Anda di halaman 1dari 11

BAB XII

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN EKONOMI

A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat mendeskripsikan: Muhammadiyah sebagai gerakan
ekonomi, Kekuatan ekonomi Muhammadiyah, Pasang-surut gerakan ekonomi
Muhammadiyah, Mencari model gerakan ekonomi Muhammadiyah.
B. Sumber Kekuatan Ekonomi Muhammadiyah
Muhammadiyah dalam gerakannya tetap menyeimbangkan ekonomi, memberi
teladan dengan menjalankan bisnis sekaligus berdakwah. Sumber kekuatan ekonomi
Muhammadiyah yaitu anggota muhammadiyah itu sediri simpatisme dari setiap
individunya. Muhammadiyah selalu membawa prinsip amar ma’ruf nahi munkar.
Namun di satu sisi ia tidak lepas dari sektor pembangunan ekonomi sebagai penompang
kokohnya dakwah.
Betapa pentingnya ekonomi dalam suatu gerakan mencapai cita cita, sumber
kekuatan dakwahnya didukung oleh para pelaku ekonomi yang memiliki pengetahuan,
strategi keyakinan dan keimanan, sehingga dapat menyebarkan nilai -nilai kehidupan di
masyarakat. Berbagai relasi yang dimiliki muhammadiyah menjadi satu alasan penting
dalam menguatkan gerakan ekonomi muhammadiyah.
Dengan begini kesejahteraan masyarakat tetap terjaga sebagai nilai, tujuan dan
program perjuangan muhammadiyah. Disini muhammadiyah memberikan kesempatan
kepada lingkungan masyarakat dalam berbagai bentuk bantuan, amal, infaq yang
kemudian akan ditransformasikan kembali kepada warga yang membutuhkan
Muhammadiyah dengan prinsipnya ““Hidup hidupilah Muhammadiyah dan
jangan mencari hidup di Muhammadiyah” dengan begitu muhammadiyah tetap
berusaha menyeimbangkan berbagai permasalahan dan problematika dalam percaturan
ekonomi. Muhammadiyah juga bekerjasama dengan kelas menengah dalam pencapaian
ekonomi muhammadiyah.
Pasang surut ekonomi pun pasti terjadi didalamnya dimana kita selalu membuat
strategi dan usaha yang sesuai mulai dari orang yang berdakwah memiliki pengetahuan

136
dan iman yang kuat, umur, jenis kelamin, yang dimana tataran pendakwah masih sangat
dibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu muhammadiyah juga melihat
potensi ekonomi pada setiap wilayah, daerah, cabang dan ranting muhammadiyah yang
cukup besar tapi belum diperhatikan.96
Untuk mengelola Keuangan dan Kekayaan Muhammadiyah, maka disusun
dalam aturan yaitu:
1. Seluruh keuangan dan kekayaan muhammadiyah, termasuk keuangan dan kekayaan
unsur pembantu pimpinan, amal usaha, dan organisasi otonom pada semua tingkat
secara hukum milik pimpinan pusat.
2. Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan:
a. Pengelolaan keuangan dalam Muhammadiyah diwujudkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja muhammadiyah.
b. Pengelolaan kekayaan muhammadiyah diwujudkan dalam jurnal.
3. Ketentuan tentang keuangan dan kekayaan muhammadiyah ditetapkan oleh
pimpinan pusat.97
C. Muhammadiyah dan Kelas Menengah

Kegiatan bisnis bagi Muhammadiyah merupakan bagian yang amat penting


untuk memperlancar Muhammadiyah dalam mencapai tujuannya. Di samping itu,
gerakan ekonomi Muhammadiyah akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi
warganya. Kegiatan amal usaha Muhammadiyah yang paling menonjol adalah di
bidang pendidikan dan kesehatan yang pada dasarnya telah berkembang menjadi pusat
bisnis, karena dalam pengembangan badan usaha amal itu terjadi suatu proses transaksi
jual beli barang dan jasa. Oleh sebab itu, Muhammadiyah perlu memikirkan secara
profesional gerakan ekonominya sehingga menjadi pusat gerakan pemberdayaan
ekonomi masyarakat.

96 https://pcimmarfakhruddin.org/pkimmfeb/2019/02/22/kekuatan-gerakan-ekonomi-muhammadiyah/#

97Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah. (Yogyakarta:
Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Hlm: 10 dan 65

137
Terdapat tiga pendekatan yang ditempuh oleh Muhammadiyah dalam upaya
memberdayakan ekonomi masyarakatnya, yaitu:

1. Pendekatan struktural yang bertujuan mempengaruhi kebijaksanaan publik agar


terbuka akses rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi.
2. Pendekatan fungsional dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan mengalokasikan secara efisien dan produktif sumber daya yang
dapat dihimpun.
3. Pendekatan kultural dengan mengembangkan nilai yang memperkuat etoskerja dan
etika bisnis.

Gerakan sosial merupakan bagian dakwah dengan bukti nyata yaitu dakwah
yang mengedepankan perilaku yang nyata yang sudah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW ketika mendamaikan dan menyatukan persaudaraan anatara kaum
Muhajirin dengan kaum Anshar. Dakwah sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan keilmuan dan kebutuhan masyarakat. Dakwah dalam bidang ekonomi yaitu
pemberdayaan petani, pemberian modal, dan pelatihan ketrampilan khusus.

Guna melengkapi kajiannya Peacock melakukan perjalanan ke berbagai wilayah


Indonesia untuk melihat perkembangan Muhammadiyah. Kesimpulan Peacock agak
berbeda dengan temuan lain bahwa gerakan purifikasi Muhammadiyah mendorong
tumbuhnya amal usaha dibidang sosial dan pendidikan namun gerakan ini tidak bisa
membangkitkan atos ekonomi sebagai mana puritan di Eropa. Dengan demikian
Peacock menekankan agar gerakan sosial ini tidak bisa dipisahkan dari gerakan
pemurnian ajaran Islam yang kembali kepada Al- Quran dan As- Sunnah.

Berdasarkan hal tersebut maka nilai dasar Muhammadiyah sebagai gerakan


sosial dan kesehatan itu tidak lepas dari pemikiran K.H. Ahamad Dahlan yang
melakukan gerakan pemurnian terhadap ajaran Islam untuk kembali kembali kepada Al
–Quran dan sunnah yag selama ini sudah mulai ditinggalkan dan tidak dijadikan satu

138
satunya rujukan utama. Inilah sebetulnya menjadikan faktor penyebab secara internal
Muhammadiyah lahir di Indonesia.98

D. Pasang Surut Gerakan Ekonomi Muhammadiyah


Sejak didirikan tahun 1912, Muhammadiyah sebagi komunitas berbasis
keagamaan Islam telah berkembang pesat. Banyak amal usahanya berdiri dan
berkembang diseluruh pelosok tanah air bahkan sampai ke luar negeri. Banyaknya amal
usaha Muhammadiyah itu berkembang dengan kinerja yang baik, namun banyak pula
yang kurang baik. Untuk itu diperlukan penggalian nilai-nilai ekonomi yang bersumber
dari internal dan eksternal sebagai nilai-nilai bersama yang dipakai dalam mengukur
kinerja amal usaha. Nilai-nilai ekonomi tersebut dikonfirmasikan dengan nilai-nilai
yang diusung oleh pendiri Muhammadiyah yaitu KH. Ahmad Dahlan seperti ta’awun,
tawashi, dan fastabikhul khoirot.
Selanjutnya nilai-nilai ekonomi tersebut diinternlisasikan dalam seluruh
kegiatan amal usaha melalui beberapa tahap secara berjenjang dan simultan. Bila
internalisasi nilai-nilai ekonomi itu berhasil, maka kinerja amal usaha Muhammadiyah
akan meningkat secara berkesinambungan tanpa ada konflik yang mendasar secara
ideologis.
Tidak mudah memelihara kinerja positif secara bersama untuk kurun waktu
yang lama. Beberapa amal usaha berkembang baik dan cepat, beberapa lagi
berkembang sedang-sedang saja, sedangkan yang lain gagal berkembang dan cenderung
mati. Bahkan beberapa amal usaha yang awalnya mampu berkembang baik berakhir
dengan kemunduran kinerja yang diakibatkan karena terjadinya konflik internal yang
berkepanjangan sampai amal usaha itu mati.
Beberapa amal usaha yang lain menjadi mati karena terjadi konflik horizontal
antara pengurus amal usaha dengan persyarikatan pendiri amal usaha, atau antara
persyarikatan pendiri amal usaha dengan pengurus persyarikatan ditingkat atasnya.

98Rohmansyah. Kuliah Kemuhammadiyahan (Yogyakarta: LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.2017). Hlm:


110

139
Sebagian besar konflik horizontal tersebut diakibatkan oleh ketidaksamaan nilai-nilai
ekonomi yang dianut dan diyakini oleh beberapa elemen pengelola amal usaha yaitu :
1. Karyawan dan manajemen amal usaha
2. Manajemen dan pengurus persyarikatan pendiri amal usaha
3. Pengurus persyarikatan pendiri amal usaha dengan pengurus persyarikatan yang
diatasnya
Apa yang dilakukan Muhammadiyah pada masa Syafi’i Maarif untuk
berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi dengan bersama-sama membentuk koalisi
antar agama untuk antikorupsi merupakan langkah awal yang baik dalam upaya
merumuskan bentuk teologi yang berbijak pada kenyataan realitas masyarakat
Indonesia, seperti juga dilakukan Ahmad Dahlan dahulu yang menafsirkan Al- Maun
dengan tiga kegiatan utama: pendidikan, kesehatan, dan penyantunan orang miskin
(membuat panti anak yatim-piatu) tatkala mendirikan Muhammadiyah. Dengan kata
lain, melakukan transformasi pemahaman keagamaan dari sekadar doktrin-doktrin
sacral dan “kurang berbunyi” secara social menjadi kerjasama atau koperasi untuk
pembebasan manusia. Walaupun banyak kalangan melihat apa yang dilakukan
Muhammadiyah tersebut masih sebatas transformasi pada tingkatan elite dan belum
menyentuh grass root.
Dalam konteks inilah teologi kerja Islam doktrin suci yang melampaui
absolutism teologis yang lebih bercorak standar ganda dan kurang respek dengan
masalah kemiskinan menjadi teologi kerjasama atau (ta’awun ‘ala al-birri wa at-taqwa).
Dengan kata lain, rumusan teologi Islam tidak sebatas memperkuat dimensi
kesalehan individual sebagai bentuk personal piety, melainkan juga digerakkan menjadi
teology kerja yang mencerminkan sebuah konstruksi teologi Islam yang berpihak pada
kaum mustadafin dan berspektif society piety. Adapun indikasi keberhasilan yang
diharapkan dari pengembangan teologi kerja yang melampaui klaim absolutisitas dalam
arti menjembati pemaknaan teologi Islam pada masalah – masalah riil kemanusiaan
seperti kemiskinan adalah bagaimana umat Islam di Indonesia bisa hidup bersama
dalam perbedaan dan keseragaman, bisa bekerjasama dalam mengatasi kemiskinan

140
sebagai wujud kesalehan kaum beriman yang diisyaratkan oleh Teologi Kerja kaum
muslim. 99
Sejajar dengan perkembangan Muhammadiyah yang berkembang pesat, dibalik
itu semua juga menghadapi tantangan dalam diri Muhammadiyah itu sendiri sehingga
diperlukan adanya introspeksi bagi seluruh jajaran Muhammadiyah. Tantangan dalam
diri Muhammadiyah itu sendiri antara lain, yaitu: terlambat atau tidak meningkatkan
kualitas dan intensitas pengelolaan masjid dan amal usaha secra optimal, kurangnya
komitmen, pemahaman dan penghayatan terhadap misi serta kepentingan Persyarikatan.
Dapat dikatakan bahwa bidang ekonomi belum optimal dikelola oleh
Muhammadiyah. Oleh karena itu kekuatan Muhammadiyah belum menjadi kekuatan
besar yang dapat menyaingi kekuatan ekonomi etnis Tionghoa yang telah dikelola
secara profesional.

E. Model atau Contoh Gerakan Ekonomi Muhammadiyah


Melalui muktamar ke-47 di Makassar bulan Agustus 2015 lalu, Muhammadiyah
berkomitmen menjadikan ekonomi sebagai pilar ke-3 persyarikatan. Gerakan ekonomi
ini menjadi salah satu prioritas Muhammadiyah ke depan. Hal tersebut dilakukan
karena adanya kesadaran akan fungsi dan peran sektor ekonomi dalam rangka
memajukan bangsa.
Kegiatan ekonomi untuk memperkuat finansial bagi sebuah organisasi, seperti
Muhammadiyah pada hakikatnya merupakan bagian terpenting untuk memperlancar
gerakan Muhammadiyah dalam mencapai tujuannya. Gerakan ekonomi persyarikatan
Muhammadiyah juga akan berdampak pada pemberdayaan ekonomi warganya dengan
upaya mencipatakan lapangan kerja dan mengatasi problem pengangguran yang
semakin besar.
Model pemberdayaan ekonomi Muhammadiyah dalam pemberdayaan
ekonominya, memiliki beberapa program aksi pemberdayaan diantaranya, yaitu:

99 Zuly Qadir. 2008. Islam, Muhammadiyah dan Advokasi Kemiskinan. Vol II:No 1

141
1. Membangun sentra kemandirian ekonomi umat di tingkat ranting dan cabang.
Dengan cara memberdayakan jama’ah yang ada pada tingkat ranting
Muhammadiyah menjadi kelompok swadaya masyarakat yang disebut sebagai
Jama’ah Swadaya Muhammadiyah yang merupakan kerjasama warga
Muhammadiyah dalam menetapkan konsep tolong-menolong di bidang ekonomi
dengan membentuk kelompok usaha bersama, kelompok koperasi atau kelompok
konsumen.
2. Mengembangkan organisasi sekunder dan badan-badan usaha pendukung tingkat
daerah dan wilayah. Untuk memperkuat amal usaha di bidang ekonomi pada tingkat
ranting dan cabang. Maka pada tingkat daerah dan wilayah ditumbuhkan dan
dikembangkan badan-badan usaha sekunder yang dapat berwujud organisasi
sekunder koperasi, Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dan Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM)
3. Mengembangkan Infrastruktur Ekonomi, lembaga dan instrumen pendukung di
tingkat pusat. Majelis ekonomi ditingkat pusat bertugas menumbuhkan infrastruktur
ekonomi Muhammadiyah dalam rangka mendukung berbagai kegiatan usaha
ekonomi yang dilancarkan sejak dari tingkat ranting hingga tingkat wilayah.
Muhammadiyah adalah suatu organisasi yang bergerak dalam berbagai bidang,
salah satunya adalah dalam bidang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dengan adanya ZIS
(Zakat Infaq dan Sodaqoh). ZIS (Zakat Infaq dan Sodaqoh) berada dibawah bidang
ekonomi yang berguna untuk membantu kesejahteraan kehidupan anggota
Muhammadiyah dan umat. Dengan mengembangkan ekonomi tersebut,
Muhammadiyah telah memiliki asset atau sumber daya yang bisa dijadikan modal
pendanaan dalam menjalankan amal usaha yang lainnya.
Untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munka, apabila dilihat pada kecenderungan
manusia modern, peluang yang sangat efektif adalah melalui bidang ekonomi.
Kebutuhan manusia semakin konsumtif dan materialistis sehingga model gerakan
dakwah Muhammadiyah dilakukan secara simultan dengan majelis terkait untuk
mendesign model gerakan dakwah yang spesifik.

142
Muhammadiyah sebagai gerakan organisasi pembaharuan seharusnya tampil
terdepan mengantarkan masyarakat untuk berperilaku islami dalam dunia bisnis. Oleh
sebab itu, majelis tarjih muhammadiyah berkewajiban membuat suatu peraturan tentang
batas-batas kategori haram dan halalnya suatu produk dan hasil usaha.
Pada dasarnya majelis pembinaan ekonomi membina ekonomi umat lewat tiga
jalur yaitu :
1. Mengembangkan badan usaha milik Muhammadiyah yang mempresantasikan
kekuatan ekonomi organisasi Muhammdiyah
2. Mengambangkan wadah koprasi bagi anggota Muhammdiyah
3. Memberdayakan anggota Muhammdiyah di bidang ekonomi dengan
mengembangkan usaha-usaha milik anggota Muhammadiyah

Dengan mengembangkan ekonomi itu, Muhammadiyah telah memiliki aset atau


sumber daya yang bisa dijadikan modal. Aset pertama adalah sumber daya manusia,
yaitu anggota Muhammadiyah sendiri. Amal usaha Muhammadiyah yang digerakkan,
diawali dengan proses bottom up (warga Muhammadiyah secara pribadi dan simpatis).
Kemudian, mereka secara ikhlas menyerahkan kepada Muhammadiyah untuk dikelola
secara terorganisasi. Amal usaha ini menunjukkan kemajuan yang signifikan. Kedua,
kelembagaan amal usaha yang telah didirikan yaitu berupa sekolah, universitas,
lembaga pelatihan, poliklinik, rumah sakit, dan panti asuhan. Ketiga, organisasi
Muhammadiyah itu sendiri.

Rencana strategis bidang Wakaf, ZIS dan Pemberdayaan Ekonomi adalah


terciptanya kehidupan sosial ekonomi umat yang berkualitas sebagai benteng atas
problematika kemiskinan, keterbelakangan, dan kebodohan pada masyarakat bawah
melalui berbagai program yang dikembangkan Muhammadiyah.

Visi pengembangan dari bidang ekonomi yaitu bangkitnya etos dan kreativitas
ekonomi dalam menguatkan kemandirian muhammmdaiyah sebagai wujud kontribusi
Persyarikatan bagi kebangkitan ekonomi umat dan bangsa. Beberapa program
pengembangannya yaitu mengembangkan cetak biru dan model ekonomi

143
muhammdiyah yang berorientasi pada mobilisasi potensi unit unit amal usaha ekonomi
kreatif kewirausahaan dan pemberdayan ekonnomi kelompok.
Beberapa cara untuk memfasilitasi dalam rangka mengembangkan dalam bidang
ekonomi yaitu dengan cara membentuk unit bisnis, koperasi, BTM, Purcasing Centre,
bisnis online, kedai atau minimarket “Surya Mart”, badan usaha distribusi, dan
melakukan advokasi penerapan dan sosialisasi usaha dan produk lembaga keuangan dan
bisnis syariah, serta pemberdayaan ekonomi mikro kecil dan menengah.100
BTM (Baitul Tamwil Muhammadiyah) yaitu lembaga keuangan mikro yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Tujuan BTM adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
2. Menyediakan pelayanan jasa keuangan bagi anggota dan masyarakat yang sesuai
dengan ajaran Islam.
3. Menjadi gerakan ekonomi rakyat, serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan
tajdid tidak henti-hentinya melontarkan ide-ide pemikiran baru dalam bidang dakwah
yang lebik actual dan mumpuni sejalan dengan ilmu pengetahuan. Bentuk dakwah
tersebut ialah dakwah sosial. Artinya, dakwah melalui amal usaha atau aksi-aksi sosial
yang bersentuhan dengan kehidupan sosial, meliputi bidang dakwah, pendidikan,
ekonomi, kesehatan, dan sosial. Dalam bidang dakwah yaitu mendirikan masjid dan
mushola atau surau. Bidang ekonomi mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
investasi emas aisyah, koperasi dan perkebunan.
F. Rangkuman
Muhammadiyah dalam gerakannya tetap menyeimbangkan ekonomi,
memberi teladan dengan menjalankan bisnis sekaligus berdakwah. Sumber
kekuatan ekonomi Muhammadiyah yaitu anggota muhammadiyah itu sediri
simpatisme dari setiap individunya.

100 Analitika Islamika Program Pascasarjana IAIN Sumatra Utara, Medan.2012.hlm 312

144
Muhammadiyah dengan prinsipnya ““Hidup hidupilah Muhammadiyah dan
jangan mencari hidup di Muhammadiyah” dengan begitu muhammadiyah tetap
berusaha menyeimbangkan berbagai permasalahan dan problematika dalam
percaturan ekonomi. Muhammadiyah juga bekerjasama dengan kelas menengah
dalam pencapaian ekonomi muhammadiyah.
Kegiatan amal usaha Muhammadiyah yang paling menonjol adalah di bidang
pendidikan dan kesehatan yang pada dasarnya telah berkembang menjadi pusat bisnis,
karena dalam pengembangan badan usaha amal itu terjadi suatu proses transaksi jual
beli barang dan jasa. Oleh sebab itu, Muhammadiyah perlu memikirkan secara
profesional gerakan ekonominya sehingga menjadi pusat gerakan pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
Kondisi ekonomi Muhammadiyah cenderung naik, meskipun mengalami pasang
surut itu hal yang wajar. Diantaranya adalah factor konflik horizontal sehingga
diperlukan adanya introspeksi bagi seluruh jajaran Muhammadiyah. Tantangan dalam
diri Muhammadiyah itu sendiri antara lain, yaitu: terlambat atau tidak meningkatkan
kualitas dan intensitas pengelolaan masjid dan amal usaha secra optimal, kurangnya
komitmen, pemahaman dan penghayatan terhadap misi serta kepentingan Persyarikatan.

G. Soal Latihan dan Tugas


1. Darimana saja sumber kekuatan ekonomi Muhammadiyah untuk melangsungkan
organisasinya?
2. Sebutkan tiga yang ditempuh oleh Muhammadiyah dalam upaya memberdayakan
ekonomi masyarakatnya!
3. Jelaskan kondisi pasang surur gerakan ekonomi Muhammadiyah!
4. Bagaimana Model atau Contoh Gerakan Ekonomi Muhammadiyah?
5. Jelaskan tujuan didirikannya BMT!
H. Daftar Pustaka
https://pcimmarfakhruddin.org/pkimmfeb/2019/02/22/kekuatan-gerakan-ekonomi-
muhammadiyah/#

145
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah).

Rohmansyah. Kuliah Kemuhammadiyahan (Yogyakarta: LP3M Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta.2017).

Zuly Qadir. 2008. Islam, Muhammadiyah dan Advokasi Kemiskinan. Vol II:No 1

146

Anda mungkin juga menyukai