Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Ananda (C0122426)
Irawati (C0122149)
Sulaeman (C0122519)
PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
penulis dapat menyusun makalah tentang " Manusia Makhluk Multidimensial " dengan
sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah wawasan social budaya. Dalam penyusunan
makalah ini saya menjumpai hambatan, namun berkat dukungan materil dari berbagai
pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik.
Segala sesuatu yang salah datangnya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari TuhanYang Maha Esa,
meski begitu tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi perbaikan pada
tugas selanjutnya. Harapan saya semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi saya dan
bagi pembaca lain pada umumnya.
Penulis
1 DAFTAR ISI
MAKALAH..................................................................................................................................0
KATA PENGANTAR..................................................................................................................0
DAFTAR ISI.................................................................................................................................1
BAB I.............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
A. Manusia Sebagai Makhluk Multidimensi...........................................................................4
B. Hakikat Manusia.................................................................................................................6
C. Perlunya Pemahaman terhadap Manusia dan Gambaran Paradoksal tentang Manusia.......7
D. Multidimensionalitas Kebudayaan......................................................................................9
BAB III........................................................................................................................................10
PENUTUP...................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................11
2 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur
dan fungsi yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan makhluk Tuhan lainnya.
Manusia juga diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran
dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia
disebut sebagai makhluk yang unik, yang memiliki kemampuan sosial sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Di sisi lain, Karena manusia adalah makhluk
sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini,
baik dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial budaya. Terutama dalam
konteks sosial budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling
berkolaborasi dan berkomunkasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial
satu dengan lainnya.
Antara dua orang atau lebih Komunikasi juga dapat dikatakan sebagai sebuah
tindakan untuk berbagi informasi, gagasan atau pendapat dari setiap partisipan
komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak
komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks,antara lain adalah
dalam lingkup organisasi (organizational communication). Dalam konteks
organisasi, pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi di
dalamnya.
1.3 Tujuan
Beberapa rumusan masalah yang didapat terdapat beberapa tujuan yang dicapai
yaitu bagi :
PEMBAHASAN
A. Manusia Sebagai Makhluk Multidimensi
Manusia sebagai makhluk multidimensi menunjukan bahwa manusia memiliki
kekayaan dimensi yang luar biasa untuk dipelajari. Kekayaan manusia dalam
dimensi-dimensinya menjadi kajian berbagai ilmu untuk menemukan, mengakui,
merumuskan, menganalisis dan akhirnya ilmu-ilmu berusaha untuk menyelesaikan
sejumlah problematika manusia yang secara eksistensial merupakan makhluk
problematika atau makhluk penuh persoalan dan masalah. Sejumlah problematika
manusia mengakibatkan manusia yang hidup di lima benua ini memiliki sejarah,
tampilan lahiriah (esensi), tingkatan ekonomi, pendidikan, daerah, sosial, politik,
idiologi, biologis, dan seterusnya yang berbeda dan khas.
Dalam bagian ini akan dijelaskan kajian sejumlah ilmu tentang manusia sebagai
bagian yang amat penting untuk dicermati dan ditelaah agar mempermudahkan
seorang pendidik atau pendamping untuk melakukan analisis dan bimbingan.
1. Dimensi keindividualan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagaman
1. Dimensi Keindividualan
Kesanggupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan ciri yang sangat
esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat sifat sebagaimana di
gambarkan di atas secara potensial telah di miliki sejak lahir perlu ditumbuh
kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina,
melalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang
memungkinkan terbentuknya suatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk
semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai
milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk
5 membentuk kepripadiannya atau menemukan kediriannya sendiri. Pola pendidikan
yang bersifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan
berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang
menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter) dalam
hubungan ini disebut pendidikan yang patologis.
2. Dimensi kesosialan
Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat
saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkandung untuk saling
memberi dan menerima.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampat lebih jelas pada dorongan
untuk bergaul. Dengan adanya dorogan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu
dengan sesamanya.
3. Dimensi kesusilaan
Susila berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi.
Akan tetapi di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat
yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan
terselubung. Karena itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering
digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket
(persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan
diartikan mencakup etika dan etiket.
4. Dimensi Keberagaman
B. Hakikat Manusia
Banyaknya definisi tentang manusia, membuktikan bahwa manusia adalah
makhluk multidimensional, manusia memiliki banyak wajah (Dardiri, 2010).
Berdasarkan fakta tersebut, maka Piedade (1986) mencoba membuat polarisasi
pemikiran tentang manusia, yaitu pola pemikiran biologis, pola pemikiran
psikologis, dan pola pemikiran sosial-budaya.
Menurut pola pemikiran ini, manusia dan kemampuan kreatifnya dikaji dari
struktur fisiologisnya. Salah satu tokoh dalam pola ini adalah Portmann yang
berpendapat bahwa kehidupan manusia merupakan sesuatu yang bersifat sui generis
meskipun terdapat kesamaan-kesamaan tertentu dengan kehidupan hewan atau
binatang. Dia menekankan aktivitas manusia yang khas, yakni bahasa, posisi vertikal
tubuh, dan ritme pertumbuhannya. Semua sifat ini timbul dari kerja sama antara
proses keturunan dan proses sosial-budaya. Aspek individualitas manusia bersama
sifat sosialnya membentuk keterbukaan manusia yang berbeda dengan ketertutupan
dan pembatasan deterministis binatang oleh lingkungannya. Manusia tidak
membiarkan dirinya ditentukan oleh alam lingkungannya. Menurut pola ini, manusia
dipahami dari sisi internalitas, yaitu manusia sebagai pusat kegiatan internal yang
menggunakan bentuk lahiriah tubuhnya untuk mengekspresikan diri dalam
komunikasi dengan sesamanya.
Pengalaman purba itu dapat direduksi lagi. Dengan demikian, meskipun orang
menciptakan dan mengembangkan lingkup kebudayaan nasionalnya, kemungkinan-
kemungkinan pelaksanaan dan pengembangannya sudah ditentukan, karena
semuanya itu sudah terkandung dalam warisan ras. Tokoh lain yang dapat
dimasukkan dalam pola ini adalah Ernst Cassirer yang merumuskan manusia sebagai
animal symbolicum, makhluk yang pandai menggunakan simbol.
Manusia selalu hidup dalam relasi dengan sesamanya. Bahkan kesempurnaan diri
dan tujuan akhirnya ("kebahagiaan" menurut Aristoteles 2) hanya bisa dicapai dalam
relasinya dengan sesama. Atau dalam bahasa eksistensialnya dikatakan sebagai "aku
menjadi aku karena kamu."
Inilah salah satu sisi paradoks manusia. Ia terbatas (oleh raganya, misalnya)
namun selalu berpikir akan ketidakterbatasan. Contoh lainnya adalah bahwa manusia
cenderung tertutup karena hanya dialah yang mengerti apa yang ada dalam dirinya.
Namun, ia juga selalu berusaha untuk terbuka dan melampaui dirinya, bahkan ingin
mengetahui diri yang lain. Ia memiliki hak asasi, namun pada saat yang sama hak
asasinya terbatas oleh hak asasi orang lain. Manusia adalah mahkluk rohani yang
dapat membangun hubungan rohaniah dengan Tuhannya. Namun, ia juga mahkluk
jasmaniah yang memerlukan dan melakukan pengalaman indrawi.
Dalam dunia kerja, kita bisa menggunakan pemahaman paradoksal ini untuk
melihat berbagai gejala. Misalnya, dalam bisnis selalu ada cost dan revenue, ada
high-pressure times dan refreshment times, ada peak season dan low season, ada
pemimpin dan bawahan (bahkan pemimpin tersebut bisa jadi adalah bawahan dari
pemimpin yang lebih tinggi lagi), dan seterusnya.
Pemahaman atas dua sisi yang bertentangan semacam ini dibutuhkan bagi siapa
saja; terutama bagi orang yang ingin mengalami keseimbangan. Mereka yang tidak
ingin masuk ke salah satu ekstrim harus mampu melihat realitas paradoksal dalam
diri manusia dan dalam pekerjaannya secara seimbang. Celakanya, ketika manusia
masuk ke salah satu ekstrim, ia cenderung menjadi membabi buta dan tidak dapat
melihat indah realitas yang beragam.
Apa yang ditulis di sini sebenarnya sudah terangkum juga dalam kebijaksanaan
khas budaya Timur yakni Ying dan Yang. Ada hitam dan putih dalam satu kesatuan
lingkaran. Hitam dan putih berbagi tempat dan mengambil bentuk yang adil karena
mereka selalu menawarkan keseimbangan tanpa harus menjadi sama.
9
D. Multidimensionalitas Kebudayaan
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi
karena kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang
telah dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal
budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat
demi kesempurnaan hidupnya. Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia
terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia berbeda dengan binatang, bukan saja
dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang.
10 BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekayaan manusia dalam dimensi-dimensinya menjadi kajian berbagai ilmu
untuk menemukan, mengakui, merumuskan, menganalisis dan akhirnya ilmu-ilmu
berusaha untuk menyelesaikan sejumlah problematika manusia yang secara
eksistensial merupakan makhluk problematika atau makhluk penuh persoalan dan
masalah.
Salah satu elemen yang paradoks dari manusia adalah keberadaannya sebagai
makhluk individu yang unik (persona) dan juga sekaligus makhluk sosial yang selalu
hidup dalam relasi dengan sesamanya sebagai sebuah komunitas.Manusia adalah
makhluk independen yang mengungkapkan keberadaannya sebagai individu yang
unik dan bebas, namun di sisi lain keberadaannya sebagai pribadi yang unik dan
bebas itu juga terperangkap dalam relasinya dengansesama.
B. Saran
Untuk mencapai hubungan yang lebih baik dan maju dalam masyarakat
hendaknya setiap anggota masyarakat yang ada berusaha menghilangkan dan
menguragi rasa berbeda serta mencurigai terhadap orang lain dengan cara memupuk
rasa persatuan dan keharmonisan. Setiap sarana dan prasarana yang sudah diberikan
oleh pemerintah hendaknya dijadikan sebagai rasa pemersatu antara penduduk tidak
ada yang membeda-bedakan. Saling menghormati terhadap etnis lain atau orang lain
merupakan sikap yang harus selalu dikebangkan dan menyadari bahwa setiap
penduduk yang ada di Pulau Tello adalah orang Indonesia juga tidak ada perbedaan
antara lainnya.
11 DAFTAR PUSTAKA
http://scholar.unand.ac.id/47911/4/BAB%20V.pdf
https://www.slideshare.net/andrewyapvito/manusia-makhluk-multidimensi
https://repository.unikom.ac.id/34337/1/Manusia%20Sebagai%Makhluk
%20Sosial1%20dan%20 Budaya%20%281%29.pdf