Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SD

TENTANG :

PENCERMINAN,ROTASI,SIMETRI LIPAT PADA BANGUN DATAR

DISUSUN OLEH :

ULFA ROHIMA PITRI (22111028)

FITRIA ZAHRA LUTFIA (22111027)

NELVA INTANI (22111022)

DOSEN PENGAMPU :

VIVI PUSPITA, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS ADZKIA PADANG


2023

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencerminan,Rotasi,Simetri
Lipat, Pada Bangun Datar ”. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
ibuk Vivi Puspita,M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Geometri Dan Pengukuran Di Sd
yang telah menugaskan kami membuat makalah ini. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini, selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pengajar, juga untuk memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi
pemakalah tentang materi yang dibahas.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari terdapat banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki karya-karya lain
yang akan kami tulis dilain waktu.

Padang, 4 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Pencerminan Pada Bangun Datar..........................................................................3


B. Rotasi Pada Bangun Datar.....................................................................................5
C. Simetri Lipat Pada Bangun Datar..........................................................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Kesimpulan ..........................................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan
dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep
diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar
konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Kurikulum 2004: 5). Oleh
karena itu, bidang ilmu matematika bersifat hirarkis, dimana pengetahuan yang satu
menjadi dasar bagi pengetahuan selanjutnya atau pengetahuan yang satu memerlukan
pengetahuan prasyarat yang lainnya. Karakteristik matematika yang abstrak dan hirarkis
ini menjadikan matematika sebagai disiplin ilmu yang potensial dalam memediasi
tumbuhnya kemampuan berpikir logis, analitis dan sistematis.
Salah satu tuntutan utama yang diajukan oleh kalangan pendidikan dewasa ini
terhadap pembelajaran pada setiap bidang studi ialah bahwa pelajaran itu harus berpusat
kepada peserta didik, berpedoman pada siswa, dengan segala sifat-sifat dan
kebutuhannya (berbasis kompetensi ). Dalam pembelajaran geometri dimulai dengan
menyelidiki suatu keseluruhan atau garis besar atau bentuk bangunnya terlebih dahulu,
kemudian baru ke unsur- unsur yang makin kecil dan sederhana.
Dimana refleksi adalah pencerminan,yaitu proses mencerminkan setiap titik
bangun geometri itu terhadap garis tertentu(sumbusumbu simetri).yang dengan jarak dan
arah tertentu. Rotasi cermin adalah Translasi transformasi memindahakan setiap titik
pada bidang dengan adalah transformasi tertentu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pencerminan pada bangun datar?
2. Apa yang di maksud dengan rotasi pada bangun datar?
3. Apa yang di maksud dengan simetri lipat pada bangun datar?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pencerminan pada bangun datar
2. Untuk mengetahui rotasi pada bangun datar
3. Untuk mengetahui simetri lipat pada bangun datar

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pencerminan Pada Bangun Datar

Pencerminan atau refleksi adalah kegiatan membuat bayangan benda tepat sama
dengan aslinya. Pada pencerminan, ada garis sebagai sumbu atau pusat yang disebut
cermin. Pencerminan, yaitu proses mencerminkan setiap titik bangun geometri itu
terhadap garis tertentu (sumbu sumbu simetri). yang dengan jarak dan arah tertentu. Rotasi
cermin adalah Translasi transformasi memindahakan setiap titik pada bidang dengan
adalah transformasi tertentu.

1. Pencerminan Terhadap Sumbu X dan Sumbu Y: (x, y) → (x, -y)


Pencerminan Terhadap Sumbu X
Rumus pencerminan ini hanya akan dapat digunakan apabila pencerminan alias
refleksi terjadi terhadap adanya sumbu X dan sumbu Y. Konsep dasar dari materi
pencerminan adalah jarak objek ke cermin = jarak bayangan ke cermin.
apabila cermin tersebut diibaratkan sebagai sebuah sumbu X, maka rumus
pencerminannya menjadi: (x, y) → (x, -y). Coba perhatikan gambaran ilustrasi dari
pencerminan yang terjadi terhadap sumbu X berikut ini!

Pencerminan Terhadap Sumbu Y


Jika gambaran ilustrasi sebelumnya menunjukkan pencerminan terhadap sumbu
Y, rumus pencerminan terhadap sumbu X Tentu saja akan dicerminkan dari sumbu X,
yakni rumusnya menjadi: (x, y) → (-x, y). Berikut gambaran ilustrasi dari pencerminan
yang terjadi terhadap sumbu Y!

2
2. Pencerminan Terhadap Garis Y = X dan Y = -X
Rumus pencerminan selanjutnya berkaitan dengan adanya garis Y = X dan Y = -X.
Rumus ini masih menggunakan konsep yang sama dengan sebelumnya. Hanya saja, pada
pencerminan garis Y = X dan Y = -X ini, tentunya rumus pencerminan akan berbeda,
menjadi: (x, y) → (x’, y’)
Berdasarkan rumus pencerminan tersebut hanya dapat terjadi dengan keterangan bahwa:

 x’ = y dan y’ = x terletak pada garis Y = X


 x’ = -y dan y’ = -x terletak pada garis Y = -X

Misalnya, terdapat sebuah soal yang menyatakan adanya titik potong (4, 2) dengan
pencerminan terhadap garis Y = X dan Y = -X. Maka gambarnya akan
menjadi berikut ini

3. Pencerminan Terhadap Garis X = H dan Y = K


Rumus pencerminan yang ketiga berkenaan dengan adanya garis X = H dan Y = K.
Konsep dari rumus pencerminan ini adalah sebagai berikut.

 Pencerminan terhadap garis X = H


(x, y) → (2H – x, y)
 Pencerminan terhadap garis Y = K
(x, y) → (x, 2k – y)

3
4. Pencerminan Terhadap Titik Asal (O,O)
Rumus pencerminan yang terakhir adalah terjadi terhadap titik asal (O, O). Untuk
itu, maka harus menggunakan rumus berupa: (x, y) → (-x, -y). Penerapan rumus tersebut
dapat dilihat pada gambar ilustrasi berikut ini

B. Rotasi
1. Pengertian Rotasi
Rotasi atau disebut juga dengan putaran dari suatu titik, garis, atau bidang
merupakan proses memutar titik. Garis, atau bidang tersebut terhadap arah dan sumbu
putar tertentu. Misalkan sebuah garis AB di rotasikan sejauh 45° searah jarum jam
terhadap titik asal O, maka bayangan AB adalah A'B'. Panjang bayangan AB setelah
dirotasikan sebesar 45° searah jarum jam terhadap titik asal O adalah sama dengan
panjang AB.
Rotasi cermin adalah Translasi transformasi memindahakan setiap titik pada
bidang dengan adalah transformasi tertentu. Rotasi (perputaran) adalah memindahkan
suatu objek dengan melakukan putaran terhadap sudut dan titik tertentu. Sudut rotasi
akan bertanda negatif jika arah putaran titiknya searah dengan putaran jarum jam.
Sebaliknya, sudut rotasi akan bertanda positif jika arah putaran titiknya berlawanan
dengan putaran jarum jam. Dalam suatu pemutaran, harus diketahui tiga hal penting,
yaitu:
1. Titik pusat rotasi
2. Besar rotasi
3. Arah rotasi

Unsur-unsur dalam rotasi adalah sebagai berikut:

a. Sumbu putar dinamakan titik pusat rotasi.


b. Besar sudut rotasi menentukan jauhnya rotasi dan dinyatakan dalam ukuran derajat.
c. Arah rotasi disepakati dengan aturan berikut:

4
1. Jika putaran berlawanan dengan arah jarum jam maka rotasi bernilai (+)
2. Jika putaran searah dengan jarum jam maka rotasi bernilai (-)

2. Sifat-Sifat Rotasi
a. Setiap bangun yang dirotasikan tidak berubah bentuk dan ukurannya.
b. Dua rotasi berturut-turut dapat dinyatakan dengan satu rotasi dengan sudut putar
sama dengan jumlah dua sudur putar mula-mula.
3. Titik Pusat Rotasi
Titik pusat rotasi adalah suatu titik yang menjadi acuan pergerakan putaran dari
titik awal ke titik akhir. Titik pusat rotasi dibagi menjadi dua, yaitu titik (0, 0) dan titik
(a, b).
 Jika ingin merotasikan suatu bangun dari titik (0, 0), itu artinya bangun tersebut
diputar sejauh a dari titik (0, 0).
 Jika ingin merotasikan suatu bangun dari titik (a, b), itu artinya bangun tersebut
diputar sejauh a dari titik (a, b).
4. Arah Rotasi
Arah rotasi menunjukkan arah putaran titik atau bangun. Arah rotasi berpengaruh
pada tanda sudut rotasinya.

Contoh:

• a = 90°, artinya suatu titik diputar sejauh 90° berlawanan dengan arah putaran
jarum jam
• a = -90°, artinya suatu titik diputar sejauh 90°searah dengan arah
putaran jarum jam.

C. Simetri Lipat
Simetri lipat (simetri sumbu) adalah jumlah lipatan yang membuat suatu bangun
datar berimpit dengan dirinya sendiri. Misalnya persegi empat, jika dilipat terhadap suatu
garis, maka persegi mempunyai empat simetri lipat. Setiap bangun datar pun memiliki
jumlah simetri lipat yang berbeda. Misalnya persegi panjang, jika dilipat, maka persegi
panjang mempunyai dua simetri lipat.
Simetri lipat secara informal, simetri dapat dijelaskan sebagai suatu garis pada
bangun datar yang jika dilipat menjadi dua bagian, maka setengah bangun datar akan

5
menutup setengah bangun yang lain. Banyaknya simetri lipat, sama dengan banyaknya
sumbu simetri pada bangun itu. Simetri Lipat adalah jumlah lipatan yang dapat dibentuk
oleh suatu bidang datar menjadi 2 bagian yang sama besar.
Garis yang membagi suatu bangun menjadi dua bagian tersebut dinamakan garis
simetri atau sumbu simetri. Tidak semua bangun datar mempunyai simetri, beberapa
bangun datar mempunyai simetri dan beberapa bangun datar lainnya tidak mempunyai
sumbu simetri. Untuk mencari simetri lipat dari suatu bangun datar maka dapat dilakukan
dengan membuat percobaan dengan membuat potongan kertas yang ukurannya mirip
dengan yang akan diuji coba. Lipat-lipat kertas tersebut untuk menjadi dua bagian sama
besar.
Berikut ini adalah banyak simetri lipat dari bangun datar:

a) Persegi Panjang memiliki 2 simetri lipat


b) Bujur Sangkar memiliki 4 simetri lipat
c) Segitiga Sama Sisi memiliki 3 simetri lipat
d) Belah Ketupat memiliki 2 simetri lipat
e) Lingkaran memiliki simetri lipat yang jumlahnya tidak terbatas

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pencerminan atau refleksi adalah kegiatan membuat bayangan benda tepat sama
dengan aslinya. Pada pencerminan, ada garis sebagai sumbu atau pusat yang disebut
cermin. Rotasi atau disebut juga dengan putaran dari suatu titik, garis, atau bidang
merupakan proses memutar titik. Garis, atau bidang tersebut terhadap arah dan sumbu
putar tertentu.
Rotasi cermin adalah Translasi transformasi memindahakan setiap titik pada
bidang dengan adalah transformasi tertentu. Rotasi (perputaran) adalah memindahkan
suatu objek dengan melakukan putaran terhadap sudut dan titik tertentu. Sudut rotasi
akan bertanda negatif jika arah putaran titiknya searah dengan putaran jarum jam.
Sebaliknya, sudut rotasi akan bertanda positif jika arah putaran titiknya berlawanan
dengan putaran jarum jam
Simetri lipat (simetri sumbu) adalah jumlah lipatan yang membuat suatu bangun
datar berimpit dengan dirinya sendiri. Misalnya persegi empat, jika dilipat terhadap
suatu garis, maka persegi mempunyai empat simetri lipat. Setiap bangun datar pun
memiliki jumlah simetri lipat yang berbeda. Misalnya persegi panjang, jika dilipat,
maka persegi panjang mempunyai dua simetri lipat.

B. SARAN

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dalam penyusunan
kami sebagai penulis menginginkan kerapian dan kesempurnaan ketika menyusun
makalah ini namun pada kenyataannya masih banyak sekali kekurangan-kekurangan
yang perlu diperbaiki ulang. Persoalan ini dikarenakan masih sangat sedikit
pengetahuan kami.

7
Maka dari itu kami sebagai penulis berharap sekali bahwa pembaca selalu
memberikan sebuah kritikan dan saran kepada kami agar kami sebagai penulis bisa
menjadikan saran dan kritikan yang diberikan oleh pembaca sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

(Yuwono, 2008)

Anda mungkin juga menyukai