Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

TRANSFORMASI, BARISAN DAN DERET TAK HINGGA

KELOMPOK 7 :
1. Muh. Irham Latif (105361101820)
2. Sry Handayani (105361101920)

Dosen Pengampuh : Randy Saputra Mahmud, S. Si., M. Pd.


Mata Kuliah : Telaah Matematika SMA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Transformasi, Barisan dan Deret Tak Hingga” pada Mata Kuliah Telaah
Matematika SMA.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita yaitu
Nabi Muhamad SAW, yang telah membawa kita pada alam yang penuh dengan
cahaya ilmu pengetahuan ini.

Walaupun banyak kekurangan, akhirnya kami dapat menyelesaikan


makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Matematika
SMA dan juga untuk menambah wawasan kami tentang materi pembelajaran.

Dan kami sebagai penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
pada makalah yang kami susun terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka
dari itu, kami mengaharapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik
inovatif yang dapat menjadi pelajaran bagi kami kedepan. Harapan kami, semoga
makalah ini bermanfa’at bagi kami dan juga bagi para pembaca.

Penulis

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Transformasi Geometri...........................................................................................3
B. Barisan dan Deret Tak Hingga................................................................................22
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................................................39
B. Saran.......................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geometri merupakan aspek matematika yang berkaitan dengan
pengetahuan tentang hubungan bentuk dan spasial. Geometri adalah cabang
matematika yang bersangkutan dengan pertanyaan bentuk, ukuran, posisi
relatif gambar, dan sifat ruang.
Menurut Christoper,Taniesha, dan Heidi gemetri adalah belajar bentuk dan
ruang dua dimensi dan tiga dimensi. Menurut Novelisa Sondang, geometri
merupakan salah satu ilmu matematika yang diterapkan dalam dunia arsip
tekstur dan merupakan salah satu cabang ilmu yang berkaitana dengan bentuk
maupun komposisi dan porsi.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan pengalaman
visual dan spasial pada bidang, pola maupun penguran dan pemetaan.
Sedangkan dari sudut pandang matematika, geometri ini bisa menyediakan
berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah. Misalnya dari
gambar, diagram vektor dan lian sebagainya terutama berguna pada
pemecahan pada Transformasi Geometri maupun menghitung barisan dan
deret yang berhubungan dengan geometri.
Tranformasi geometri adalah perubahan kedudukan suatu titik pada
koordinat Cartesius sesuai dengan aturan tertentu. Transformasi bisa juga
dilakukan pada kumpulan titik yang membentuk bidang/bangun tertentu. Jika
kalian punya sebuah titik A ( x , y ) kemudian ditransformasikan oleh
transformasi T maka akan menghasilkan titik yang baru A ’ ( x ’ , y ’ ) .
Selain dari transformasi geometri, adapun materi yang bersinggungan
tentang Geometri seperti barisan dan deret geometri dan lain-lain. Dimana
barisan dan deret geometri ini sudah termasuk dalam lingkup barisan dan deret
tak hingga dimana mencakup beberapa sub materi terutama barisan dan deret
geometri, barisan dan lain-lain.
Dalam makalah ini kami akan mengupas mengenai Tranformasi Geometri
maupun Barisan dan Deret Tak Hingga guna memenuhi tugas makalah
kelompok.
B. Rumusan Malasah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu, sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk dan cara menyelesaikan persoalan Transformasi
geometri?
2. Bagaimana bentuk dan cara menyelesaikan persoalan masalah mengenai
Barisan deret Tak hingga?

C. Tujuan Isi Makalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk dan cara menyelesaikan persoalan Transformasi
geometri
2. Untuk mengetahui bentuk dan cara menyelesaikan persoalan masalah
mengenai Barisan deret Tak hingga
BAB II

PEMBAHASAN

A. TRANSFORMASI GEOMETRI

1. Definisi Transformasi Geometri


Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak aktivitas atau kegiatan yang
terkait dengan geometri transformasi. Transformasi geometri adalah perubahan
ukuran, bentuk penyajian, dan posisi dari suatu objek, baik berupa titik, garis,
kurva, dan bidang, serta dapat dinyatakan dalam gambar dan matriks menurut
aturan tertentu.

Transformasi Geometri adalah perubahan kedudukan suatu titik pada


koordinat Cartesius sesuai dengan aturan tertentu. Transformasi bisa juga
dilakukan pada kumpulan titik yang membentuk bidang/bangun tertentu. Jika
kalian punya sebuah titik A(x , y) kemudian ditransformasikan oleh
transformasi T maka akan menghasilkan titik yang baru A ’ (x ’ , y ’). Secara
matematis di tulis:

Transformasi digunakan untuk untuk memindahkan suatu titik atau


bangun pada suatu bidang. Transformasi geometri adalah bagian dari geometri
yang membahas tentang perubahan (letak,bentuk , penyajian) yang didasarkan
dengan gambar dan matriks.
Jadi, rumus translasi adalah (x’, y’) = (a , b) + (x , y). Dengan catatan,
(x’,y’) adalah titik bayangan.
2. Macam-Macam Transformasi Geometri
Ada beberapa jenis transformasi geometri, diantaranya translasi
(pergeseran), refleksi (pencerminan), rotasi (perputaran), dan dilatasi
(perkalian). Berikut penjelasannya.
a. Translasi (Pergeseran)
Translasi atau pergeseran adalah jenis transformasi perpindahan
suatu titik sepanjang garis lurus. Translasi memindahkan setiap titik pada
bidang menurut jarak dan arah tertentu. Memindahkan tanpa mengubah
ukuran dan tanpa memutar. Secara gampangnya translasi adalah
transformasi ke arah yang sama dan ke jarak yang sama. Secara matematis
translasi dituliskan sebagai berikut:

Contoh :
1. Jika titik A(2,3) ditranslasikan oleh T(-3,4), maka bayangan titik A
adalah…

Pembahasan :

Dik. : Koordinat titik A(2,3) artinya x=2 dan y=3 akan ditranslasikan
terhadap T(-3,4) artinya a = -3 dan b = 4.

( xy '' )=( xy )+(ba)


( xy '' )=(23)+(−34)
( xy '' )=(2+(−3)
3+ 4 )

( xy '' )=(−17)
2. Tentukan persamaan bayangan garis 3x + 5y – 7 = 0 oleh T (−12 )!
Pembahasan :

Dik. : persamaan bayangan garis 3x + 5y – 7 = 0 akan ditranslasikan

oleh T
2
−1 ( )
artinya a = 2 dan b = -1. Misalkan titik A(x,y)

memenuhi persamaan 3x + 5y – 7 = 0 sebingga,

T (−12 )
A(a, b) C(-a, b)

( xy '' )=( xy )+(ba)


( xy '' )=( xy )+(−12 )
( xy '' )=( y +(−1)
x +2
)
( xy '' )=( y−1
x+ 2
)
Berdasarkan kesamaan dua matriks diperoleh :
' '
x =x+ 2→ x=x −2
' '
y = y −1→ y= y +1

Subtitusi x=x ' −2 dan y= y' +1 ke persamaan 3x + 5y – 7 = 0

3( x ' −2 ) + 5( y ' +1 ) – 7 = 0
' '
3 x −6 + 5 y +5−7=0
' '
3 x + 5 y −8=0

Jadi, persamaan bayangan garis adalah 3 x ' + 5 y ' −8=0

b. Refleksi (Pencerminan)
Refleksi adalah jenis transformasi geometri perpindahan yang bersifat
seperti cermin. Berikut ini sifat-sifat refleksi (Pencerminan).
1. Jarak dari titik asal kecermin sama dengan jarak cermin ketitik
bayangan.
2. Garis yang menghubungkan titik asal dengan titik bayangan tegak lurus
terhadap cermin.
3. Garis-garis yang terbentuk antara titik-titik asal dengan titik-titik
bayangan akan saling sejajar.

Perhatikan lingkaran Q yang dicerminkan terhadap sumbu-y berikut


ini.

Dari gambar tersebut, kalian dapat dikatakan bahwa:


• Lingkaran Q kongruen dengan bayangannya, yaitu lingkaran Q’.
•Jarak setiap titik pada lingkaran Q ke cermin sama dengan jarak setiap titik
bayangannya ke cermin, yaitu QA = Q’ A dan PB = P’ B.
• Sudut yang dibentuk oleh cermin dengan garis yang menghubungkan setiap
titik ke bayangannya adalah sudut siku-siku.
Sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat refleksi.
Dengan menggunakan sifat-sifat ini, kalian dapat menentukan bayangan
sebuah titik yang dicerminkan terhadap suatu garis atau terhadap suatu titik
lain.
Perhatikan gambar berikut!
Dari gambar tampak bahwa:
 Pencerminan titik A(a, b) terhadap sumbu-x menghasilkan
bayangan titik B(a’, b’) dengan a’= a dan b’= -b.
A(a, b) B(a, -b)
a’ = a → a’ =1. a +0. b,
b’= -b → b’ = 0. a -1.b

Matriks transformasi untuk pencerminan ini adalah (10 0


−1 )
, sehingga

( ) (
B= a ' = 1 0
b' 0 −1 ) (ba)
 Pencerminan titik A(a, b) terhadap sumbu-y menghasilkan bayangan
titik C (a' , b' ) dengan a ' =−a dan b ’ = b
Sumbu - y
A(a, b) C(-a, b)
a’ = -a → a’ = -1. a +0. b,
b’= b → b’ = 0. a -1.b
Matriks transformasi untuk pencerminan ini

(−10 01), sehingga


adalah

C=( ) = (
0 1 ) (b )
a' −1 0 a
b'
 Pencerminan titik A(a, b) terhadap sumbu y = x menghasilkan bayangan
titik D( a' , b' ) dengan a ' =b dan b’ = a
Sumbu y = x
A(a, b) D(b, a)
a’ = b → a’ = 0. a +0. b,
b’= a → b’ = 1. a + 0.b
Matriks transformasi untuk pencerminan ini

adalah (01 10), sehingga


D= (ab '' ) = (01 10) (ba)
 Pencerminan titik A(a, b) terhadap sumbu y = -x menghasilkan bayangan
titik E( a' , b ' ) dengan a ' =−b dan b ’ = -a
Sumbu y = -x
A(a, b) E(-b, -a)
a’ = -b → a’ = 0. a - 1. b,
b’= -a → b’ = -1. a + 0.b
Matriks transformasi untuk pencerminan ini

adalah (−10 −10 ), sehingga


E=( a' ) = ( 0 −1) ( a)
b' −1 0 b
 Pencerminan titik A(a, b) terhadap titik asal menghasilkan bayangan
titik F (a' , b' ) dengan a ' =−a dan b ’ = -b
Sumbu y = -x

O(0,0)
A(a, b) F(-a, -b)
Titik asal
a’ = -a → a’ = -1.a + 0. b,
b’= -b → b’ = -1. a - 1.b
Matriks transformasi untuk pencerminan ini

adalah (−10 −10 ), sehingga


F=( a ' ) = (−1 0 ) ( a)
b' 0 −1 b
 Pencerminan titik A(a, b) terhadap sumbu x = h menghasilkan bayangan
titik G(a ' , b' ) dengan a ' =2h−a dan b ’ = -b
Sumbu x = h
A(a, b) G(2 h−a , b)
a’ = 2 h−a → a’ = (-1. a + 0. b) + 2h
b’= -a → b’ = -1. a + 0.b
Matriks transformasi sebagai berikut

F= ( ab '' ) = (−10 −10 ) (ba) + (20h )


 Pencerminan titik A(a, b) terhadap sumbu y = k menghasilkan bayangan
titik H (a' , b' ) dengan a ' =a dan b’ = 2k -b
Sumbu y= k
A(a, b) H(a, 2k -b)
a’ = a → a’ = (1. a + 0. b) + 0
b’= 2k – b → b’ = (0. a - 1.b) + 2k
Matriks transformasi sebagai berikut

H= (ab '' ) = (10 0


−1 ) (ba) + (20k )
Jadi bila disimpulkan dari contoh-contoh ilustrasi di atas, rumus umum
refleksi itu sebagai berikut.
 Pencerminan terhadap sumbu -x : (x,y) → (x, -y)
 Pencerminan terhadap sumbu -y : (x,y) → (-x, y)
 Pencerminan terhadap titik asal (0,0): (x,y) → (-x, -y)
 Pencerminan terhadap garis y = x : (x,y) → (y,x)
 Pencerminan terhadap garis y = -x : (x,y) → (-y, -x)
 Pencerminan terhadap garis x = h : (x,y) → (2h-x,y)
 Pencerminan terhadap garis y = k : (x,y) → (x, 2k – y)
Contoh :
1. Titik A(3 , 4) dicerminkan terhadap sumbu y. Bayangan titik A tersebut
adalah . . .
Pembahasan :
Karena A(3, -4) berarti x = 3 dan y = -4

Sumbu - y
A(3, -4) A’(-a, b)

( xy '' )=(−10 01)(−43 )


( xy '' )=(−1.3+0.−4
0.3+ 1.(−4))

( xy '' )=(0+(−4
−3+0
))

( xy '' )=(−3
−4 )
Jadi , A ' (−3.−4 )
2. Bayangan titik R(6 ,7)oleh refleksi terhadap garis Y = -x .adalah . . .

Pembahasan :

Karena R(6, -7) berarti x = 6 dan y = -7

Sumbu - y
R(6, -7) R’(-b, -a)

( xy '' )=(−10 −10 )(−76 )


( xy '' )=(0.6+(−1).−7
−1.6+0.(−7) )

( xy '' )=(−6+
6+7
0)

( xy '' )=(−6
13
)
Jadi , R '(13.−6)
c. Rotasi (Perputaran)

Komedi putar, gangsing, kipas angin, dan jarum jam merupakan


beberapa contoh objek yang bergerak dengan berputar. Ketika bermain,
gangsing dapat diputar serah jarum jam ataupun berlawanan arah jarum
jam dengan pusat tertentu. Dalam matematika, proses memutar gangsing
termasuk dalam rotasi. Rotasi adalah transformasi yang memindahkan
titik-titik dengan cara memutar titik-titik tersebut sejauh α terhadap suatu
titik tertentu. Rotasi pada bidang datar ditentukan oleh :
 Titik pusat rotasi
 Besar sudut rotasi
 Arah sudut rotasi
Sudut rotasi merupakan sudut antara garis yang menghubungkan
titik asal dan pusat rotasi yang menghubungkan titik bayangan dan pusat
rotasi. Jika arah rotasi diputar searah jarum jam, maka besar sudut rotasi
negatif (−α ). Jika arah rotasi diputar berlawanan jarum jam, maka besar
sudut rotasi positif (α ). Rotasi dinotasikan dengan R ( P , α )dimana P
merupakan pusat rotasi dan α besar sudut rotasi.
1. Rotasi terhadap titik pusat (0,0)
Misalkan, posisi awal sebuah pensil
jangka pada titik A(a, b). Setelah
dirotasikan sebesar  dengan pusat titik O,
posisi pensil jangka ini berada pada titik
A(a’, b’) seperti pada gambar berikut.

Posisi awal pensil jangka ini dapat pula ditulis dalam koordinat
kutub, A(r cos , r sin θ ). Adapun posisi pensil jangka setelah diputar
sebesar  dengan arah berlawanan dengan arah perputaran jarum dapat
ditulis sebagai A’(r cos ( + ))
Jadi, dinyatakan dalam bentuk matriks, persamaan tersebut menjadi matriks
berikut.
A '= ( )
a'
b'
=¿

= ( ¿¿r cos θ cos ❑+r sinθ cos❑¿¿ )


= ( asin❑+ b cos❑ )
cos❑−b sin ❑

= ( asin ❑b cos ❑)( b )


cos❑−sin ❑ a

Jadi, posisi pensil jangka setelah diputar sebesar tersebut adalah

( asin ❑b cos ❑)( b )


cos❑−sin ❑ a

Uraian ini menggambarkan rumus rotasi sebesar 􀁄 dengan pusat titik O(0,
0)
sebagai berikut.

2. Rotasi terhadap titik (a,b)


Adapun untuk rotasi sebesar dengan pusat titik P(m, n) dapat
ditentukan sebagai berikut.

Nilai bertanda positif jika arah putaran sudut berlawanan dengan


arah perputaran jarum jam dan bertanda negatif jika arah putaran sudut
searah dengan arah perputaran jarum jam.
Bagaimana jika titik A(a, b) dirotasi sebesar dengan pusat titik O(0,
0).
Kemudian, rotasi lagi sebesar β dengan pusat yang sama?
Perhatikan gambar berikut!
Tampak bahwa posisi rotasi sebesar 􀁄 dengan pusat titik O(0, 0).
Kemudian dilanjutkan rotasi sebesar β dengan pusat yang sama diwakili
oleh rotasi sebesar (α + β ¿ dengan pusat titik O(0, 0).
Akibatnya, bayangan titik A dapat kalian tentukan sebagai berikut.

A = left (matrix {a ¿ b } right = (cossin((αα++ββ)−sin


) cos ( α + β ) )
( α+β)

Dapat disimpulkan bahwa rotasi merupakan bentuk transformasi


dengan memutar titik yang ada sebesar θ derajat. Dengan rumus sebagai
berikut:

Contoh :
1. Persamaan bayangan garis x + y=6 setelah dirotasikan pada pangkal
koordinat dengan sudut putaran +90 0, adalah . . .
Pembahasan :
R+90 o berarti : x ’=− y → y=−x ’
y ’=x → x= y ’
disubstitusi ke : x + y=6
y ’+(−x ’)=6
y ’ – x ’=6 → x ’ – y ’=6
Jadi bayangannya: x – y=6
2. Tentukan bayangan titik (5 ,−3) oleh rotasi R( P , 90) dengan koordinat
titik P(−1 , 2) adalah . . .
Pembahasan :

( xy '' )=(cossin90−sin
90 cos 90 )( y−b ) (b )
90 x−a + a

( 1 0 )(−3−2) ( 2 )
¿ 0−1 5−1 + −1

¿ ( 0−1 )( 6 )+(−1)
1 0 −5 2

(−5) ( 2 ) (8)
¿ 6 + −1 = 4

Jadi bayangan (4 , 8)

d. Dilatasi ( Perkalian )
Dilatasi adalah transformasi ukuran objek. Faktor yang menyebabkan
diperbesar atau diperkecilnya suatu bangun ini disebut faktor dilatasi
Selain dilatasi diperkecil, terdapat pula dilatasi diperbesar, misalnya
pencetakan foto yang diperbesar dari klisenya. Faktor dilatasi ini
dinotasikan dengan huruf kecil, misalnya k.
• Jika k ¿−¿1 atau k ¿ 1, maka hasil dilatasinya diperbesar
• Jika -1 ¿ k ¿1, maka hasil dilatasinya diperkecil
• Jika k = 1, maka hasil dilatasinya tidak mengalami perubahan
Sekarang, perhatikan lingkaran pada Gambar 6.10 yang berpusat di
titik P(4, 2) dan melalui titik Q(4, 4) berikut yang didilatasi terhadap pusat
1
O(0, 0) dengan faktor skala . Bayangan yang diperoleh adalah lingkaran
2
yang berpusat di titik P’(2, 1) dan melalui titik Q’(2, 2). Lingkaran ini
sebangun dengan lingkaran P dengan ukuran diperkecil.
kalian dapat menentukan lingkaran hasil dilatasi ini dengan
menggunakan matriks seperti berikut.

P Q P’ Q’

( )
1
0
( x'1
y '1
x'2
y'2 )
=
2
0
1 ( 42 44 )=(21 22)
2
1
Dengan dilatasi terhadap pusat O(0, 0) dan faktor skala , diperoleh
2
lingkaran dengan titik pusat P’(2, 1) dan melalui titik Q’(2, 2).
Secara umum, dilatasi ini sebagai berikut.
• Titik P(a, b) didilatasi terhadap pusat O(0, 0) dengan faktor skala k
menghasilkan titik, P’ ( ka, kb)
Secara matematis, ditulis:

Kalian dapat menyatakannya dalam bentuk matriks berikut.

P '= (ab '' ) = (0k 0k ) = (ba)


 Titik P(a, b) didilatasi terhadap pusat F(m, n) dengan faktor skala k
menghasilkan titik P’( k (a – m)+ m, k (b- n)+ n)
Secara matematis, ditulis:

Kalian dapat menyatakannya dalam bentuk matriks berikut.

P '= (ab '' ) = (0k 0k ) ( a−m


b−n ) ( n )
+
m
Contoh :
Tentukan bayangan titik A(-5,2) setelah didilatasikan terhadap pusat (3,4)
dan factor skala -3!
Pembahasan :
Titik A(-5,2) akan didilatasikan oleh D [ ( 3,4 ),−3] dapat ditulis

D[ ( 3,4 ),−3]

A(-5,2) A ’ (x' , y ' )

A '= ( xy '' ) = (0k 0k ) ( x−a


y −b ) ( b )
+
a

( xy '' ) = (−30 −30 ) (−5−3 2−4 ) +( )


3
4

( xy '' ) = (−30 −30 ) (−8 −2 ) +( )


3
4

( xy '' ) = (246 ) + ( 34)


( xy '' ) = (246++34 )
( xy '' ) = (2710 )
Jadi, Bayangan titik A setelah dilatasi adalah A ’ (27 ,10)
3. Komposisi Transformasi Geometri
Komposisi transformasi (o) adalah kejadian dimana suatu titik atau kurva
P mengalami transformasi A sehingga menghasilkan P' , dan dilanjutkan
dengan transformasi B sehingga menghasilkan P ' ' .

A B

P P
'
P'
'

BoA

Penulisan komposisi transformasi B o A dibaca transformasi A


dilanjutkan transformasi B. Bayangan akhir dicari dengan
mentransformasikan titik atau kurva secara bertahap, atau dengan komposisi
transformasi istrimewa. Berikut ini komposisi transformasi istimewa.
a. Komposisi Dua Translasi (T2 o T1)

Translasi T1 = dan T2 = maka translasi T1 yang dilanjutkan T2


dapat diwakili satu translasi T dimana
T = T2 x T1

Sehinggga bila titik P (x,y) ditranslasikan T1 kemudian dilanjutkan


translasi T2, maka bayangannya ditentukan :

b. Komposisi Dua Refleksi ( Rf2 o Rf1)

Bila titik P (x,y) dicerminkan M1= maka bayangannya lalu


dicerminkan M = maka bayangannya ditentukan :

Bila titik P(x,y) dicerminkan M2 kemudian dicerminkan M1 maka

bayangannya :
Komposisi Refleksi Hasil Bayangan
x’ = 2(b – a) + x
Terhadap garis x = a dilanjutkan
garis x = b y’ = y

Terhadap garis y = a dilanjutkan x’ = x


garis y = b y’ = 2(b – a) + y

rotasi pada perpotongan garis sejauh


Terhadap garis yang tegak lurus
180o

Terhadap garis yang berpotongan rotasi pada perpotongan garis sejauh


2(β – α)
(m1 = tanα, m2 = tanβ)
c. Komposisi Dua Rotasi ( R2 o R1 )
Rotasi R[0,a] dilanjutkan dengan rotasi R[0,b] ekuivalen dengan Rotasi

R[0,a+b]. Bila titik P(x,y) dirotasikan R[o,α] = lalu dirotasikan


R[o,β] = maka bayangannya ditentukan :

d. Komposisi Beberapa Transformasi ( M2 o M1 )

Bila M1 dinyatakan dengan matriks [ ac bd ]dan M dengan Matriks [ pr qs ]


2

Maka dua transformasi berturut-turut mula-mula M1 dilanjutkan M2


dituliskan

M2 o M1 = [ pr qs ][ ac bd ].
Contoh :

1. Tentukanlah bayangan titik (6, –2) oleh refleksi terhadap sumbu X


dilanjutkan rotasi dengan pusat O(0, 0)dan sudut 900.

Pembahasan :

( R (0,90) o M x ) ( 6 ,−2 )=R( 0,90) [ M x ( 6 ,−2)]


¿ R( 0,90) [ (6 ,−2) ]

¿¿

¿(6.0−2.1 , 6.1+ 2.0)

¿(−2,6)

Atau dengan Matriks


B. BARISAN DAN DERET TAK HINGGA

1. Pola Bilangan
Perhatikan deretan bilangan-bilangan berikut:

1). 1, 2, 3, …

2). 4, 9, 16, …

Bilangan-bilangan di atas mempunyai pola tertentu. Dapatkah anda menentukan


bilangan yang belum diketahui sesuai dengan aturan yang dipunyai?.

Mari lihat pembahasan penyelesaian dari contoh diatas:

1. Pola pertama mempunyai aturan:

Bilangan ke 2 = (1+1) = 2

Bilangan ke 3 = bilangan ke dua + 1 = (2+1) = 3

Jadi bilangan ke 4 = bilangan ke tiga +1= (3+1) = 4

2. Pola ke-dua mempunyai aturan:

Bilangan ke 1 = (1+1)2 = (2)2=4

Bilangan ke 2 = (1+2)2=(3)2=9

Bilangan ke 3 = (1+3)2=( 4)2=16

Jadi bilangan ke 4 = (1+ 4)2=(5)2=25

Aturan yang dimiliki oleh deretan bilangan di atas disebut pola bilangan pada
deretan itu.

Pola dapat diartikan sebagai sebuah susunan yang mempunyai bentuk teratur dari
bentuk yang satu ke bentuk berikutnya. Sedangkan bilangan adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjukkan kuantitas (banyak, sedikit) dan ukuran (berat,
ringan, panjang, pendek, luas) suatu objek. Bilangan ditunjukkan dengan suatu
tanda atau lambang yang disebut angka.Sehingga pola bilangan dapat diartikan
sebagai susunan angka-angka yang mempunyai bentuk teratur dari bentuk yang
satu ke bentuk berikutnya.

Pola Bilangan adalah sebuah barisan bilangan yang membentuk pola tertentu
sehingga dapat diperoleh rumus umum untuk menentukan suku ke – n dari suatu
pola bilangan.

Ada beberapa pola bilangan yang sering dipakai yaitu :

1) Pola Bilangan Ganjil

Pola bilangan ganjil adalah barisan loncat yang terdiri atas kumpulan bilangan
ganjil.

Barisan bilangan yang merupakan pola bilangan ganjil adalah 1, 3, 5, 7, dan


seterusnya. Rumus U n untuk pola bilangan ganjil dan bentuk pola bilangan ganjil
dapat dilihat seperti berikut :

Perhatikan bahwa pola suku – sukunya :


U 1 = 1 = 2. 1 – 1
U 2 = 3 = 2. 2 – 1
U 3 = 5 = 2.3 – 1
U 4 = 7 = 2.4 – 1

U n = 2.n – 1
Dengan memperhatikan urutan suku-sukunya maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan tertentu, sehingga diperoleh rumus suku
ke–n adalah
U n = 2n – 1.
2) Pola Bilangan Genap
Hampir sama seperti pola bilangan ganjil, pada pola bilangan genap juga
merupakan barisan bilangan loncat yang merupakan kumpulan bilangan genap.
Contoh pola bilangan genap: 2, 4, 6, 8, dan seterusnya. Rumus U n pola bilangan
genap dan bentuk pola bilangan genap diberikan seperti berikut.

Perhatikan bahwa pola suku – sukunya :


U 1 = 2 = 2. 1
U 2 = 4 = 2. 2
U 3 = 6 = 2. 3

Un = 2 n
Dengan memperhatikan urutan suku–sukunya maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan tertentu, sehingga diperoleh rumus suku
ke–n adalah
Un = 2 n
3) Pola Bilangan Segitiga
Pada pola bilangan segitiga, barisan bilangan yang mewakili bundaran yang dapat
membentuk segitiga. Contoh pola bilangan segitiga: 1, 3, 6, 10, dan seterusnya.
Rumus U n pola bilangan segitiga dan bentuk pola bilangan segitiga diberikan
seperti gambar di bawah.

Perhatikan bahwa pola suku-sukunya:


1(1+ 1)
U1 = 1 =
2
2(2+1)
U2 = 3 =
2
3(3+1)
U3 = 6 =
2

n(n+1)
Un =
2
Dengan memperhatikan urutan suku - sukunya maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan tertentu, sehingga diperoleh rumus suku
ke–n adalah
n(n+1)
Un =
2
4) Pola Bilangan Persegi
Untuk pola bilangan persegi memiliki pola yang sama dengan pola bilangan
pangkat dua. Barisan bilangan yang menyusun pola bilangan persegi juga
merupakan pola bilangan pangkat dua. Sehingga rumus U n pola bilangan persegi
dapat dinyatakan sebagai pangkat dua dari suatu bilangan. Contoh pola bilangan
persegi: 1, 4, 9, 16, dan seterusnya.

Perhatikan bahwa pola suku – sukunya :


2
U 1=1=(1)
2
U 2=4=(2)
2
U 3=9=(3)
2
U 4 =16=(4)

U n = (n)2
Dengan memperhatikan urutan suku - sukunya maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan tertentu, sehingga diperoleh rumus suku
ke–n adalah
U n = (n)2
5) Pola Bilangan Persegi Panjang
Contoh pola bilangan persegi panjang: 2, 6, 12, 20, dan seterusnya. Rumus Un
untuk pola bilangan persegi dapat dilihat dari bentuk pola bilangan seperti pada
gambar berikut.
Perhatikan bahwa pola suku – sukunya :
U 1=2=1.(1+1)
U 2=6=2.(2+1)
U 3=12=3.(3+1)
U 4 =20=4.( 4+1)

U n =n .(n+1)
Dengan memperhatikan urutan suku-sukunya maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan, sehingga diperoleh rumus suku ke–n
adalah
U n =n .(n+1)
6) Pola Bilangan Segitiga Pascal
Pola bilangan segitiga pascal merupakan jumlah bilangan – bilangan dari setiap
baris pada segitiga pascal. Contoh pada baris ke 4 dari segitiga pascal terdiri atas
barisan bilangan 1, 2, dan 1 sehingga bilangan U 4 sama dengan 1 + 2 + 1 = 4.
Barisan bilangan segitiga pascal adalah 1, 2, 4, 8, 16, 32, dan seterusnya.
Bentuk pola bilangan segitiga pascal dapat dilihat pada gambar berikut :

Perhatikan bahwa pola suku – sukunya :


U 1=1=21−1
U 2=2=22−1
U 3=4=23−1
4−1
U 4 =8=2

n−1
U n =2
Dengan memperhatikan urutan suku - sukunya maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan, sehingga diperoleh rumus suku ke – n
adalah
U n =2n−1
7) Pola bilangan Fibonacci
Pola bilangan Fibonacci adalah pola bilangan rekursif (pemanggilan ulang /
pengulangan) yang ditemukan oleh seorang matematikawan berkebangsaan Italia
yang bernama Leonardo da Pisa. Pola bilangan Fibonacci diperoleh dari
menjumlah dua bilangan sebelumnya. Contoh barisan bilangan Fibonacci adalah
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, dan seterusnya.

Perhatikan bahwa pola suku – sukunya :


U 1=1=1
U 2=1=1
U 3=2=1+1=U 1 +U 2
U 4 =3=1+ 2=U 2 +U 3
U 5=5=2+3=U 3 +U 4

U n =U n−2+ U n−1
Dengan memperhatikan urutan bilangannya maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan, sehingga diperoleh rumus suku ke – n
adalah
U n =U n−2+ U n−1

2. Barisan dan Deret Aritmatika


a. Barisan Aritmetika

Sekarang marilah kita perhatikan kembali beberapa contoh barisan bilangan


berikut ini.

Contoh

(a) 1, 3, 5, 7, …

(b) 2, 6, 10, 14, …

(c) 100, 90, 80, 70, …


Jika kita perhatikan contoh (a), suku yang pertamanya U 1 = 1, suku yang kedua U 2
diperoleh dengan menambahkan 2 kepada U 1, suku yang ketiga U 3 diperoleh
dengan menambahkan 2 kepada U 2, demikian seterusnya. Jadi selisih dari tiap
suku yang berurutan dari barisan ini adalah tetap, yaitu sebesar 2. Barisan seperti
ini dinamakan barisan aritmetika dan selisih yang tetap dari barisan itu disebut
beda barisan.

Contoh-contoh (a), (b), dan (c) dari contoh di samping adalah contoh-contoh dari
barisan aritmatika.

U 1, U 2, U 3 , … ,U n

ialah barisan aritmetika , jika berlaku

U 2– U 1, = U 3−U 2 = ... = U n −U n−1= konstanta.

Konstanta ini disebut beda, dan besarnya dinyatakan dengan b.

(a) 1, 3, 5, 7, … bedanya ialah 3 – 1 = 5 – 3 = … = 2

(b) 2, 6, 10, … bedanya ialah 6 – 2 = 10 – 6 = 14 – 10 =...= 4

(c) 100, 90, 80,.. bedanya ialah 90 – 100 = 80 – 90 =... = - 10

Jadi, dari sajian diskusi di atas jelaslah, bahwa suatu barisan dinamakan barisan
aritmetika jika dan hanya jika selisih dua suku yang berurutan selalu tetap.

Sekarang kita akan mencari rumus umum suku ke-n dari barisan aritmetika, yaitu
sbb:

Jika suku pertama barisan aritmetika U 1 dinamakan a, maka didapat:

U1 = a

U 2=U 2 - U 1 = b U 2 = U 1 + b = a + b

U 3=U 3 – U 2 = b U 3 = U 2 + b = (a + b) + b = a + 2b

U 4 =U 4 –U 3 = b U 4 = U 3 + b = (a + 2b) + b = a + 3b

dan seterusnya, sehingga didapat barisan aritmetika dalam bentuk:

a , a + b , a + 2b , a + 3b , …, a + (n – 1)b
Dari sini kita dapatkan bentuk umum rumus suku ke-n barisan aritmetika, yaitu:
U n = a + (n – 1)b

Contoh

Carilah suku ke-100 dari barisan aritmetika 2, 5, 8, 11, …

Jawab:

Dik: a = 2

b = U2 – U1 = 5 – 2 = 3

n = 100

Dit: U n =… ?

Solusi

U n = a + (n – 1)b

U n = 2 + (100 – 1)3

U n = 2 + ( (99 ) 3 ) = 2 +297 =299

Contoh

Diketahui barisan aritmetika 1, 3, 5, 7, …. U n = 225. Tentukan banyaknya suku


(n).

Penyelesaian:

a = 1, b = 2, U n = 225

U n = a + (n – 1)b

225 = 1 + (n – 1)2 = 1 + (2 n – 2)

226 = 2n

226
n=
2

n = 113
b. Deret Aritmetika

Diceritakan tentang seorang matematikawan besar (Prince of Mathematics) Carl


Friedrich Gauss (1777 – 1855), bahwa dalam masa kecilnya di sekolah dasar guru
minta para peserta didiknya menjumlahkan seratus bilangan besar yang
merupakan suku-suku berurutan dalam barisan aritmetika, dan guru itu
mengharapkan supaya suasana kelas tenang. Gauss memberi jawaban hanya dalam
beberapa detik. Di sini kita pakai cara yang sama untuk mendapatkan jumlah 100
bilangan asli yang pertama, yaitu sbb:

J 100 = 1 + 2 + … + 99 + 100

J 100 = 100 + 99 + … + 2 + 1 +

2 J 100 = 101 + 101 + … + 101 + 101 => 100 x 101

2 J 100 = 10100 ⇒ J 100 = 5050

Bentuk 1 + 2 + 3 + … + 100 adalah suatu contoh deret aritmetika. Jumlah deret


aritmetika ini adalah 5050.

Jika kita perhatikan ternyata, bahwa deret aritmetika adalah jumlah suku-suku
barisan aritmetika (definisi). Jika barisan aritmetikanya dinyatakan dalam bentuk:

a , a + b , a + 2b , … , a + (n – 1)b

maka deret aritmetikanya adalah:

a + (a + b) + (a + 2b) + … + [a + (n – 1)b]

dan dinotasikan dengan Jn (jumlah n buah suku pertama barisan aritmetika) atau
Sn (sum).

Bagaimanakah rumus umum jumlah n suku dari deret aritmetika? Jika J n ( Sn )


adalah notasi untuk menyatakan jumlah n suku pertama suatu deret aritmetika,
maka :

J n= a + (a + b) + (a + 2b) + … + [a + (n – 1)b]

J n = [a + (n – 1)b] + [a + (n – 2)b] + [a + (n – 3)b] + … + n +

2 J n = [2a + (n – 1)b] + [2a + (n – 1)b] + [2a + (n – 1)b] + … + [2a + (n – 1)b]

2 J n = n [2a + (n – 1)b]
1
J n = n [2a + (n – 1)b]
2

1
Karena U n = a + (n – 1)b, maka J n = n [a + U n ]
2

1
Jadi jumlah n suku deret aritmetika adalah J n = n [2a + (n – 1)b]
2

1
atau J n = n [a + U n ]
2

Sebagai tambahan, pandang deret aritmetika berikut ini.

J n = a + (a + b) + (a + 2b) + … + [a + (n – 2)b] + [a + (n – 1)b]

J n−1 = a + (a + b) + (a + 2b) + … + [a + (n – 2)b] -

J n - J n−1= a + (n – 1)b = U n

Jadi suku ke-n (urutan ke-n): U n = J n - J n−1

Ingat bahwa barisan aritmetika:

a , a + b , a + 2b , … , a + (n – 1)b

dapat juga ditulis dalam bentuk:

U 1 , U 2, U 3 , … , U n.

Contoh

Carilah jumlah 25 suku yang pertama dari deret aritmetika 44 + 40 + 36 + 32 + ….

Penyelesaian:

Di sini a = 44, b = 40 – 44 = -4 dan n = 25

1
Jn = n [2a + (n – 1)b]
2

1
J 25 = x 25 [2 x 44 + (25 – 1)(-4)]
2
1
= x 25 [88 + 24(-4)]
2

1
= x 25 [88 - 96]
2

1 1 −200
= x 25 [-8] => x (-200) =>
2 2 2

J 25 = -100

3. Barisan dan Deret Geometri


a. Barisan Geometri

Sekarang marilah kita perhatikan beberapa barisan dalam contoh berikut ini.

Contoh

(a) 1, 2, 4, 8, …

(b) 27, -9, 3, -1, …

Untuk contoh (a) ternyata tiap suku-sukunya diperoleh dengan cara mengalikan
suku sebelumnya oleh 2. Ternyata pula bahwa hasil bagi tiap suku dengan suku
sebelumnya selalu tetap, yaitu sama dengan 2.

Bagaimana dengan contoh (b)? Barisan-barisan seperti contoh ini disebut barisan
geometri.

U 1 , U 2, U 3 , … , U n .

Dinamakan barisan geometri, apabila

U2 U3 Un
= =…= =¿konstanta.
U1 U2 U n−1

Konstanta ini dinamakan rasio, pembanding, nisbah atau pembagi dan dinyatakan
dengan huruf r atau p.

(a) Untuk 1, 2, 4, 8, … rasionya ialah 2

2 4 8
(b) => = = =…=2
1 2 4

−1
(b) Untuk 27, -9, 3, -1,.. rasionya ialah
3
−9 3 −1 −1
=> = = =
27 −9 3 3

Dari penjelasan di atas, dapatlah kita simpulkan, bahwa suatu barisan dinamakan
barisan geometri jika dan hanya jika hasil bagi tiap suku dengan suku sebelumnya
selalu tetap (definisi). Hasi bagi yang tetap ini disebut rasio dan disingkat dengan r.

Bagaimanakah bentuk umum suku ke-n dari barisan geometri? Misal suku pertama
dari barisan geometri, yaitu U 1 dinyatakan dengan a, maka kita dapatkan:

U2
=r ↔ U 2=U 1 r =ar ,
U1

U3
=r ↔ U 3=U 2 r =ar . r=ar 2 ,
U2

U3
=r ↔ U 4 =U 3 r=ar 2 . r=a r 3 ,
U2

dan seterusnya, sehingga didapat barisan geometri dalam bentuk baku (standar),

yaitu:ar , ar 2 , a r 3 , … , a r n−1

Perhatikan bahwa urutan ke-n merupakan bentuk umum rumus suku ke-n barisan
geometri, yaitu

U n = a r n −1

Contoh

Diketahui barisan geometri dengan U 1 = 64 dan U 4 = 1. Carilah rasionya dan


tentukan lima suku pertama dari barisan tersebut.

Penyelesaian:

Di sini a = U 1 = 64,

Dan U n = a r n −1
3
↔ U 4=a r

↔1 = 64 r 3

3 1
↔r =
64
1
Jadi, r =
4

1
Lima suku yang pertamanya adalah 64, 16, 4, 1, .
4

b. Deret Geometri

Seperti halnya deret aritmetika, bahwa suatu deret geometri adalah jumlah suku-
suku dari suatu barisan geometri (definisi). Jika barisan geometrinya dinyatakan
dalam bentuk baku, yaitu:

a , ar , ar 2 , a r 3 , … , a r n−1

Maka deret geometrinya adalah

a+ ar +¿ ar 2 + ar 3+ …+a r n−1

Misalkan J n ( Sn ) adalah notasi yang kita pakai untuk menyatakan jumlah n suku
pertama suatu barisan geometri, maka:

J n = a+ ar +¿ ar 2 + ar 3+ …+a r n−1

r J n = ar +¿ ar 2 + ar 3+ …+a r n−1 +ar n−¿

(1−r) J n = a−¿ ar n

a(1−r n)
↔Jn = , (r ≠ 1)
(1−r )
n
a(r −1)
↔Jn = , berlaku jika r > 1.
(r−1)

Bentuk terakhir ini sering pula disebut rumus untuk jumlah n suku pertama deret
geometri.

Contoh

Carilah jumlah tujuh buah suku dari deret geometri

4 + 2 + 1 + 0,5 + …

Penyelesaian:
2 1
Di sini, a = 4, r = = dan n = 7
4 2
n
a(1−r )
Jn =
(1−r )
7
1
4 (1−
)
J7 = 2
1
(1− )
2

127
4( )
128
J7 = =7,9375
1
2

J 7 = 7,94 (dibulatkan sampai 3 angka signifikan)

Contoh

Seutas tali dibagi menjadi 6 bagian dengan ukuran panjang membentuk deret
geometri; jika bagian yang paling pendek 3 cm dan yang terpanjang 96 cm,
tentukanlah ukuran panjang tali tersebut.

Penyelesaian:

Di sini, U n = 96, a = 3 dan n = 6

Sehingga kita dapatkan

U n = a r n −1

96 = 3 r 5 ↔r 5 = 32 ↔r = 2
n
a(r −1)
Karena r > 1, maka berlaku J n =
(r−1)

3(26−1) 3(64−1)
Jn = ↔ J6 = ↔ J 6 = 189
( 2−1) 1

Jadi ukuran panjang tali tersebut adalah 189 cm.

4. Deret Geometri Tak Hingga


Deret geometri tak hingga adalah penjumlahan suku-suku pada barisan geometri
yang banyaknya tidak terbatas (tak hingga)

Deret geometri terbagi atas 2 bagian yaitu konvergen dan divergen.

a. Konvergen
Deret geometri tak hingga konvergen adalah deret yang nilai bilngannya
semakin mengecil dan dapat di hitung berapa jumlah pastinya.

Contoh:

3 3 3
6+3+ + + +…
2 4 8

Jika diperhatikan bilangan tersebut semakin mengecil sampai dengan mendekati


nilai nol. Hal ini membuat deret geometri ak hingga konvergen dapat kita hitung
jumlah keseluruhannya.

Syarat Rasio

−1<r <1atau |r|< 1

Rumus

a
S∞ =
1−r

Sifat

Jika (U n ) adalah suatu barisan geometri dengan suku pertama adalah U 1= a dan
rasio = r dengan r ϵ R dan |r|< 1maka jumlah tak hingga suku-suku barisan
tersebut adalah

a
Sn =
1−r

Bukti:

Misalkan Sn = a r n −1 dengan -1 < r < 1, n ϵ N

Ingat kembali deret geometri yang telah di pelajari sebelumnya, telah diperoleh
bahwa:

Sn=a+ar + ¿ ar 2 + ar 3+ …+a r n−1…………… Pers-1


Dengan mengalikan kedua ruas persamaan 1 dengan r, didapatkan Persamaan 2
berikut.

rS n=ar+ ¿ ar 2 + ar 3+ …+a r n …………… Pers-2

Sekarang, dari selisih persamaan 1) dengan 2), diperoleh

Sn−rS n = (a+ ar +¿ ar 2 + ar 3+ …+a r n−1 ¿−¿ ¿ ar 2 + ar 3+ …+a r n ¿

Sn ( 1−r ) =a−¿ a r n

a−a r n
Sn=
( 1−r )

Rumus jumlah n suku pertama deret geometri adalah

a (1−r n )
Sn= ,dengan |r|< 1
( 1−r )

Kita ingin menentukan jumlah tak berhingga suku-suku barisan geometri, ini,
yaitu, Sn bila n → ∞.

Karena rϵ R dan -1 < r < 1 dan n → ∞, maka


n
a(1−r ) a
lim S n=lim = (Terbukti)
n→∞ n→∞ ( 1−r ) ( 1−r )

b. Divergen
Divergen artinnya menyebar, deret geometri tak hingga yang divergen berarti
deret geometri tak hingga yang tidak terbatas jumlahnya.

contoh

2+ 4+8+16 +32+ …

Syarat Rasio

r ≤−1atau r ≥ 1

Rumus

S∞ =∞

5. Barisan Konstan, Naik dan Turun


Amatilah suku-suku beberapa barisan berikut:

a. U n =3n , ∀ n ∈ N . Suku-suku barisan ini dapat ditulis

3,9,27,81, …

b. U n =n+1 , ∀ n ∈ N dan suatu k ∈ R . Suku-suku barisan ini dapat ditulis

1,2 ,3,4,5...

Berdasarkan data suku-suku setiap barisan yang diberikan di atas, dapat dikatakan
bahwa nilai suku barisan pada poin a, dan b, semakin besar urutan sukunya makin
besar nilai suku barisannya sampai n → ∞. Jika suatu barisan memiliki nilai suku-
sukunya makin besar untuk suku sampai n → ∞ , barisan itu disebut barisan naik.

Definisi

Misalkan (U n) sebuah barisan tak hingga bilangan real.

Barisan (U n ) dikatakan barisan naik jika dan hanya jika suku berikutnya lebih dari
suku sebelumnya.

Ditulis (U n) adalah barisan konstan ⇔ U n = U n +1, ∀ ∈n N .

Amatilah suku-suku beberapa barisan berikut:

1
a. U n = , ∀ n ∈ N . Suku-suku barisan ini dapat ditulis
2

1 1 1 1 1 1
, , , , , ,…
2 2 2 2 2 2

b. U n =−1 , ∀ n ∈ N . Suku-suku barisan ini dapat ditulis

-1, -1, -1, -1, -1, -1, ..

c. U n =k , ∀ n ∈ N dan suatu k ∈ R . Suku-suku barisan ini dapat ditulis

k, k, k, k, k, k, ...

Berdasarkan data suku-suku setiap barisan yang diberikan di atas, dapat dikatakan
bahwa suku barisan pada poin (a), (b), dan (c), nilainya tetap atau sama untuk setiap
suku sampai n → ∞ . Jika suatu barisan dengan suku-sukunya sama atau tetap untuk
setiap n, n → ∞ , barisan itu disebut barisan konstan.
Definisi

Misalkan (U n) sebuah barisan tak hingga bilangan real.

Barisan (U n ) dikatakan barisan konstan jika dan hanya jika suku sebelumnya selalu
sama dengan suku berikutnya.

Ditulis (U n) adalah barisan konstan ⇔ U n = U n +1 , ∀ ∈n N .

Amatilah suku-suku dari beberapa barisan berikut

a. U n = r n−1, ∀ ∈n N dengan 0 < r < 1. Suku-suku barisan ini dapat ditulis, 1, r, r²,
r³,...

1
b. U n = , ∀ ∈n N . Suku-suku barisan ini dapat ditulis,
n+1

1 1 1 1
, , , ,…
2 3 4 5
n
1
c. U n = ( ) , ∀ ∈n N . Suku-suku barisan ini dapat ditulis,
2

1 1 1 1
, , , ,…
2 4 8 16

Berdasarkan data suku-suku setiap barisan yang diberikan di atas, dapat dikatakan
bahwa nilai suku barisan pada poin a, b, dan c, semakin besar urutan sukunya makin
kecil suku barisannya sampai n → ∞. Jika suatu barisan memiliki suku-sukunya
makin kecil untuk suku sampai n → ∞ , barisan itu disebut barisan turun.

Definisi

Misalkan (U n) sebuah barisan tak hingga bilangan real.

Barisan (U n ) dikatakan barisan turun jika dan hanya jika suku berikutnya kurang
dari suku sebelumnya.

Ditulis (U n) disebut barisan turun ⇔ U n = U n +1, ∀ ∈n N .

BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan isi makalah diatas, adapun simpulan yang dapat kami
simpulkan diantaranya sebagai berikut:
1. Transformasi Geometri adalah perubahan kedudukan suatu titik pada
koordinat Cartesius sesuai dengan aturan tertentu. Transformasi bisa juga
dilakukan pada kumpulan titik yang membentuk bidang/bangun tertentu. Jika
kalian punya sebuah titik A ( x , y ) kemudian ditransformasikan oleh
transformasi T maka akan menghasilkan titik yang baru A ’ (x ’ , y ’).
2. Ada beberapa jenis transformasi geometri, diantaranya translasi (pergeseran),
refleksi (pencerminan), rotasi (perputaran), dan dilatasi (perkalian).
3. Komposisi transformasi (o) adalah kejadian dimana suatu titik atau kurva P
mengalami transformasi A sehingga menghasilkan P' , dan dilanjutkan dengan
transformasi B sehingga menghasilkan P ' '
4. Pola Bilangan adalah sebuah barisan bilangan yang membentuk pola tertentu
sehingga dapat diperoleh rumus umum untuk menentukan suku ke – n dari
suatu pola bilangan.
5. Deret geometri tak hingga adalah penjumlahan suku-suku pada barisan
geometri yang banyaknya tidak terbatas (tak hingga)

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA

https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/pola-bilangan-pengertian-
jenis-jenis-dan-rumus-serta-contoh-soal
https://www.dominicido.xyz/2020/03/mari-belajar-materi-pola-
bilangan.html?m=1
https://www.zenius.net/blog/transformasi-geometri
https://www.m4th-lab.net/2017/07/buku-kurikulum-2013-
matematika-wajib.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai