jawa
50 % roti afkir) merupakan Barat.
perlakuan terbaik, dengan jumlah Ebert D, 2005. Ecology,
rata rata individu pada puncak Epidemiology, and Evolution of
populasi mencapai 1146,89 Parasitism in Daphnia, 98.
ind/ml, kandungan protein National Library of Medicine
sebesar 62,58% dan kandungan (US)-National Center for
lisin sebesar 22,67%. Biotechnology Information,
Bethesda.
Saran Gunawanti, Rr. Catur. 2000.
Berdasarkan penelitian yang Pengaruh Konsentrasi Kotoran
telah dilakukan, saran yang dapat Puyuh yang Berbeda Terhadap
disampaikan adalah penggunaan Pertumbuhan Populasi dan
dosis fermentasi 25% kotoran Biomassa Daphnia sp. [Skripsi].
kambing, 25% g/l ampas tahu dan Institut Pertanian Bogor: Bogor,
50% roti afkir dianjurkan untuk kultur 40 hlm.
massal Daphnia sp. sebagai pakan Herawati, V.E., Johannes H.,
alami untuk meningkatkan Pinandoyo, Ocky K.R. 2015.
pertumbuhan dan kelulushidupan Growth and Survival Rate of
larva ikan. Tilapia (Oreochromis niloticus)
Larvae Fed by Daphnia magna
Ucapan Terima Kasih Cultured With Organic Fertilizer
Terima kasih penulis ucapkan Resulted From Probiotic Bacteria
kepada Dr. Vivi Endar Herawati yang Fermentation. HAYATI Journal of
telah membantu dalam Penyewaan Biosciences (30): 1-5
tempat untuk penelitian ini, Bapak Herawati, V.E., M. Agus. 2013.
Edi Irianto yang telah membantu Analisis Pertumbuhan Dan
selama penelitian berlangsung dan Kelulushidupan Larva Lele
semua pihak yang telah membantu (Clarias gariepenus) yang Diberi
mulai dari persiapan penelitian, Pakan Daphnia sp. Hasil Kultur
terlaksananya penelitian sampai Massal Menggunakan Pupuk
terselesaikannya makalah seminar ini. Organik Difermentasi. Program
Studi Budidaya Perairan, Jurusan
Daftar Pustaka Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas
Damle, D.K. dan M.S. Chari. 2011. Diponegoro. Semarang.
Peformance Efaluation of

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


I Nengah Gunaya Pramana, Johannes Hutabarat, dan Vivi Endar Herawati 641

Izzah, N. 2014. Pengaruh Bahan Tarmidi, A.R. 2009. Penggunaaan


Organik Bekatul dan Bungkil Ampas Tahu dan Pengaruhnya
Kelapa Melalui Proses Fermentasi pada Pakan Ruminansia.
Bakteri Probiotik Terhadap pola Utarini, D.R., S.R Carmudi, dan
Pertumbuhan dan Produksi Kusbiyanto. 2012. Pertumbuhan
Biomassa Daphnia sp.[skripsi]. populasi Daphnia sp. pada media
Fakultas Perikanan dan Ilmu kombinasi kotoran puyuh dan
Kelautan Universitas Diponegoro, ayam pada padat tebar awal yang
Semarang, 98 hlm. berbeda. Fakultas Biologi.
Mardiana, A. 2011. Karakteristik Universitas Jendral Soedirman.
Pelet kompos Berbasis Kotoran Widyanti, W., 2009. Kinerja
Kambing Hasil Biofiltrasi Pertumbuhan Ikan Nila
Berbagai Pupuk Organik. [skripsi]. Oreocromis niloticus yang Diberi
Fakultas Teknik Universitas Berbagai Dosis Enzim Cairan
Indonesia, Depok. Rumen Pada Pakan berbasis Daun
Mokoginta, I., D. Jusadi, dan T.L Lamtorogung Leucaena
Pelawi. 2003. Pengaruh Pemberian leucocephala. [skripsi]. Fakultas
Daphnia sp. yang Diperkaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
dengan Sumber Lemak yang Institut Pertanian Bogor.
Berbeda terhadap Kelangsungan Zahidah., W., Gunawan dan U.
Hidup dan Pertumbuhan Larva Subhan. 2012. Pertumbuhan
ikan Nila (Oreocrhomis niloticus). Populasi Daphnia spp. Yang
Jurnal Akuakultur Indonesia, 2(1): Diberi Pupuk Limbah Budidaya
7-11. Karamba Jaring Apung (KJA) di
Nuraini, Sabrina dan Suslina A. Waduk Cirata yang Telah
Latief. 2007. Improvingthe quality Difermentasi Em4. Jurnal Akuatik,
of tapioka by produck thurgh 3(1):84-89.
fermentation by Neurospora crasa
WR SURGXFH FDURWHQH Uich feed.
Pakistan Journal of Nutrition. 8
(4).
Putri, Y.E. Pamungkas, N.A.
Hasibuan, S. 2015. Influence
Giving Rice Bran Immersion At
Chicken Manure Media On The
Abundance Daphnia magna.
Fisheries and Marine Science
Faculty, Riau University.
Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh
Konsentrasi Ragi yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Populasi
Daphnia sp. [skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor. 41
hlm.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017


642 Fermentasi terhadap Performa Daphnia sp.

© e-JRTBP Volume 6 No 1 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai