Disusun Oleh :
Herlina (211030690041)
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Placenta dan mola hidatidosis” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan karya
tulis ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi.
Karya tulis ini dapat terselesaikan bukan karena hasil kerja penulis saja, namun
juga disebabkan dari bantuan pihak lain. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Drg.Gama Bagus Kuntoadi selaku dosen mata kuliah
patofisiologi yang telah memberi arahan dan masukan guna terciptanya karya tulis ini yang
penulis buat.
Karya tulis ini belumlah dapat dikatakan sempurna. Untuk itu, saya selaku
penyusun meminta kritik dan saran yang membangun agar karya tulis ini bisa lebih baik
lagi kedepannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. ..
A. Latar Belakang.........................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................... ...................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik
sepenuhnya atau sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim
yang menyebabkan pendarahan saat serviks berdilatasi (Hull et al., 2014).
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terdai pada
kehamilan diatas 28 minggu (Manuaba, 2014). Perdarahan antepartum
merupakan salah satu dari kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3-5%
dari seluruh persalinan. Penyebab perdarahan antepartum yang paling umum
adalah plasenta previa (31%), solusio plasenta (22%), dan penyebab lainnya
(perdarahan sinus marginal, vasa previa, servisitis, trauma genital dan infeksi)
(Athanasias et al., 2011).
Komplikasi yang diakibatkan oleh perdarahan antepartum adalah maternal
shock, fetal hypoxia, peningkatan risiko kelahiran prematur, dan kematian
janin mendadak. Hal ini menyebabkan perdarahan antepartum memiliki risiko
yang tinggi, bahkan juga untuk janin (Calleja et al, 2006). Selain itu, plasenta
previa juga berhubungan dengan kematian neonatal yang meningkat tiga kali
lipat akibat prematuritas (Sekiguchi et al., 2013)
Mola hidatidosa merupakan bagian dari penyakit trofoblastik
gestasional dimana kehamilan tumbuh tidak normal, tidak ditemui bakal anak
pada pengecekan, serta nyaris segala vili korialis hadapi pergantian berbentuk
degenerasi hidropik. Keunikan dari penyakit ini merupakan sebab tumor
berasal malah dari jaringan gestasional, bukan berasal dari jaringan maternal.
Wujud lain dari penyakit trofoblas gestasional merupakan koriokarsinoma yang
bertabiat ganas dan invasif. Mola hidatidosa tercantum tipe penyakit yang
terkategori jinak, tetapi diketahui pula selaku wujud premaligna yang
berpotensi jadi ganas serta invasif (Mardhotillah, 2021).
Kehamilan mola merupakan salah satu Penyakit Trofoblas Gestasional (
PTG) yang diiringi dengan indikasi perdarahan pervaginam, keluarnya jaringan
mola semacam mata ikan, diiringi dengan hipertiroidisme, hiperemesis
gravidarum, serta pada permasalahan yang jarang ada preeklamsia. Kehamilan
mola bisa diiringi dengan tirotoksikosis, yang didefinisikan selaku perwujudan
klinis kelebihan hormon tiroid di perputaran, 0, 2%
kasus tirotoksikosis diakibatkan oleh Mola Hidatidosa. utama pemicu Mola
Hidatidosa merupakan umur bunda yang sangat muda ataupun tua dan riwayat
kehamilan mola tadinya (Andriana and Islamy, 2020).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
dapat dicegah lebih awal dan dapat menurunkan angka kematian dari kasus
tersebut.
2. Tujuan Khusus
pengetahuan
BAB II
PLACENTA PREVIA
Perdarahan dari vagina yang terjadi pada akhir trimester kedua atau
trimester
ketiga kehamilan. Ciri perdarahan tersebut umumnya berupa:
Bisa terjadi berulang dalam beberapa hari Kondisi ini sering dianggap
sebagai
menstruasi saat hamil. Terkadang, perdarahan tersebut juga muncul setelah
berhubungan intim dan disertai dengan kontraksi atau kram perut
BAB III
MOLA HIDATIDOSA
Aspek Risiko
Walaupun secara tentu etiologi Mola Hidatidosa masih belum bisa dipaparkan,
sebagian aspek resiko dinyatakan berkaitan lewat bermacam riset, ialah:
· Umur maternal: >35 tahun ataupun <20 tahun
· Riwayat obstetri: riwayat mola tadinya, abortus otomatis, serta infertilitas
· Populasi Asia berisiko lebih besar hadapi mola hidatidosa komplit, tetapi
tidak sering hadapi mola hidatidosa parsial.
· Aspek nutrisi serta diet: defisiensi karoten( prekursor vit A) serta lemak
hewan
· Yang lain: genetik, merokok (Mardhotillah, 2021).
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit
terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki
karakteristik yaitu :
▪ Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
▪ Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam ukuran
▪ Tidak adanya janin atau amnion
Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak seperti
seonggok buah anggur. Mola hidatidosa merupakan hasil pembuahan dari sel telur
( Ovum ) yang kehilangan intinya atau intinya tidak aktif. Fertilisasi terjadi oleh
satu sperma yang mempunyai kromosom 23 X,yang kemudian setelah masing
masing kromosom membelah terbentuklah sel dengan kromosom 46 XX,dengan
demikian sebagian besar mola komplit sifatnya androgenik , homozigot dan
berjenis kelamin wanita.
Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang
menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY. Pada kedua kejadian di atas konseptus
adalah keturunan pathenogenome paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft.
Jaringan mola komplita secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi
dan pembuluh pembuluh darah; bahkan terjadi pembentukancisterna villosa,
disertai hiperplasia baik dari sel sel sinsisiotrofoblas maupun dari sel sel
sitotrofoblas. Tidak tampak embryo karena sudah mengalami kematian pada masa
dini akibat tidak terbentuknya sirkulasi plasenta.
Percobaan pada tikus yang secara immunologis defisien
menunjukkanbahwa berbeda dengan korio-karsinoma; mola hidatidosa komplit
dan mola invasiv sifatnya tidak ganas.Namun molahidatidosa komplit mempunyai
potensi yang lebih besar untuk berkembang menjadi koriokarsinoma
dibandingkan dengan kehamilan normal. Pernah dilaporkan pula adanya
kehamilan kembar yang salah satunya mola komplit (46 XX) dan yang lain berupa
janin yang normal (46 XY) . Janin dapat mengalami abortus namun kadang
kadang berkembang sampai aterm.Bila ada kehamilan kembar yang salah satunya
adalah mola penting sekali untuk membedakannya apakah itu suatu mola komplit
atau mola parsial ; karena prognosis kearah terjadinya keganasan lebih kecil pada
mola parsial.
2) Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin.
Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup
sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi
yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan
tempat lain masih banyak yang normal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi dari mola
parsialis bisa normal ,triploidi atau trisomi seringkali 69 ,XXX atau 69 XXY.
Ditemukan juga adanya fetus dan pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak
menyeluruh. Penelitian berikutnya secara sitogenetik menunjukkan bahwa
hiperplasia trofoblas`dan pembentukan sisterna pada mola parsialis hanya
ditemukan pada konseptus yang triploid.Secara biokimiawi dan sitogenetik
ditemukan adanya gen maternal pada mola parsialis sehingga terjadinya
adalahdiandri (terdiri atas satu set kromosom maternal dan dua set kromosom
paternal). Gambaran histologisd yang khas pada mola parsialis adalah adanya
crinkling atau scalloping dan ditemukannya stromal trophoblastic
inclusionHiperplasia trofoblas umumnya terjadi pada sinsisiotrofoblas dan jarang
terjadi pada sitotrofo-blas.Walaupun ada janin , umumnya mengalami kematian
pada trimester pertama. Koriokarsinoma lebih jarang terjadi pasca mola parsialis
dibandingkan dengan pasca mola komplit.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih
belum diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan
kondisi sosial ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan
gangguan peredaran darah dalam rahim.
B. SARAN
Diharapkan sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih
baik lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan
khususnya yang diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian
keganasan akibat Molahidatidosa
DAFTAR PUSTAKA
(novitakristiya27.blogspot.com)
(kesehatanbangsa.blogspot.com)
(haibunda.com)