BERAT
oleh
Consultan
NGO TOPAN AD
daftar isi :
2. Scrapers …………………………………………………………. 18
5. Truck …………………………………………………………….. 56
…………………………………………………………... 99
BAB I.
TRAKTOR DAN PERALATANNYA.
1. 1. TRAKTOR.
Traktor banyak digunakan pada pekerjaan pemindahan tanah secara meka nis, disamping fungsi
utamanya sebagai penarik dan pendorong, traktor juga dapat digabungkan dengan berbagai
peralatan misalnya : shovel, ripper, dozer, scrapper dan sebagainya. Traktor tersedia dalam berbagi
macam ukuran , yang disesuaikan dengan kebutuhan proyek.
Jenis traktor dapat dibedakan dalam 2 (dua) kelompok, yakni :
1. CRAWLER TRAKTOR.
2. WHEEL TRAKTOR.
1. 1. 1. CRAWLER TRAKTOR.
Crawler traktor menggunakan roda kelabang yang terbuat dari plat besi.
Traktor ini digunakan sebagai :
• Tenaga penggerak untuk mendorong dab menarik beban.
• Tenaga penggerak untuk winch dan alat angkut.
• Tenaga penggerak blade (bulldozer).
• Tenaga penggerak front and bucket loader.
Ukurannya berdasarkan besarnya daya mesin /tenaga geraknya (flywheel), mis. 65 HP; 75 HP; 105
HP, sampai 700 HP. Besarnya daya tarik dan kemampu- an menahan tahanan gelinding ini
berpengaruh terhadap produktivitas-nya.
Kecepatan traktor juga dibatasi antara 7 - 8 mph atau 10 - 12 km/jam.
Perbaikan traktor type crawler umumnya terbesar untuk perbaikan bagian bawah (under-
carriage), kerusakan tadi disebabkan oleh :
• Benturan waktu Bulldozer jalan cepat, benturan antara track-shoe dengan batuan.
• Terlalu sering berjalan pada tempat yang miring atau sering berputar ba lik pada satu arah.
• Terlalu sering track-shoe slip pada tanah tempat berpijak atau membe lok secara tajam dan tiba-
tiba.
• Stelan track-shoe terlalu kendor atau terlalu tegang.
1. 1. 2. WHEEL TRACTOR.
Wheel tractor dilengkapi dengan roda ban pompa (pneumatic), jadi kece- patannya dapat lebih
tinggi, akan tetapi tenaga tariknya rendah. Dan kecepatan maksimumnya mencapai 45 km /jam.
Wheel traktor ada yang roda-2 dan ada pula yang roda-4.
1. 2. BULLDOZER.
Bulldozer ialah alat yang mesin penggerak utamanya adalah traktor. Sebutan bulldozer berasal
dari traktor yng perlengkapan (attachment)-nya dozer atau pendorong yang disebut juga blade.
Kemampuan bulldozer ini untuk mendorong tanah ke muka, disamping itu ada yang disebut dengan
angle dozer
yang dapat mendorong tanah atau material ke samping. Angle ini dapat membuat sudut 25º terhadap
posisi lurus.
ambar 1. 2. : BULLDOZER.
Posisi blade pada bulldozer ada 2(dua), yaitu posisi tegak lurus dan posisi miring. Posisi blade
tegak lurus hanya dapat bergerak maju, dan posisi miring da pat bergerak-gerak sesuai dengan jarak
kemiringannya (kedepan dan kesamping).
5. BOWL-DOZER.
Blade ini dibuat untuk membawa /mendorong material dengan kehilangan sesedikit mungkin, karena
adanya dinding besi pada sisi blade yang cukup lebar. Bentuknya seperti mangkuk, menyebabkan ia
disebut bowl-dozer.
1. 2. 2. PERBANDINGAN PENGENDALI
KABEL DAN HIDROLIK.
Perbedaan system pengendalian antara kabel dan hidrolik adalah :
a. PENGENDALI KABEL.
1. Sederhana dalam pemasangan.
2. Sederhana dalam perbaikan dan perawatan.
3. Menyadari akan adanya kerusakan mesin, karena blade dapat mengang kat sendiri jika menemui
rintangan.
4. Diperlukan alat bantu dalam operasinya, misalnya blasting dalam pe- kerjaan penggusuran.
b. PENGENDALI HIDROLIK.
1. Dapat menekan blade ke tanah, dengan tambahan beban sendiri dari Bulldozer.
2. Lebih cepat mengatur posisi blade sesuai yang dikehendaki.
3. Pemeliharaan lebih rumit dan teliti.
4. Sulit untuk menyediakan minyak hidrolis jika site jauh dari kota.
Gambar 1 . 4 : Bulldozer dengan Kontrol Hidrualis.
1. 2. 3. PENGGUNAAN BULLDOZER.
1. 2. 3. 1. PEMOTONGAN dan PENIMBUNAN TANAH.
Permukaan tanah pada umumnya tidak berupa tanah datar. Pada saat sua- tu proyek akan
dikerjakan maka permukaan tanah harus diratakan. Tanah yang ketinggiannya melebihi elevasi yang
diinginkan harus ditimbun. Ada beberapa cara yang dipakai untuk menentukan volume tanah yang
harus dibuang/ditimbun. Untuk proyek-proyek bangunan umumnya menggunakan metode grid,
sedang- kan untuk proyek jalan biasa dipakai metode ruas.
a. Metode Grid.
Pada metode ini luas tanah dibagi menjadi beberapa sector dengan luas yang sama. Semakin
banyak pembagian sector dalam suatu luas tanah, maka akurasi
dari angka yang dihasilkan akan semakin baik. Pada titik-titk persimpangan diu kur ketinggian tanah
di titik itu dan ketinggian yang diinginkan. Untuk menentu kan volume tanah, maka perbedaan angka
ketinggian dikalikan dengan luas yang dicakup oleh titik tersebut. Dengan menjumlahkan volume pada
setiap titik maka akan didapat volume total tanah yang harus dipotong dan yang harus ditimbun.
Jika dilakukan penggambaran, maka pada setiap persimpangan titik dicatat data-data yang
dibutuhkan, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1. Setelah itu dibuat table untuk
menghitung volume tanah galian dan timbunan. Pada gambar
1. 2. dapat dilihat bagaimana perhitungan luas area yang ditentukan pada sebuah titik. Sebagai
contoh, pada titik 1-A, luas area yang ditentukan oleh titik tersebut adalah 0,25 (jika luas sector
dinotasikan dengan A). sedangkan 1-B adalah 2 x 0,25 A dan 2-B adalah 4 x 0,25 A.
Ketinggian yang
Diinginkan
Ketinggian yang
sebenarnya
Kedalaman
penggalian
Kedalaman
penimbunan
A B C
Gambar 1. 7 : Pembagian sector untuk setiap titik.
Contoh no. 1:
A B C
1 4,2 6,5 4,4 5,0 4,6 3,0
2,3 6,0 0,0
2 4,4 5,1 4,6 3,2 4,8 2,8
0,7 1,4 2,0
3 4,6 3,6 4,8 2,0 5,0 5,3
1,0 2,8 0,3
4 4,8 1,9 5,0 4,0 5,2 8,2
2,9 1,0 3,0
5 5,0 3,0 5,2 3,8 5,4 6,4
2,0 1,4 1,0
Dengan luas setiap sector adalah 4 x 8 m², berapakan volume tanah galian dan timbunan ?
Titik Elev. Elev. Tinggi Gali Tinggi Frek Luas Vol. GaliVol.
Baru Lama Timb. Tetap Timb.
(m) (m) (m²) (m³) (m³)
1A 4,2 6,5 2,3 0,0 1 32 73,6 0,0
1B 4,4 5,0 0,6 0,0 2 32 38,4 0,0
1C 4,6 3,0 0,0 1,6 1 32 0,0 51,2
2A 4,4 6,1 0,7 0,0 2 32 44,8 0,0
2B 4,6 3,2 0,0 1,4 4 32 0,0 179,2
2C 4,8 2,8 0,0 2,0 2 32 0,0 128
3A 4,6 3,6 0,0 1,0 2 32 0,0 64
3B 4,8 2,0 0,0 2,8 4 32 0,0 358,4
3C 5,0 5,3 0,3 0,0 2 32 19,2 0,0
4A 4,8 1,9 0,0 2,9 2 32 0,0 185,6
4B 5,0 4,0 0,0 1,0 4 32 0,0 128
4C 5,2 8,2 3,0 0,0 2 32 19 0,0
5A 5,0 3,0 0,0 2,0 1 32 0,0 64
5B 5,2 3,8 0,0 1,4 2 32 0,0 89,6
5C 5,4 6,4 1,0 0,0 1 32 32 0,0
Total 400 1248
Elevasi permukaan selain diukur sendiri juga dapat dihitung dari kontur- kontur suatu daerah
yang biasanya bisa didapat dari badan pemetaan. Untuk me nentukan ketinggian suatu titik yang ada
di antara dua kontur maka perhitungan- nya dapat dilakukan dengan menggunakan interpolasi.
b. Metode Ruas.
Gambar. 1. 8 : Peta kontur
Pada gambar rencana suatu proyek jalan, misalnya terdapat suatu garis yg disebut garis as jalan.
Garis as jalan ini merupakan garis tengah suatu rencana ja- lan. Panjang garis as jalan metentukan
panjang dari jalan yang akan dibuat.
Untuk menghitung volume tanah galian dan timbunan pada area rencana jalan ter Sebut maka garis as
jalan harus dibagi menjadi beberapa ruas yang sama panjang atau yang juga dikenal dengan istilah
stasiun. Pada setiap titik pertemuan ruas di adakan survey laoangan mengenai ketinggian elevasi setiap
sisi dari as jalan.
Langkah selanjutnya adalah dengan menggambarkan hasil survey yang menunjuk kan elevasi yang
sebenarnya dan yang diinginkan pada titik tersebut.
Karena bentuk permukaan biasanya tidak beraturan maka bentuk permukaan tsb. dapat disederjanakan
ke suatu bentuk lain seperti segitiga, trapezium dll. kemudian hitung luas daerah (secara vertical) yang
akan digali dan ditimbun.
Dari hasil perhitungan, dengan mengalikan jarak antara titik maka akan didapat Volume tanah galian
dan timbunan. Jika diturunkan dalam bentuk rumus, maka :
∑(A2….An-1)
Volume = spasi x { A1 + An + -----------------} …………………. (1.2)
2
N pada rumus (1. 2.) adalah jumlah titik pertemuan ruas atau stasiun (Sta). Untuk mendapatkan hasil
yang akurat jumlah n dapat diperbanyak pada suatu panjang tertentu. An adalah luas galian atau
timbunan pada stasiun terakhir.
Contoh no. 2:
Jalan sepanjang 800 meter akan dibangun. Pada setiap stasiun dilakukan survey lapangan untuk
menentukan volume galian dan timbunan pada stasiun tsb.
0,000 55 30
0,100 20 15
0,200 25 80
0,300 10 99
0,400 18 75
0,500 25 50
0,600 22 40
0,700 32 25
0,800 33 20
========================================================
Tentukan berapa volume tanah galian dan timbunan pada rencana jalan tersebut ?
Untuk memudahkan perhitungan volume tanah galian dan timbunan maka dari data diatas dapat
dibuat table.
1. 2. 3. 2. PEMBERSIHAN LAHAN
(LAND CLEARING).
a. Land Clearing.
Sebagai pioneer equipment tugas pertama Bulldozer adalah land clearing yaitu merobohkan
pohon, membersihkan semak belukar, membongkar tanggul dan akar-akar pohon. Didalam merobohkan
pohon-pohon besar (diameter 30 – 50 cm) tidak dibenarkan menggunakan tenaga sepenuhnya, pertama-
tama blade dina ikkan setinggi-tingginya, kemudian mendorong secara perlahan dengan 50 % tenaga.
Diusahakan arah rebahan pohon sesuai kemiringannya, dan dijaga agar ranting dan cabang pohon tidak
membahayakan operator, selanjutnya pada arah yang berlawanan dilakukan pemotongan akar-akar
besar dengan kedalaman yang cukup, akhirnya membuat oprit (ramp) untuk mendaapatkan titik sentuh
blade setinggi mungkin agar mendapatkan momen yang besar guna merobohkan pohon Perhitungan
produktivitas pembersihan lahan dapat dilakukan dengan rumus sbb:
Lebar cut (m) x kec.
(km/jam) x efisiensi
Prod. (ha /jam) = ------------------------------------------------------ ………(1. 3)
10
Sedangkan produktivitas pemotongan kayu atau pepohonan (dalam satuan menit/ acre) dihitung
dengan rumus :
Prod. = H( A x B + M1 x N1 + M2 x N2 + M3 x N3 + M4 x N4 + D x F)
…………………………… (1. 4)
dimana, H : faktor kekerasan kayu ( table 1. 1 ).
A : kepadatan pohon. B : base time.
M (menit) : waktu pemotongan .
N : banyak pohon /acre dengan diameter tertentu. D (ft ) : jumlah diameter pohon
dengan ukuran > 6 ft.
F (menit/ft) : waktu pemotongan pohon dengan diameter > 2 mtr (6 ft).
Nilai A : 2,0 jika kepadatan pepohonan lebih besar dari 600 pohon /acre atau pohon yang ada adalah pohon besar.
Nilai A : 1,0 jika kepadatan pepohonan antara 400 - 600 pohon /acre. Nilai A : 0,7 jika
kepadatan pepohonan kurang dari 400 pohon /acre.
(hp) B 1 – 2 ft 2 – 3 ft 3 – 4 ft 4 – 6 ft > 6 ft
M1 M2 M3 M4 F
--------------------------------------------------------------------------------------------------
-
Jika pembongkaran dan pemindahan akar juga dilakukan dalam satu kegiatan maka nilai
produktivitas diatas ditambahkan 25 %. Sedangkan pemindahan akar dilakukan terpisah maka
produktivitas ditambahkan 50 %.
b. Stripping.
Yang dimaksud dengan stripping disini adalah pengupasan top soil yang tak dapat dimanfaatkan
untuk bahan timbunan, diusahakan stripping ini jarak angkut nya tidak melebihi 100 meter dan
dikerjakan sekali dorong serta pada jalur yang tidak menanjak. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi
kerja.
d. Dozing Rock.
Dengan memiringkan blade, Bulldozer sangat baik untuk membongkar batu an sand stone rock,
shale maupun boulder, dengan cara mengangkat lapisan ba- tuan dan mendorongnya.
16
1. 2. 4. MENGHITUNG PRODUKSI
BULLDOZER.
Dalam melaksanakan pekerjaan pemindahan tanah yang menggunakan alat alat berat hal
terpenting yang perlu adalah mengetahui kapasitas operasi dari pera latan yang digunakan.
Langkah awal yang dilakukan sebelum membuat perhitungan biaya adalah mem- buat estimasi dari
kapasitas alat secara teoritis. Dari hasil tersebut dicoba untuk membandingkan dengan pengalaman
yang pernah dilakukan pada jenis pekerjaan yang serupa. Dari perbandingan hasil itu terutama nilai
efisiensi kerja, kita dapat melakukan perhitungan biaya yang paling sesuai untuk jenis pekerjaan dan
pera latan yang akan digunakan. Sehingga biaya pelaksanaan tidak akan terlalu besar atau pun terlalu
kecil.
1. 2. 4. 1. Metode perhitungan
Produksi Alat Berat.
Kapasitas operasi alt berat biasa dinyatakan dalam m³/jam atau cuyd/jam, sedang kan produksi alat
dinyatakan dalam volume pekerjaan yang dikerjakan per siklus waktu dan jumlah siklus dalam satu jam
kerja.
60
Q = q x N x E = q x ------- x E (m³/jam) ……………….(1. 5.)
Cm
dimana, Q : produksi per jam dari alat (m³).
q : produksi (m³) dalam saatu siklus kemampuan alat untuk memin dahkan tanah
lepas. 60
N : jumlah siklus dalam satu jam. dimana N = -----
Cm
E : efisiensi kerja.
Cm : waktu siklus dalam menit.
dimana,
Produksi (q) = L x H² x a
………………………………. (1. 6.)
L = lebar blade/sudu (m , yd) H = tinggi blade (m)
a = faktor blade.
Untuk menghitung produktivitas standar dari Bulldozer, volume tanah yang dipin dahkan dalam satu
siklus dianggap sama dengan lebar sudu x (tinggi sudu)².
Pada kenyataannya dilapangan produksi per siklus akan berbeda-beda tergantung dari jenis tanah,
sehingga faktor sudu perlu disesuaikan karena pengaruh tsb.
D D
C m = ---- x ---- + Z …………………………………. (1.7.) F R
dimana,
1. 3. RIPPER.
Bulldozer sulit untuk menggusur dan meratakan tanah yang keras jika terda pat dilokasi proyek.
Pelaksanaan pembersihan dengan Bulldozer akan menurun kan produksi Bulldozer bahkan akan mudah
rusak. Untuk keadaan tersebut diper lukan alat bajak (ripper). Ripper adalah alat yang menyerupai
cakar (shank) yang dipasangkan dibelakang traktor. Fungsi dari alat ini untuk menggemburkan tanah
keras, jumlah cakar ripper antara 1 - 5 buah. Bentuk shank ada yang lurus dan lengkung, shank lurus
dipakai untuk material padat dan batuan berlapis sedang yang lengkung dipakai untuk batuan yang
retak
Perhitungan produksi Ripper sangat sulit untuk diperkirakan, salah satu fak tor adalah karena
pekerjaan itu tidak dilakukan terus menerus. Biasanya pekerja- an ini bersamaan dengan pemuatan
material, hingga sering dijumpai dilapangan sebuah traktor dipasangkan blade dan ripper pada waktu
bersamaan.
Perhitungan produksi Ripper ini dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Cara pertama adalah dengan mengukut potongan topografi dilapangan dan waktu yang dibutuhkan
untuk menggemburkan tanah. Cara ini memberi hasil yang aku- rat. Cara lain dengan mengasumsikan
kecepatan rata-rata Ripper yang bekerja di suatu area, dengan mengetahui jarak tempuh setiap pass
maka waktu berangkat dapat dicari. Total waktu siklus merupakan penambahan waktu berangkat
dengan waktu yang dibutuhkan Ripper untuk mengangkat /menurunkan cakarnya.
PRODUKTIVITAS ALAT BERAT RIPPER Nama : Bagus Rizkya Putra NIM : Kelas : A TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS RIAU 2015 April 2015
2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Pemindahan tanah mekanis
tentang Pembiayaan alat berat ini dengan baik. Tugas pemindahan tanah mekanis tentang
pembiayaan alat berat ini merupakan pemantapan dari dasar teori yang penulis dapatkan
pada mata kuliah pemindahan tanah mekanis, serta merupakan tugas penting untuk lulus
dalam mata kuliah pemindahan tanah mekanis pada program studi Teknik Sipil S1
Universitas Riau. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Hendra Taufik, S.T M.Sc
sebagai dosen pengampu mata kuliah Pemindahan tanah mekanis dan sebagai dosen
pembimbing dalam penyelesaian tugas Pemindahan tanah mekanis tentang Pembiayaan
alat berat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas pemindahan tanah
mekanis tentang pembiayaan alat berat masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini dengan lebih baik lagi. Penulis mengharapkan semoga tugas ini
dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa Program Studi Teknik Sipil S1 Fakultas Teknik
Universitas Riau. Pekanbaru, Maret 2015 Penulis
3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 0 DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 BAB I... 6
PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan... 7 BAB II... 8 DESKRIPSI
ALAT Deskripsi Umum Fungsi dan Kerja Dozer Macam Blade Perbandingan Crawler Mounted
dan Wheel Mounted Deskripsi Alat Ripper Jenis-Jenis Ripper Fungsi Ripper Macam Ripper
Gambaran Umum BAB III METODE KERJA Penggerak (Prime Mover) Konstruksi dan operasi
Roda rantai / Crawler... 18
4 3.2 Kegunaan Ripper Kondisi Kerja Ripper Pemeliharaan alat Teknik Pengoperasian BAB IV
PRODUKTIVITAS ALAT Perhitungan Produktivitas Alat (Putra, 2010) Contoh Soal BAB V
PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 32
5 DAFTAR TABEL Tabel 1 Efisiensi Kerja Tabel 2 Umur Ekonomis Alat Berat Tabel 3 Pemakaian
Gemuk Tabel 4 Nilai Efisiensi Operator Berdasarkan Kelas Tabel 5 Faktor Manajemen dan
Sifat Manusia Tabel 6 Nilai Efisiensi Faktor Cuaca Tabel 7 Nilai Efisiensi Kondisi Lapangan...
27
6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Multi shank ripper Gambar 2 Macam-macam Multi shank ripper
Gambar 3 Macam-macam Single shank ripper Gambar 4 Ripper Gambar 5 Bagian-bagian
Dozer Gambar 6 Diagram Roda Rantai Gambar 7 Slot Dozing Gambar8SidebySideDozing
Gambar 9 Multi Shank Tractor Ripper... 22
7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat-alat berat yang dikenal di dalam ilmu Teknik
Sipil adalah alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan
pembangunan suatu struktur. Alat berat merupakan faktor penting di dalam proyek,
terutama proyek-proyek konstruksi dengan skala yang besar. Tujuan penggunaan alat-alat
berat tersebut untuk memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya sehingga
hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif lebih
singkat. Alat berat yang umum dipakai di dalam proyek konstruksi antara lain dozer, alat
garu (ripper) alat gali (excavator) seperti backhoe, front shovel, clamshell; alat pengangkut
seperti loader, truck dan conveyor belt; alat pemadat tanah seperti roller dan compactor;
dan lain-lain. Pada saat suatu proyek akan dimulai, kontraktor akan memilih alat berat yang
akan digunakan di proyek tersebut. Pemilihan alat berat yang akan dipakai merupakan salah
satu faktor penting dalam keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipilih haruslah tepat
sehingga proyek berjalan lancar. Kesalahan di dalam pemilihan alat berat dapat
mengakibatkan proyek menjadi tidak lancar. Dengan demikian keterlambatan penyelesaian
proyek dapat terjadi yang menyebabkan biaya akan membengkak. Produktivitas yang kecil
dan tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan alat lain yang lebih sesuai
merupakan hal yang menyebabkan biaya yang lebih besar. (adjisutama, 2014)
8 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai
alat berat ripper yang dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi, salah satunya
pengklasifikasian alat berat berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi operasional
alat berat. 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memahami alat
berat ripper yang dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi, salah satunya
pengklasifikasian alat berat berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi operasional
alat berat.
9 BAB II DESKRIPSI ALAT 2.1 Deskripsi Umum Bulldozer adalah jenis peralatan konstruksi
(biasa disebut alat berat atau construction equipment) bertipe traktor menggunakan Track/
rantai serta dilengkapi dengan pisau (dikenal dengan blade) yang terletak di depan.
Bulldozer diaplikasikan untuk pekerjaan menggali, mendorong dan menarik material (tanah,
pasir, dsb). Istilah bulldozer sering kali digunakan untuk menggambarkan semua tipe alat
berat (Eksavator, Loader, dsb) meskipun istilah ini tepatnya hanya menunjuk ketraktor
berantai yang dilengkapi dengan blade. (Wikipedia, 2015) Pada klasifikasi fungsional alat,
dozer berfungsi sebagai alat yang membantu dalam pengolah lahan dimana Kondisi lahan
proyek kadangkadang masih merupakan lahan asli yang harus dipersiapkan sebelum lahan
tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak atau pepohonan maka pe
mbukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk pengangkatan lapisan
tanah paling atas dapat digunakan scraper. Sed angkan untuk pembentukan perm ukaan
supaya rata selain dozer dapat digunakan juga motor grader. (adjisutama, 2014) Pada
dasarnya dozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai penggerak utama. Disebut
dozer karena traktor dilengkapi dengan dozer attachment, dalam hal ini adalah blade dan
ripper. Dozer sebenarnya adalah nama jenis dari dozer yang mempunyai kemampuan untuk
mendorong ke muka. (Kampuzsipil, 2011)
10 Menurut track shoe-nya dozer dibedakan sebagai berikut : 1.Crawler tractor dozer
(dengan roda kelabang) 2.Wheel tractor dozer (dengan roda ban) 3.Swamp bulldozer (untuk
daerah rawa-rawa). Berdasarkan penggerak bladenya, dibedakan atas : 1. Cable controlled
(kendali kabel), pada saat ini sudah tidak diproduksi lagi. 2. Hydraulic controlled (kendali
hidrolis). (Kampuzsipil, 2011) Fungsi dan Kerja Dozer Pada proyek-proyek konstruksi,
terutama proyek yang ada hubungannya dengan pemindahan tanah tertentu, bulldozer
digunakan pada pelaksanaan pekerjaan seperti tersebut di bawah ini : 1. Pembukaan jalan
kerja di pegunungan maupun di daerah berbatu-batu. 2. Memindahkan tanah yang jauhnya
hingga 300 ft atau ± 90 m. 3. Menarik scraper. 4. Menghampar tanah isian/urugan (fills). 5.
Menimbun kembali trencher. 6. Pembersihan sites/medan. 7. Pemeliharaan jalan kerja. 8.
Menyiapkan material-material dari tempat pengambilan material (Kampuzsipil, 2011)
Macam Blade Seperti dijelaskan di atas bahwa bulldozer mempunyai blade yang tegak lurus
pada arah gerak maju, sedang untuk angle dozer. Blade selain tegak lurus juga dapat
menyerong. Bulldozer mendorong tanah ke depan, sedangkan angle dozer ke depan dan ke
samping. Beberapa konstruksi bulldozer mempunyai blade yang memungkinkan berfungsi
sebagai bulldozer, juga sebagai angle dozer, dengan cara menyetel blade sedemikian rupa
sesuai dengan kebutuhan. Pada umumnya blade yang dipakai pada bulldozer dan/atau angle
dozer ada beberapa jenis, yaitu :
11 1. Universal Blade (U - Blade) Sayap yang terdapat di sisi blade adalah untuk menahan
material agar tidak keluar dari jalur dorongan. Hal ini memungkinkan bulldozer
membawa/mendorong muatan lebih banyak, karena kehilangan muatan yang relatif kecil
dalam jarak yang cukup jauh. Kebanyakan bulldozer dengan blade jenisini digunakan pada
pekerjaan-pekerjaan : a. Land reclamation/reklamasi tanah b. Stock pile work/pekerjaan-
pekerjaan penyediaan material. c. Dan lain-lain 2. Straight Blade (S - Blade) Blade jenis ini
adalah yang paling cocok untuk segala jenis lapangan, blade ini juga merupakan modifikasi
dari U-Blade, maneuver lebih mudah dan dengan blade ini pula bulldozer dapat menghandel
material dengan mudah. 3. Angle Blade (A Blade) Angle blade ini dibuat untuk posisi lurus
dan menyerong. Blade ini juga dibuat untuk : a. Pembuangan ke samping (side casting). b.
Pembukaan jalan (pioneering roads). c. Menggali saluran (cutting ditches). d. Dan lain-lain
pekerjaan yang sesuai. 4. Cushion Blade (C Blade) Blade jenis ini dilengkapi oleh rubber
cushion (bantalan karet) untuk meredam tumbukan. Selain untuk push-loading, blade ini
juga dipakai untuk pemeliharaan jalan dan pekerjaan dozing yang lain mengingat lebar C-
Blade ini memungkinkan untuk meningkatkan maneuver.
13 Kelebihan Wheel Mounted Bulldozer : 1. Kecepatan gerak yang lebih besar untuk bergerak
dari lokasi pekerjaan satu ke lokasi pekerjaan yang lain. 2. Tidak memerlukan alat angkut
untuk membawa alat ke lokasi pekerjaaan. 3. Output lebih besar, terutama jika dalam
pelaksanaan diperlukan jalan yang cepat. 4. Kelelahan operator kecil. 5. Tidak merusak
permukaan jalan, jika berjalan di atas jalan raya. (Kampuzsipil, 2011) 2.2 Deskripsi Alat
Ripper Selain bxlade sebagai perlengkapan standar Bulldozer, pada sisi belakang Bulldozer
bisa dipasang perlengkapan tambahan berupa : Ripper untuk membongkar material yang
tidak dapat digali menggunakan blade, biasanya untuk pekerjaan pembuatan jalan atau
pertambangan. Winch untuk menarik material, sering digunakan pada pekerjaan
pengeluaran kayu di hutan. (Wikipedia, 2015) Jika dijumpai tanah keras misalnya tanah liat
kering, maka penggalian daapat dilakukan dengan ripper (pembajak). Alat ini pada dasarnya
tidak lain seperti bajak yang gigi-giginya terbuat dari baja sedemikian rupa sehingga dapat
diberikan tekanan cukup besar untuk dapat masuk ke dalam tanah keras. Ripper ini ada
yang merupakan alat tersendiri yang ditarik (towed) oleh traktor, dan ada juga yang
merupakan alat pelengkap (attachment) yang dipasang pada traktor sebagai alat
penggeraknya. (Wigroho, 1998) Dalam paper ini akan dibahas tentang ripper sebagai alat
tersendiri yang ditarik (towed).
14 Jika dalam pekerjaan pembersihan lapangan dijumpai tanah yang keras (missal : lempung
keras), sering kali pekrjaan dengan memakai blade bulldozer kurang berhasil, dengan
demikian efektivitas produksi akan berkurang, disamping hal itu juga blade akan cepat
rusak. Jika volume pekerjaan tanah keras ini cukup banyak, maka pekerjaan yang paling
efektif adalah dengan cara menggemburkan dulu tanah tersebut, alat yang digunakan pada
pekerjaan ini disebut Ripper (bajak). Alat ini pada dasarnya sebuah bajak yang gigi-giginya
terbuat dari baja yang keras, sehingga kepadanya dapat diberikan tekanan yang cukup
besar untuk lebih memaksanya masuk ke dalam tanah. (Kampuzsipil, 2011) Gambar 1 Multi
shank ripper Sumber : (Kampuzsipil, 2011)
16 Gambar 3 Macam-macam Single shank ripper Sumber : (Wigroho, 1998) Fungsi Ripper
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, fungsi ripper adalah untuk menggemburkan tanah-
tanah yang keras. Tetapi tidak semua tanah keras bisa dikerjakan oleh ripper, kadang-
kadang harus dilakukan peledakan. Gambar 4 Ripper Sumber : (Energytoday)
17 2.2.3 Macam Ripper 1. Multi-shank-rippers(rigidtype) Ripper ini memiliki tiga buah shank
rippers yang disusun secara parallel. Multi-shank rippers ini sangat efisien digunakan pada
daerah yang memiliki material lunak karena sudut gali (digging angel) ripper ini dapat
optimum. 2. Multi-shank-rippers(variabletype) Ripper ini memiliki tiga buah ripper point yang
dapat divariasikan sudutnya secara hidrolik disesuaikan dengan kondisi material yang
digalinya. 3. Giant-rippers(variabletype) Giant rippers dirancang khusus untuk memecah
material batu yang cukup keras. Ripper ini memiliki sebuah ripper point yang dapat diatur
(adjustable) guna menyesuaikan dengan material yang digali. (Visionlink, 2014) 2.3
Gambaran Umum Gambar 5 Bagian-bagian Dozer Sumber : (Visionlink, 2014)
19 BAB III METODE KERJA 3.1 Penggerak (Prime Mover) Konstruksi dan operasi Roda rantai /
Crawler Roda rantai modern dibangun dari jalinan rantai yang tersambung membentuk loop
tertutup. Sambungan berupa engsel yang memungkinkan sabuk rantai tetap fleksibel dan
mampu dilipat. Jalinan rantai seringkali lebar, dapat dibuat dari baja paduan mangan untuk
kekuatan dan kekerasan tinggi dan tahan gesekan. (Wikipedia, 2015) Kendaraan dengan
roda rantai belok dengan cara menghentikan sementara atau mengurangi kecepatan salah
satu sisi roda. Misal ketika ingin berbelok ke kanan, maka roda kanan yang dihentikan atau
dikurangi kecepatannya sedangkan roda kiri tetap berputar. Sehingga pada sebagian besar
kendaraan teknik tidak ada roda kemudi, melainkan dua tuas / pijakan yang digunakan
untuk mengatur kecepatan atau menghentikan masing-masing sisi roda. (Wikipedia, 2015)
Gambar 6 Diagram Roda Rantai Sumber : (Wikipedia, 2015) Diagram roda rantai dengan
suspensinya (1=penggerak belakang, 2=sabuk, 3=roda pengembali, 4=penggerak depan,
5=roda yang bergerak bersama dengan sabuk, 6=roda idle yang berfungsi sebagai
pengencang sabuk)
20 Crawler Tractor atau sering disebut traktor beroda rantai, merupakan sebuah traktor
dengan crawler terdiri atas satu set track yang menempel pada link untuk bergerak
/berpindah dengan merayap. (blog, 2015) Perpindahan dilakukan dengan cara tram motor
memutar track pada sproketnya. Crawler digunakan untuk memindahkan crane (merayap) di
area kerja dengan cara tram motor memutar track pada sproketnya. (blog, 2015) Kelebihan
Penggunaan Roda rantai Kendaraan roda rantai memiliki pergerakan yang lebih baik
dibandingkan kendaraan roda biasa pada daerah dengan medan yang sulit. Roda rantai
bergerak mulus pada gundukan, mampu "menginjak" hambatan kecil hingga pagar yang
tinggi. Pengendara kendaraan ini akan merasakan bahwa mengendarainya sama seperti
mengendarai perahu di atas air. Roda rantai umumnya lebih keras dibandingkan roda biasa
sehingga sulit berlubang meski telah melalui medan yang sulit. Roda rantai memiliki lebih
sedikit kemungkinan untuk terjebak di lahan yang empuk karena luas permukaan kontak
yang sangat lebar sehingga mengurangi tekanan tanah. Dengan luas permukaan kontak
yang lebar memungkinkan kendaraan lebih mudah digerakkan karena slip menjadi jauh
lebih rendah. Slip adalah rasio perbandingan antara jumlah keliling putaran roda terhadap
jarak tempuhnya. (Wikipedia, 2015) Kekurangan Penggunaan Roda Rantai Kekurangan
kendaraan roda rantai adalah top speed yang lebih rendah, kompleksitas mekanika yang
lebih tinggi, usia pakai roda yang lebih rendah, dan kerusakaan yang diakibatkan roda rantai
baja pada jalan beraspal. Kerusakan pada jalan beraspal bukan karena tekanan ke aspal,
melainkan karena gesekan oleh pola sabuk rantai (treads) yang berusuk dan baja yang
memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi dibandingkan aspal. Pelapisan roda rantai baja
dengan karet mencegah kerusakan ini, karena karet bersifat lunak. (Wikipedia, 2015)
21 3.2 Kegunaan Ripper Membantu dalam pembersihan lapangan, yaitu dengan melewatkan
ripper beberapa kali, sehingga sebagian besar akar-akar pohon yang dilewati akan terputus
Dengan gigi-giginya pohon dapat ditumbaangkan tanpa harus menggali tanah di sekeliling
pohon Membantu menggemburkan tanah di tempat-tempat yang bertanah keras Menuat
parit kecil untuk menggenagkan air Merobek pavement yang terbuat dari ubin, beton, atau
aspal yang sangat sukar jika digali dengan alat lain (Soemardikatmodjo, 2003) 3.3 Kondisi
Kerja Ripper Kondisi kerja Ripper tergantung dari hal-hal berikut : 1. Apakah alat sesuai
dengan topografi yang ada 2. Kondisi dan pengaruh lingkungan seperti : Ukuran medan dan
peralatan 3. Pengaturan kerja dan kombinasi kerja antara peralatan dan mesin. 4. Metoda
operasional dan perencanaan persiapan kerja 5. Pengalaman dan keterampilan operator dan
pengawas untuk pekerjaan tersebut (Soemardikatmodjo, 2003) 3.4 Pemeliharaan alat Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan alat adalah : 1. Penggantian pelumas atau
grease (gemuk) secara teratur 2. Kondisi ripper atau penggarunya 3. Persediaan suku
cadaang yang sering diperlukan untuk alat yang bersangkutan 4. Kondisi traksi ban yanng
digunakan (dalam hal ini traksi berbentuk roda rantai / Crawler) (Soemardikatmodjo, 2003)
23 BAB IV PRODUKTIVITAS ALAT 4.1 Perhitungan Produktivitas Alat Gambar 9 Multi Shank
Tractor Ripper Sumber : (greencrazy) Ripper adalah alat untuk membajak/menggemburkan
tanah keras (lempung keras). Tanah keras ini efektif bila dikerjakan dengan bulldozer karena
blade akan cepat rusak, sehingga bulldozer bisa juga dilengkapi dengan ripper.
(Soemardikatmodjo, 2003) Gigi ripper dapat dinaik-turunkan sesuai dengan kedalaman
penggalian yang dikehendaki dan kondisi material yang akan digaru. (Soemardikatmodjo,
2003)
24 Kapasitas Produksi ripping dengan Multi Shank Ripper adalah sebagai berikut :
Keterangan : KP = Kapasitas produksi ripping LK = Lebar kerja (meter) P J = Kedalaman
penetrasi (meter) = Jarak ripping (meter) FK = Faktor koreksi F R Z = Kecepatan maju
(m/menit) = Kecepatan mundur (m/menit) = Waktu tetap Efisiensi kerja (E) : Produktivitas
kerja dari suatu alat yang diperlukan merupakan standard dari alat tersebut bekerja dalam
kondisi ideal dikalikan suatu faktor dimana faktor tersebut merupakan faktor efisiensi kerja
(E). Efisiensi sangat tergantung kondisi kerja dan faktor alam lainnya seperti topografi,
keahlian operator, pemilihan standar perawatan dan lain-lain yang berkaitan dengan
pengoperasian alat. Pada kenyataan yang sebenarnya sulit untuk menentukan besarnya
efisiensi kerja tetapi berdasarkan pengalaman-pengalaman dapatlah ditentukan faktor
efisiensiyang mendekati kenyataan.
25 Tabel 1 Efisiensi Kerja Kondisi alat Baik Sekali Baik Sedang Buruk Buruk Sekali Baik Sekali
0,83 0,81 0,76 0,70 0,63 Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60 Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45 Buruk Sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32 (Soemardikatmodjo,
2003) Tabel 2 Umur Ekonomis Alat Berat Kondisi Lapangan Jenis Alat Ringan (thn- Sedang
(thn- Berat (thn- jam) jam) jam) Bulldozer Wheel Loader , Motor Grader , , Motor Scraper 7,
Track tractor Shovel Tractor Dredger Batching & Mixing Plant Portable mixer Truck Diessel
Track Loader Rippers (Shalahuddin, 2009)
26 Tabel 3 Pemakaian Gemuk No Jenis Alat Kondisi Lapangan (kg/jam) Ringan Sedang Berat 1
Track Type > 100 HP 0,2 0,3 0, HP 0,15 0,25 0, HP 0,1 0,2 0, HP 0,05 0,15 0,25 5 Wheel Type
HP 0,05 0,15 0,25 6 Unit yang Ditarik 0,05 0,1 0,15 7 Dreger (Shalahuddin, 2009) Tabel 4
Nilai Efisiensi Operator Berdasarkan Kelas No Operator Efisiensi 1 Kelas I 1 2 Kelas II 0,8 3
Kelas III 0,7 (Leo, 2010) 1. Kelas I (Kemampuan baik) Melaksanakan pada pekerjaan
kesukaran tinggi Melaksanakan pada pekerjaan presisi berkualitas tinggi Melaksanakan pada
produktivitas optimum, waktu-putar( cycletime)pendek
Melaksanakanpadapekerjaandenganperalatankapasitasberatdanken dali(kontrol) mutahir
28 Tabel 6 Nilai Efisiensi Faktor Cuaca Keadaan Cuaca Efisiensi (Leo, 2010) Baik 1 Sedang 0,8
Tabel 7 Nilai Efisiensi Kondisi Lapangan Kondisi Lapangan Efisiensi Berat 0,7 Sedang 0,8
Ringan 1 (Leo, 2010) Tabel 8 Faktor Koreksi untuk Kedalaman dan Sudut Putar (Putra, 2010)
29 4.2 Contoh Soal Contoh Soal 1: Tentukan produksi ripping dengan data single shank ripper
yang ditarik oleh traktor tipe D9H.CAT jika diketahui : Jarak (space) ripping (s) : 0,915 m
Kedalaman ripping (h) : 0,610 m Panjang ripping (L) Kecepatan ripping (v) Waktu balik (t)
Asumsi waktu (T) : 91 m : 1,6 km/jam = 26,6 m/menit : 0,25 menit : 60 menit/jam
30 Perlu diingat bahwa hasil ini 10% - 20% lebih tinggi dari produksi sebenarnya, jadi : Jadi
produksi sebenarnya antara 673,20 BM3/jam 757,4 BM3/jam. Produksi ini belum dikoreksi
dengan kondisi pekerjaan (job condition), peralatan dan operator. Contoh Soal 2 : Sebuah
Bulldozer D35A digunakan untuk pekerrjaaan ripping. Jarak ripping rata-rata 30 meter. Data
teknis bulldozer dan ripping adalah sebagai berikut : Attachment yang digunakan adalah
giant ripper Kedalaman penetrasi = 0,30 meter
31 Konversi material = 1,25 Faktor efisiensi waktu = 0,83 Efisiensi kerja = 0,75 Efisiensi
operator = 0,80 Berapa produksi ripping dai buldozer tersebut? Jawab : Lebar kerja (LK) = 2P
= 2. 0,3 = 0,6 meter Kedalaman penetrasi (P) = 0,3 meter Jarak kerja (K) = 30 meter
Kecepatan gigi maju terkoreksi (F) = 0,75. 3,3 = 2,48 km/jam = 41,25 m/menit Kecepatan
gigi mundur terkoreksi (R) = 0,85. 3,2 = 2,72 km/jam = 45,33 m/menit Waktu tetap (Z) =
0,05 menit Faktor koreksi (FK) total terdiri dari : Efisiensi waktu = 0,83 (Tabel 1) Efisiensi
kerja = 0,75 (Tabel 1) Efisiensi operator = 0,80 (Tabel 4) 0,83. 0,75. 0,80 = 0,50
32 BAB V PENUTUP Kesimpulan Ripper adalah suatu alat yang digunakan untuk
menggemburkan material dengan cara menggaru atau membajak (ripping) Berdasarkan alat
penggarunya ripper terbagi tiga yaitu Single shank ripper, multi shank ripper dan giant
ripper Kekuatan ripper tergantung dari apada kemampuan gigi-giginya untuk masuk ke
dalam tanah Jenis ripper dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : 1. Ripper sebagai alat sendiri
2. Ripper yang disambungkan dengan alat lain Saran Penggunaan alat berat haruslah sesuai
dengan klasifikasi pengerjaan alat berat tersebut agar menghasilkan hasil pekerjaan yang
maksimal
d. Produksi
Produksi = skedul jam kerja x UA x PA x produktivitas
Contoh : produktivitas alat = 150 m3/jam
Produksi pershift = 8jam x 87.5% x83% x 150 m3/jam = 870bcm/shift
FORMULA
PA = (W+S)/ (W+S+R)
UA = W/(W+S)
Skedule jam kerja (SK) = W + S + R
Produktivitas (P) = Vol / W
Produksi (Q) = SK x PA x UA x P
Q = (W+S+R) x (W+S)/(W+S+R) x W/(W+S) x Vol/W
dimana :
PA = Physical availability
UA = use of availability
W = working
R = break down
Contoh : Skedul jam kerja 8 jam/ shift, kehilangan waktu 1.2 jam, perawatan 1 jam, produktivitas
alat 150 bcm/jam
Jumlah produksi pershift :
=(5.8+1.2+1)x(5.8+1.2)/ (5.8+1.2+1)x5.8/(5.8+1.2)x 150 bcm/jam
= 8 x 87.5% x 83% x 150 = 870 bcm/shift
c.Swell
Apabila tanah asli digali atau diberaikan, maka terjadi perubahan volume karena adanya
pengembangan, perubahan volume dari asli “bank” cubic metre (bcm)” menjadi gembur “loose
cubic metre (lcm)” disebut dengan swell. Swell sangat penting diketahui dalam pemindahan
tanah meknis karena material yang dimuat dan diangkut adalah dalam bentuk terberai (loose)
sedangkan kemajuan penggalian dihitung dalam kondisi tanah asli (bcm). Misal kalau swell
faktor tinggi maka produktivitas alat dalam bcm akan menurun.
PEMILIHAN ALAT
Secara garis besar pemilihan alat ditentukan oleh :
a. Karakterisitik material (sifat fisik, kekerasan dll.)
b. Bentuk endapan, kemiringan, perlapisan
c. Tingkat produksi
d. Metoda penambangan
e. Jarak angkut, Kemiringan, dimensi jalan
f. dll
a. Ripping
Ripping digunakan untuk pemberaian material sebelum dimuat oleh shovel/ Backhoe/ Loader/
Dragline ke dalam Truck atau ke alat lain. Survey seismik refraksi biasanya digunakan untuk
mengindikasi kemudah galian material yang akan digali. (grafik hubungan antara kecepatan seismik
batuan dengan kemapuan ripping utuk berbagai model bulldozerdapat dilihat di halaman berikut).
b. Pemboran Produksi
Prinsip dari Metoda Pemboran adalah “ROTARY-PERCUSSION and ROTARY”
1. ROTARY PERCUSSION DRILLING
a. Top Hammer Drilling
Hammer Piston yang ditempatkan di posisi paling atas (Top) diteruskan ke Drill Bit melalui
batang Bor ---> jenis ini digunakan untuk lubang diameter kecil dan dangkal dibawah 20 meter
2. ROTARY DRILLING
Bantuan dihancurkan dengan menggunakan roller cone bit dengan menggunakan tekanan
tinggi dan putaran.
Umumnya digunakan untuk lubang yang lebih besar di atas 150 mm sampai dengan 300 mm,
ekonomis digunakan s/d kedalaman 50 meter.
LOADING SHOVEL
a. Digunakan umumnya untuk material blasting
b. Diperlukan konndisi operasi terbatas (luas dan rata)
c. Dapat menangani ukuran material boulder
d. Mempunyai ukuran bucket lebih besar dibanding backhoe untuk
kelas yang sama.
e. Dalam operasinal memerlukan alat tambahan bul dozer.
f. System operasional : Alat muat dan Truck diposisikan pada lantai kerja yang sama
BACK HOE
a. Mampu menggali material pada berbagai kondisi (Loading di floor,
Channel, dan Roof)
b. Manuver lebih mudah
c. Dapat beroperasi dengan areal kerja lebih sempit
d. Pada Kelas yang sama, Backhoe mempunyai jangkauan gali ke atas
dan ke bawah lebih besar dari pada Shovel.
e. Ukuran Bucket lebih kecil dibanding Shovel untuk ukuran mesin yang sekelas
f. System operasi : Alat muat diposisikan lebih tinggi dari alat angkut.
HD325 36 24
HD465 55 34.2
HD785 91 60
HD1500 150 78
630E 172 103
730 186 111
830E 220 147
930E 290 211
ALAT TRANSPORT
TRAILER
a. Digunakan hanya untuk material lebih ringan misalnya BatuBara
b. Tepat untuk jalan datar dengan kecepatan tinggi & pengangkutan jarak
jauh
c. Sesuai untuk Dumping langsung di Hopper
d. Kapasitas rangkaian : 40 – 160 ton
CONVEYOR
a. Volume tinggi, jarak jauh, unit cost rendah
b. Sulit untuk dipindah-pindahkan
c. Memerlukan ongkos investasi yang tinggi
d. Dapat menghandle material dengan grade sampai dengan 40%
e. Lebih aman dibanding dengan Truck
f. Dampak Polusi Lingkungan lebih rendah
g. Umur pakai minimum 5 tahun
COMPACTOR
Penimbunan jalan kadang diperlukan untuk menambah daya dukung
tanah, bisa berupa tanah atau perkerasan. Material Timbunan ini
harus dipadatkan agar daya dukung meningkat sesuai dengan desain. Tanpa pemadatan,
usaha tsb akan sia-sia.
Tipe Compactor berdasarkan cara kerja:
1. Static
2. Vibrating
Tipe Compactor berdasar media pemadatnya
1. Tyre
2. Steel drum, terdiri dari :
a. Padfoot/Sheepfoot (tipe material : Clay / Silt)
b. Smooth (tipe material : Granular atau Clay/silt)
WATER SPRAYING
Digunakan untuk menjaga permukaan jalan tetap lembab (tidak basah), sehingga mengurangi
adanya debu, mengurangi gangguan jarak pandang dan memelihara permukaan jalan agar
tetap padat.
Jumlah keperluan air tergantung pada :
a. Type material permukaan jalan
b. Kelembaban alami
c. Curah Hujan
d. Penguapan
e. Kepadatan lalu lintas
Jumlah Water Sprayer Truck dihitung berdasarkan cycle time truck, pengisian tank dan pompa
penyemprotan.
3. Cycle Time
Cycle time alat loading terdiri dari komponen :
a. Loading
b. Swing muatan
c. Dump
d. Swing kosongan
Note : cycle time tipe track loader utk kapasitas (2 – 22 m3) berkisar antar 24 s/d 32 detik per
cycle
4. Rimpull
Adalah besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin kepada
permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan.
d. Contoh
Perhitungan Produksi & Kapasitas Alat Muat
Formula Alat Muat
Q = q x k x 60/cm x E
Q = Produktivitas per jam
q = Kapasitas bucket
k = faktor pengisian
cm = cycle time bucket
E = efisiensi kerja
Cycle Time
Haul : 15,6 menit
Loading : 2,0 menit
Dumping : 0,5 menit
Spot : 0,5 menit
TOTAL : 19.6 menit
Truck Productivity
Q = C x 60/cm x E
= 113 x 60/19.6 x 0.83
= 337.9 ton/jam
= 337.9 ton/jam : 2.4 ton/bcm =140bcm/jam
Qa = Produktivitas (m2/jam)
V = Kecepatan (km/jam)
W = Lebar efektif. Kompaksi (m)
H = Tebal Lapisan yg Dipadatkan (m)
N = Jumlah Lintasan
E = Job Efisiensi