Anda di halaman 1dari 2

" Dalam perjalanan satu abad Muhammadiyah tentu banyak mengalami pasang surut, banyak tantangan

yang dihadapi. Hingga kini Muhammadiyah tetap eksis, tetap menjadi salah satu kekuatan ummt dan
bangsa. Salah satu faktor penentu dari kuat-lemahnya keberadaan Muhammadiyah adalah karena unsur
kepemimpinannya, yaitu keberadaan para pemimpinnya. Oleh karena itu, kepemimpinan dalam
Muhammadiyah sangat perlu mendapat perhatian oleh segenap warga Muhammadiyah di semua
tingkatan, mulai dari tingkat pimpinan pusat, pimpinan wilayah, pimpinan daerah, pimpinan cabang, dan
pimpinan ranting. Memang, sistem organisasi (khususnya administrasi Muhammadiyah) cukup rapi,
struktur kepemimpinannya jelas, walaupun jalan kepemimpinannya bervariasi dan penuh dinamika,
sesuai situasi di mana Muhammadiyah itu berada. Pada awal-awal berdirinya pimpinan Muhammadiyah
lebih banyak yang berpredikat ulama, mereka yang cukup mumpuni ilmu agama. Baru setelah 10 atau
15 tahun terakhir yang menjadi pimpinan Muhammadiyah sangat bervariasi, tidak didominasi oleh
ulama, tetapi sudah menyatu dengan mereka yang berlatar belakang pendidikan umum.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar melakukan berbagai amal
usaha. Amal usahanya berupa panti asuhan, balai pengobatan dan rumah sakit, lembaga pendidikan
(dari TK hingga Perguruan Tinggi, termasuk pesantren), masjid dan mushalla, koperasi atau lembaga
ekonomi lainnya. Semuanya itu memerlukan pimpinan yang handal, pimpinan yang arif, pimpinan yang
sabar dan ikhlas, pimpinan yang jujur, tentu saja pimpinan yang mengerti maksud kepemimpinan atau
menejemen dalam arti ilmu dan gaya. Kiranya gaya kolegial atau kebersamaan menjadi kekhasan dalam
organisasi Muhammadiyah. Sekarang, bagaimanakah kepemimpinan Muhammadiyah pasca muktamar
di Jogyakarta? Saya berharap Muhammadiyah akan melahirkan "tim" pemimpin yang lebih kuat, yang
lebih berperan dalam memajukan warga persyarikatan dan ummat, juga yang memberi andil bagi
pembangunan bangsa dan negara. Unsur ulama dalam kepemimpinan Muhammadiyah tidak bisa
ditinggalkan. Muhammadiyah itu berdiri atau didirikan oleh seorang ulama kharismatik, KH Ahmad
Dahlan. Dalam kondisi sekarang, tentu saja diharapkan ulama yang duduk di pimpinan PP
Muhammadiyah adalah mereka yang sedikit-banyak mengetahui dan dapat menerapkan strategi
memimpin. Hal ini sangat penting karena sebuah organisasi juga harus memanfaatkan ilmu
kepemimpinan. Dengan organisasi diharapkan secara maksimal dapat bergerak untuk mencapai maksud
dan tujuannya. Seseorang yang dipilih sebagai pimpinan hendaknya disesuaikan dengan bidang
keahliannya - walaupun tidak mutlak, bisa saja sambil bekerja, sambil belajar dan menyesuaikan diri.
Kepemimpinan dalam Muhammadiyah juga sebaiknya memperhatikan kekuatan dan kecepatan kerja.
Karena itu, peran generasi muda perlu dimunculkan dalam Muhammadiyah. Jadi, perlu adanya
semacam pemaduan antara ‘tua dan muda’. Hal ini dimaksudkan untuk menyongsong alih generasi dan
penyegaran. Hal ini juga dapat dianggap sebagai bentuk penghargaan dan kepercayaan dari orangtua
kepada anaknya.

KEPEMIMPINAN DALAM MUHAMMADYAH

Menjadi pimpinan di Muhammadiyah berarti ikhlas berkorban, siap berpikir dan siap bekerja. Hal ini
terkait dengan keberadaan amal usaha yang harus dijalankan oleh Muhammadiyah, terkait dengan
Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah, terkait dengan organisasi pembaharu. Sebagai pimpinan di
Muhammadiyah dituntut untuk dapat menjadi teladan atau panutan bagi warganya dan masyarakat
sekitarnya, yang mampu memelihara citra Muhammadiyah, memelihara pandangan masyarakat
terhadap Muhammadiyah. Menjadi pimpinan Muhammadiyah sepatutnya dapat menambah bilangan
kebaikan bagi masyarakatnya, menambah kesejukan di mana ia bertempat tinggal, dapat menjadi
penggerak bagi ukhuwah Islamiyah. Sebagai pimpinan Muhammadiyah harus dapat berpandangan luas
dan objektif dalam menyikapi segala persoalan organisasi, termasuk pula dalam menyikapi dinamika
masyarakat. Betapapun juga organisasi Muhammadiyah merupakan lapangan buat beramal saleh, buat
bekerja untuk kepentingan ummat, buat menjalankan dakwah Islamiyah. Hal ini perlu dicamkan oleh
setiap pimpinan pada setiap tingkatan. Dengan demikian seorang pimpinan tidak akan muyak atau
bosan dalam menjalankan organisasi, apalagi harus putus asa. Salah satu kekhasan kepemimpinan
dalam Muhammadiyah adalah adanya nuansa keagamaan yang cukup kuat. Dalam kegiatan apapun,
Muhammadiyah berusaha menciptakan suasana relegius. Setiap kegiatan senantiasa sangat
memperhatikan pelaksanaan ibadah sholat, sehingga jadwal yang disusun diatur sedemikian rupa agar
tidak melanggar/ menyulitkan anggota untuk sholat. Dalam kegiatan kepanduan (pramuka),
persepakbolaan (HW) juga menempatkan nuansa pengabdian kepada Allah sebagai sesuatu yang
teramat penting. Hal-hal ini juga merupakan pelajaran berharga yang senantiasa diperhatikan oleh
segenap pimpinan. Pimpinan Muhammadiyah hendaknya dapat secara peka memberikan masukan bagi
masyarakat, termasuk dalam rangka pemberdayaan ekonomi ummat. Hal ini amat penting dalam
menyongsong keadaan masyarakat sekarang dan akan datang. Dalam kaitan ini, kiranya Muhammadiyah
dapat menciptakan upaya pemberdayaan ekonomi ummat, walaupun hanya melalui satu usaha
ekonomi, yaitu berupa koperasi yang dapat diandalkan. Sekarang, memang telah berdiri beberapa
koperasi, namun geraknya masih belum seperti yang diharapkan, masih ‘tertatih-tatih’. Untuk
mendirikan dan menggerakan koperasi, maka diperlukan sumber daya manusia yang memadai, tentunya
juga dukungan para ‘orang kaya’ Muhammadiyah. Di sinilah, diperlukan adanya unsur pimpinan yang
termasuk ‘kuat kantong’ untuk mendorong bagi pelaksanaan peran Muhammadiyah dalam
meningkatkan ekonomi ummat.

Anda mungkin juga menyukai