Anda di halaman 1dari 49

ALAT-ALAT

BERAT
oleh

Consultan
NGO TOPAN AD

daftar isi :

1. Tractor , Dozeer dan Ripper ………………………………… 2

2. Scrapers …………………………………………………………. 18

3. Excavator : Backhoe, Shovel, Dragline dan Clamshell ……….. 26

4. Motor Grader dan Compactor ……………………………… 46

5. Truck …………………………………………………………….. 56

6. Pondasi dan Pile Hammer ……………………………………. 62 7. Cranes

…………………………………………………………… 70 8. Stone Crusher

………………………………………………….. 78 9. Concrete Plant

…………………………………………………. 87 10. Asphalt Plant

…………………………………………………… 94 11. Dredger

…………………………………………………………... 99
BAB I.
TRAKTOR DAN PERALATANNYA.

1. 1. TRAKTOR.
Traktor banyak digunakan pada pekerjaan pemindahan tanah secara meka nis, disamping fungsi
utamanya sebagai penarik dan pendorong, traktor juga dapat digabungkan dengan berbagai
peralatan misalnya : shovel, ripper, dozer, scrapper dan sebagainya. Traktor tersedia dalam berbagi
macam ukuran , yang disesuaikan dengan kebutuhan proyek.
Jenis traktor dapat dibedakan dalam 2 (dua) kelompok, yakni :

1. CRAWLER TRAKTOR.
2. WHEEL TRAKTOR.

1. 1. 1. CRAWLER TRAKTOR.
Crawler traktor menggunakan roda kelabang yang terbuat dari plat besi.
Traktor ini digunakan sebagai :
• Tenaga penggerak untuk mendorong dab menarik beban.
• Tenaga penggerak untuk winch dan alat angkut.
• Tenaga penggerak blade (bulldozer).
• Tenaga penggerak front and bucket loader.

Ukurannya berdasarkan besarnya daya mesin /tenaga geraknya (flywheel), mis. 65 HP; 75 HP; 105
HP, sampai 700 HP. Besarnya daya tarik dan kemampu- an menahan tahanan gelinding ini
berpengaruh terhadap produktivitas-nya.
Kecepatan traktor juga dibatasi antara 7 - 8 mph atau 10 - 12 km/jam.

Perbaikan traktor type crawler umumnya terbesar untuk perbaikan bagian bawah (under-
carriage), kerusakan tadi disebabkan oleh :
• Benturan waktu Bulldozer jalan cepat, benturan antara track-shoe dengan batuan.
• Terlalu sering berjalan pada tempat yang miring atau sering berputar ba lik pada satu arah.
• Terlalu sering track-shoe slip pada tanah tempat berpijak atau membe lok secara tajam dan tiba-
tiba.
• Stelan track-shoe terlalu kendor atau terlalu tegang.
1. 1. 2. WHEEL TRACTOR.
Wheel tractor dilengkapi dengan roda ban pompa (pneumatic), jadi kece- patannya dapat lebih
tinggi, akan tetapi tenaga tariknya rendah. Dan kecepatan maksimumnya mencapai 45 km /jam.
Wheel traktor ada yang roda-2 dan ada pula yang roda-4.

Wheel tractor dengan roda-2 karakteristiknya :


• Kemungkinan gear lebih besar.
• Traksi lebih besar, karena seluruh traksi yang ada dilimpahkan pada ke- dua rodanya.
• Tahanan gelinding lebih kecil, karena jumlah roda lebih sedikit.
• Pemeliharaan ban lebih sedikit.

Karakteristik Wheel traktor roda-4 :


• Lebih comfortable (nyaman).
• Stabilitasnya tinggi, walaupun medan kerjanya berat.
• Kecepatannya juga lebih tinggi.
• Dapat bekerja sendiri dengan melepas unit trail-nya.

Keuntungan dan kerugian Traktor type Crawler dengan Wheel.


==========================================================
Crawler Tractor Wheel Tractor
--------------------------------------------------------------------------------------------------
-
a. Konsisi kerja
• Dapat bekerja disegala medan • Tanah keras, jalan beton, tanah abrasif dengan kondisi bermacam-
macam tidak tajam, tanah datar, menurun. Ta- tanah dasar dan disegala cuaca, nah lembek tidak
bisa, koefisien traksi dengan koefisien traksi > 0,90. < 0,60.
b. Efek pada tanah dasar.
• Dapat berpijak dengan baik dan • Memberikan kepadatan yang baik, ter dapat dilengkapi dgn ber-
macam2 gantung dari counter-weight dan balas sepatu(shoe) dan berbagai macam yang dipergunakan
1,25 – 1,5 kg/cm² ukuran ( 0,4 - 1,05 kg /cm²).
c. Pemakaian.
• Untuk operasi jarak dekat, dapat • Untuk operasi jarak jauh. digunakan pd tanah
bergumpal. • Baik untuk tanah gembur.
• Kec. mundur rendah (4 – 7 mil/ • Kecepatan mundur 8 - 12 mil /jam. jam), ukuran pisau pendek
dan • Ukuran pisau panjang, beban pisau se beban berat. dang. Memotong tanah tipis.
• Dapat memotong tanah tebal. • Mobolitas/maneuver tinggi.
• Mobilitas/maneuver rendah. • Memiliki kebebasan pandang yg baik
==========================================================
Gambar 1. 1 : Wheel Tracktor dan Crawler Tracktor.

1. 1. 3. Faktor yang dipertimbangkan


untuk memilih Tractor.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih traktor ialah :
a. Ukuran yang diperlukan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, mis. mendorong (dozing), menarik Scrapper, Ripping,
mengupas tanah, memuat (loading) dan lain-lain.
c. Jenis landasan tempat beroperasinya traktor, tanah stabil atau labil.
d. Kekerasan jalan hantar yang akan dilalui.
e. Kekasaran jalan yang akan dilalui.
f. Kemiringan jalan (tanjakan /turunan).
g. Panjang lintasan pengangkutan.
h. Jenis pekerjaan selanjutnya yang akan dikerjakan, setelah proyek ini selesai.

1. 2. BULLDOZER.
Bulldozer ialah alat yang mesin penggerak utamanya adalah traktor. Sebutan bulldozer berasal
dari traktor yng perlengkapan (attachment)-nya dozer atau pendorong yang disebut juga blade.
Kemampuan bulldozer ini untuk mendorong tanah ke muka, disamping itu ada yang disebut dengan
angle dozer
yang dapat mendorong tanah atau material ke samping. Angle ini dapat membuat sudut 25º terhadap
posisi lurus.

Menurut track-shoe nya, bulldozer dapat dibedakan atas :


a. Crawler tractor dozer (dengan roda kelabang).
b. Wheel traktor dozer (dengan roda ban).
c. Swamp bulldozer (untuk daerah rawa).

Sedangkan berdasarkan penggerak blade-nya, bulldozer dibedakan oleh :


a. Pengendalian dengan kabel.
b. Pengendalian dengan hidrolik.

ambar 1. 2. : BULLDOZER.

1. 2. 1. FUNGSI DAN KERJA


BULLDOZER.
Bulldozer digunakan untuk mendorong tanah, seperti meratakan tanah dan mengupas permukaan
humus tanah.
Fungsi lai dari bulldozer adalah :
a. Membersihkan site dari kayu-kayuan, pokok/tonggak pohon dan batu-batuan
b. Membuka jalan kerja di pegunungan maupun daerah berbatuan.
c. Memindahkan tanah yang jauhnya hingga 300 feet ( ± 90 meter).
d. Menarik Scrapper.
e. Menghampar tanah isian (fill).
f. Menimbun kembali bekas galian.
g. Membersihkan site atau medan kerja.

Posisi blade pada bulldozer ada 2(dua), yaitu posisi tegak lurus dan posisi miring. Posisi blade
tegak lurus hanya dapat bergerak maju, dan posisi miring da pat bergerak-gerak sesuai dengan jarak
kemiringannya (kedepan dan kesamping).

Jenis blade yang digunakan pada bulldozer adalah :


1. UNIVERSAL BLADE ( U-BLADE).
Blade ini dilengkapi dengan sayap yang bertujuan meningkatkan produktivi tas. Sayap ini akan
membuat bulldozer mendorong/membawa muatan lebih banyak, karena memungkinkan kehilangan
muatan lebih kecil.
Kebanyakan blade tipe ini dipakai untuk pekerjaan reklamasi tanah, peker jaan penyediaan bahan
(stock pilling) dan lain-lain.

2. STRAIGHT BLADE ( S –BLADE).


Blade jenis ini sangat cocok untuk berbagai kondisi medan, blade ini meru pakan modifikasi dari U-
blade. Banyak digunakan untuk mendorong mate rial cohesive, penggalian struktur dan penimbunan.
Dengan memiringkan blade dapat berfungsi untuk menggali tanah keras. Manuver blade jenis ini lebih
mudah dan dapat menangani material dengan mudah.

3. ANGLING BLADE ( A –BLADE).


Blade dengan posisi lurus dan menyudut, juga dibuat untuk :
• Pembuangan kesamping (side casting).
• Pembukaan jalan (pioneering roads).
• Penggalian saluran (cutting ditches).
• Sangat effektif untuk pekerjaan side hill cut atau back filling.
• dan lain-lain pekerjaan yang sesuai.

4. CUSHION BLADE ( C –BLADE).


Blade tipe ini dilengkapi dengan rubber cushion (bantalan karet) untuk mere dam tumbukan. Selain
untuk push dozing, blade juga dipakai untuk pemeli haraan jalan dan pekerjaan dozing yang lain.
Lebar C-blade memungkin kan peningkatan manuver.
Selain perlengkapan standar Bulldozer ini juga memiliki beberapa option / Peralatan tambahan seperti
: Pisau garuk, Garu batuan, Pembajak akar, Pemotong pohon jenis V, Kanopi pelindung operator,
Roda pencacah, Kap pelindung untuk pekerjaan berat dsb.

5. BOWL-DOZER.
Blade ini dibuat untuk membawa /mendorong material dengan kehilangan sesedikit mungkin, karena
adanya dinding besi pada sisi blade yang cukup lebar. Bentuknya seperti mangkuk, menyebabkan ia
disebut bowl-dozer.

6. BLADE UNTUK MATERIAL RINGAN.


Alat ini didesain untuk pekerjaan material non-kohesif yang lebih ringan. Contohnya seperti stock pile
dari tanah lepas/gembur
Gambar 1. 3 : Jenis Blade pada Bulldozer

1. 2. 2. PERBANDINGAN PENGENDALI
KABEL DAN HIDROLIK.
Perbedaan system pengendalian antara kabel dan hidrolik adalah :
a. PENGENDALI KABEL.
1. Sederhana dalam pemasangan.
2. Sederhana dalam perbaikan dan perawatan.
3. Menyadari akan adanya kerusakan mesin, karena blade dapat mengang kat sendiri jika menemui
rintangan.
4. Diperlukan alat bantu dalam operasinya, misalnya blasting dalam pe- kerjaan penggusuran.

b. PENGENDALI HIDROLIK.
1. Dapat menekan blade ke tanah, dengan tambahan beban sendiri dari Bulldozer.
2. Lebih cepat mengatur posisi blade sesuai yang dikehendaki.
3. Pemeliharaan lebih rumit dan teliti.
4. Sulit untuk menyediakan minyak hidrolis jika site jauh dari kota.
Gambar 1 . 4 : Bulldozer dengan Kontrol Hidrualis.

Gambar 1 . 5 : Bulldozer dengan Kontrol Kabel.

1. 2. 3. PENGGUNAAN BULLDOZER.
1. 2. 3. 1. PEMOTONGAN dan PENIMBUNAN TANAH.
Permukaan tanah pada umumnya tidak berupa tanah datar. Pada saat sua- tu proyek akan
dikerjakan maka permukaan tanah harus diratakan. Tanah yang ketinggiannya melebihi elevasi yang
diinginkan harus ditimbun. Ada beberapa cara yang dipakai untuk menentukan volume tanah yang
harus dibuang/ditimbun. Untuk proyek-proyek bangunan umumnya menggunakan metode grid,
sedang- kan untuk proyek jalan biasa dipakai metode ruas.

a. Metode Grid.
Pada metode ini luas tanah dibagi menjadi beberapa sector dengan luas yang sama. Semakin
banyak pembagian sector dalam suatu luas tanah, maka akurasi
dari angka yang dihasilkan akan semakin baik. Pada titik-titk persimpangan diu kur ketinggian tanah
di titik itu dan ketinggian yang diinginkan. Untuk menentu kan volume tanah, maka perbedaan angka
ketinggian dikalikan dengan luas yang dicakup oleh titik tersebut. Dengan menjumlahkan volume pada
setiap titik maka akan didapat volume total tanah yang harus dipotong dan yang harus ditimbun.

Jika dilakukan penggambaran, maka pada setiap persimpangan titik dicatat data-data yang
dibutuhkan, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1. Setelah itu dibuat table untuk
menghitung volume tanah galian dan timbunan. Pada gambar
1. 2. dapat dilihat bagaimana perhitungan luas area yang ditentukan pada sebuah titik. Sebagai
contoh, pada titik 1-A, luas area yang ditentukan oleh titik tersebut adalah 0,25 (jika luas sector
dinotasikan dengan A). sedangkan 1-B adalah 2 x 0,25 A dan 2-B adalah 4 x 0,25 A.

Ketinggian yang

Diinginkan

Ketinggian yang

sebenarnya

Kedalaman

penggalian

Kedalaman

penimbunan

Gambar 1. 6 : Data yang tercatat pada setiap persimpangan

A B C
Gambar 1. 7 : Pembagian sector untuk setiap titik.

Contoh no. 1:

Jika diketahui data permukaan adalah sebagi berikut :

A B C
1 4,2 6,5 4,4 5,0 4,6 3,0
2,3 6,0 0,0
2 4,4 5,1 4,6 3,2 4,8 2,8
0,7 1,4 2,0
3 4,6 3,6 4,8 2,0 5,0 5,3
1,0 2,8 0,3
4 4,8 1,9 5,0 4,0 5,2 8,2
2,9 1,0 3,0
5 5,0 3,0 5,2 3,8 5,4 6,4
2,0 1,4 1,0

Dengan luas setiap sector adalah 4 x 8 m², berapakan volume tanah galian dan timbunan ?

Titik Elev. Elev. Tinggi Gali Tinggi Frek Luas Vol. GaliVol.
Baru Lama Timb. Tetap Timb.
(m) (m) (m²) (m³) (m³)
1A 4,2 6,5 2,3 0,0 1 32 73,6 0,0
1B 4,4 5,0 0,6 0,0 2 32 38,4 0,0
1C 4,6 3,0 0,0 1,6 1 32 0,0 51,2
2A 4,4 6,1 0,7 0,0 2 32 44,8 0,0
2B 4,6 3,2 0,0 1,4 4 32 0,0 179,2
2C 4,8 2,8 0,0 2,0 2 32 0,0 128
3A 4,6 3,6 0,0 1,0 2 32 0,0 64
3B 4,8 2,0 0,0 2,8 4 32 0,0 358,4
3C 5,0 5,3 0,3 0,0 2 32 19,2 0,0
4A 4,8 1,9 0,0 2,9 2 32 0,0 185,6
4B 5,0 4,0 0,0 1,0 4 32 0,0 128
4C 5,2 8,2 3,0 0,0 2 32 19 0,0
5A 5,0 3,0 0,0 2,0 1 32 0,0 64
5B 5,2 3,8 0,0 1,4 2 32 0,0 89,6
5C 5,4 6,4 1,0 0,0 1 32 32 0,0
Total 400 1248

Elevasi permukaan selain diukur sendiri juga dapat dihitung dari kontur- kontur suatu daerah
yang biasanya bisa didapat dari badan pemetaan. Untuk me nentukan ketinggian suatu titik yang ada
di antara dua kontur maka perhitungan- nya dapat dilakukan dengan menggunakan interpolasi.

Rumus interpolasi adalah sebagai berikut :


ji
x i = xr + --- (xt – xr) ………………………………………… ( 1.1)
jt
Pada rumus diatas xi adalah ketinggian yang ingin dicari, sedangkan xt dan xr adalah ketinggian kontur
yang lebih tinggi dan lebih rendah dari xi.
jt adalah jarak antara kedua kontur dan ji adalah jarak antara xi dan xt (gbr. 1.3).

b. Metode Ruas.
Gambar. 1. 8 : Peta kontur
Pada gambar rencana suatu proyek jalan, misalnya terdapat suatu garis yg disebut garis as jalan.
Garis as jalan ini merupakan garis tengah suatu rencana ja- lan. Panjang garis as jalan metentukan
panjang dari jalan yang akan dibuat.
Untuk menghitung volume tanah galian dan timbunan pada area rencana jalan ter Sebut maka garis as
jalan harus dibagi menjadi beberapa ruas yang sama panjang atau yang juga dikenal dengan istilah
stasiun. Pada setiap titik pertemuan ruas di adakan survey laoangan mengenai ketinggian elevasi setiap
sisi dari as jalan.
Langkah selanjutnya adalah dengan menggambarkan hasil survey yang menunjuk kan elevasi yang
sebenarnya dan yang diinginkan pada titik tersebut.
Karena bentuk permukaan biasanya tidak beraturan maka bentuk permukaan tsb. dapat disederjanakan
ke suatu bentuk lain seperti segitiga, trapezium dll. kemudian hitung luas daerah (secara vertical) yang
akan digali dan ditimbun.
Dari hasil perhitungan, dengan mengalikan jarak antara titik maka akan didapat Volume tanah galian
dan timbunan. Jika diturunkan dalam bentuk rumus, maka :
∑(A2….An-1)
Volume = spasi x { A1 + An + -----------------} …………………. (1.2)
2
N pada rumus (1. 2.) adalah jumlah titik pertemuan ruas atau stasiun (Sta). Untuk mendapatkan hasil
yang akurat jumlah n dapat diperbanyak pada suatu panjang tertentu. An adalah luas galian atau
timbunan pada stasiun terakhir.

Contoh no. 2:

Jalan sepanjang 800 meter akan dibangun. Pada setiap stasiun dilakukan survey lapangan untuk
menentukan volume galian dan timbunan pada stasiun tsb.

Hasil dari survey adalah :


=========================================================
Stasiun Luas galian (m²) Luas timbunan (m²)
-------------------------------------------------------------------------------------------------

0,000 55 30
0,100 20 15
0,200 25 80
0,300 10 99
0,400 18 75
0,500 25 50
0,600 22 40
0,700 32 25
0,800 33 20
========================================================

Tentukan berapa volume tanah galian dan timbunan pada rencana jalan tersebut ?

Untuk memudahkan perhitungan volume tanah galian dan timbunan maka dari data diatas dapat
dibuat table.

Hasilnya adalah sebagai berikut :


Sta. Pjg. L. Gal. (m²) Rata- rataL. Timb. (m²) Rata- rata Vol. Gal. Vol. Timb.
Ruas Gal. (m²) Timb. (m²) (m²)
(m) (m²)
0,000 55 30
100 37,5 22,5 3750 2250
0,100 20 15
100 22,5 47,5 2250 4750
0,200 25 80
100 17,5 89,5 1750 8950
0,300 10 99
100 14 87 1400 8700
0,400 18 75
100 21,5 62,5 2150 6250
0,500 25 50
100 23,5 45 2350 4500
0,600 22 40
100 27 32,5 2700 3250
0,700 32 25
100 32,5 22,5 3250 2250
0,800 33 20
Total 19600 40500

1. 2. 3. 2. PEMBERSIHAN LAHAN
(LAND CLEARING).
a. Land Clearing.
Sebagai pioneer equipment tugas pertama Bulldozer adalah land clearing yaitu merobohkan
pohon, membersihkan semak belukar, membongkar tanggul dan akar-akar pohon. Didalam merobohkan
pohon-pohon besar (diameter 30 – 50 cm) tidak dibenarkan menggunakan tenaga sepenuhnya, pertama-
tama blade dina ikkan setinggi-tingginya, kemudian mendorong secara perlahan dengan 50 % tenaga.
Diusahakan arah rebahan pohon sesuai kemiringannya, dan dijaga agar ranting dan cabang pohon tidak
membahayakan operator, selanjutnya pada arah yang berlawanan dilakukan pemotongan akar-akar
besar dengan kedalaman yang cukup, akhirnya membuat oprit (ramp) untuk mendaapatkan titik sentuh
blade setinggi mungkin agar mendapatkan momen yang besar guna merobohkan pohon Perhitungan
produktivitas pembersihan lahan dapat dilakukan dengan rumus sbb:
Lebar cut (m) x kec.
(km/jam) x efisiensi
Prod. (ha /jam) = ------------------------------------------------------ ………(1. 3)
10
Sedangkan produktivitas pemotongan kayu atau pepohonan (dalam satuan menit/ acre) dihitung
dengan rumus :

Prod. = H( A x B + M1 x N1 + M2 x N2 + M3 x N3 + M4 x N4 + D x F)
…………………………… (1. 4)
dimana, H : faktor kekerasan kayu ( table 1. 1 ).
A : kepadatan pohon. B : base time.
M (menit) : waktu pemotongan .
N : banyak pohon /acre dengan diameter tertentu. D (ft ) : jumlah diameter pohon
dengan ukuran > 6 ft.
F (menit/ft) : waktu pemotongan pohon dengan diameter > 2 mtr (6 ft).

Tabel 1. 1. Faktor kekerasan kayu.


=============================================== KEKERASAN KAYU
(%) H
--------------------------------------------------------------------------------

75 - 100 % kayu keras 1,3


25 - 75 % kayu keras 1,0
0 - 25 % kayu keras 0,7
================================================
Sumber : Peurifoy, 1996.

Nilai A : 2,0 jika kepadatan pepohonan lebih besar dari 600 pohon /acre atau pohon yang ada adalah pohon besar.
Nilai A : 1,0 jika kepadatan pepohonan antara 400 - 600 pohon /acre. Nilai A : 0,7 jika
kepadatan pepohonan kurang dari 400 pohon /acre.

Tabel 1. 2. Faktor produksi


==========================================================
Traktor diameter

(hp) B 1 – 2 ft 2 – 3 ft 3 – 4 ft 4 – 6 ft > 6 ft
M1 M2 M3 M4 F
--------------------------------------------------------------------------------------------------
-

165 34,41 0,7 3,4 6,8 - -


215 23,48 0,5 1,7 3,6 10,2 3,3
335 18,22 0,2 1,3 2,2 6,0 1,8
460 15,79 0,1 0,4 1,3 3,0 1,0
==========================================================
Sumber : Peurifoy, 1996.

Jika pembongkaran dan pemindahan akar juga dilakukan dalam satu kegiatan maka nilai
produktivitas diatas ditambahkan 25 %. Sedangkan pemindahan akar dilakukan terpisah maka
produktivitas ditambahkan 50 %.

b. Stripping.
Yang dimaksud dengan stripping disini adalah pengupasan top soil yang tak dapat dimanfaatkan
untuk bahan timbunan, diusahakan stripping ini jarak angkut nya tidak melebihi 100 meter dan
dikerjakan sekali dorong serta pada jalur yang tidak menanjak. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi
kerja.

c. Side Hill Cut.


Ada kalanya pioneering dilakukan dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, cara ini lebih
menguntungkan karena adanya gravitasi. Untuk menaiki tempat yang tinggi biasanya dilakukan dari
seberang bukit atau bila daerahnya cukup curam digunakan winch. Bila menjumpai tempat kedudukan
yang mantap maka Bulldozer bisa memulai manuver untuk membuat alur jalan yang direncana kan
dengan cara short swinging proses kebawah. Cara short swinging proses ini dapat pula dilakukan dari
bawah keatas setelah jalan tersebut selesai, maka bull- dozer membuat cutting step by step.

d. Dozing Rock.
Dengan memiringkan blade, Bulldozer sangat baik untuk membongkar batu an sand stone rock,
shale maupun boulder, dengan cara mengangkat lapisan ba- tuan dan mendorongnya.

e. Down Hill Slot Dozing.


Dengan cara ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas produksi alat, yaitu dengan cara
menggunakan tanggul yang terjadi akibat ceceran (spillage) dari beberapa proses pertama hingga
terjadi paritan. Dengan cara ini maka untuk proses selanjutnya ceceran tidak terjadi lagi, dan produksi
Bulldozer bisa mening kat sampai 50 %.

f. Blade to Blade Dozing atau Side


by Side Dozing.
Dengan system ini dipakai 2 (dua) buah Bulldozer yang bekerja secara para lel, hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan produksi kerja dengan berkurang nya ceceran. Namun cara ini
hanya dapat dilakukan pada areal yang luas, dimana jarak dorong antara 20 - 100 m, karena bila jarak
dorong kurang dari 20 m, maka kedua Bulldozer tersebut kehilangan waktu akibat manuver.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian Bulldozer :
1. Bulldozer tidak boleh digunakan pada tanjakan yang melebihi 45º .
2. Peralatan pelengkapan (option equipment) akan mengakibatkan berubahnya Keseimbangan Bulldozer.
3. Bulldozer dapat tergelincir bila berada diatas tanah timbunan baru pada dae rah kemiringannya,
terutama bila timbunan tersebut terdiri dari batuan.
4. Slipnya track akibat berat yang melampaui batas akan mengakibatkan terjadi nya down hill track
(track sebelah menurun) dan akan membuat lubang yang akan menambah kemiringan traktor.
5. Menarik beban yang diikatkan pada drawbar akan mengurangi tekanan pada
up hill track.
6. Tingginya titik gandulan melebihi titik yang telah ditentukan pada traktor, akan mengakibatkan
berkurangnya kestabilan.
7. Track-track lebar akan mengurangi “digging in” sehingga traktor lebih stabil.
8. Dalam mengoperasikan alat, agar hati-hati terhadap stability alat-alat perleng kapan penting.
9. Jangan memaksakan Bulldozer beroperasi untuk hal-hal yang tidak perlu, seperti mendorong tanah
melebihi ketentuan 100 m, karena tidak effektif.
10. Dalam mengoperasikan Bulldozer harus direncanakan dengan baik, harus di ketahui dimana pass
berikutnya yang harus dikerjakan.
11. Dalam menggunakan tilt dan angling adjustment harus bergantian, agar keaus an blade dan
steering dapat merata.
12. Dalam keadaan berjalan tanpa dozing maka blade atau pisau harus terangkat tidak boleh melebihi 35
cm untuk melindungi bagian bawah tractor.

16
1. 2. 4. MENGHITUNG PRODUKSI
BULLDOZER.
Dalam melaksanakan pekerjaan pemindahan tanah yang menggunakan alat alat berat hal
terpenting yang perlu adalah mengetahui kapasitas operasi dari pera latan yang digunakan.
Langkah awal yang dilakukan sebelum membuat perhitungan biaya adalah mem- buat estimasi dari
kapasitas alat secara teoritis. Dari hasil tersebut dicoba untuk membandingkan dengan pengalaman
yang pernah dilakukan pada jenis pekerjaan yang serupa. Dari perbandingan hasil itu terutama nilai
efisiensi kerja, kita dapat melakukan perhitungan biaya yang paling sesuai untuk jenis pekerjaan dan
pera latan yang akan digunakan. Sehingga biaya pelaksanaan tidak akan terlalu besar atau pun terlalu
kecil.

1. 2. 4. 1. Metode perhitungan
Produksi Alat Berat.
Kapasitas operasi alt berat biasa dinyatakan dalam m³/jam atau cuyd/jam, sedang kan produksi alat
dinyatakan dalam volume pekerjaan yang dikerjakan per siklus waktu dan jumlah siklus dalam satu jam
kerja.

60
Q = q x N x E = q x ------- x E (m³/jam) ……………….(1. 5.)
Cm
dimana, Q : produksi per jam dari alat (m³).
q : produksi (m³) dalam saatu siklus kemampuan alat untuk memin dahkan tanah
lepas. 60
N : jumlah siklus dalam satu jam. dimana N = -----
Cm
E : efisiensi kerja.
Cm : waktu siklus dalam menit.

Efisiensi kerja (E) :


Produktivitas kerja dari suatu alat yang diperlukan merupakan standard dari alat tersebut bekerja
dalam kondisi ideal dikalikan suatu faktor dimana faktor tersebut merupakan faktor efisiensi kerja
(E). Efisiensi sangat tergantung kondisi kerja dan faktor
alam lainnya seperti topografi, keahlian operator, pemilihan standar pe rawatan dan lain-lain yang
berkaitan dengan pengoperasian alat.
Pada kenyataan yang sebenarnya sulit untuk menentukan besarnya efisiensi kerja tetapi berdasarkan
pengalaman-pengalaman dapatlah ditentukan faktor efisiensi yang mendekati kenyataan.

Tabel 1. 3. Efisiensi kerja.


==========================================================
Kondisi Baik Baik Sedang Buruk Buruk
Operasi alat sekali sekali
--------------------------------------------------------------------------------------------------

Baik sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63


Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32
==========================================================

Kondisi kerja tergantung dari hal-hal berikut :


1. Apakah alat sesuai dengan topografi yang ada.
2. Kondisi dan pengaruh lingkungan seperti : ukuran medan dan peralatan
3. Pengaturan kerja dan kombinasi kerja antara peralatan dan mesin.
4. Metode operasional dan perencanaan persiapan kerja.
5. Pengalaman dan ketrampilan operator dan pengawas untuk pekerjaan tsb.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan alat adalah :


1. Penggantian pelumas atau grease (gemuk) secara teratur.
2. Kondisi peralatan pemotongan (blade, bucket, bowl).
3. Persediaan suku cadang yang sering diperlukan untuk alat yang bersang kutan.

Produksi per siklus :


Produksi kerja Bulldozer pada saat penggusuran adalah sebagai berikut :

dimana,

Produksi (q) = L x H² x a
………………………………. (1. 6.)
L = lebar blade/sudu (m , yd) H = tinggi blade (m)
a = faktor blade.

Untuk menghitung produktivitas standar dari Bulldozer, volume tanah yang dipin dahkan dalam satu
siklus dianggap sama dengan lebar sudu x (tinggi sudu)².
Pada kenyataannya dilapangan produksi per siklus akan berbeda-beda tergantung dari jenis tanah,
sehingga faktor sudu perlu disesuaikan karena pengaruh tsb.

Tabel 1. 4. Faktor Sudu dalam Penggusuran


==========================================================
DERAJAT - PENGGUSURAN faktor blade
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Ringan - Penggusuran dapat dilaksanakan dengan sudu 1,1 - 0,9
penuh tanah lepas.
- Kadar air rendah, tanah berpasir tak dipadatkan, tanah biasa, bahan material untuk timbunan perse
diaan (stockpile).
Sedang - Tanah lepas, tetapi tidak mungkin menggusur 0,9 - 0,7 dengan sudu penuh
- Tanah bercampur kerikil/split, pasir, batu pecah
Agak sulit - Kadar air tinggi dan tanah liat, pasir bercampur 0,7 - 0,6 kerikil, tanah liat yang sangat kering,
tanah asli
Sulit - Batu-batu hasil ledakan, batu-batu berukuran besar 0,6 - 0,4
==========================================================

Tabel 1. 5. Perkiraan kapasitas blade.


==========================================================

Perkiraan Kapasitas (lcm) Model


Ukuran (m x m) A – blade S – blade U – blade Dozer
--------------------------------------------------------------------------------------------------

4,16 x 1,033 3,18 - - D6H


3,36 x 1,257 - 3,89 - D6H
--------------------------------------------------------------------------------------------------

4,50 x 1,111 3,89 - - D7H


3,90 x 1,363 - 5,16 - D7H
3,98 x 1,553 - - 8,34 D7H
--------------------------------------------------------------------------------------------------

4,96 x 1,174 4,66 - - D8N


4,26 x 1,740 - - 11,70 D8N
--------------------------------------------------------------------------------------------------

3,88 x 0,910 2,50 - - D6D


3,21 x 1,127 - 3,77 - D6D
--------------------------------------------------------------------------------------------------

4,26 x 0,960 2,90 - - D7G


3,66 x 1,274 - 4,20 - D7G
3,82 x 1,274 - - 5,80 D7G
==========================================================
Waktu siklus :
Waktu siklus yang dibutuhkan Bulldozer untuk menyelesaikan pekerjaan adalah dimulai pada saat
menggusur, ganti persneling dan mundur.

Diperhitungkan dengan rumus :

D D
C m = ---- x ---- + Z …………………………………. (1.7.) F R
dimana,

D : jarak angkut (gusur) (m, yd).


F : kecepatan maju (m /menit), berkisar 3 - 5 km /jam. R : kecepatan mundur (m /menit),
berkisar 5 - 8 km/jam.
Z : waktu ganti persneling (menit), berlisar 0,10 - 0,20 menit.

1. 3. RIPPER.
Bulldozer sulit untuk menggusur dan meratakan tanah yang keras jika terda pat dilokasi proyek.
Pelaksanaan pembersihan dengan Bulldozer akan menurun kan produksi Bulldozer bahkan akan mudah
rusak. Untuk keadaan tersebut diper lukan alat bajak (ripper). Ripper adalah alat yang menyerupai
cakar (shank) yang dipasangkan dibelakang traktor. Fungsi dari alat ini untuk menggemburkan tanah
keras, jumlah cakar ripper antara 1 - 5 buah. Bentuk shank ada yang lurus dan lengkung, shank lurus
dipakai untuk material padat dan batuan berlapis sedang yang lengkung dipakai untuk batuan yang
retak

Perhitungan produksi Ripper sangat sulit untuk diperkirakan, salah satu fak tor adalah karena
pekerjaan itu tidak dilakukan terus menerus. Biasanya pekerja- an ini bersamaan dengan pemuatan
material, hingga sering dijumpai dilapangan sebuah traktor dipasangkan blade dan ripper pada waktu
bersamaan.
Perhitungan produksi Ripper ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Cara pertama adalah dengan mengukut potongan topografi dilapangan dan waktu yang dibutuhkan
untuk menggemburkan tanah. Cara ini memberi hasil yang aku- rat. Cara lain dengan mengasumsikan
kecepatan rata-rata Ripper yang bekerja di suatu area, dengan mengetahui jarak tempuh setiap pass
maka waktu berangkat dapat dicari. Total waktu siklus merupakan penambahan waktu berangkat
dengan waktu yang dibutuhkan Ripper untuk mengangkat /menurunkan cakarnya.
PRODUKTIVITAS ALAT BERAT RIPPER Nama : Bagus Rizkya Putra NIM : Kelas : A TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS RIAU 2015 April 2015

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Pemindahan tanah mekanis
tentang Pembiayaan alat berat ini dengan baik. Tugas pemindahan tanah mekanis tentang
pembiayaan alat berat ini merupakan pemantapan dari dasar teori yang penulis dapatkan
pada mata kuliah pemindahan tanah mekanis, serta merupakan tugas penting untuk lulus
dalam mata kuliah pemindahan tanah mekanis pada program studi Teknik Sipil S1
Universitas Riau. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Hendra Taufik, S.T M.Sc
sebagai dosen pengampu mata kuliah Pemindahan tanah mekanis dan sebagai dosen
pembimbing dalam penyelesaian tugas Pemindahan tanah mekanis tentang Pembiayaan
alat berat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas pemindahan tanah
mekanis tentang pembiayaan alat berat masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini dengan lebih baik lagi. Penulis mengharapkan semoga tugas ini
dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa Program Studi Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik
Universitas Riau. Pekanbaru, Maret 2015 Penulis

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 0 DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 BAB I... 6
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan... 7 BAB II... 8 DESKRIPSI
ALAT Deskripsi Umum Fungsi dan Kerja Dozer Macam Blade Perbandingan Crawler Mounted
dan Wheel Mounted Deskripsi Alat Ripper Jenis-Jenis Ripper Fungsi Ripper Macam Ripper
Gambaran Umum BAB III METODE KERJA Penggerak (Prime Mover) Konstruksi dan operasi
Roda rantai / Crawler... 18

4 3.2 Kegunaan Ripper Kondisi Kerja Ripper Pemeliharaan alat Teknik Pengoperasian BAB IV
PRODUKTIVITAS ALAT Perhitungan Produktivitas Alat (Putra, 2010) Contoh Soal BAB V
PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 32

5 DAFTAR TABEL Tabel 1 Efisiensi Kerja Tabel 2 Umur Ekonomis Alat Berat Tabel 3 Pemakaian
Gemuk Tabel 4 Nilai Efisiensi Operator Berdasarkan Kelas Tabel 5 Faktor Manajemen dan
Sifat Manusia Tabel 6 Nilai Efisiensi Faktor Cuaca Tabel 7 Nilai Efisiensi Kondisi Lapangan...
27

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Multi shank ripper Gambar 2 Macam-macam Multi shank ripper
Gambar 3 Macam-macam Single shank ripper Gambar 4 Ripper Gambar 5 Bagian-bagian
Dozer Gambar 6 Diagram Roda Rantai Gambar 7 Slot Dozing Gambar8SidebySideDozing
Gambar 9 Multi Shank Tractor Ripper... 22

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat-alat berat yang dikenal di dalam ilmu Teknik
Sipil adalah alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur. Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek,
terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar. Tujuan penggunaan alat-alat
berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih
singkat. Alat berat yang umum dipakai di dalam proyek konstruksi antara lain dozer, alat
garu (ripper) alat gali (excavator) seperti backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut
seperti loader, truck dan conveyor belt; alat pemadat tanah seperti roller dan compactor;
dan lain-lain. Pada saat suatu proyek akan dimulai, kontraktor akan memilih alat berat yang
akan digunakan di proyek tersebut. Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan salah
satu faktor penting dalam keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipilih haruslah tepat
sehingga proyek berjalan lancar. Kesalahan di dalam pemilihan alat berat dapat
mengakibatkan proyek menjadi tidak lancar. Dengan demikian keterlambatan penyelesaian
proyek dapat terjadi yang menyebabkan biaya akan membengkak. Produktivitas yang kecil
dan tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan alat lain yang lebih sesuai
merupakan hal yang menyebabkan biaya yang lebih besar. (adjisutama, 2014)

8 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai
alat berat ripper yang dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi, salah satunya
pengklasifikasian alat berat berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi operasional
alat berat. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memahami alat
berat ripper yang dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi, salah satunya
pengklasifikasian alat berat berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi operasional
alat berat.

9 BAB II DESKRIPSI ALAT 2.1 Deskripsi Umum Bulldozer adalah jenis peralatan konstruksi
(biasa disebut alat berat atau construction equipment) bertipe traktor menggunakan Track/
rantai serta dilengkapi dengan pisau (dikenal dengan blade) yang terletak di depan.
Bulldozer diaplikasikan untuk pekerjaan menggali, mendorong dan menarik material (tanah,
pasir, dsb). Istilah bulldozer sering kali digunakan untuk menggambarkan semua tipe alat
berat (Eksavator, Loader, dsb) meskipun istilah ini tepatnya hanya menunjuk ketraktor
berantai yang dilengkapi dengan blade. (Wikipedia, 2015) Pada klasifikasi fungsional alat,
dozer berfungsi sebagai alat yang membantu dalam pengolah lahan dimana Kondisi lahan
proyek kadangkadang masih merupakan lahan asli yang harus dipersiapkan sebelum lahan
tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka pe
mbukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan
tanah paling atas dapat digunakan scraper. Sed angkan untuk pembentukan perm ukaan
supaya rata selain dozer dapat digunakan juga motor grader. (adjisutama, 2014) Pada
dasarnya dozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai penggerak utama. Disebut
dozer karena traktor dilengkapi dengan dozer attachment, dalam hal ini adalah blade dan
ripper. Dozer sebenarnya adalah nama jenis dari dozer yang mempunyai kemampuan untuk
mendorong ke muka. (Kampuzsipil, 2011)

10 Menurut track shoe-nya dozer dibedakan sebagai berikut : 1.Crawler tractor dozer
(dengan roda kelabang) 2.Wheel tractor dozer (dengan roda ban) 3.Swamp bulldozer (untuk
daerah rawa-rawa). Berdasarkan penggerak bladenya, dibedakan atas : 1. Cable controlled
(kendali kabel), pada saat ini sudah tidak diproduksi lagi. 2. Hydraulic controlled (kendali
hidrolis). (Kampuzsipil, 2011) Fungsi dan Kerja Dozer Pada proyek-proyek konstruksi,
terutama proyek yang ada hubungannya dengan pemindahan tanah tertentu, bulldozer
digunakan pada pelaksanaan pekerjaan seperti tersebut di bawah ini : 1. Pembukaan jalan
kerja di pegunungan maupun di daerah berbatu-batu. 2. Memindahkan tanah yang jauhnya
hingga 300 ft atau ± 90 m. 3. Menarik scraper. 4. Menghampar tanah isian/urugan (fills). 5.
Menimbun kembali trencher. 6. Pembersihan sites/medan. 7. Pemeliharaan jalan kerja. 8.
Menyiapkan material-material dari tempat pengambilan material (Kampuzsipil, 2011)
Macam Blade Seperti dijelaskan di atas bahwa bulldozer mempunyai blade yang tegak lurus
pada arah gerak maju, sedang untuk angle dozer. Blade selain tegak lurus juga dapat
menyerong. Bulldozer mendorong tanah ke depan, sedangkan angle dozer ke depan dan ke
samping. Beberapa konstruksi bulldozer mempunyai blade yang memungkinkan berfungsi
sebagai bulldozer, juga sebagai angle dozer, dengan cara menyetel blade sedemikian rupa
sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya blade yang dipakai pada bulldozer dan/atau angle
dozer ada beberapa jenis, yaitu :

11 1. Universal Blade (U - Blade) Sayap yang terdapat di sisi blade adalah untuk menahan
material agar tidak keluar dari jalur dorongan. Hal ini memungkinkan bulldozer
membawa/mendorong muatan lebih banyak, karena kehilangan muatan yang relatif kecil
dalam jarak yang cukup jauh. Kebanyakan bulldozer dengan blade jenisini digunakan pada
pekerjaan-pekerjaan : a. Land reclamation/reklamasi tanah b. Stock pile work/pekerjaan-
pekerjaan penyediaan material. c. Dan lain-lain 2. Straight Blade (S - Blade) Blade jenis ini
adalah yang paling cocok untuk segala jenis lapangan, blade ini juga merupakan modifikasi
dari U-Blade, maneuver lebih mudah dan dengan blade ini pula bulldozer dapat menghandel
material dengan mudah. 3. Angle Blade (A Blade) Angle blade ini dibuat untuk posisi lurus
dan menyerong. Blade ini juga dibuat untuk : a. Pembuangan ke samping (side casting). b.
Pembukaan jalan (pioneering roads). c. Menggali saluran (cutting ditches). d. Dan lain-lain
pekerjaan yang sesuai. 4. Cushion Blade (C Blade) Blade jenis ini dilengkapi oleh rubber
cushion (bantalan karet) untuk meredam tumbukan. Selain untuk push-loading, blade ini
juga dipakai untuk pemeliharaan jalan dan pekerjaan dozing yang lain mengingat lebar C-
Blade ini memungkinkan untuk meningkatkan maneuver.

12 5. Bowldozer Blade demikian dibuat untuk medorong/mmbawa material, agar jumlah


kehilangan tanah selama penggusuran sesedikit mungkin, hal ini terjadi akibat adanya
dinding-dinding besi yang ada disamping blade. 6. Universal Blade (U Blade) For Light
Material Blade ini didesain untuk pekerjaan yang non-kohesif material (material terlepas)
yang ringan seperti : a. Stock pile dari tanah gembur. b. Reklamasi/pegunungan dengan
tanah gembur. (Kampuzsipil, 2011) Perbandingan Crawler Mounted dan Wheel Mounted Tiap
tipe dari bulldozer mempunyai kelebihan tersendiri, tergantug dari kondisi lapangan. Untuk
beberapa jenis pekerjaan tertentu kedua-duanya dapat digunakan dengan baik. Kelebihan
Crawler Mounted Bulldozer : 1. Daya dorong lebih besar, terutama pada lapangan-lapangan
yang lunak, seperti pada tanah lumpur dan tanah gembur. 2. Dapat beroperasi pada tanah
yang berlumpur. 3. Dapat beroperasi pada tanah yang berbatu, dimana mungkin ban akan
rusak berat. 4. Dapat beroperasi pada tanah yang kasar, hal ini bisa mengurangi biaya
pemeliharaan jalan. 5. Daya apung lebih besar, karena ground contact lebih besar sehingga
tekanan roda persatuan luas kecil. 6. Penggunaannya lebih flexibel dan lebih luas (untuk
berbagai jenis lapangan).

13 Kelebihan Wheel Mounted Bulldozer : 1. Kecepatan gerak yang lebih besar untuk bergerak
dari lokasi pekerjaan satu ke lokasi pekerjaan yang lain. 2. Tidak memerlukan alat angkut
untuk membawa alat ke lokasi pekerjaaan. 3. Output lebih besar, terutama jika dalam
pelaksanaan diperlukan jalan yang cepat. 4. Kelelahan operator kecil. 5. Tidak merusak
permukaan jalan, jika berjalan di atas jalan raya. (Kampuzsipil, 2011) 2.2 Deskripsi Alat
Ripper Selain bxlade sebagai perlengkapan standar Bulldozer, pada sisi belakang Bulldozer
bisa dipasang perlengkapan tambahan berupa : Ripper untuk membongkar material yang
tidak dapat digali menggunakan blade, biasanya untuk pekerjaan pembuatan jalan atau
pertambangan. Winch untuk menarik material, sering digunakan pada pekerjaan
pengeluaran kayu di hutan. (Wikipedia, 2015) Jika dijumpai tanah keras misalnya tanah liat
kering, maka penggalian daapat dilakukan dengan ripper (pembajak). Alat ini pada dasarnya
tidak lain seperti bajak yang gigi-giginya terbuat dari baja sedemikian rupa sehingga dapat
diberikan tekanan cukup besar untuk dapat masuk ke dalam tanah keras. Ripper ini ada
yang merupakan alat tersendiri yang ditarik (towed) oleh traktor, dan ada juga yang
merupakan alat pelengkap (attachment) yang dipasang pada traktor sebagai alat
penggeraknya. (Wigroho, 1998) Dalam paper ini akan dibahas tentang ripper sebagai alat
tersendiri yang ditarik (towed).

14 Jika dalam pekerjaan pembersihan lapangan dijumpai tanah yang keras (missal : lempung
keras), sering kali pekrjaan dengan memakai blade bulldozer kurang berhasil, dengan
demikian efektivitas produksi akan berkurang, disamping hal itu juga blade akan cepat
rusak. Jika volume pekerjaan tanah keras ini cukup banyak, maka pekerjaan yang paling
efektif adalah dengan cara menggemburkan dulu tanah tersebut, alat yang digunakan pada
pekerjaan ini disebut Ripper (bajak). Alat ini pada dasarnya sebuah bajak yang gigi-giginya
terbuat dari baja yang keras, sehingga kepadanya dapat diberikan tekanan yang cukup
besar untuk lebih memaksanya masuk ke dalam tanah. (Kampuzsipil, 2011) Gambar 1 Multi
shank ripper Sumber : (Kampuzsipil, 2011)

15 2.2.1 Jenis-Jenis Ripper Jenis-jenis ripper dibedakan menurut keadaannya sebagai


berikut : 1. Ripper yang berupa alat tersendiri. 2. Ripper yang ditarik oleh tractor : Dengan
kendali kabel. Dengan kendali hidrolis. 3. Ripper yang berupa attachment yang dipasang
pada tractor sebagai tenaga penggeraknya : a. Adjustable parallelogram (giginya sejajar dan
bisa diatur/dilepas) Single shank (gigi tunggal). Multi shank (gigi banyak). b. Parallelogram
(giginya sejajar kaku) Single shank (gigi tunggal). Multi shank (gigi banyak) c. Hinge (berupa
piringan) dengan ukuran tertentu. (Kampuzsipil, 2011) Gambar 2 Macam-macam Multi shank
ripper Sumber : (Wigroho, 1998)

16 Gambar 3 Macam-macam Single shank ripper Sumber : (Wigroho, 1998) Fungsi Ripper
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, fungsi ripper adalah untuk menggemburkan tanah-
tanah yang keras. Tetapi tidak semua tanah keras bisa dikerjakan oleh ripper, kadang-
kadang harus dilakukan peledakan. Gambar 4 Ripper Sumber : (Energytoday)

17 2.2.3 Macam Ripper 1. Multi-shank-rippers(rigidtype) Ripper ini memiliki tiga buah shank
rippers yang disusun secara parallel. Multi-shank rippers ini sangat efisien digunakan pada
daerah yang memiliki material lunak karena sudut gali (digging angel) ripper ini dapat
optimum. 2. Multi-shank-rippers(variabletype) Ripper ini memiliki tiga buah ripper point yang
dapat divariasikan sudutnya secara hidrolik disesuaikan dengan kondisi material yang
digalinya. 3. Giant-rippers(variabletype) Giant rippers dirancang khusus untuk memecah
material batu yang cukup keras. Ripper ini memiliki sebuah ripper point yang dapat diatur
(adjustable) guna menyesuaikan dengan material yang digali. (Visionlink, 2014) 2.3
Gambaran Umum Gambar 5 Bagian-bagian Dozer Sumber : (Visionlink, 2014)

18 1.Blade 2.Bladeliftcylinder 3.Cabin 4.Fueltank 5.Ripper 6.Sprocket 7.Trackroller


8.Straightframe 9.Trackshoe 10.Canopy

19 BAB III METODE KERJA 3.1 Penggerak (Prime Mover) Konstruksi dan operasi Roda rantai /
Crawler Roda rantai modern dibangun dari jalinan rantai yang tersambung membentuk loop
tertutup. Sambungan berupa engsel yang memungkinkan sabuk rantai tetap fleksibel dan
mampu dilipat. Jalinan rantai seringkali lebar, dapat dibuat dari baja paduan mangan untuk
kekuatan dan kekerasan tinggi dan tahan gesekan. (Wikipedia, 2015) Kendaraan dengan
roda rantai belok dengan cara menghentikan sementara atau mengurangi kecepatan salah
satu sisi roda. Misal ketika ingin berbelok ke kanan, maka roda kanan yang dihentikan atau
dikurangi kecepatannya sedangkan roda kiri tetap berputar. Sehingga pada sebagian besar
kendaraan teknik tidak ada roda kemudi, melainkan dua tuas / pijakan yang digunakan
untuk mengatur kecepatan atau menghentikan masing-masing sisi roda. (Wikipedia, 2015)
Gambar 6 Diagram Roda Rantai Sumber : (Wikipedia, 2015) Diagram roda rantai dengan
suspensinya (1=penggerak belakang, 2=sabuk, 3=roda pengembali, 4=penggerak depan,
5=roda yang bergerak bersama dengan sabuk, 6=roda idle yang berfungsi sebagai
pengencang sabuk)

20 Crawler Tractor atau sering disebut traktor beroda rantai, merupakan sebuah traktor
dengan crawler terdiri atas satu set track yang menempel pada link untuk bergerak
/berpindah dengan merayap. (blog, 2015) Perpindahan dilakukan dengan cara tram motor
memutar track pada sproketnya. Crawler digunakan untuk memindahkan crane (merayap) di
area kerja dengan cara tram motor memutar track pada sproketnya. (blog, 2015) Kelebihan
Penggunaan Roda rantai Kendaraan roda rantai memiliki pergerakan yang lebih baik
dibandingkan kendaraan roda biasa pada daerah dengan medan yang sulit. Roda rantai
bergerak mulus pada gundukan, mampu "menginjak" hambatan kecil hingga pagar yang
tinggi. Pengendara kendaraan ini akan merasakan bahwa mengendarainya sama seperti
mengendarai perahu di atas air. Roda rantai umumnya lebih keras dibandingkan roda biasa
sehingga sulit berlubang meski telah melalui medan yang sulit. Roda rantai memiliki lebih
sedikit kemungkinan untuk terjebak di lahan yang empuk karena luas permukaan kontak
yang sangat lebar sehingga mengurangi tekanan tanah. Dengan luas permukaan kontak
yang lebar memungkinkan kendaraan lebih mudah digerakkan karena slip menjadi jauh
lebih rendah. Slip adalah rasio perbandingan antara jumlah keliling putaran roda terhadap
jarak tempuhnya. (Wikipedia, 2015) Kekurangan Penggunaan Roda Rantai Kekurangan
kendaraan roda rantai adalah top speed yang lebih rendah, kompleksitas mekanika yang
lebih tinggi, usia pakai roda yang lebih rendah, dan kerusakaan yang diakibatkan roda rantai
baja pada jalan beraspal. Kerusakan pada jalan beraspal bukan karena tekanan ke aspal,
melainkan karena gesekan oleh pola sabuk rantai (treads) yang berusuk dan baja yang
memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi dibandingkan aspal. Pelapisan roda rantai baja
dengan karet mencegah kerusakan ini, karena karet bersifat lunak. (Wikipedia, 2015)

21 3.2 Kegunaan Ripper Membantu dalam pembersihan lapangan, yaitu dengan melewatkan
ripper beberapa kali, sehingga sebagian besar akar-akar pohon yang dilewati akan terputus
Dengan gigi-giginya pohon dapat ditumbaangkan tanpa harus menggali tanah di sekeliling
pohon Membantu menggemburkan tanah di tempat-tempat yang bertanah keras Menuat
parit kecil untuk menggenagkan air Merobek pavement yang terbuat dari ubin, beton, atau
aspal yang sangat sukar jika digali dengan alat lain (Soemardikatmodjo, 2003) 3.3 Kondisi
Kerja Ripper Kondisi kerja Ripper tergantung dari hal-hal berikut : 1. Apakah alat sesuai
dengan topografi yang ada 2. Kondisi dan pengaruh lingkungan seperti : Ukuran medan dan
peralatan 3. Pengaturan kerja dan kombinasi kerja antara peralatan dan mesin. 4. Metoda
operasional dan perencanaan persiapan kerja 5. Pengalaman dan keterampilan operator dan
pengawas untuk pekerjaan tersebut (Soemardikatmodjo, 2003) 3.4 Pemeliharaan alat Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan alat adalah : 1. Penggantian pelumas atau
grease (gemuk) secara teratur 2. Kondisi ripper atau penggarunya 3. Persediaan suku
cadaang yang sering diperlukan untuk alat yang bersangkutan 4. Kondisi traksi ban yanng
digunakan (dalam hal ini traksi berbentuk roda rantai / Crawler) (Soemardikatmodjo, 2003)

22 3.5 Teknik Pengoperasian Dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi dengan


menggunakan dozer ada dua teknik yang sering digunakan, yaitu side by side dozing dan
slot dozing. Pada teknik side by side dozing, dua dozer bekerja bersama secara
berdampingan. Pisau kedua dozer dihimpitkan sedekat mungkin. Hal ini untuk menghindari
spillage atau keluarnya material dari pisau. Kelemahan dari teknik ini adalah manuver alat
yang lama sehingga tidak praktis untuk pemindahan berjarak kurang dari 15 m dan lebih
dari 10 m. Sementara itu, pada teknik slot dozing dibuat semacam penghalang di sisi pisau,
yang berfungsi untuk menghindari adanya spillage dari dozer. Penggunaan teknik ini dapat
meningkatkan produktivitas. (adjisutama, 2014) Gambar 7 Slot Dozing Gambar 8 Side by
Side Dozing Sumber : (adjisutama, 2014)

23 BAB IV PRODUKTIVITAS ALAT 4.1 Perhitungan Produktivitas Alat Gambar 9 Multi Shank
Tractor Ripper Sumber : (greencrazy) Ripper adalah alat untuk membajak/menggemburkan
tanah keras (lempung keras). Tanah keras ini efektif bila dikerjakan dengan bulldozer karena
blade akan cepat rusak, sehingga bulldozer bisa juga dilengkapi dengan ripper.
(Soemardikatmodjo, 2003) Gigi ripper dapat dinaik-turunkan sesuai dengan kedalaman
penggalian yang dikehendaki dan kondisi material yang akan digaru. (Soemardikatmodjo,
2003)

24 Kapasitas Produksi ripping dengan Multi Shank Ripper adalah sebagai berikut :
Keterangan : KP = Kapasitas produksi ripping LK = Lebar kerja (meter) P J = Kedalaman
penetrasi (meter) = Jarak ripping (meter) FK = Faktor koreksi F R Z = Kecepatan maju
(m/menit) = Kecepatan mundur (m/menit) = Waktu tetap Efisiensi kerja (E) : Produktivitas
kerja dari suatu alat yang diperlukan merupakan standard dari alat tersebut bekerja dalam
kondisi ideal dikalikan suatu faktor dimana faktor tersebut merupakan faktor efisiensi kerja
(E). Efisiensi sangat tergantung kondisi kerja dan faktor alam lainnya seperti topografi,
keahlian operator, pemilihan standar perawatan dan lain-lain yang berkaitan dengan
pengoperasian alat. Pada kenyataan yang sebenarnya sulit untuk menentukan besarnya
efisiensi kerja tetapi berdasarkan pengalaman-pengalaman dapatlah ditentukan faktor
efisiensiyang mendekati kenyataan.

25 Tabel 1 Efisiensi Kerja Kondisi alat Baik Sekali Baik Sedang Buruk Buruk Sekali Baik Sekali
0,83 0,81 0,76 0,70 0,63 Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60 Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45 Buruk Sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32 (Soemardikatmodjo,
2003) Tabel 2 Umur Ekonomis Alat Berat Kondisi Lapangan Jenis Alat Ringan (thn- Sedang
(thn- Berat (thn- jam) jam) jam) Bulldozer Wheel Loader , Motor Grader , , Motor Scraper 7,
Track tractor Shovel Tractor Dredger Batching & Mixing Plant Portable mixer Truck Diessel
Track Loader Rippers (Shalahuddin, 2009)

26 Tabel 3 Pemakaian Gemuk No Jenis Alat Kondisi Lapangan (kg/jam) Ringan Sedang Berat 1
Track Type > 100 HP 0,2 0,3 0, HP 0,15 0,25 0, HP 0,1 0,2 0, HP 0,05 0,15 0,25 5 Wheel Type
HP 0,05 0,15 0,25 6 Unit yang Ditarik 0,05 0,1 0,15 7 Dreger (Shalahuddin, 2009) Tabel 4
Nilai Efisiensi Operator Berdasarkan Kelas No Operator Efisiensi 1 Kelas I 1 2 Kelas II 0,8 3
Kelas III 0,7 (Leo, 2010) 1. Kelas I (Kemampuan baik) Melaksanakan pada pekerjaan
kesukaran tinggi Melaksanakan pada pekerjaan presisi berkualitas tinggi Melaksanakan pada
produktivitas optimum, waktu-putar( cycletime)pendek
Melaksanakanpadapekerjaandenganperalatankapasitasberatdanken dali(kontrol) mutahir

27 2. Kelas II (Kemampuan sedang) Melaksanakan pada pekerjaan kesukaran sedang


Melaksanakan pada pekerjaan presisi berkualitas sedang Melaksanakan pada produktivitas
optimum, waktu-putar(cycletime) sedang Melaksanakan pada pekerjaan dengan peralatan
kapasitas berat dan kendali (kontrol) mutakhir 3. Kelas III (Kemampuan cukup)
Melaksanakan pada pekerjaan kesukaran cukup Melaksanakan pada pekerjaan presisi
berkualitas cukup Melaksanakan pada produktivitas optimum, waktu-putar(cycletime)cukup
Melaksanakan pada pekerjaan cukup Melaksanakan pada pekerjaan dengan peralatan
kapasitas berat dan kendali (kontrol) mutahir (Leo, 2010) Tabel 5 Faktor Manajemen dan
Sifat Manusia Sifat Manusia Faktor Manajemen Sempurna 60/60 1 Baik 55/60 0,92 Sedang
50/60 0,82 Buruk 45/60 0,75 (Leo, 2010)

28 Tabel 6 Nilai Efisiensi Faktor Cuaca Keadaan Cuaca Efisiensi (Leo, 2010) Baik 1 Sedang 0,8
Tabel 7 Nilai Efisiensi Kondisi Lapangan Kondisi Lapangan Efisiensi Berat 0,7 Sedang 0,8
Ringan 1 (Leo, 2010) Tabel 8 Faktor Koreksi untuk Kedalaman dan Sudut Putar (Putra, 2010)

29 4.2 Contoh Soal Contoh Soal 1: Tentukan produksi ripping dengan data single shank ripper
yang ditarik oleh traktor tipe D9H.CAT jika diketahui : Jarak (space) ripping (s) : 0,915 m
Kedalaman ripping (h) : 0,610 m Panjang ripping (L) Kecepatan ripping (v) Waktu balik (t)
Asumsi waktu (T) : 91 m : 1,6 km/jam = 26,6 m/menit : 0,25 menit : 60 menit/jam

30 Perlu diingat bahwa hasil ini 10% - 20% lebih tinggi dari produksi sebenarnya, jadi : Jadi
produksi sebenarnya antara 673,20 BM3/jam 757,4 BM3/jam. Produksi ini belum dikoreksi
dengan kondisi pekerjaan (job condition), peralatan dan operator. Contoh Soal 2 : Sebuah
Bulldozer D35A digunakan untuk pekerrjaaan ripping. Jarak ripping rata-rata 30 meter. Data
teknis bulldozer dan ripping adalah sebagai berikut : Attachment yang digunakan adalah
giant ripper Kedalaman penetrasi = 0,30 meter
31 Konversi material = 1,25 Faktor efisiensi waktu = 0,83 Efisiensi kerja = 0,75 Efisiensi
operator = 0,80 Berapa produksi ripping dai buldozer tersebut? Jawab : Lebar kerja (LK) = 2P
= 2. 0,3 = 0,6 meter Kedalaman penetrasi (P) = 0,3 meter Jarak kerja (K) = 30 meter
Kecepatan gigi maju terkoreksi (F) = 0,75. 3,3 = 2,48 km/jam = 41,25 m/menit Kecepatan
gigi mundur terkoreksi (R) = 0,85. 3,2 = 2,72 km/jam = 45,33 m/menit Waktu tetap (Z) =
0,05 menit Faktor koreksi (FK) total terdiri dari : Efisiensi waktu = 0,83 (Tabel 1) Efisiensi
kerja = 0,75 (Tabel 1) Efisiensi operator = 0,80 (Tabel 4) 0,83. 0,75. 0,80 = 0,50

32 BAB V PENUTUP Kesimpulan Ripper adalah suatu alat yang digunakan untuk
menggemburkan material dengan cara menggaru atau membajak (ripping) Berdasarkan alat
penggarunya ripper terbagi tiga yaitu Single shank ripper, multi shank ripper dan giant
ripper Kekuatan ripper tergantung dari apada kemampuan gigi-giginya untuk masuk ke
dalam tanah Jenis ripper dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : 1. Ripper sebagai alat sendiri
2. Ripper yang disambungkan dengan alat lain Saran Penggunaan alat berat haruslah sesuai
dengan klasifikasi pengerjaan alat berat tersebut agar menghasilkan hasil pekerjaan yang
maksimal

33 DAFTAR PUSTAKA adjisutama. (2014). Retrieved 2015, from agrimachine. (2012).


Retrieved 2015, from china.agrimachine.cn: blog, a. b. (2015). Retrieved 2015, from
Energytoday. (n.d.). Retrieved 2015, from Energytoday.com greencrazy. (n.d.). Retrieved
2015, from Kampuzsipil. (2011). Retrieved 2015, from Leo, S. (2010). Dasar-dasar
Pemindahan Mekanis. Pekanbaru: Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik Universitas Riau.
Putra, A. D. (2010). Makalah alat Berat. Retrieved 2015, from Saifoemk. (2012). Retrieved
2015, from Shalahuddin, M. (2009). Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis. Pekanbaru:
Pusbangdik Universitas Riau. Soemardikatmodjo, I. (2003). Alat-alat berat. Visionlink. (2014).
Pengenalan alat berat bulldozer. Retrieved 2015, from 1bulldozer.html Wigroho, H. S. (1998).
Alat-alat Berat. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Wikipedia. (2015). Wikipedia.
Retrieved 2015, from Wikimedia Commons:
PENJADWALAN PRODUKSI
Menentukan bagaimana produksi dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan, sehingga semua
element yang terkait dengan produksi tersebut harus di detailkan. Penjadwalan biasanya disajikan
dalam bentuk tabulasi seperti contoh di bawah ini.
Tabulasi meliputi antara lain :
a. Volume produksi : komoditi dan waste
b. Volume drilling & blasting
c. Jam Kerja alat
d. Jarak angkut
Contoh Tabulasi Penjadwalan Produksi

Contoh Tabulasi Produksi

PENJADWALAN JAM KERJA (ROSTER)


a. Jam Kerja
Jam kerja sangat menentukan jumlah dan ukuran alat yang akan digunakan. Jam kerja ini
dipengaruhi oleh pola shift kerja, kondisi alam, metodologi pergantian shift dan pola
maintenance alat.
Dibawah contoh perhitungan jam kerja.
Perhitungan Hari Kerja

Jumlah hari setahun 365 hari


Dikurang hari libur 10 hari
Jadwal hari Kerja 355 hari
Dikurang Hari Hujan* 40 hari
Jumlah hari kerja (available) 315 hari
Jumlah shift per hari 3 shift
Jumlah Shfit pertahun 945 shift

Perhitungan Jam Kerja

Jam per shift 8.0 jam


Dikurang pergantian shift 0.2 jam
Dikurangi Istirahat makan 0.5 jam
Dikurangi traveling, blasting 0.5 jam
Jam available per shift 6.8 jam
Jadwal jam Kerja per tahun 6426 jam

Contoh Tabulasi Penjadualan Jam Kerja

Tabulasi Jadwal Kerja

b. Physical Availability (PA)


Ketersediaan alat yang dapat digunakan untuk bekerja, besarnya physical availability untuk
alat-alat baru biasanya diatas 90%. Nilai ini sangat tergantung kepada perawatan dan
penyediaan suku cadang..
Contoh untuk kasus di atas, apabila untuk perawatan diperlukan 1 jam dalam 1 shift maka
Availability = (5.8+1.2)/(5.8+1.2+1) = 87.5%

c. Use of Availability. (UA)


Jam kerja alat yang digunakan pada saat alat itu kondisi tidak rusak.
Contoh untuk kasus di atas : alat efektif bekerja 5.8 jam, sedangkan waktu stand by 1.2 jam
Use of availability = 5.8/(5.8 + 1.2) x 100% =83%

d. Produksi
Produksi = skedul jam kerja x UA x PA x produktivitas
Contoh : produktivitas alat = 150 m3/jam
Produksi pershift = 8jam x 87.5% x83% x 150 m3/jam = 870bcm/shift

FORMULA
PA = (W+S)/ (W+S+R)
UA = W/(W+S)
Skedule jam kerja (SK) = W + S + R
Produktivitas (P) = Vol / W
Produksi (Q) = SK x PA x UA x P
Q = (W+S+R) x (W+S)/(W+S+R) x W/(W+S) x Vol/W
dimana :
PA = Physical availability
UA = use of availability
W = working
R = break down
Contoh : Skedul jam kerja 8 jam/ shift, kehilangan waktu 1.2 jam, perawatan 1 jam, produktivitas
alat 150 bcm/jam
Jumlah produksi pershift :
=(5.8+1.2+1)x(5.8+1.2)/ (5.8+1.2+1)x5.8/(5.8+1.2)x 150 bcm/jam
= 8 x 87.5% x 83% x 150 = 870 bcm/shift

KARAKTERISTIK FISIK MATERIAL


Karakteristik fisik material yang akan digali baik tanah penutup maupun komoditi harus
diketahui secara pasti, hal ini untuk menentukan tipe alat yang cocok untuk digunakan serta
untuk memperkirakan produktivitasnya. Yang paling utama diketahui dalam pekerjaan
pemindahan tanah
mekanis adalah :
a.Kemudah galian (Excavability)
Dalam penggalian tanah mekanis kemudah galian biasanya dikatagorikan kedalam : free dig,
rippable dan un-rippable. ketiga kriteria ini sangat berdampak terhadap penetuan jenis dan
tingkat produktivitas alat gali-muat. Untuk menentukan kriteria tersebut biasanya diketahuai dari
analisa geotechnik, sehingga sebelum proses penggalian perlu dilakukan penelitian :
- Analisa log bor, menegetahui batas atara batuan asli dan lapukan
- Survey seismik untuk mengetahui kecepatan seismik dari batuan yang akan digali
- Analisa engineering meliputi : kondisi air tanah, tipe batuan, stregth, joint spacing.
b.Berat Jenis
Berat jenis batuan harus ditentukan dengan pasti, hal ini untuk memastikan agar tidak terjadi
kekurangan beban dan kelebihan beban karena keduanya dapat menyebabkan kerugian. Kalau
terjadi kekurangan beban produktivitas alat tidak optimum, sedangakan kelebihan muatan alat
akan cepat rusak.

c.Swell
Apabila tanah asli digali atau diberaikan, maka terjadi perubahan volume karena adanya
pengembangan, perubahan volume dari asli “bank” cubic metre (bcm)” menjadi gembur “loose
cubic metre (lcm)” disebut dengan swell. Swell sangat penting diketahui dalam pemindahan
tanah meknis karena material yang dimuat dan diangkut adalah dalam bentuk terberai (loose)
sedangkan kemajuan penggalian dihitung dalam kondisi tanah asli (bcm). Misal kalau swell
faktor tinggi maka produktivitas alat dalam bcm akan menurun.
PEMILIHAN ALAT
Secara garis besar pemilihan alat ditentukan oleh :
a. Karakterisitik material (sifat fisik, kekerasan dll.)
b. Bentuk endapan, kemiringan, perlapisan
c. Tingkat produksi
d. Metoda penambangan
e. Jarak angkut, Kemiringan, dimensi jalan
f. dll

ALAT PEMBERAIAN BATUAN


Metoda yang umum digunakan untuk pemberaian material overburden, bijih (ore) dan batubara
adalah ripping enggunakan bulldozer-ripper dan drilling – blasting.

a. Ripping
Ripping digunakan untuk pemberaian material sebelum dimuat oleh shovel/ Backhoe/ Loader/
Dragline ke dalam Truck atau ke alat lain. Survey seismik refraksi biasanya digunakan untuk
mengindikasi kemudah galian material yang akan digali. (grafik hubungan antara kecepatan seismik
batuan dengan kemapuan ripping utuk berbagai model bulldozerdapat dilihat di halaman berikut).

Faktor yang berpengaruh dalam produktivitas Ripping antara lain :


a. Dozer Power and Weight
b. Type batuan (karakteristik batuan)
c. Jumlah Ripper
d. Panjang Lintasan Ripping
e. Kedalaman Penetrasi
f. Struktur geologi (Spasi joint, sesar)

CONTOH PEKERJAAN RIPPING


Contoh kerja ripping

Grafik Hubungan Antara Kecepatan Seismik Batuan Dengan Kemapuan Ripping


Contoh Type & Ukuran BULLDOZER Produk Komatsu

Model Kapasitas Blade (m3) FLYWHEEL HP

D65 5.6 190


D85 8.5 190
D155 12.8 302
D275 15.3 405
D375 22.0 525
D475 34.4 860
D575 45.0 1150

b. Pemboran Produksi
Prinsip dari Metoda Pemboran adalah “ROTARY-PERCUSSION and ROTARY”
1. ROTARY PERCUSSION DRILLING
a. Top Hammer Drilling
Hammer Piston yang ditempatkan di posisi paling atas (Top) diteruskan ke Drill Bit melalui
batang Bor ---> jenis ini digunakan untuk lubang diameter kecil dan dangkal dibawah 20 meter

b. Down The Hole Drilling


Piston diposisikan di bawah batang bor dan langsung memukul Bit ---> ekonomis digunakan
untuk diameter lubang sekitar 85 s/d 200 mm dan kedalaman diatas 20 meter.

2. ROTARY DRILLING
Bantuan dihancurkan dengan menggunakan roller cone bit dengan menggunakan tekanan
tinggi dan putaran.
Umumnya digunakan untuk lubang yang lebih besar di atas 150 mm sampai dengan 300 mm,
ekonomis digunakan s/d kedalaman 50 meter.

c. Pemilihan Mesin Bor


1. Kekerasan Batuan
2. Kondisi/Lingkungan kerja
3. Kedalaman lubang
4. Tingkat Produksi

Contoh Type & Ukuran Mesin Bor Produk Tamrock

Model Mesin Drilling Tipe Rotary


Model Mesin Drilling DTH
ALAT GALI / MUAT (EXCAVATOR)

LOADING SHOVEL
a. Digunakan umumnya untuk material blasting
b. Diperlukan konndisi operasi terbatas (luas dan rata)
c. Dapat menangani ukuran material boulder
d. Mempunyai ukuran bucket lebih besar dibanding backhoe untuk
kelas yang sama.
e. Dalam operasinal memerlukan alat tambahan bul dozer.
f. System operasional : Alat muat dan Truck diposisikan pada lantai kerja yang sama
BACK HOE
a. Mampu menggali material pada berbagai kondisi (Loading di floor,
Channel, dan Roof)
b. Manuver lebih mudah
c. Dapat beroperasi dengan areal kerja lebih sempit
d. Pada Kelas yang sama, Backhoe mempunyai jangkauan gali ke atas
dan ke bawah lebih besar dari pada Shovel.
e. Ukuran Bucket lebih kecil dibanding Shovel untuk ukuran mesin yang sekelas
f. System operasi : Alat muat diposisikan lebih tinggi dari alat angkut.

YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA SHOVEL & BACKHOE

a. Ukuran Bucket (m3)


b. Digging Reach (m)
c. Digging Depth (m)
d. Digging Force (Kg/Newton)
e. Kecepatan Swing

Contoh Type & Ukuran SHOVEL & BACHOE Produk Komatsu

Model Kapasitas Bucket (m3)

PC200 0.47 – 1.15


PC400 1.30 – 2.20
PC750 3.60 – 5.00
PC1100 5.50 - 6.50
PC3000 12.0 - 16.0
PC4000 19.0 - 24.0
PC5000 26.0 - 30.0

ALAT MUAT WHEEL LOADER


a. Digunakan umumnya di stocpile untuk muat ke truck, muat ke hopper,
pengaturan stockpile.
b. Mobilitas dan manuver-nya sangat tinggi
c. Memerlukan kondisi lantai kerja yang baik.
d. Kapasitas bucket tergantung density material
Contoh Type & Ukuran WHEEL LOADER Produk Komatsu

Model Kapasitas Bucket (m3)

WA320 2.7 – 3.2


WA380 3.2 – 4.0
WA450 4.2 – 5.2
WA500 4.5 – 5.5
WA600 6.2 – 8.0
WA700 8.7 – 11.4
WA800 11 – 16
WA900 13 - 17

ALAT ANGKUT DUMP TRUCK

a. Mampu beroperasi pada ukuran Fragment yang besar


b. Memerlukan kondisi jalan yang baik untuk meningkatkan
productivitas dan menurunkan operating cost
c. Terbatas dalam operasi ekonomisnya ± 4 km
d. Mobilitasnya tinggi & fleksibel

Contoh Type & Ukuran RIGID DUMP TRUCK Produk Komatsu

Model Max. Load (ton) Haeaped Capacity (m3)

HD325 36 24
HD465 55 34.2
HD785 91 60
HD1500 150 78
630E 172 103
730 186 111
830E 220 147
930E 290 211

ALAT TRANSPORT

TRAILER
a. Digunakan hanya untuk material lebih ringan misalnya BatuBara
b. Tepat untuk jalan datar dengan kecepatan tinggi & pengangkutan jarak
jauh
c. Sesuai untuk Dumping langsung di Hopper
d. Kapasitas rangkaian : 40 – 160 ton

CONVEYOR
a. Volume tinggi, jarak jauh, unit cost rendah
b. Sulit untuk dipindah-pindahkan
c. Memerlukan ongkos investasi yang tinggi
d. Dapat menghandle material dengan grade sampai dengan 40%
e. Lebih aman dibanding dengan Truck
f. Dampak Polusi Lingkungan lebih rendah
g. Umur pakai minimum 5 tahun

HAUL ROAD MAINTENANCE


GRADER
a. Perbaikan jalan/meratakan jalan secara terus menerus
untuk mengurangi Rolling Resistance.
b. Frekuensi perataan/grading tergantung pada standar
konstruksi dan kepadatan lalu lintas serta beban kendaraan.
Fungsi lain :
a. Pemeliharaan drainase
b. Scarifier

Contoh Type & Ukuran MOTOR GRADER Produk Komatsu

Model Panjang Blade (m) Flywheel HP

GD510 3.71 125


GD623 3.71 155
GD750 4.32 225
GD825 4.88 280

COMPACTOR
Penimbunan jalan kadang diperlukan untuk menambah daya dukung
tanah, bisa berupa tanah atau perkerasan. Material Timbunan ini
harus dipadatkan agar daya dukung meningkat sesuai dengan desain. Tanpa pemadatan,
usaha tsb akan sia-sia.
Tipe Compactor berdasarkan cara kerja:
1. Static
2. Vibrating
Tipe Compactor berdasar media pemadatnya
1. Tyre
2. Steel drum, terdiri dari :
a. Padfoot/Sheepfoot (tipe material : Clay / Silt)
b. Smooth (tipe material : Granular atau Clay/silt)

WATER SPRAYING
Digunakan untuk menjaga permukaan jalan tetap lembab (tidak basah), sehingga mengurangi
adanya debu, mengurangi gangguan jarak pandang dan memelihara permukaan jalan agar
tetap padat.
Jumlah keperluan air tergantung pada :
a. Type material permukaan jalan
b. Kelembaban alami
c. Curah Hujan
d. Penguapan
e. Kepadatan lalu lintas
Jumlah Water Sprayer Truck dihitung berdasarkan cycle time truck, pengisian tank dan pompa
penyemprotan.

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT


ALAT GALI / MUAT (EXCAVATOR)
A. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT MUAT
1. Kapasitas Bucket
Kapasitas bucket ditentukan oleh ukuran bucket, swell material dan aktual volume muatan dari
bucket tersebut.
a. Kapasitas bucket (q) biasanya dinyatakan dalam vulume m3 heaped atau struck.
b. Swell (SF), perubahan volume dari solid atau bank (bcm) menjadi loose (lcm)
c. Faktor pengisian/ fill factor (k) menyatakan volume bucket yang dapat digunakan dibanding
dengan volume (dimensi aslinya)

2. Klasifikasi Penggalian (Digging)


Digging dapat diklasifikasi kedalam tiga kelompok :
a. Easy digging, misal material yang lepas dengan ukuran kecil dan seragam atau tanah pucuk
b. Medium digging, misal material dapat digali langsung dari kondisi asli seperti sub soil.
c. Hard digging, misal material hasil blasting dengan ukuran tidak seragam.

3. Cycle Time
Cycle time alat loading terdiri dari komponen :
a. Loading
b. Swing muatan
c. Dump
d. Swing kosongan

Note : cycle time tipe track loader utk kapasitas (2 – 22 m3) berkisar antar 24 s/d 32 detik per
cycle

Faktor yang berpengaruh terhadap cycle time meliputi :


a. Ukuran Alat (makin besar makin lambat)
b. Kemudakhan gali
c. Kondisi lantai kerja
d. Kemudahan manuver
e. Skill dari operator.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT

1. Tahanan Gulir (Rolling Resistance)


Adalah jumlah segala gaya-gaya luar yang berlawanan
dengan arah gerak kendaraan yang berjalan diatas
permukaan jalan.

2. Tahanan Kemiringan (Grade Resistance)


Besarnya gaya berat yang melawan atau yang membantu gerak kendaraan karena kemiringan
jalur jalan yang dilewati

3. Koefisien Traksi (Traction Coefisien)


Suatu faktor yang menunjukan besarnya traksi antara permukaan ban atau track dengan jalan
yang dapat digunakan untuk menarik/ mendorong.

4. Rimpull
Adalah besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin kepada
permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan.

c. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas BULDOZER


Taksiran Produktivitas Ripping dg Grafik
Produksi Aktual = Grafik x effisiensi kerja
a. good = 0.75 (45 min/jam)
b. Average = 0.58 ( 35 min/jam)
c. Rather = 0.5 ( 30 min/jam)
d. Poor = 0.4 (25 min/jam)

Taksiran Produktivitas Dozing & Spreading

c. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas


Pemboran

d. Contoh
Perhitungan Produksi & Kapasitas Alat Muat
Formula Alat Muat
Q = q x k x 60/cm x E
Q = Produktivitas per jam
q = Kapasitas bucket
k = faktor pengisian
cm = cycle time bucket
E = efisiensi kerja

(Kapasitas Loader = 20 m3 dan Swell Factor = 1.35)


Loader Capacity (q) : 20/1,35 = 14,8 Bcm
Bucket Fill Factor (qxk): 14,8 x 0,95 = 14,05 Bcm
Cycle Time (cm) : 0,5 minute
Cycle/Hour (60/cm) : 60/0,5 = 120
Efficiency Factor (E) : 83 %
Produksi per jam (Q) : 0,83 x 120 x 14,05 = 1.400 Bcm/jam

(Backhoe Kapasitas = 10 m3 dan Swell Factor = 1.2)


Loader Capacity (q) : 10/1,2 = 8,3 Bcm
Bucket Fill Factor (qxk): 8,3 x 0,95 = 7,8 Bcm
Cycle Time (cm) : 0,5 menit
Cycle/Hour (60/cm) : 60/0,5 = 120
Efficiency factor (k) : 83%
Produksi per jam(Q) : 83% x 120 x 7,8 = 776 Bcm/jam

(Backhoe Kapasitas = 2 m3 dan Swell Factor = 1.35)


Loader Capacity (q) : 2/1,35 = 1.48 Bcm
Bucket Fill Factor (qxk): 1,48 x 0,95 = 1,4 Bcm
Cycle Time (cm) : 0,4 menit
Cycle/Hour (60/cm) : 60/0,4 = 150
Efficiency factor (k) : 83%
Produksi per jam (Q): 83% x 150 x 1.4 = 174 Bcm/jam

e. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas Alat Angkut


ALAT ANGKUT
Q = C x 60/cm x E
C=nxqxk
Q = Produktivitas per jam
n = Rate capacity of truck/(q x k x loose density)
cm = load time + Travel T + Spot Time
q = Kapasitas bucket
k = faktor pengisian
cm = cycle time bucket
E = efisiensi kerja

Berikut produktivitas Truck dengan asumsi sebagai berikut :


Kondisi Lapangan
a. Jalan :
- Terpelihara (Rr<3%)
- 500 m untuk 10% grade
- 4,5 Km untuk 0% grade
b. Material : Batu Pasir (Blast Material)
c. Swell : 1,6
d. Density : 2,4 t/Bcm
e. Speed : 40 Km/jam

Spesifikasi Alat Muat


Bucket Capacity (q) : 20/1,6 = 12,5 Bcm
Kapasitas Truck : 75 m3; heaped 2 : 1
Bucket Fill (k) : 0.95 x 12,5 = 11.8 bcm
Cycle Time (cm) : 0,5 menit
Cycle per Hour (60/cm) : 60/0,5 = 120

Specifikasi Alat angkut


Type : Rigid Body Rear Dump
Kapasitas : 75 m3; heaped 2 : 1
Rated Load : 125 Tonne
Empty Weight : 45 Tonne
Shovel Capacity : 20 m3

Perhitungan Cycle Shovel


Kapasitas Truck : 75/1,6 = 47 Bcm
Jumlah Passes (n) : 47/11.8 = 3.9 (dibulatkan = 4)
Waktu muat : 4 x 0,5 = 2,0 menit
Muatan Truck (nxqxkxsg) : 4 x11.8 * 2,4 = 113 Tonne

Perhitungan Waktu Angkut

Cycle Time
Haul : 15,6 menit
Loading : 2,0 menit
Dumping : 0,5 menit
Spot : 0,5 menit
TOTAL : 19.6 menit

Truck Productivity
Q = C x 60/cm x E
= 113 x 60/19.6 x 0.83
= 337.9 ton/jam
= 337.9 ton/jam : 2.4 ton/bcm =140bcm/jam

f. Contoh Perhitungan Produksi &


Kapasitas Grader
PRODUKTIVITAS :
Qa = V x (Le – Lo) x 1000 x E
Qa = Produktivitas (m2/jam)
V = Kecepatan (km/jam)
Le = Lebar efektif Blade
E = Job Efisiensi
Lo = Lebar overlap Blade (m)

f. Contoh Perhitungan Produksi & Kapasitas Compactor


PRODUKTIVITAS :
Qa = (W x V x H x 1000 x E) / N

Qa = Produktivitas (m2/jam)
V = Kecepatan (km/jam)
W = Lebar efektif. Kompaksi (m)
H = Tebal Lapisan yg Dipadatkan (m)
N = Jumlah Lintasan
E = Job Efisiensi

Anda mungkin juga menyukai