Anda di halaman 1dari 20

GEOPOLITIK INDONESIA

NAMA : HERLINA

NIM : 211030690041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA HUSADA

TANGERANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….

A. Latar Belakang………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………...

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………....................

A. Pengertian Geopolitik ………………………………………………………………..


B. Penjelasan Teori Geopolitik Menurut Para ahli……………………………………
C. Penjelasan Unsur Geopolitik Indonesia……………………………………………..
D. Wawasan Nusantara Sebagai Landasan Geopilitik………………………………..
E. Wawasan Kekuatan Geopolitik……………………………………………………..
F. Perkembangan Geopolitik Pra, Masa, dan Pasca Perang Dunia II……………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan judul “GEOPOLITIK INDONESIA”

Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang Geopolitik Indonesia.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya
dan bagi saya khususnya.

Ciputat, 20 September 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara bagaikan suatu organisme. Ia tidak bisa hidup sendiri.
Keberlangsungan hidupnya ikut dipengaruhi oleh negara-negara lain, terutama
Negara-negara tetangga atau negara yang berada dalam satu kawasan dengannya.
Untuk itulah diperlukan satu sistem perpolitikan yang mengatur hubungan antar
negara-negara yang letaknya berdekatan diatas permukaan bumi ini. Sistem politik
tersebut dinamakan Geopolitik yang mutlak dimiliki dan diterapkan oleh setiap
Negara di sekitanya tak terkecuali Indonesia. Indonesia pun harus memiliki sistem
Geopolitik yang cocok diterapkan dengan kondisi kepulauannya yang unik dan letak
geografis negara Indonesia diatas permukaan planet bumi.
Geopolitik Indonesia tiada lain adalah wawasan nusantara. Wawasan
nusantara tidak mengandung unsur-unsur kekerasan, cara pandang bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi pancasila
dan UUD 1945 yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat,
dan bermartabat serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaanya dalam
mencapai tujuan nasional. Wawasan nusantara juga sering dimaknai sebagai cara
pandang, cara memahami, cara menghayati, cara bertindak, berfikir dan bertingkah
laku bagi bangsa Indonesia sebagai hasil interaksi proses psikologis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan pengertian geopolitik
2. Menjelaskan teori-teori geopolitik menurut para ahli
3. Menjelaskan unsur geopolitik Indonesia
4. Menjelaskan wawasan nusantara sebagai landasan geopolitik
5. Menjelaskan wawasan kekuatan Geopilitik
6. Menjelaskan Perkembangan Geopolitik Pra, Masa, dan Pasca Perang Dunia II
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa
pada umumnya mampu memahami tentang geopolitik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GEOPOLITIK
Geopolitik, dari bahasa Yunani Γη (bumi) dan Πολιτική (politik), secara luas
merujuk pada hubungan antara politik dan teritori dalam skala lokal atau
internasional. Geopolitik mencakup praktik analisis, prasyarat, perkiraan, dan
pemakaian kekuatan politik terhadap suatu wilayah. Secara spesifik, geopolitik
merupakan metode analisis kebijakan luar negeri yang berupaya memahami,
menjelaskan, dan memperkirakan perilaku politik internasional dalam variabel
geografi. Variabel geografi tersebut umumnya mengarah pada: lokasi geografis
negara atau negara yang dipertanyakan, ukuran negara yang terlibat, iklim wilayah
tempat negara tersebut berada, topografi wilayah, demografi, sumber daya alam, dan
perkembangan teknologi. Secara tradisional, istilah ini lebih digunakan pada dampak
geografi terhadap politik, namun pemakaiannya telah berubah dalam satu abad
terakhir untuk mencakup konotasi yang lebih luas.
Geopolitik secara tradisional menunjukkan hubungan antara kekuatan politik
dan ruang geografis. Dalam artian konkret, geopolitik sering dilihat sebagai pemikiran
yang mempelajari prasyarat strategis berdasarkan kepentingan relatif kekuatan daratan
dan laut dalam sejarah dunia. Tradisi geopolitik secara konsisten mempelajari korelasi
kekuatan geopolitik dalam politik dunia, identifikasi wilayah inti internasional, dan
hubungan antara kemampuan laut dan darat.
Secara akademik, studi geopolitik mencakup analisis geografi, sejarah, dan
ilmu sosial dengan mengacu pada politik ruang dan pola-polanya dalam berbagai
skala. Geopolitik memiliki cakupan multidisipliner, dan meliputi segala aspek ilmu
sosial dengan penekanan tertentu terhadap geografi politik, hubungan internasional,
aspek teritorial ilmu politik, dan hukum internasional.Selain itu, studi geopolitik
meliputi studi hubungan bersama antara kepentingan aktor politik internasional,
kepentingan yang terfokus pada wilayah, ruang, elemen geografis, hubungan yang
menciptakan sistem geopolitik.
B. PENJELASAN TEORI GEOPOLITIK MENURUT PARA AHLI
1. Pandangan Ajaran Frederich Ratze
Pada abad ke-19 Frederich Ratzel merumuskan untuk pertama kalinya Ilmu
Bumi Politik sebagai hasil penelitiannyayang ilmiah dan universal.Pokok-pokok
ajaran Frederich Ratzel adalah:
 Dalam hal-hal tertentu pertumbuhan Negara dapat dianalogikan dengan
pertumbuhan organism yang memerlukan ruang lingkup, melalui proses lahir,
tumbuh, berkembang, mempertahankan hidup, menyusut dan mati.
 Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik
dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut,makin besar
kemungkinan kelompok politik itu tumbuh.
 Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas
dari hukum alam.Hanya bangsa yang unggul saja yang dapat bertahan hidup
terus dan langgeng.
 Semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar kebutuhannya akan
sumber daya alam. Apabila wilayah hidup tidak mendukung bangsa tersebut
akan mencari pemenuhan kebutuhan kekayaan alam diluar wilayahnya
(ekspansi).
 Hal ini melegitimasikan hukum ekspansi yaitu perkembangan atau dinamika
budaya dalam bentuk gagasan,kegiatan(ekonomi,perdagangan, perindustrian)
harus diimbangi oleh pemekaran wilayah,batas-batas suatu Negara pada
hakikatnya bersifat sementara. Apabila ruang hidup Negara sudah tidak dapat
memenuhi keperluan, ruang itu dapat diperluas dengan mengubah batas-batas
Negara baik secara damai maupun melalui jalan kekerasan atau perang.
Ilmu bumi politik berdasarkan ajaran Ratzel tersebut justru menimbulkan dua
aliran, dimana yang satu berfokus pada kekuatan di darat, sementara yang lainnya
berfokus pada kekuatan di laut. Ratzel melihat adanya persaingan antara kedua aliran
itu,sehingga ia mengemukakan pemikiran yang baru,yaitu dasar-dasar suprastruktur
geopolitik kekuatan total/ menyeluruh suatu negara harus mampu mewadahi
pertumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya. Pemikiran Ratzel menyatakan
bahwa ada kaitan antara struktur atau kekuatan politik serta geografi dan tuntutan
perkembangan atau pertumbuhan Negara yang dianalogikan dengan organisme.
2. Pandangan Ajaran Rudolf Kjellen
Kjellen melanjutkan ajaran Ratzel tentang teori organisme. Kjellen
menegaskan bahwa Negara adalah suatu organisme yang dianggap sebagai “prinsip
dasar”. Pokok ajaran Kjellen adalah :
 Negara merupakan satuan biologis, suatu organisme hidup yang memiliki
intelektual. Negara di mungkinkan untuk memperoleh ruang yang cukup luas
agar kemampuan dan kekuatan rakyatnya dapat berkembang secara bebas.
 Negara merupakan suatu system politik/pemerintahan yang meliputi bidang-
bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, sosial politik dan politik
memerintah.
 Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar. Ia harus mampu
berswasembada serta memanfaatkan kemajuan kebudayaan dan teknologi
untuk meningkatkan kekuatan nasionalnya: ke dalam, untuk memperoleh
batas-batas Negara yang lebih baik. Sementara itu, kekuasaan imperium
kontinental dapat mengontrol kekuatan di laut.

3. Pandangan Ajaran Karl Haushofer


Pandangan Karl Haushofer berkembang di Jerman ketika Negara ini berada di
bawah kekuasaan Adolf Hitler. Pandangan ini juga dikembangkan di Jepang dalam
ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan fasisme. Pokok-
pokok teori Haushofer pada dasarnya menganut ajaran Kjellen,yaitu:
 Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat mengajar kekuasaan
imperium maritim untuk menguasai pengawasan di laut.
 Beberapa Negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai
Eropa,Afrika, Asia Barat (Jerman dan Italia) serta Jepang di Asia Timur Raya.
 Rumusan ajaran Haushofer lainnya adalah sebagai berikut: Geopolitik adalah
doktrin Negara yang menitikberatkan soal-soal strategi perbatasan. Ruang
hidup bangsa dan tekanan-tekanan kekuasaan dan social yang rasial
mengharuskan pembagian baru kekayaan alam di dunia. Pokok-pokok teori
Karl Haushofer pada dasarnya menganut teori Rudolf Kjellen dan bersifat
ekspansif.
4. Pandangan Ajaran Sir Halford Mackinder
Teori ahli geopolitik ini pada dasarnya menganut “konsep kekuatan” dan
mencetuskan wawasan benua, yaitu konsep kekuatan di darat. Ajarannya menyatakan
barang siapa dapat menguasai “Daerah Jantung” yaitu Eurasia (Eropa dan Asia) ia
akan dapat menguasai “Pulau Dunia” yaitu Eropa, Asia, dan Afrika. Selanjutnya
barang siapa dapat menguasai pulau dunia akhirnya dapat menguasai dunia.

5. Pandangan Ajaran Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan


Kedua ahli ini mempunyai gagasan “Wawasan Bahari” yaitu kekuatan di
lautan. Ajarannya mengatakan bahwa barang siapa menguasai lautan akan menguasai
“perdagangan”. Menguasai perdagangan berarti menguasai “Kekayaan Dunia”
sehingga pada akhirnya menguasai dunia.

6. Pandangan Ajaran W.Mitchel, A.Saversky, Giulio Douhet, dan John Frederik


Charles Fuller.
Keempat ahli geopolitik ini berpendapat bahwa kekuatan di udara justru yang
paling menentukan. Mereka melahirkan teori “Wawasan Dirgantara” yaitu konsep
kekuatan di udara. Kekuatan di udara hendaknya mempunyai daya yang dapat
diandalkan untuk menangkis ancaman dan melumpuhkan kekuatan lawan dengan
menghancurkannya dikandangnya sendiri agar lawan tidak mampu lagi menyerang.

7. Ajaran Nicholas J. Spykman


Ajaran ini menghasilkan teori yang dinamakan teori Daerah Batas (rimland)
yaitu teori wawasan kombinasi yang menggabungkan kekuatan darat, laut dan udara.
Dalam pelaksanaanya, teori ini disesuaikan dengan keperluan dan kondisi suatu
negara.
C. PENJELASAN UNSUR GEOPOLITIK INDONESIA
Berikut ini terdapat beberapa unsur-unsur geopolitik, terdiri atas:

 Wadah (Contour)
Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara meliputi seluruh wilayah
Indonesia yang memiliki sifat nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta
keanekaragaman budaya. Bangsa Indonesia memiliki organisasi kenegaraan yang
merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud suprastruktur politik
dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai kelembagaan dalam
wujud infrastruktur politik.

 Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai aspirasi yang
berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan nasional seperti tersebut di
atas bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan nasional yang berupa politik, ekonomi, social, dan budaya serta pertahanan
dan keamanan. Isi menyangkut dua hal, pertama realisasi aspirasi bangsa sebagai
kesepakatan bersama (konsensus nasional) dan perwujudannya, pencapaian cita-cita
dan tujuan nasional , kedua persatuan dan kesatuan dalam ke-bhineka-an yang
meliputi semua aspek kehidupan nasional.

 Tata laku (conduct)


Hasil dari interaksi antara sebuah wadah dengan isi maka akan menghasilkan sebuah
tata laku yang terdiri dari tata laku batiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan
mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.Sedangkan tata laku lahiriah yaitu
tercermin dalam tidakan, perbuatan dan perilaku dari bangsa Indonesia. Kedua tata
laku tersebut akan mencerminkan identitas jati diri/kepribadian bangsa berdasarkan
asas kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap
bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam
semua aspek kehidupan nasional.
D. WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI LANDASAN GEOPOLITIK
Ditinjau dari tataran pemikiran/ konsepsi yang berlaku di Indonesia wawasan
nusantara adalah geopolitik Indonesia yang merupakan pra-syarat bagi terwujudnya
cita-cita nasional yang tertuang dalam UUD 1945 dan Pancasila. Konfigurasi
Indonesia adalah unik dengan ciri-ciri demografi,anthropologi, meteorology dan latar
belakang sejarah yang memberi peluang munculnya desintegrasi bangsa. Tidaklah
mengherankan apabila para pendiri Republik sejak dini telah meletakkan dasar-dasar
geopolitik Indonesia yaitu melalui ikrar sumpah pemuda, dimana amanatnya adalah
satu nusa,yang berarti keutuhan ruang nusantara;satu bangsa yang merupakan
landasan kebangsaan Indonesia; satu bahasa yang merupakan faktor pemersatu
seluruh ruang nusantara bersama isinya.
Kebangsaan Indonesia terdiri dari 3 unsur geopolitik yaitu:
1. Rasa Kebangsaan
2. Paham Kebangsaan
3. Semangat Kebangsaan
Ketiga-tiganya menyatu secara utuh menjadi jiwa bangsa Indonesia dan
sekaligus pendorong tercapainya cita-cita proklamasi. Rasa kebangsaan adalah
suplimasi dari sumpah pemuda dan menyatukan tekad menjadi bangsa yang
kuat,dihormati dan disegani diantara bangsa-bangsa di dunia ini. Paham kebangsaan
yang merupakan pengertian yang mendalam tentang apa dan bagaimana bangsa itu
serta bagaimana mewujudkan masa depannya. Ia merupakan intisari dari visi warga
bangsa tentang kemana bangsa ini harus di bawa ke masa depan dalam suasana
lingkungan yang semakin menantang.
Secara formal paham kebangsaan dapt dibina melalui proses pendidikan dan
pengajaran dalam bentuk materi ajaran misalnya wawasan nusantara, ketahanan
nasional, doktrin dan strategi pembangunan nasional,sejarah dan budaya bangsa.
Untuk itu para perancang materi pengajaran harus benar-benar memiliki visi dan
pengetahuan tentang kebangsaan serta kaitannya dengan kepentigan geopolitik.
Semangat kebangsaan atau nasionalisme merupakan produk akhir dari sinergi rasa
kebangsaan dengan paham kebangsaan. Banyak pakar yang berpendapat bahwa
konsepsi tentang rasa kebangsaan tau wawasan kebangsaan secara keseluruhan sudah
usang dan ketinggalan zaman.
Dengan demikian bahwa geopolitik hanya akan efektif apabila dilandasi
oleh wawasan kebangsaan yang mantap, karena tanpa itu ia tidak lebih hanya
permainan politik semata, sebab wawasan kebangsaan akan membuat ikrar satu
bangsa terwujud dan bangsa yang satu dapat mewujudkan satu nusa dengan berbekal
landasan satu bahasa. Oleh karena adanya amanat yang demikian itulah, maka
wawasan nusantara secara ilmiah dirumuskan dalam bentuk konsepsi tentang
kesatuan yang meliputi:
1. Kesatuan Politik
Kesatuan politik disadari pentingnya dari adanya kebutuhan untuk
mewujudkan pulau-pulau di wilayah nusantara menjadi satu entity yang utuh sebagai
tanah air. Ini berarti bahwa tidak ada lagi laut bebas diantara pulau-pulau tersebut,
sehingga laut diantara pulau-pulau itu berubah dari pemisah menjadi pemersatu tanah
air nusantara.
2. Kesatuan Ekonomi
Kegiatan ekonomi memerlukan ruang gerak dan ini dapat disediakan melalui
proses demokratisasi. Akan tetapi demokrasi tidaklah berarti berbuat sesuai aturannya
sendiri-sendiri akan tetapi perlu taat pada koridor yang telah disepakati bersama.
Setelah kegiatan ekonomi diberikan ruang gerak yang cukup maka perlu dijaga
kesatuaanya diseluruh wilayah negara, antara lain berlakunya satu mata uang tunggal
yaitu rupiah. Pada saat krisis ekonomi memuncak dan nilai tukar rupiah sangat labil,
maka mencairlah kesatuan ekonomi karena untuk sementara para pelaku ekonomi
bertransaksi dengan dollar AS.
3. Kesatuan Sosial Budaya.
Bangsa Indonesia sesungguhnya mewujudkan atas dasar kesepakatan bukan
atas dasar sejarah atau geografi. Dalam BPUPKI terjadi perdebatan antara para tokoh
pendiri Republik ini tentang apa itu bangsa Indonesia dan apa itu wilayah Negara
Indonesia.
Kesatuan sosial budaya sesungguhnya merupakan sublimasi dari rasa
paham dan semangat kebangsaan. Tanpa memandang suku, ras, dan agama serta asal
keturunan, perasaan perasaan satu dimungkinkan untuk dibentuk asal sama-sama
mengacu pada wawasan kebangsaan Indonesia sebagaimana isi dan makna sumpah
pemuda.
4. Kesatuan Hankam.
Makna utama dari kesatuan hukum adalah bahwa masalah bidang hankam,
khususnya keamanan dan pembelaan negara adalah tanggung jawab bersama. Atas
dasar itulah sistem Hankamrata memiliki 3 ciri utama yaitu:
 Orientasinya pada rakyat, karena memang diperuntukkan terciptanya rasa
aman dan keamanan rakyat.
 Pelibatannya secara semesta, yang maknanya adalah bahwa setiap warga dan
setiap fasilitas dapat dilibatkan di dalam upaya Hankam
 Digelarnya di wilayah nusantara secara kewilayahan, yang maknanya tiap unit
wilayah harus di upayakan agar dapat menggalang ketahanan masing-masing.
Secara geopolitik kesatuan hankam bermakna bahwa di dalam negeri
hanya ada TNI dan Polri sebagai satuan pengamanan bersenjata yang berarti tidak
diperbolehkan ada satuan bersenjata di luat itu. Karena itulah maka pemilikan senjata
api dilarang kecuali mendapat azin dari Polri untuk digunakan bagi kepentingan
khusus. Pegawai pemerintah dengan tugas khusus juga dipersenjatai sebagai sarana
self defense mengingat bidang tugasnya yang membawa konsekuensi keamanan bagi
dirinya
E. WAWASAN KEKUATAN GEOPOLITIK
Sehubungan dengan konsep geopolitik sebagai suatu wawasan, yang
berintikan pada kekuatan, maka pelu juga diketahui beberapa konsep tentang
kekuatan. Kekuatan sebagai suatu wawasan dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu (1) wawasan benua, (2) wawasan bahari, (3) wawasan dirgantara, (4) wawasan
kombinasi. Wawasan kombinasi yang memengaruhi juga wawasan Nusantara sebagai
wawasan kekuatan.

 Wawasan Benua.
Wawasan benua mendasarkan pada konsep kekuatan di darat, yang
dikemukakan oleh Sir Halford Mackinder (1861-1947) dan Karl
Haushofer. Menurut pendapat mereka, negara yang menguasai daerah
Eropa Timur maka akan menguasai jantung yang berarti menguasai pulau
dunia (Eurasia-Afrika), dan yang dapat menguasai pulau dunia adalah
akan menguasai dunia.

 Wawasan Bahari.
Wawasan bahari mendasarkan pada konsep kekuatan di lautan.Tokohnya adalah Sir
Walter Raleigh (1554-1618) yang menyatakan “ siapa yang menguasai lautan akan
menguasai perdagangan, dan siapa yang menguasai perdagangan berarti akan
menguasai dunia”. Tokoh lainnya Alfred Thayer Mahan (1840-1914), yang
mengemukakan bahwa kekuatan laut sangat vital bagi pertumbuhan, kemakmuran,
dan keamanan nasional.

 Wawasa Dirgantara.
Wawasan dirgantara mendasarkan pada konsep kekuatan di udara
yang dikemukakan oleh Guilio Douchet (1869-1930), J.F. Charles Fuller
(1878-......), William Billy Mitchell (1877-1946), A. Savesnsky (1894-
......). menurut konsep ini, kekuatan di udara merupakan daya tangkis
yang ampuh terhadap segala ancaman, dan dapat melumpuhkan kekuatan
lawan dengan penghancuran sehingga tidak mampu lagi bergerak
menyerang.
 Wawasan Kombinasi.
Wawasan kombinasi merupakan integrasi ketiga wawasan, yaitu wawasan benua,
wawasan bahari, dan wawasan dirgantara, yang mencakup pula teori daerah batas
(Rimland) dari Nicholas J. Spykman (1893-1943). Teori Spykman inilah pada
dasarnya yang melandasi wawasan kombinasi, dan banyak memberikan inspirasi
kepada negarawan, ahli-ahli geopolitik dan strategi untuk menyusun kekuatan
negara dewasa ini.
F. PERKEMBANGAN GEOPOLITIK PRA,MASA,DAN PASCA PERANG
DUNIA II
Menjawab pertanyaan Apakah karakteristik geopolitik berubah pasca Perang
Dingin, jelas berubah. Geopolitik dari masa Perang Dunia I dan II, Perang Dingin dan
Pasca Perang Dingin mengalami perkembangan. Dulu,masa perang dunia, geopolitik
menurut Huffernan (2000) sangat identik digunakan oleh Eropa yang berambisi oleh
menguasai dunia. Maka hal ini memiliki korelasinya dengan teori-teori yang ada
dalam geopolitik seperti teori Ratzel, MacKinder, Haushover, Mahan, dan Spitzel.
Kelima teori geopolitik tersebut digunakan sebagai strategi dan sarana untu
menguasai daerah kekuasaan lawan, ekspansionis. Penerapan geopolitik klasik
memang sarat dengan ekspansi wilayah dan perang (Kuus, 2009:5). Era abad ke-19
geopolitik cenderung dipahami sebagai imperial knowledge hal itu dikarenakan
adanya kesadaran bahwa dunia yang ditempati oleh negara-negara pada waktu itu
merupakan closed political space seperti yang dinyatakan oleh MacKinder.
Berbicara era awal abad ke-20, dunia pada saat itu terkonsentrasi ke wilayah
Eropa-Asia, yang mana terutama kawasan Eropa dihuni oleh negara-negara besar.
Sebut saja Inggris, Perancis, Jerman, Uni Sovyet, serta Spanyol, semua negara
tersebut memiliki hasrat untuk menguasai dunia melalui penguasaan wilayah yang
menggunakan instrumen militer dan berujung peperangan. Jika ada pertanyaan apakah
karakteristik geopolitik kini berubah pasca Perang Dingin, secara prakteknya memang
masih bisa diaplikasikan akan tetapi pola ekspansianisme yang dilakukan oleh negara-
negara di Eropa sangat tidak tepat dilakukan untuk dunia saat ini. Mari melihat tiga
fenomena besar yang mewarnai konstelasi politik dunia sepanjang abad ke-20, yaitu
Perang Dunia I, Perang Dunia II dan Perang Dingin. Bisa dilihat, faktor utama
penyebab pecahnya Perang Dunia ada beberapa pedapat. Ada satu pihak yang
mengatakan akibat terbunuhnya Putra Mahkota Frans Ferdinand, lain pihak ada yang
menyatakan ambisi negara-negara besar yang kuat secara militer untuk menguasai
Eropa.
Apabila ditarik benang merahnya, ada satu kemiripan dengan peristiwa Perang
Dunia II yang berlangsung pada tahun 1939-1945 akibat Jerman tidak menerima
kekalahan serta ganjaran hukum yang dijatuhkan oleh negara-negara pemenang
Perang Dunia I, yaitu sama-sama memperluas pengaruh dan kekuasaan wilayah di
Eropa-Asia. Melalui sosok Hitler, masyarakat Jerman terbius akan karismanya
sementara Hitler berhasil meyakinkan publik Jerman untuk bangkit membangun
Jerman Raya. Dalam penyusunan ambisi yang direncanakan oleh Hitler, strategi
geopolitik masuk di dalamnya. Kemudian kehadiran Amerika Serikat dan Uni Sovyet
turut mewarnai peta politik dunia pada saat itu, semakin mempertegas bahwa adanya
kepentingan dari masing-masing negara yang memiliki ambisi yang sama yaitu tidak
ingin kehilangan pengaruhnya di Eropa. Peta politik yang demikian, mendatangkan
kritik terhadap geopolitik klasik. Ekspansi dan starategi geopolitik yang menghasilkan
peperangan, menjadi penyebab negara-negara lemah dengan mudah dikuasai oleh
negara super power (Dodds et al., 2012: 6). Fakta yang menarik, negara-negara di
Afrika sebagian besar batas-batas negara diatur oleh kolonialisme sesuai dengan
kesepakatan. Karakteristik geopolitik klasik yang cenderung bersifat koersif,
menimbulkan kerugian yang amat besar bagi negara-negara lemah atau lebih kecil
dari segi kekuatan militernya. Selama berpuluh-puluh tahun lamanya negara lemah
bersinggungan dengan peperangan, yang sejatinya tidak ada kaitannya dengan
mereka. Akibat adanya peristiwa Perang Dunia II, muncul-lah aktor negara hegemon
yaitu Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
Pasca Perang Dunia II, dunia terbagi ke dalam sistem bipolaritas yang mana
terdapat dua aktor negara yang memiliki kekuatan militer kuat, memiliki ambisi untuk
saling menguasai dunia selama Perang Dingin berlangsung. Saat Perang Dingin,
dikenal sebuah istilah bernama Cold War geopolitics, ditandai dengan persaingan
untuk menyebarkan pengaruh dan kontrol terhadap negara-negara lain, lewat ideologi
yang dimiliki oleh Amerika Serikat dan Uni Sovyet. Geopolitik pada saat Perang
Dingin menjelaskan pola hubungan antara negara satu dnegan yang lain walau
terpisahkan oleh tembok penghalang yaitu ideologi yang slaing bertentangan.
Geopolitik Perang Dingin secara umum dipahami sebagai kebijakan yang hanya
dimainkan oleh dua negara adikuasa saat itu yaitu AS dan Uni Soviet (O Tuathail,
1998 : 1). Karakteristik geopolitik era Perang Dingin jelas didominasi oleh dua negara
hegemon, dan memiliki kontrol penuh untuk bersaing menancapkan pengaruhnya di
sleuruh dunia. Selain itu pola geopolitik selama Perang Dingin dapat digambarkan
sebagai konflik teritori iron curtain dan free world, dan menarik perhatian dunia Barat
akan ancaman komunisme, sebaliknya ada ancaman imperialisme yang dibawa
Amerika Serikat untuk menggoyahkan perekonomian sosialis-komunis ala Uni Sovyet
(Flint, 2006: 13).
Era tatanan dunia baru atau lebih tepatnya pasca Perang Dingin, Amerika
Serikat secara tidak langsung dianggap sebagai pemenang Perang Dingin yang
berlangsung selama beberapa dekade. Kemenangan Amerika Serikat seolah-olah
dunia masih dalam sistem unipolaritas. Padahal, jika melihat fakta yang ada saat ini,
dunia benar-benar tidak sedang berada pada sistem unipolaritas. Negara sudah tidak
menjadi aktor utama dalam hubungan internasional, dibarengi dengan merebaknya
pendirian MNCs, NGO maupun TNCs yang jumlah mengalami tren penignkatan dari
tahun ke tahun. Kemudian hadirnya negara-negara new emerging markets seperti
Tiongkok, India, Brazil dan Afrika Selatan, membawa wajah hdunia internasional
cenderung ke multipolar. Secara geopolitik negara-negara yang lemah pada waktu
perang, menyadari bahwa selama ini mereka terbelenggu dan ditindas secara sumber
daya alam oleh negara-negara maju. Karakteristik geopolitik pasca Perang Dingin
lebih ke isu-isu yang ke low politics, kemudian kemunculan Tiongkok, India, Afrika
Selatan, dan Brazil semakin memperjelas bahwa dunia kini multi-polar. Tuathail
bahwa “Geopolitics is best understood in its historical and discursive context of use”.
Yang perlu digarisbawahi di sini (geopolitik kontemporer) mengacu pada pendapat
Thuatail (1998) adalah geopolitik menyangkut tentang bagaimana konteks keruangan
(spatial) mempengaruhi perilaku negara-negara di dunia untuk bertarung dalam
politik internasional. Dan dapat ditutup oleh kesimpulan bahwa kekuatan negara super
power kini telah berakhir semenjak kehadiran aktor-aktor baru yang bisa
menyandingi, dan negara Dunia Ketiga dapat berkembang lebih baik dari masa
sebelumnya yang penuh akan intervensi dan eksploitasi oleh negara hegemon.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Geopolitik berasal dari kata”geo” atau bumi dan politik berarti kekuatan yang
didasarkan pada pertimbangan dasar dalam menentukan alternative kebijaksanaan
nasional untuk mewujudkan tujuan nasional.
Ditinjau dari tataran pemikiran/ konsepsi yang berlaku di Indonesia wawasan
nusantara adalah geopolitik Indonesia yang merupakan pra-syarat bagi terwujudnya
cita-cita nasional yang tertuang dalam UUD 1945 dan Pancasila. Konfigurasi
Indonesia adalah unik dengan ciri-ciri demografi,anthropologi, meteorology dan latar
belakang sejarah yang memberi peluang munculnya desintegrasi bangsa. Tidaklah
mengherankan apabila para pendiri Republik sejak dini telah meletakkan dasar-dasar
geopolitik Indonesia yaitu melalui ikrar sumpah pemuda, dimana amanatnya adalah
satu nusa,yang berarti keutuhan ruang nusantara;satu bangsa yang merupakan
landasan kebangsaan Indonesia; satu bahasa yang merupakan faktor pemersatu
seluruh ruang nusantara bersama isinya.
DAFTAR PUSTAKA

www.dosenpendidikan.co.id/geopolitik-adalah/

detik.com/edu/detikpedia/d-5620524/apa-itu-geopolitik-ini-pengertian-teori-dan-
unsur-pembangunan-geopolitik

id.wikipedia.org/wiki/Geopolitik

.blogspot.com/2016/07/makalah-geopolitik.html

simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
9c056473bed4391fb510da1bbe51fd5f.pdf

achmad-romadon-mubarok-fisip15.web.unair.ac.id/artikel_detail-216005-
SOH308Geopolitik%20dan%20Geostrategi-Karakteristik%20Geopolitik%20dari
%20Masa%20ke%20Masa:%20dari%20Sudut%20Pandang%20Melihat%20Peristiwa
%20Besar%20Dunia%20Abad%20ke20%20dan%20Awal%20Abad%20ke21.html

Anda mungkin juga menyukai