SOSIAL-KEMASYARAKATAN
KELOMPOK 5
ERNI FATHYA
HESTI OKTAFIANY
RINIA SURYA NITA
Ciri khas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Muhammadiyah adanya kurikulum
tambahan dalam bidang keislaman
Pada muktamar ke-42 (1990) Yogyakarta kebudayaan mendapatkan porsi perhatian dari
peserta muktamar Meningkatkan perhatian terhadap masalah2 sosial budaya seperti
kesenian, termasuk budaya sosial, kepariwisataan, olahraga dan lainnya
Keputusan Munas Tarjih ke-22 tahun 1995 ditetapkan karya seni hukumnya mubah (boleh) selama
tidak mengarah atau mengakibatkan fasad (kerusakan), dlarar (bahaya), Isyyan (kedurhakaan) dan
da’id ‘anillah (terjauh dari Allah) dimana seni dan budaya harus sejalan dengan etika dan norma-
norma Islam
Muhammadiyah dan Ekonomi
Muktamar Muhammadiyah ke-41 Solo (1985) membentuk Majelis Ekonomi Muhammadiyah untuk
menganggapi masalah ekonomi nasional sebagai pandangan Muhammadiyah
Dalam mengembangkan ekonomi, Muhammadiyah memiliki aset atau sumber daya bisa
dijadikan modal:
• Mendirikan koperasi
• Mendirikan Badan Usaha Milik Muhamamdiyah (BUMN)
• Lembaga keuangan untuk mendukung usaha-usaha ummat yaitu PT Modal Ventura,
BMT, BPR dan lain-lain.
Muhammadiyah dan Politik
pola dasar perjuangan Muhammadiyah dalam berpolitik dengan penjelasan sebagai berikut :
Ghazwul Fikr berasal dari kata “al-ghazw” dan “al-fikr” diartikan sebagai perang pemikiran
Ghazwul Fikr mitos, karena perbedaan pemikiran suatu yg lumrah terjadi yg tidak perlu
dipersoalkan, sehingga terjadinya saling mempengaruhi antara pemikiran yang satu dengan
yang lainnya.
Ghazwul Fikr benar, disebabkan oleh pandangan bahwa pemikiran seseorang tidak lepas
dari pandangan hidupnya.
Pandangan hidup refleksi kehidupan manusia yang bersumber dari kultur, agama,
kepercayaan, filsafat, ras dsb.
Muhammadiyah dan Tantangan Ghazwul Fikr
Benturan peradaban islam dan barat, dapat dilihat Pada tingkatan tertentu Barat
menerima, bahkan menyukai ide-ide atau pemikiran umat islam yang sejalan
dengan pemikiran Barat, dengan begitu dalam pandangan barat umat islam tidak
akan menentang agenda Barat.
Muhammadiyah dan Tantangan Ghazwul Fikr
Islam
Barat
Konsistensi dan komitmen selama ini Muhammadiyah menjadi diterima oleh umat
Konsistensi dalam bidang diniyah ini meniscayakan Muhammadiyah untuk membentengi diri
dari unsur-unsur yang mengotori pemahaman, pemikiran, baik yang bernuasakan TBC (takha-
yyul, bid’ah dan khuffarat).
Muhammadiyah dan Tantangan Ghazwul Fikr
Segala potensi budaya baik budaya lokal maupun budaya global, selama sejalan dan tidak
bertentangan dengan prinsip ajaran Islam pasti diterima, bahkan dikukuhkan sebagai
khazanah budaya Islam.
KESIMPULAN