Anda di halaman 1dari 24

KARYA TULIS ILMIAH

PATOFISIOLOGI PENYAKIT PLACENTA DAN MOLA HIDATIDOSIS

Disusun Oleh :

Herlina (211030690041)

DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

STIKES WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Placenta dan mola hidatidosis” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan karya
tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi.
Karya tulis ini dapat terselesaikan bukan karena hasil kerja penulis saja, namun
juga disebabkan dari bantuan pihak lain. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Drg.Gama Bagus Kuntoadi selaku dosen mata kuliah
patofisiologi yang telah memberi arahan dan masukan guna terciptanya karya tulis ini yang
penulis buat.
Karya tulis ini belumlah dapat dikatakan sempurna. Untuk itu, saya selaku
penyusun meminta kritik dan saran yang membangun agar karya tulis ini bisa lebih baik
lagi kedepannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk pembaca sekalian.

Pamulang, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. ..
A. Latar Belakang.........................................................................................................................

B. Rumusan Masalah........................................................................................................... .........

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................. .........

BAB II PLACENTA PREVIA..........................................................................................................


A. Definisi Placenta Previa..................................................................................................... ......

B. Klasifikasi Placenta Previa.......................................................................................................

C. Etiologi Placenta Previa...........................................................................................................

D. Faktor Risiko Placenta Previa..................................................................................................

E. Patofisiologi Placenta Previa....................................................................................................

F. Terapi Placenta Previa..............................................................................................................

G. Simptom Placenta previa..........................................................................................


BAB III MOLA HIDATIDOSA.........................................................................................................
A. Definisi Mola Hidatidosa .......................................................................................................

B. Klasifikasi Mola Hidatidosa ...................................................................................................

C. Etiologi Mola Hidatidosa .......................................................................................................

D. Faktor Risiko Mola Hidatidosa ..............................................................................................

E. Patofisiologi Mola Hidatidosa ................................................................................................

F. Terapi Mola Hidatidosa ..........................................................................................................

G. Simptom Mola Hidatidosa........................................................................................


BAB IV PENUTUP.............................................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................... ...................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik
sepenuhnya atau sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim
yang menyebabkan pendarahan saat serviks berdilatasi (Hull et al., 2014).
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terdai pada
kehamilan diatas 28 minggu (Manuaba, 2014). Perdarahan antepartum
merupakan salah satu dari kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3-5%
dari seluruh persalinan. Penyebab perdarahan antepartum yang paling umum
adalah plasenta previa (31%), solusio plasenta (22%), dan penyebab lainnya
(perdarahan sinus marginal, vasa previa, servisitis, trauma genital dan infeksi)
(Athanasias et al., 2011).
Komplikasi yang diakibatkan oleh perdarahan antepartum adalah maternal
shock, fetal hypoxia, peningkatan risiko kelahiran prematur, dan kematian
janin mendadak. Hal ini menyebabkan perdarahan antepartum memiliki risiko
yang tinggi, bahkan juga untuk janin (Calleja et al, 2006). Selain itu, plasenta
previa juga berhubungan dengan kematian neonatal yang meningkat tiga kali
lipat akibat prematuritas (Sekiguchi et al., 2013)
Mola hidatidosa merupakan bagian dari penyakit trofoblastik
gestasional dimana kehamilan tumbuh tidak normal, tidak ditemui bakal anak
pada pengecekan, serta nyaris segala vili korialis hadapi pergantian berbentuk
degenerasi hidropik. Keunikan dari penyakit ini merupakan sebab tumor
berasal malah dari jaringan gestasional, bukan berasal dari jaringan maternal.
Wujud lain dari penyakit trofoblas gestasional merupakan koriokarsinoma yang
bertabiat ganas dan invasif. Mola hidatidosa tercantum tipe penyakit yang
terkategori jinak, tetapi diketahui pula selaku wujud premaligna yang
berpotensi jadi ganas serta invasif (Mardhotillah, 2021).
Kehamilan mola merupakan salah satu Penyakit Trofoblas Gestasional (
PTG) yang diiringi dengan indikasi perdarahan pervaginam, keluarnya jaringan
mola semacam mata ikan, diiringi dengan hipertiroidisme, hiperemesis
gravidarum, serta pada permasalahan yang jarang ada preeklamsia. Kehamilan
mola bisa diiringi dengan tirotoksikosis, yang didefinisikan selaku perwujudan
klinis kelebihan hormon tiroid di perputaran, 0, 2%
kasus tirotoksikosis diakibatkan oleh Mola Hidatidosa. utama pemicu Mola
Hidatidosa merupakan umur bunda yang sangat muda ataupun tua dan riwayat
kehamilan mola tadinya (Andriana and Islamy, 2020).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Placenta Previa dan Mola Hidatidosa ?


2. Bagaimana klasifikasi Placenta Previa dan Mola Hidatidosa ?
3. Bagaimana Etiologi Placenta Previa dan Mola Hidatidosa ?
4. Apasaja Faktor Resiko Placenta Previa dan Mola Hidatidosa ?
5. Bagaimana Patofisiologi Placenta Previa dan Mola Hidatidosa ?
6. Apasaja Terapi Placenta Previa dan Mola Hidatidosa ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dengan adanya penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memberikan

pengetahuan tentang bahaya Placenta Previa dan Mola Hidatidosa sehingga

dapat dicegah lebih awal dan dapat menurunkan angka kematian dari kasus

tersebut.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui seberapa paham masyarakat tentang penyakit Placenta

Previa dan Mola Hidatidosa

b. Mampu memberikan pengetahuan tentang pengamanan Placenta Previa


dan Mola Hidatidosa dalam masyarakat apalagi pada kaum perempuan

c. Mampu memberikan informasi yang berguna bagi para mahasiswa

d. Untuk mengetahui penyebab dan gejala pada penyakiy Placenta Previa

dan Mola Hidatidosa

e. Mampu memberikan Etiologi Placenta Previa dan Mola Hidatidosa

kepada masyarakat dan mahasiswa untuk memberikan wawasan

pengetahuan
BAB II

PLACENTA PREVIA

A. Definisi Placenta Previa

Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada


segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan rahim (ostium uteri internum). Secara harfiah berarti plasenta yang
implantasinya (nempelnya) tidak pada tempat yang seharusnya, yaitu di bagian
atas rahim dan menjauhi jalan lahir. Plasenta previa merupakan penyebab
utama perdarahan pada trimester ke III. Gejalanya berupa perdarahan tanpa
rasa nyeri. Timbulnya perdarahan akibat perbedaan kecepatan pertumbuhan
antara segmen atas rahim yang lebih cepat dibandingkan segmen bawah rahim
yang lebih lambat. Perdarahan ini akan lebih memicu perdarahan yang lebih
banyak akibat darah yang keluar (melalui trombin) akan merangsang timbulnya
kontraksi.
B. Klasifikasi Placenta Previa

Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta


melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu:
1. Plasenta previa totalitas: bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis: bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis: bila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah: bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.

C. Etiologi Placenta Previa


Penyebab yang pasti belum diketahui dengan jelas. Plasenta bertumbuh
pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Bahwasanya
vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidual akibat
persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, tidaklah selalu
benar. Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak
cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal
sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau
menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir
1. Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun
kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang
berumur kurang dari 25 tahun. Pada grandemultipara yang berumur lebih
dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang
berumur kurang dari 25 tahun.
2. Endometrium bercacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, curettage, dan manual placenta.
3. Corpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
Adanya tumor; mioma uteri, polip endometrium.

D. FAKTOR RISIKO PLACENTA PREVIA

Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui Namun, plasenta previa


lebih sering terjadi pada wanita dengan faktor risiko:

1. Riwayat mengalami infeksi


Riwayat infeksi bisa menjadi salah satu penyebab dan faktor risiko plasenta
previa, Bunda. Infeksi ini biasanya berkaitan dengan kebersihan dan
kesehatan organ reproduksi suami istri.
"Kebersihan kelamin suami juga turut menjadi faktor yang bisa
menyebabkan infeksi pada ibu hamil,"

2. Riwayat keguguran dengan kuret


Faktor risiko plasenta previa juga bisa karena riwayat keguguran atau
tindakan yang melibatkan rahim. Tindakan ini dapat berupa dilation and
curettage (D&C) atau kuret untuk mengeluarkan janin yang gugur.

3. Riwayat operasi di rahim


Riwayat operasi pada rahim lainnya juga bisa menjadi faktor risiko plasenta
previa, Bunda. Beberapa di antaranya seperti operasi pengangkatan miom
dan operasi caesar.

4. Riwayat plasenta previa


Bunda perlu waspada bila pernah mengalami plasenta previa dan berencana
untuk program hamil. Riwayat plasenta previa di kehamilan sebelumnya
dapat memicu kondisi serupa pada kehamilan berikutnya lho.

5. Melahirkan lebih dari tiga kali


Bumil yang memiliki riwayat melahirkan lebih dari tiga kali, kemungkinan
berisiko mengalami plasenta previa. Hal ini karena adanya ada locus
minoris, yang bisa menyebabkan plasenta tumbuh di bawah.
Selain kelima faktor di atas, berikut faktor risiko plasenta previa lainnya
yang perlu diwaspadai, seperti melansir dari Mayo Clinic:
• Hamil lebih dari satu anak
• Ibu hamil berusia lebih dari 35 tahun
• Merokok dan menggunakan obat-obatan terlarang
• Bentuk rahim tidak normal
• Ukuran plasenta besar
• Posisi bayi sungsang atau melintang

E. PATOFISIOLOGI PLACENTA PREVIA

Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10


minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis,
umumnya terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih
banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak
dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. Segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat di dinding uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan
darah berwarna merah segar. (Mansjoer, 2002)

F. TERAPI PLACENTA PREVIA


1. Terapi ekspektatif
• Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir premature, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif. Pemantauan klinis
dilaksanakan secara ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspresif:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti,Belum ada tanda-tanda in partum, Keadaan umum ibu cukup baik
(kadar hemoglobin dalam batas normal), Janin masih hidup.
• Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
• Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
• Berikan tokolitik bila ada kontraksi: MgSO 4 IV dosis awal dilanjutkan 4 g
setiap 6 jam. Nifedipin 3 x 20 mg/hari. Betamethason 24 mg IV dosis
tunggal untuk pematangan paru janin.
• Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (Bubble tes)dari hasil
amniosentesis.
• Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas,
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat.
• Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat di pulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien
di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih dari 2 jam) dengan
pesan untuk segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan ulang.

2. Terapi aktif (tindakan segera)


• Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.
• Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
1. Infuse/transfuse telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap.
2. Kehamilan ≥ 37 minggu (berat badan ≥ 2500 gram) dan in partum,
atau
3. Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor
(misal, anensefali)
4. Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu
atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

G. SIMPTOM PLACENTA PREVIA

Perdarahan dari vagina yang terjadi pada akhir trimester kedua atau
trimester
ketiga kehamilan. Ciri perdarahan tersebut umumnya berupa:

1. Tanpa disertai rasa sakit.


2. Berwarna merah cerah.
3. Bisa banyak atau sedikit.

Bisa terjadi berulang dalam beberapa hari Kondisi ini sering dianggap
sebagai
menstruasi saat hamil. Terkadang, perdarahan tersebut juga muncul setelah
berhubungan intim dan disertai dengan kontraksi atau kram perut
BAB III

MOLA HIDATIDOSA

A. DEFINISI MOLA HIDATIDOSA

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh


berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga
hamil anggur atau mata ikan.
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan
tetapi vilus-vilus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus,
gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus sebuah anggur.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili
korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa merupakan
kehamilan yang secara genetik tidak normal yang muncul dalam bentuk
kelainan perkembangan plasenta.
Molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta atau calon placenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili
dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan
abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan
pembentukan “bakal janin“ sehingga terbentuk jaringan permukaan membran
(vili-vili) mirip gerombolan buah anggur.
Sedangkan menurut beberapa ahli pengertian mola hidatidosa adalah
sebagai berikut:
• Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang
tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau
mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.
(Mochtar, Rustam, dkk, 1998: 23).
• Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma
villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu
hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai
segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).
• Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik
menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi
dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat,
membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human
chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).
• Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh
villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. (Mansjoer, Arif,
dkk, 2001 : 265).
• Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari
berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack
A. Pritchard, dkk, 1991 : 514).
• Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada
villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel
chorion. Tidak terbentuk fetus (Soekojo, Saleh, 1973: 325).
• Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik
menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi
dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat,
membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human
chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995: 04).
B. KLASIFIKASI MOLA HIDATIDOSA

1. Mola hidatidosa komplet (MHK)


Pada mola jenis ini, tidak ada embrio, tali pusar, atau membran. Kematian
terjadi sebelum siklus berkembang plasenta. bulu berubah menjadi lepuh
transparan itu menggantung dalam kelompok di pedikel, memberi tampak
seperti seikat anggur. Vesikel bervariasi dalam ukuran, dari yang keras
diameternya hingga beberapa sentimeter. Pada kehamilan normal, trofoblas
dilepaskan dari desidua tambahkan produk konsepsi. itu artinya mola sedang
dikembangkan untuk menembus tempat implantasi. Miometrium dapat
melibatkan, serta vena, meskipun ruptur uteri jarang terjadi pendarahan hebat
adalah salah satu konsekuensi yang mungkin terjadi terjadi. Secara sitogenik
umumnya bersifat diploid 46XX, sebagai hasil pembuahan satu ovum, tidak
berinti atau intinya tidak aktif, dibuahi oleh sperma yang mengandung 23X
kromosom, yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46XX. Kadang
pembuahan terjadi oleh dua buah sperma 23X dan 23Y sehingga terjadi 46XX
atau 46 XY (Sari, 2017).

2. Mola Parsial (MHP)


Tanda-tanda embrio, kantung janin, atau kantung ketuban. Hal ini dapat
ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9. Proliferasi
trofoblas hanya terjadi pada satu sinsitiotrofoblas dan itu tidak biasa seperti
tahi lalat penuh. Kariotipe biasanya triploid, hasil pembuahan satu sel telur
dengan dua Sperma (dispersi). Bisa 69 XXX, 69 XXY, atau 69 XYY. Pada
MHP, embrio biasanya mati pada trimester pertama. Meskipun Bayi cukup
bulan telah dilaporkan oleh MHP. Secara histologis, Membedakan tahi lalat
parsial dari potensi keguguran adalah Sulit untuk dilakukan. Ini memiliki
signifikansi klinis karena Meskipun ibu berisiko terkena koriokarsinoma
karena beberapa mola parsiel Hanya sedikit, tetapi pemeriksaan lanjutan masih
menjadi masalah Sangat penting (Sari, 2017).
C. ETIOLOGI MOLA HIDATIDOSA

Menurut Sari (2017) pemicu terbentuknya mola hidatidosa adalah


pembengkakan vili( degenerasi pada hidrofibik) serta poliferasi trofoblas.
Aspek yang bisa menimbulkan mola hidatidosa antara lain:
1. Aspek ovum: ovum memanglah telah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan. Spermatozoa merambah ovum yang telah
kehabisan nukleusnya ataupun terdapat serum merambah ovum tersebut
sehingga hendak terjalin kelainan ataupun kendala dalam pembuahan.
2. Imunoselektif dari trofoblas, ialah dengan kematian fetus, pembuluh darah
pada stoma vili jadi tidak sering serta stroma vili jadi sembab serta
kesimpulannya terjalin hyperplasia sel- sel trophoblast
3. Kondisi sosio- ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan
zat- zat gizi bertambah. Perihal ini dibutuhkan buat penuhi kebutuhan
perkembangan serta pertumbuhan bakal anak, dengan kondisi sosial
ekonomi yang rendah hingga buat penuhi gizi yang dibutuhkan badan
kurang sehingga menyebabkan kendala dalam perkembangan dan
pertumbuhan janinnya
4. Paritas besar, bunda multipara cenderung berbahaya terjalin kehamilan
mola hidatidosa sebab trauma kelahiran ataupun penyimpangan transmisi.
Secara genetic yang bisa diidentifikasi serta pemakaian stimulan drulasi
semacam menotropiris( pergonal).
5. Kekurangan protein, protein merupakan zat buat membangun jaringan
bagian badan sehubungan dengan perkembangan bakal anak, rahim.
Keperluan hendak zat protein pada waktu berbadan dua sangat bertambah
apabila kekurangan protein dalam santapan menyebabkan hendak lahir
lebih kecil dari wajar.

Aspek Risiko
Walaupun secara tentu etiologi Mola Hidatidosa masih belum bisa dipaparkan,
sebagian aspek resiko dinyatakan berkaitan lewat bermacam riset, ialah:
· Umur maternal: >35 tahun ataupun <20 tahun
· Riwayat obstetri: riwayat mola tadinya, abortus otomatis, serta infertilitas
· Populasi Asia berisiko lebih besar hadapi mola hidatidosa komplit, tetapi
tidak sering hadapi mola hidatidosa parsial.
· Aspek nutrisi serta diet: defisiensi karoten( prekursor vit A) serta lemak
hewan
· Yang lain: genetik, merokok (Mardhotillah, 2021).

D. FAKTOR RISIKO MOLA HIDATIDOSA

1. Usia ibu yang lanjut


2. Riwayat obstetri/ginekologi yang kurang baik .
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan
5. Berbagai macam infeksi
6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia
7. Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama
8. Kelainan kromosom

E. PATOFISIOLOGI MOLA HIDATIDOSA

Setelah ovum dibuahi,terjadi pembagian dari sel tersebut.Tidak lama


kemudian terbentuk biastokista yang mempunyai lumen dan dinding
luar.Dinding ini terjadi atas sel-sel ekstoderm yang kemudian menjadi
tropoblash. Sebagian vili berubah menjadi gelembung berisi cairan jernih,biasa
tidak ada janin.Gelembung-gelambung atau tesikel ukurannya bervariasi mulai
dari yang mudah dilihat,sampai beberapa sentimeter,bergantung dalam
beberapa kelompok dari tangkai yang tipis.Masa tersebut dapat tumbuh cukup
besar sehingga memenuhi cavum uteri.Pembesaran uterus sering tidak sesuai
dan melebihi usia kehamilan.
Pada beberapa khusus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan villi
korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan
sampai aterm.Keadaan ini disebut mola parsial. Ada beberapa kasus
pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal sehingga janin
dapat tumbuh dan berkembang.

a. Teori Missed Abortion


Mudigan mati pada kehamilan tiga sampai lima minggu,karena terjadi
gangguan peredaran darah,sehingga terjadi penemuan cairan dalam jaringan
masenkim dari villi dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung.

b. Teori Neoplasma dari park


Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang mempunyai fungsi abnormal
pula,dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam villi sehingga timbul
gelembung,hal ini menyebabkan peredaran gangguan peredaran darah dan
kematian mudigan.
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1) Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit
terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki
karakteristik yaitu :
▪ Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
▪ Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam ukuran
▪ Tidak adanya janin atau amnion
Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak seperti
seonggok buah anggur. Mola hidatidosa merupakan hasil pembuahan dari sel telur
( Ovum ) yang kehilangan intinya atau intinya tidak aktif. Fertilisasi terjadi oleh
satu sperma yang mempunyai kromosom 23 X,yang kemudian setelah masing
masing kromosom membelah terbentuklah sel dengan kromosom 46 XX,dengan
demikian sebagian besar mola komplit sifatnya androgenik , homozigot dan
berjenis kelamin wanita.
Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang
menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY. Pada kedua kejadian di atas konseptus
adalah keturunan pathenogenome paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft.
Jaringan mola komplita secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi
dan pembuluh pembuluh darah; bahkan terjadi pembentukancisterna villosa,
disertai hiperplasia baik dari sel sel sinsisiotrofoblas maupun dari sel sel
sitotrofoblas. Tidak tampak embryo karena sudah mengalami kematian pada masa
dini akibat tidak terbentuknya sirkulasi plasenta.
Percobaan pada tikus yang secara immunologis defisien
menunjukkanbahwa berbeda dengan korio-karsinoma; mola hidatidosa komplit
dan mola invasiv sifatnya tidak ganas.Namun molahidatidosa komplit mempunyai
potensi yang lebih besar untuk berkembang menjadi koriokarsinoma
dibandingkan dengan kehamilan normal. Pernah dilaporkan pula adanya
kehamilan kembar yang salah satunya mola komplit (46 XX) dan yang lain berupa
janin yang normal (46 XY) . Janin dapat mengalami abortus namun kadang
kadang berkembang sampai aterm.Bila ada kehamilan kembar yang salah satunya
adalah mola penting sekali untuk membedakannya apakah itu suatu mola komplit
atau mola parsial ; karena prognosis kearah terjadinya keganasan lebih kecil pada
mola parsial.

2) Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin.
Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup
sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi
yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan
tempat lain masih banyak yang normal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi dari mola
parsialis bisa normal ,triploidi atau trisomi seringkali 69 ,XXX atau 69 XXY.
Ditemukan juga adanya fetus dan pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak
menyeluruh. Penelitian berikutnya secara sitogenetik menunjukkan bahwa
hiperplasia trofoblas`dan pembentukan sisterna pada mola parsialis hanya
ditemukan pada konseptus yang triploid.Secara biokimiawi dan sitogenetik
ditemukan adanya gen maternal pada mola parsialis sehingga terjadinya
adalahdiandri (terdiri atas satu set kromosom maternal dan dua set kromosom
paternal). Gambaran histologisd yang khas pada mola parsialis adalah adanya
crinkling atau scalloping dan ditemukannya stromal trophoblastic
inclusionHiperplasia trofoblas umumnya terjadi pada sinsisiotrofoblas dan jarang
terjadi pada sitotrofo-blas.Walaupun ada janin , umumnya mengalami kematian
pada trimester pertama. Koriokarsinoma lebih jarang terjadi pasca mola parsialis
dibandingkan dengan pasca mola komplit.

F. TERAPI MOLA HIDATIDOSA

Pada awal mulanya, Molar Hidatidosa menampilkan indikasi kehamilan


universal. Tetapi, terdapat sebagian identitas khas lain yang menunjukkan
keadaan ini, antara lain:
1. Perih panggul
2. Mual serta muntah yang lebih parah dari berbadan dua biasa
3. Perdarahan yang diiringi kumpulan tonjolan semacam buah anggur
yang keluar dari Miss V.
4. Preeklampsia dini di minggu- minggu dini kehamilan.
5. Kenaikan kandungan HCG
6. Tidak terdapat ciri kehidupan pada janin
7. Dimensi rahim tidak wajar serta tidak cocok dengan umur kehamilan.
8. Hipertiroidisme (kelenjar tiroid sangat aktif serta menciptakan
hormon tiroksin secara kelewatan)
9. Timbulnya kista ovarium
10. Munculnya tanda- tanda penyakit hipertiroid semacam keletihan,
gugup, detak jantung tidak tertib, serta keluarnya keringat berlebihan
11. Keluarnya cairan dari vagina
12. Anemia pada bunda hamil
Sehabis ditemukan positif hamil Mola Hidatidosa, jaringan- jaringan
tersebut hendak dinaikan dengan aksi kedokteran pembedahan sampai tidak
terdapat yang tertinggal pada rahim. Perihal ini dicoba guna menghindari
komplikasi berkepanjangan.
Kalaupun tanda- tanda yang dirasakan tidak ditemukan selaku hamil palsu,
tetapi Kamu hadapi keguguran pada 20 pekan awal dengan pemicu yang tidak
dikenal, perihal ini kerap kali hendak diindikasikan selaku molar hidatilosa.
Keguguran dalam kurun waktu 20 pekan ini biasa terjalin selaku reaksi dari
badan buat mengakhiri kehamilan yang bermasalah (Novita Joseph, 2021).

G. SIMPTOM PLACENTA PREVIA

Namun seiring pertambahan usia kehamilan, hamil anggur bisa ditandai


dengan
gejala khusus, seperti:
1. Pendarahan vagina dalam tiga bulan pertama kehamilan.
2. Mual dan muntah yang parah.
3. Preeklamsia akibat tingginya tekanan darah saat hamil.
4. Peningkatan ukuran perut yang lebih cepat.
5. Tidak ada detak jantung atau gerakan janin.
6. Ditemukan kista seperti anggur keluar dari vagina
7. Anemia yang terjadi selama masa kehamilan.
8. Mengalami nyeri parah pada tulang panggul.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga


menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat
pembentukan segmen bawah rahim. Pada plasenta pervia, jaringan plasenta
tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari ostium internum servisis, tetapi
terletak sangat dekat atau pada ostium internum tersebut.Klasifikasi plasenta
previa yaitu Plasenta previa totalis.
Plasenta previa lateralis, marginalis dan plasenta previa letak rendah.
Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks
saat dilakukan pemeriksaan.Penyebab plasenta previa secara pasti sulit
ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang meningkatkan risiko terjadinya
plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau operasi
mioma), sering mengalami infeksirahim (radang panggul), kehamilan ganda,
pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim. Gejala yang paling sering
terjadi pada plasenta previa berupa pendarahan jadi kejadian yang paling khas
pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa nyeri biasanya baru terlihat
setelah trimester kedua atau sesudahnya
Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas
(yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin)
Hasil pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung
menyerupai buah anggur. Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin
banyak bahkan bisa berkembang secara cepat.Hal ini yang membuat perut
seorang ibu hamil dengan Molahidatidosa tampak cepat besar.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan
pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit
HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat
keadaan kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti
badai salju dalam bahasa medis di sebut ”Snow storm”.
Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang
pernah melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur
bisa terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui
hubungan seksual.

Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih
belum diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan
kondisi sosial ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan
gangguan peredaran darah dalam rahim.

B. SARAN
Diharapkan sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih
baik lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan
khususnya yang diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian
keganasan akibat Molahidatidosa
DAFTAR PUSTAKA

klasifikasi mola hidatidosa - Mencari (bing.com)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA MOLA HIDATIDOSA

(novitakristiya27.blogspot.com)

Makalah Mola Hidatidosa - CINTA ILMU KESEHATAN

(kesehatanbangsa.blogspot.com)

makalah mola hidatidosa | bidanilmiah (wordpress.com)

Plasenta Previa: Kenali Penyebab, Faktor Risiko, serta Cara Mencegahnya

(haibunda.com)

MAKALAH PLASENTA PREVIA – Kesehatan Kebidanan (wordpress.com)

BAB 1.pdf (unand.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai