Anda di halaman 1dari 6

MATEMATIKA PADA GAPURA BALI

Brigita Florensia Rusmiyati Uba Ina1), Riris Ayu Panuntun2), Winarko Atmojo3)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
1
email: gitaflorensia23@gmail.com
2
email: ririsayyu@gmail.com
3
email: atmojowinarko@gmail.com

Abstrak
Gapura Bali merupakan salah satu kekhasan yang dimiliki oleh Pulau Bali. Gapura Bali
merupakan arsitektur yang dipengaruhi oleh agama Hindu, dimana gapura adalah pintu gerbang
suatu kawasan dan merupakan unsur yang penting. Makalah ini merupakan hasil penelitian studi
pustaka yang menganalisa gapura Bali secara matematis. Secara khusus, makalah ini membahas
unsur-unsur simetri, geometri, perspektif, dan golden ratio dalam gapura Bali. Unsur simetri dan
perspektif memiliki peran penting dalam kepercayaan agama Hindu.

Keywords: Gapura Bali, Pencerminan, Dilatasi, dan Golden Ratio.

1. PENDAHULUAN 2. KAJIAN LITERATUR


Kebudayaan merupakan salah satu Bagian ini akan mendiskusikan secara singkat
identitas suatu bangsa. Kebudayaan juga konsep-konsep matematis yang dipakai
mencerminkan kepribadian bangsanya, yang sebagai dasar dalam penelitian ini.
di dalamnya terkandung nilai pengetahuan,
2.1 Transformasi Geometri
moral, hukum, kesenian, kepercayaan dan
banyak lainnya. Indonesia merupakan salah Transformasi geometri adalah proses
satu negara yang memiliki berbagai perpindahan suatu bangun geometris (titik,
keragaman budaya sebagai konsekuensi garis, atau bidang) menjadi bayangan titik
beragamnya suku, ras dan bahasa. Setiap atau garis atau bidang di sisi lain. Jenis-jenis
budaya memiliki keunikan dan ciri khasnya transformasi antara lain terdiri dari refleksi
masing-masing. Salah satunya kita jumpai (pencerminan), translasi (perpindahan), rotasi
dalam budaya Bali, yaitu gapura Bali. (perputaran), dilatasi (perbesaran). Penelitian
ini hanya akan menggunakan refleksi dan
Telah banyak peneliti yang menyelidiki dilatasi.
unsur-unsur matematis dalam arsitektur. Sterk
(2005) menyelidiki unsur-unsur geometris 2.1.1 Refleksi (Pencerminan)
dalam arsitektur dan bangunan. Dalam artikel Pembahasan berikutnya adalah
tersebut, penulis menemukan adanya golden pencerminan atau yang lebih sering disebut
ratio pada bangunan. Penulis juga membahas dengan refleksi. Seperti halnya bayangan
adanya golden ratio yang ditemukan pada benda yang terbentuk dari sebuah cermin.
lukisan.
Sebuah benda yang mengalami refleksi akan
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini, kami memiliki bayangan benda yang dihasilkan
akan membahas golden ratio yang terdapat oleh sebuah cermin. Hasil dari refleksi dalam
dalam gapura Bali. Selain itu, kami juga akan bidang kartesius tergantung sumbu yang
mengamati unsur perspektif yang terdapat menjadi cerminnya. Menurut Prijono (2006)
dalam gapura bali. Kami menghubungkan Pembahasan materi refleksi yang akan
konsep simetris dengan kepercayaan yang diberikan ada 2 jenis. Jenis-jenis tersebut
dimiliki oleh masyarakat Bali. Seperti kita antara lain:
ketahui bersama, masyarakat Bali memiliki
kepercayaan dan kebudayaan yang sangat
kental. Kami ingin mengetahui relasi antara
bentuk gapura Bali dengan kepercayaan
masyarakat Bali.

38 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya,


Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan
Pembelajarannya”.
 Refleksi terhadap sumbu y. benda dapat menjadi lebih besar atau lebih
kecil. Perubahan ini ditentukan oleh titik
pusat dan faktor (faktor skala) dilatasi. Faktor
skala (k) adalah perbandingan antara jarak
titik bayangan dari titik pusat dilatasi dan
jarak titik benda berkaitan dengan titik pusat
dilatasi. Rumus dalam dilatasi, yaitu:
Jika titik 𝑃(𝑥, 𝑦) didilatasi terhadap titik pusat
𝐴(𝑎, 𝑏), dengan faktor skala k.
Gambar 1. Refleksi terhadap sumbu y.

Sesuai dengan Gambar 1. jika bayangan


titik 𝑃(𝑥, 𝑦) adalah 𝑃′ (𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) maka
𝑃′ (𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) = 𝑃′ (−𝑥, 𝑦), sehingga dalam
bentuk matriks dapat ditulis sebagai
berikut:
𝑥 ′ = −𝑥
𝑦′ = 𝑦
𝑥′ −1 0 𝑥 −𝑥
( ′) = ( ) (𝑦) = ( 𝑦 )
𝑦 0 1
−1 0 Gambar 3. Titik 𝑃(𝑥, 𝑦) didilatasi terhadap
Jadi, ( ) adalah matriks
0 1 titik pusat 𝐴(𝑎, 𝑏), dengan faktor skala k.
pencerminan terhadap sumbu 𝑦.
 Refleksi terhadap garis 𝑦 = −𝑥. Didapat bayangan titik 𝑃′ (𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) dan dapat
dilihat pada Gambar 3. maka:

𝑥 ′ = 𝑎 + 𝑘(𝑥 − 𝑎)

𝑦 ′ = 𝑏 + 𝑘(𝑦 − 𝑏)

𝑥′ 𝑘 0 𝑥−𝑎 𝑎
( ′) = ( )( )+( )
𝑦 0 𝑘 𝑦−𝑏 𝑏
Gambar 2. Refleksi terhadap garis 2.2 Perspektif 1 Titik Hilang
𝑦 = −𝑥.
Perspektif satu titik hilang adalah sebuah
Sesuai dengan Gambar 2. jika bayangan metode menggambar tiga dimensi ke dalam
titik 𝑃(𝑥, 𝑦) adalah 𝑃′ (𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) maka bidang dua dimensi. Dalam metode tersebut,
𝑃′ (𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) = 𝑃′ (−𝑦, −𝑥), sehingga dalam benda-benda yang dilukis memuat garis-garis
bentuk matriks dapat ditulis sebagai yang bertemu di satu titik imajiner (disebut
berikut: titik hilang). Sistem perspektif ini digunakan
𝑥 ′ = −𝑦 untuk menggambar obyek (benda) yang
𝑦 ′ = −𝑥 terletak relative dekat dengan mata. Karena
𝑥′ 0 −1 𝑥 −𝑦 letak obyek yang cukup dekat, akibatnya mata
( ′) = ( ) (𝑦) = ( )
𝑦 −1 0 −𝑥 memiliki sudut pandang yang sempit,
0 −1 sehingga ada garis-garis imajiner yang
Jadi, ( ) adalah matriks
−1 0 merupakan batas-batas benda dan garis-garis
pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥. tersebut akan menuju satu titik hilang.
Penerapan gambar ini banyak digunakan pada
2.1.2 Dilatasi
gambar rancang bangun (design) interior.
Kurniasih (2017) menyatakan bahwa Gambar 4 menyajikan ilustrasi perspektif 1
dilatasi adalah suatu transformasi yang titik hilang.
mengubah ukuran (memperbesar atau
memperkecil) suatu bangun tetapi tidak
mengubah bentuk bangunannya. Ukuran
Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, 39
Sabtu, 12 Mei 2018
dan refleksi untuk menganalisa perspektif
pada bangunan gapura Bali. Dalam
pengamatan tersebut, kami juga
menggunakan kerangka teoritis Golden Ratio.
Pengamatan kami lakukan secara tidak
langsung, dengan melakukan pengamatan
pada gambar-gambar gapura Bali yang ada.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 4. Perspektif Satu Titik Hilang.
Pada bagian ini kami akan membahas
2.3 Golden Ratio mengenai penemuan penelitian ini yakni
mengenai geometri, simetri, serta perspektif
Sterk (2005) berpendapat bahwa Golden pada bangunan gapura Bali. Yang pertama
Ratio adalah sebuah bilangan yang membuat kami akan membahas adalah simetri pada
kagum para ilmuwan sejak bilangan tersebut gapura Bali. Menurut jurnal serta penemuan
ditemukan. Kekaguman tersebut disebabkan sebelumnya yang sudah dipaparkan oleh para
karena bilangan Golden Ratio memiliki ahli, kami menemukan bahwa semua gapura
interpretasi sebagai sesuatu yang ideal pada Bali selalu simetri, karena kepercayaan orang
benda-benda seni (lukisan, patung) dan Hindu di Bali dari jaman dahulu sangat
(bagian) bangunan. Golden Ratio dianggap percaya dengan alam dan Tuhan. Menurut
sebagai perbandingan yang menghasilkan kepercayaan masyarakat Bali, alam
bentuk geometris yang indah dan menarik. merupakan sumber inspirasi geometri. Hal itu
Gambar 5 menampilkan perbandingan lebar tampak pada situasi protokoler, seperti pada
dan tinggi bangunan Yunani yang bernama saat perayaan agama atau kenegaraan, atau
Parthenon. Bilangan Golden Ratio kira-kira secara spesifik diperjelas sebagai situasi yang
sama dengan 1.618. dipilih orang sewaktu menghadap Yang Ilahi.
Brouwer, seperti dirujuk oleh Dewi (2003),
menyebut situasi tersebut sebagai solemnitas.
Orante atau orang yang menghadap Yang
Ilahi tersebut, akan cenderung mengambil
sikap sehingga bagian kanan tubuh tidak
berbeda dengan bagian kirinya. Sikap yang
secara fisik ditangkap sebagai posisi simetris.

Gambar 5. Golden ratio pada


bangunan Parthenon di Atena.
Tandiono (2016) berpendapat biasanya,
Golden Ratio (rasio emas) dilambangkan
dengan huruf Yunani 𝜑 (phi). Paparan
sederhana geometris Golden Ratio
diilustrasikan pada Gambar 6. Gambar 6. Paparan sederhana Golden
Gambar 6 memperlihatkan sebuah garis Ration. Diunduh dari
yang memiliki panjang 𝑎 + 𝑏. Jika garis www.mathsisfun.com/numbers/golden-
ratio.html
tersebut dibagi 𝑎 hasilnya sama dengan 𝑎
dibagi 𝑏, dan sama dengan bilangan Golden Bagi masyarakat Bali, sumbu simetri
Ratio (𝜑). pada gapura Bali merupakan merupakan
lambang equillibrium (keseimbangan).
3. METODE PENELITIAN
Bangunan yang simetris adalah bangunan
Penelitian ini merupakan penelitian yang terkesan stabil, kokoh, diam, dan dalam
teoritis atau kajian pustaka dan pengamatan. posisi yang seimbang. Kesan keseimbangan
Kami mengaplikasikan teori-teori yang ini tentunya diperlukan untuk mendukung
terdapat dalam geometri, khususnya dilatasi
40 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya,
Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan
Pembelajarannya”.
sikap solemnitas. Ruang yang simetris
menggambarkan alam yang ideal, berputar
dalam kondisi yang harmonis. Simetri
menggambarkan idealisme atau cita-cita
kesempurnaan.
Pada kasus ini kami akan meneliti bahwa
adanya pencerminan (refleksi) pada gapura
Bali, dengan menggunakan perpaduan antara
refleksi terhadap sumbu 𝑦 dan refleksi
terhadap garis 𝑦 = −𝑥, dimana bangunan
tersebut memindahkan setiap titik pada
bidang dengan menggunakan sifat bayangan
cermin dari titik-titik yang dipindahkan,
sehingga sesuai dengan konsep refleksi
terhadap sumbu 𝑦, jika bayangan titik 𝑃(3,3) Gambar 8. Pembuktian Ukiran Gapura Bali
−1 0
adalah titik 𝑃′ (3′ , 3′ ) dimana ( ) dengan menggunakan Dilatasi
0 1
adalah matriks pencerminan terhadap sumbu
𝑦 maka 𝑃′ (3′ , 3′ ) = 𝑃′ (−3,3) dan sesuai Oleh karena itu, dengan menggunakan
𝑃𝐵 𝑀 𝑃𝐴
dengan konsep refleksi terhadap garis 𝑦 = perbandingan dilatasi = = ′ maka
𝑃𝐵 ′ 𝑁 𝑃𝐴
−𝑥, jika bayangan titik 𝑃(4,5) adalah secara tidak langsung ukiran pada gapura Bali
′ (4′ ′ ) 0 −1 mengandung unsur dilatasi dimana gapura
𝑃 , 5 dimana ( ) adalah matriks
−1 0 Bali memiliki bentuk yang sama dengan
pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥 maka ukuran yang berbeda (diperbesar atau
𝑃′ (4′ , 5′ ) = 𝑃′ (−4, −5). Jadi, kami diperkecil) yang dapat dilihat pada Gambar 8.
menyimpulkan bahwa bangunan gapura Bali
saling simetris yang bisa dilihat pada Gambar Jadi, pada pembuktian dilatasi pada
7. ukiran Gapura Bali yang kami lakukan
dengan rumus dan hasil di atas, dapat
disimpulkan bahwa ukiran gapura Bali jika
diperkecil bentuk atau motifnya tidak akan
berubah, begitu juga saat bentuk atau motif
pada ukiran gapura Bali diperbesar tidak akan
merubah bentuk aslinya.
Selanjutnya, kami meneliti menggunakan
konsep perspektif 1 titik hilang. Penelitian ini
menemukan adanya perspektif satu titik
hilang dalam ukiran gapura Bali. Perspektif
tersebut diperlihatkan dalam Gambar 9.
Gambar 7. Refleksi Gapura Bali terhadap
sumbu 𝑦 dan garis 𝑦 = −𝑥.

Selanjutnya kami meneliti menggunakan


konsep dilatasi. Kami menemukan bahwa
konsep dilatasi dapat digunakan pada ukiran
gapura Bali yakni ukuran pada ukiran gapura
Bali dapat diperbesar ataupun diperkecil,
dimana pada gapura bali menggunakan ukiran
satu motif yang digunakan. Sesuai dengan
konsep dilatasi yakni perbesaran atau
pengecilan pada suatu bidang tanpa merubah
bentuk. Gambar 9. Ukiran Gapura Bali dengan
menggunakan Perspektif 1 Titik Hilang

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, 41


Sabtu, 12 Mei 2018
Dari sisi perspektif, ukiran pada gapura Bali Unsur-unsur simetris tersebut sangat
pada ruas kiri maupun pada ruas kanan dipengaruhi oleh budaya maupun
memiliki bentuk atau motif yang sama. kepercayaan masyarakat Hindu Bali.
Akhirnya, kami mengamati keberadaan Misalnya, masyarakat Bali memiliki
Golden Ratio dalam gapura Bali tersebut. kepercayaan bahwa saat seseorang
Tandiono (2016) berpendapat dalam meninggal, sikap tubuh yang dimilikinya
menerapkan Golden Ratio, khususnya persegi disebut Orante, dimana bagian kiri dan
panjang emas dalam arsitektur, kita dapat bagian kanan tubuh bersifat simetris.
memanfaatkan spiral emas. Spiral emas Unsur-unsur simetri yang ditemukan
adalah fungsi logaritmik yang menghasilkan dalam penelitian ini adalah pencerminan,
bentuk spiral dengan faktor pertumbuhnnya dilatasi, dan perspektif satu titik hilang. Pada
adalah rasio emas itu sendiri, yaitu 𝜑. gapura Bali, peneliti juga menemukan adanya
Ilustrasi spiral emas dapat dilihat pada Golden Ratio serta spiral emas dalam
Gambar 10. Berikut. bangunan tersebut.

Gambar 10. Spiral Emas


Sumber:
mathworld.wolfarm.com/GoldenSpiral.html

Secara visual, spiral emas seperti terlihat


pada Gambar 10 terbagi menjadi 2 bagian:
persegi yang besar dengan detail yang lebih
sedikit, dan persegi panjang yang lebih kecil
di sebelahnya dengan detail yang lebih
banyak. Dengan menggunakan kerangka teori
ini, kami juga menemukan adanya Golden
Ratio dalam gapura Bali. Hal itu diperlihatkan
dalam Gambar 11.
Perbandingan-perbandingan yang ditemu- Gambar11. Golden Ratio serta spiral emas
kan adalah sebagai berikut. pada Gapura Bali
 Ujung/Atap Gapura Bali dan Tinggi Penelitian ini hanya mengamati salah satu
Gapura Bali. bangunan adat yang terdapat di Bali.
Bagian “kosong” dari spiral emas dapat Penelitian lanjut bisa dikembangkan untuk
kita anggap sebagai ujung gapura Bali, mengamati unsur-unsur matematika yang
sedangkan tinggi gapura Bali disesuaikan terdapat pada bangunan-bangunan tradisional
dengan bagian “terisi” dari spiral emas. lain yang terdapat di Indonesia. Misalnya,
Dengan begitu, kita memperoleh penelitian bisa dilakukan untuk mengamati
Ujung Gapura : Tinggi Gapura unsur-unsur Matematika yang ditemukan
= 1 ∶ (1 − 1,618) dalam rumah-rumah adat di Indonesia.
= 1 ∶ 0,618
= 1,618
Yang juga merupakan Golden Ratio. 6. REFERENSI
Dewi, N.K.A.(2003). Wantah Geometri, dan
5. KESIMPULAN Religiusitas pada Rumah Tinggal
Tradisional di Indonesia. Jurnal
Penelitian ini menemukan bahwa gapura
Permukiman “Natah” Vol. 1 No. 1.
Bali memiliki banyak unsur-unsur simetris.

42 Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya,


Psikologi, dan Teknologi dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan
Pembelajarannya”.
Kurniasih, M.D. dan Isnaini Handayani.
(2017). Tangkas Geometri Transformasi.
Jakarta: Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. HAMKA.
Prijono, Pundjul. (2006). Transformasi
Geometri. Modul transformasi Geometri
MIPA Peminatan. Malang. Diunduh dari
https://vidyagata.files.wordpress.com/201
5/09/16-1-6-modul-transformasi-
geometri-mipa-peminatan.pdf
Sterk, H. (2005). Geometry in Architecture
and Building. Lecture Note for ‘2DB60
Meetkunde voor Bouwkunde’, Faculteit
Wiskunde en Informatica Technische
Univerteit Eindhoven. Diunduh
http://www.win.tue.nl/~sterk/Bouwkunde
/hoofdstuk1.pdf
Tandiono, E.K. (2016). Penggunaan Konsep
Barisan Fibonacci dalam Desain Interior
dan Arsitkektur. Makalah IF2120 –
Matematika Diskrit. Diunduh dari
http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinaldi.m
unir/Matdis/2016-
2017/Makalah2016/Makalah-Matdis-
2016-078.pdf

Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, 43


Sabtu, 12 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai