A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat mendeskripsikan: Muhammadiyah sebagai gerakan
ekonomi, Kekuatan ekonomi Muhammadiyah, Pasang-surut gerakan ekonomi
Muhammadiyah, Mencari model gerakan ekonomi Muhammadiyah.
B. Sumber Kekuatan Ekonomi Muhammadiyah
Muhammadiyah dalam gerakannya tetap menyeimbangkan ekonomi, memberi
teladan dengan menjalankan bisnis sekaligus berdakwah. Sumber kekuatan ekonomi
Muhammadiyah yaitu anggota muhammadiyah itu sediri simpatisme dari setiap
individunya. Muhammadiyah selalu membawa prinsip amar ma’ruf nahi munkar.
Namun di satu sisi ia tidak lepas dari sektor pembangunan ekonomi sebagai penompang
kokohnya dakwah.
Betapa pentingnya ekonomi dalam suatu gerakan mencapai cita cita, sumber
kekuatan dakwahnya didukung oleh para pelaku ekonomi yang memiliki pengetahuan,
strategi keyakinan dan keimanan, sehingga dapat menyebarkan nilai -nilai kehidupan di
masyarakat. Berbagai relasi yang dimiliki muhammadiyah menjadi satu alasan penting
dalam menguatkan gerakan ekonomi muhammadiyah.
Dengan begini kesejahteraan masyarakat tetap terjaga sebagai nilai, tujuan dan
program perjuangan muhammadiyah. Disini muhammadiyah memberikan kesempatan
kepada lingkungan masyarakat dalam berbagai bentuk bantuan, amal, infaq yang
kemudian akan ditransformasikan kembali kepada warga yang membutuhkan
Muhammadiyah dengan prinsipnya ““Hidup hidupilah Muhammadiyah dan
jangan mencari hidup di Muhammadiyah” dengan begitu muhammadiyah tetap
berusaha menyeimbangkan berbagai permasalahan dan problematika dalam percaturan
ekonomi. Muhammadiyah juga bekerjasama dengan kelas menengah dalam pencapaian
ekonomi muhammadiyah.
Pasang surut ekonomi pun pasti terjadi didalamnya dimana kita selalu membuat
strategi dan usaha yang sesuai mulai dari orang yang berdakwah memiliki pengetahuan
136
dan iman yang kuat, umur, jenis kelamin, yang dimana tataran pendakwah masih sangat
dibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan. Selain itu muhammadiyah juga melihat
potensi ekonomi pada setiap wilayah, daerah, cabang dan ranting muhammadiyah yang
cukup besar tapi belum diperhatikan.96
Untuk mengelola Keuangan dan Kekayaan Muhammadiyah, maka disusun
dalam aturan yaitu:
1. Seluruh keuangan dan kekayaan muhammadiyah, termasuk keuangan dan kekayaan
unsur pembantu pimpinan, amal usaha, dan organisasi otonom pada semua tingkat
secara hukum milik pimpinan pusat.
2. Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan:
a. Pengelolaan keuangan dalam Muhammadiyah diwujudkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja muhammadiyah.
b. Pengelolaan kekayaan muhammadiyah diwujudkan dalam jurnal.
3. Ketentuan tentang keuangan dan kekayaan muhammadiyah ditetapkan oleh
pimpinan pusat.97
C. Muhammadiyah dan Kelas Menengah
96 https://pcimmarfakhruddin.org/pkimmfeb/2019/02/22/kekuatan-gerakan-ekonomi-muhammadiyah/#
97Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah. (Yogyakarta:
Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Hlm: 10 dan 65
137
Terdapat tiga pendekatan yang ditempuh oleh Muhammadiyah dalam upaya
memberdayakan ekonomi masyarakatnya, yaitu:
Gerakan sosial merupakan bagian dakwah dengan bukti nyata yaitu dakwah
yang mengedepankan perilaku yang nyata yang sudah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW ketika mendamaikan dan menyatukan persaudaraan anatara kaum
Muhajirin dengan kaum Anshar. Dakwah sosial ini dapat dilakukan dengan berbagai
pendekatan keilmuan dan kebutuhan masyarakat. Dakwah dalam bidang ekonomi yaitu
pemberdayaan petani, pemberian modal, dan pelatihan ketrampilan khusus.
138
satunya rujukan utama. Inilah sebetulnya menjadikan faktor penyebab secara internal
Muhammadiyah lahir di Indonesia.98
139
Sebagian besar konflik horizontal tersebut diakibatkan oleh ketidaksamaan nilai-nilai
ekonomi yang dianut dan diyakini oleh beberapa elemen pengelola amal usaha yaitu :
1. Karyawan dan manajemen amal usaha
2. Manajemen dan pengurus persyarikatan pendiri amal usaha
3. Pengurus persyarikatan pendiri amal usaha dengan pengurus persyarikatan yang
diatasnya
Apa yang dilakukan Muhammadiyah pada masa Syafi’i Maarif untuk
berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi dengan bersama-sama membentuk koalisi
antar agama untuk antikorupsi merupakan langkah awal yang baik dalam upaya
merumuskan bentuk teologi yang berbijak pada kenyataan realitas masyarakat
Indonesia, seperti juga dilakukan Ahmad Dahlan dahulu yang menafsirkan Al- Maun
dengan tiga kegiatan utama: pendidikan, kesehatan, dan penyantunan orang miskin
(membuat panti anak yatim-piatu) tatkala mendirikan Muhammadiyah. Dengan kata
lain, melakukan transformasi pemahaman keagamaan dari sekadar doktrin-doktrin
sacral dan “kurang berbunyi” secara social menjadi kerjasama atau koperasi untuk
pembebasan manusia. Walaupun banyak kalangan melihat apa yang dilakukan
Muhammadiyah tersebut masih sebatas transformasi pada tingkatan elite dan belum
menyentuh grass root.
Dalam konteks inilah teologi kerja Islam doktrin suci yang melampaui
absolutism teologis yang lebih bercorak standar ganda dan kurang respek dengan
masalah kemiskinan menjadi teologi kerjasama atau (ta’awun ‘ala al-birri wa at-taqwa).
Dengan kata lain, rumusan teologi Islam tidak sebatas memperkuat dimensi
kesalehan individual sebagai bentuk personal piety, melainkan juga digerakkan menjadi
teology kerja yang mencerminkan sebuah konstruksi teologi Islam yang berpihak pada
kaum mustadafin dan berspektif society piety. Adapun indikasi keberhasilan yang
diharapkan dari pengembangan teologi kerja yang melampaui klaim absolutisitas dalam
arti menjembati pemaknaan teologi Islam pada masalah – masalah riil kemanusiaan
seperti kemiskinan adalah bagaimana umat Islam di Indonesia bisa hidup bersama
dalam perbedaan dan keseragaman, bisa bekerjasama dalam mengatasi kemiskinan
140
sebagai wujud kesalehan kaum beriman yang diisyaratkan oleh Teologi Kerja kaum
muslim. 99
Sejajar dengan perkembangan Muhammadiyah yang berkembang pesat, dibalik
itu semua juga menghadapi tantangan dalam diri Muhammadiyah itu sendiri sehingga
diperlukan adanya introspeksi bagi seluruh jajaran Muhammadiyah. Tantangan dalam
diri Muhammadiyah itu sendiri antara lain, yaitu: terlambat atau tidak meningkatkan
kualitas dan intensitas pengelolaan masjid dan amal usaha secra optimal, kurangnya
komitmen, pemahaman dan penghayatan terhadap misi serta kepentingan Persyarikatan.
Dapat dikatakan bahwa bidang ekonomi belum optimal dikelola oleh
Muhammadiyah. Oleh karena itu kekuatan Muhammadiyah belum menjadi kekuatan
besar yang dapat menyaingi kekuatan ekonomi etnis Tionghoa yang telah dikelola
secara profesional.
99 Zuly Qadir. 2008. Islam, Muhammadiyah dan Advokasi Kemiskinan. Vol II:No 1
141
1. Membangun sentra kemandirian ekonomi umat di tingkat ranting dan cabang.
Dengan cara memberdayakan jama’ah yang ada pada tingkat ranting
Muhammadiyah menjadi kelompok swadaya masyarakat yang disebut sebagai
Jama’ah Swadaya Muhammadiyah yang merupakan kerjasama warga
Muhammadiyah dalam menetapkan konsep tolong-menolong di bidang ekonomi
dengan membentuk kelompok usaha bersama, kelompok koperasi atau kelompok
konsumen.
2. Mengembangkan organisasi sekunder dan badan-badan usaha pendukung tingkat
daerah dan wilayah. Untuk memperkuat amal usaha di bidang ekonomi pada tingkat
ranting dan cabang. Maka pada tingkat daerah dan wilayah ditumbuhkan dan
dikembangkan badan-badan usaha sekunder yang dapat berwujud organisasi
sekunder koperasi, Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) dan Lembaga
Pengembangan Swadaya Masyarakat (LPSM)
3. Mengembangkan Infrastruktur Ekonomi, lembaga dan instrumen pendukung di
tingkat pusat. Majelis ekonomi ditingkat pusat bertugas menumbuhkan infrastruktur
ekonomi Muhammadiyah dalam rangka mendukung berbagai kegiatan usaha
ekonomi yang dilancarkan sejak dari tingkat ranting hingga tingkat wilayah.
Muhammadiyah adalah suatu organisasi yang bergerak dalam berbagai bidang,
salah satunya adalah dalam bidang ekonomi. Hal ini dapat terlihat dengan adanya ZIS
(Zakat Infaq dan Sodaqoh). ZIS (Zakat Infaq dan Sodaqoh) berada dibawah bidang
ekonomi yang berguna untuk membantu kesejahteraan kehidupan anggota
Muhammadiyah dan umat. Dengan mengembangkan ekonomi tersebut,
Muhammadiyah telah memiliki asset atau sumber daya yang bisa dijadikan modal
pendanaan dalam menjalankan amal usaha yang lainnya.
Untuk berdakwah amar ma’ruf nahi munka, apabila dilihat pada kecenderungan
manusia modern, peluang yang sangat efektif adalah melalui bidang ekonomi.
Kebutuhan manusia semakin konsumtif dan materialistis sehingga model gerakan
dakwah Muhammadiyah dilakukan secara simultan dengan majelis terkait untuk
mendesign model gerakan dakwah yang spesifik.
142
Muhammadiyah sebagai gerakan organisasi pembaharuan seharusnya tampil
terdepan mengantarkan masyarakat untuk berperilaku islami dalam dunia bisnis. Oleh
sebab itu, majelis tarjih muhammadiyah berkewajiban membuat suatu peraturan tentang
batas-batas kategori haram dan halalnya suatu produk dan hasil usaha.
Pada dasarnya majelis pembinaan ekonomi membina ekonomi umat lewat tiga
jalur yaitu :
1. Mengembangkan badan usaha milik Muhammadiyah yang mempresantasikan
kekuatan ekonomi organisasi Muhammdiyah
2. Mengambangkan wadah koprasi bagi anggota Muhammdiyah
3. Memberdayakan anggota Muhammdiyah di bidang ekonomi dengan
mengembangkan usaha-usaha milik anggota Muhammadiyah
Visi pengembangan dari bidang ekonomi yaitu bangkitnya etos dan kreativitas
ekonomi dalam menguatkan kemandirian muhammmdaiyah sebagai wujud kontribusi
Persyarikatan bagi kebangkitan ekonomi umat dan bangsa. Beberapa program
pengembangannya yaitu mengembangkan cetak biru dan model ekonomi
143
muhammdiyah yang berorientasi pada mobilisasi potensi unit unit amal usaha ekonomi
kreatif kewirausahaan dan pemberdayan ekonnomi kelompok.
Beberapa cara untuk memfasilitasi dalam rangka mengembangkan dalam bidang
ekonomi yaitu dengan cara membentuk unit bisnis, koperasi, BTM, Purcasing Centre,
bisnis online, kedai atau minimarket “Surya Mart”, badan usaha distribusi, dan
melakukan advokasi penerapan dan sosialisasi usaha dan produk lembaga keuangan dan
bisnis syariah, serta pemberdayaan ekonomi mikro kecil dan menengah.100
BTM (Baitul Tamwil Muhammadiyah) yaitu lembaga keuangan mikro yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Tujuan BTM adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya.
2. Menyediakan pelayanan jasa keuangan bagi anggota dan masyarakat yang sesuai
dengan ajaran Islam.
3. Menjadi gerakan ekonomi rakyat, serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan
tajdid tidak henti-hentinya melontarkan ide-ide pemikiran baru dalam bidang dakwah
yang lebik actual dan mumpuni sejalan dengan ilmu pengetahuan. Bentuk dakwah
tersebut ialah dakwah sosial. Artinya, dakwah melalui amal usaha atau aksi-aksi sosial
yang bersentuhan dengan kehidupan sosial, meliputi bidang dakwah, pendidikan,
ekonomi, kesehatan, dan sosial. Dalam bidang dakwah yaitu mendirikan masjid dan
mushola atau surau. Bidang ekonomi mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
investasi emas aisyah, koperasi dan perkebunan.
F. Rangkuman
Muhammadiyah dalam gerakannya tetap menyeimbangkan ekonomi,
memberi teladan dengan menjalankan bisnis sekaligus berdakwah. Sumber
kekuatan ekonomi Muhammadiyah yaitu anggota muhammadiyah itu sediri
simpatisme dari setiap individunya.
100 Analitika Islamika Program Pascasarjana IAIN Sumatra Utara, Medan.2012.hlm 312
144
Muhammadiyah dengan prinsipnya ““Hidup hidupilah Muhammadiyah dan
jangan mencari hidup di Muhammadiyah” dengan begitu muhammadiyah tetap
berusaha menyeimbangkan berbagai permasalahan dan problematika dalam
percaturan ekonomi. Muhammadiyah juga bekerjasama dengan kelas menengah
dalam pencapaian ekonomi muhammadiyah.
Kegiatan amal usaha Muhammadiyah yang paling menonjol adalah di bidang
pendidikan dan kesehatan yang pada dasarnya telah berkembang menjadi pusat bisnis,
karena dalam pengembangan badan usaha amal itu terjadi suatu proses transaksi jual
beli barang dan jasa. Oleh sebab itu, Muhammadiyah perlu memikirkan secara
profesional gerakan ekonominya sehingga menjadi pusat gerakan pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
Kondisi ekonomi Muhammadiyah cenderung naik, meskipun mengalami pasang
surut itu hal yang wajar. Diantaranya adalah factor konflik horizontal sehingga
diperlukan adanya introspeksi bagi seluruh jajaran Muhammadiyah. Tantangan dalam
diri Muhammadiyah itu sendiri antara lain, yaitu: terlambat atau tidak meningkatkan
kualitas dan intensitas pengelolaan masjid dan amal usaha secra optimal, kurangnya
komitmen, pemahaman dan penghayatan terhadap misi serta kepentingan Persyarikatan.
145
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Muhammadiyah. (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah).
Zuly Qadir. 2008. Islam, Muhammadiyah dan Advokasi Kemiskinan. Vol II:No 1
146