Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Entrepreneurship yang diampu oleh
Deni Suswanto, M. Pd
disusun oleh:
1155030091
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahNya, sehingga proposal ini dapat tersusun hingga selesai yang berjudul
“Bisnis Kuliner Colenak”
Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya. Dengan
harapan semoga makalaproposalini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca khususnya tentang bisnis yang akan dibahas dalam proposal ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui
tentang potensi industri / bisnis yang ada di sekitar tempat tinggal kita, baik jasa maupun barang
yang memiliki potensi besar di masa depan.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam pembuatan proposal ini. Penulis sangat mengharapkan kritik yang
membangun demi kesempurnaan proposal kami.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat dalam memperluas wawasan
dan cakrawala untuk berfikir bagi penulis dan juga bagi para pembaca lainnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan ringan, camilan, atau kudapan adalah istilah bagi makanan yang bukan
merupakan menu utama (makan pagi, makan siang, atau makan malam). Makanan yang
dianggap makanan ringan merupakan makanan untuk menghilangkan rasa lapar
seseorang sementara waktu, memberi sedikit pasokan tenaga ke tubuh, atau sesuatu yang
dimakan untuk dinikmati rasanya. Dewasa ini, banyak produsen-produsen baru yang
bermunculan yang memproduksi makanan ringan sebagai jualan utamanya. Mengapa
makanan ringan? Selain karena makanan ringan termasuk populer di kalangan
masyarakat, makanan ringan juga mudah dibawa dan didapatkan di mana saja, seperti di
warung-warung kecil hingga minimarket bahkan pasar swalayan sekalipun. Melihat hal
ini, banyak produsen makanan ringan yang mulai memproduksi makanan ringan dengan
berbagai macam variasi dan inovasi yang diterapkan oleh produsen tersebut. Variasi
tersebut bisa muncul dari variasi rasa, variasi bentuk, variasi kemasannya. Inovasi pada
makanan ringan terus meningkat dengan makanan ringan yang mempunyai ciri khas
tersendiri atau unik, rasanya yang lezat dan harga terjangkau yang dapat menarik
konsumen untuk membeli produk-produk itu.
Berbagai makanan atau buah-buahan memang bisa dijadikan sebagai bahan dalam
memproduksi sebuah cemilan. Pengolahan lah yang menjadi pembeda. Contohnya
cokelat. Cokelat bisa dijadikan sebagai kudapan, seperti cokelat kemasan, kue bolu,
bahkan hingga minuman. Berbagai macam buah juga seringkali menjadi bahan pokok
dari pembuatan makanan ringan, salah satunya pisang. Pisang cukup populer di dunia
makanan ringan. Dari pisang, kita bisa menjumpai makanan pisang keju, molen, pisang
ijo, pisang bakar, dan lainnya. Pisang memiliki nilai energi dua kali lipat lebih banyak
dari apel, sehingga pisang merupakan bahan yang cukup bergizi di samping rasanya yang
lezat. Pisang merupakan buah yang mudah didapatkan karena selalu tersedia sepanjang
tahun di Indonesia. Hal itu lah yang menjadikan pisang sebagai buah yang digolongkan
sangat familiar dengan masyarakat Indonesia, setidaknya semua orang dari semua
kalangan usia pernah mencobanya. Dari latar belakang itu lah penulis mencoba
mengkombinasikan pisang dengan colenak. Colenak atau dikenal juga sebagai tape bakar
adalah nama yang diberikan pada kudapan yang dibuat dari peuyeum (tapai singkong)
yang dibakar dan disantap dengan dicocolkan pada gula Jawa cair yang dicampur dengan
serutan kelapa. Colenak berasal dari Bandung yang pertama kali dipopulerkan oleh Aki
Murdi pada tahun 1930. Penamaan makanan ini merupakan lakuran dari kata dalam
bahasa Sunda, dicocol enak. Dalam teknik memasaknya, kandungan gula dalam tapai
membuat tapai tersebut mudah gosong.
Colenak merupakan makanan khas Bandung, salah satu tempat menjualnya adalah
Colenak Aki Murdi di Jalan Ahmad Yani, Bandung. Selain, itu terdapat dua cabang
lainnya yang terdapat di wilayah Bandung Timur dan Bandung Selatan. Setelah sempat
hanya menyajikan rasa original, ditambahlah variasi rasa yaitu rasa durian dan rasa
nangka. Berdasarkan hal itu pula lah yang membuat penulis ingin mencoba membuat
colenak dengan variasi rasa pisang.
Mengapa pisang? Pisang memiliki nilai energi sekitar 136 kalori untuk setiap 100
gram yang secara keseluruhan berasal dari karbohidrat. Namun, kandungan protein dan
lemak pisang ternyata kurang bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dan 0,13
persen. Meski demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel
yang hanya 0,3 persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengonsumsi
pisang dalam jumlah banyak.
BAB II
PROFIL USAHA
1. Jenis Usaha
Seperti yang sudah dipaparkan, usaha ini bergerak di bidang makanan, yaitu
colenak. Nama dari produk colenak variasi pisang ini rencananya yaitu “Colenak
Pita.” Nama itu berasal dari colenak sebagai makanan yang dijual, serta pita yang
merupakan singkata dari pisang tape, sesuai dengan rasa dan bahan makanan. Penulis
memilih tempat usaha di Gang Kujang Jalan A. H. Nasution, Cipadung, Cibiru,
Bandung. Tempat tersebut juga merupakan kediaman dari penulis. Lokasinya cukup
strategis, karena dekat dekat pusat pendidikan seperti kampus UIN Sunang Gunung
Djati Bandung dan MTs Kifayatul Achyar.
4. Aspek Produksi
a. Jenis Alat yang Digunakan
Peralatan Kuantitas
Alat Panggang 2
Tabung Gas 1
Kompor Gas 1
Pisau 2
Pencapit 2
Piring Besar 3
Talenan 1
Mangkuk Besar 1
Piring Kecil 3
Sendok dan Garpu Kecil 3
b. Bahan Baku
Jenis Bahan Kuantitas
Pisang Tanduk 3 tandu
Tape Bandung 4 kg
Susu Cair 4 kaleng
Kacang Tanah 1 kg
Roti Tawar 6 bungkus
Mentega 1 kg
Gula Merah 3 kg
c. Analisis Produksi
1) Proses Produksi
2) Proses Pemasaran
3) Proses Penjualan
Ketiga proses itu dimulai dari pembelian bahan baku untuk pembuatan produk
hingga pengolahan menjadi bahan jadi. Selanjutnya, produk dikemas semenarik
mungkin. Pemasaran bisa dilakukan dengan penyebaran brosur atau secara daring.
Proses penjualan akan dilakukan langsung kepada konsumen tanpa ada pihak
kedua atau reseller.
BAB III
ASPEK PEMASARAN
BAB IV
PENGELUARAN DAN PEMASUKKAN
1. Biaya Produksi
a. Bahan Baku
b. Bahan Pendukung
c. Strategi Harga
Untuk sementara, belum ada variasi dari Colenak Pita ini. Baru tersedia satu rasa
yaitu original pisang dengan tape, gula merah, dan kacang. Harga yang ditetapkan
yaitu Rp 7.500,-. Harga tersebut adalah harga yang bersaing di usaha sejenis.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Usaha di bidang kuliner memang menjanjikan karena tidak pernah ada habisnya.
Selalu saja setidaknya muncul suatu kuliner baru tiap bulannya. Hal ini dikarenakan
kreatifitas dari masyarakat yang tinggi. Walaupun terdapat produk yang sama di
pasaran, tetap saja selalu ada pembedanya. Usaha kuliner colenak sendiri saat ini sulit
dijumpai karena bisa dibilang colenak itu merupakan makanan tempo dulu. Bahkan
beberapa orang yang berdomisili di Bandung saja pun belum tentu mengetahuinya.
Dengan memasarkan produk colenak, diharapkan masyarakat dapat mengenal kembali
salah satu makanan yang pernah eksis pada zamannya. Jika saja masyarakat mengetahui
fakta bahwa colenak merupakan salah satu sajian utama para tamu di Konferensi Asia
Afrika tahun 1955 silam, mungkin akan kejayaan colenak akan kembali ke permukaan,
tidak hanya di dalam negeri, namun di mancanegara.