Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PLASENTA PREVIA

Disusun oleh :

Nur Fatima (PO7124322011)


Suriani (PO7124322019)
Wilhida A.A Artoy (PO7124322003)

Dosen Pengampuh : Hadriani, SST., M.Keb

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberi nikmat
kesehatan dan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Plasenta Previa”.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah inni bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penuisan makalah
selanjutnya dapat lebih baik.

Palu 18 Agustus 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. Definisi Plasenta Previa..........................................................................................................6
B. Klasifikasi Plasenta Previa.......................................................................................................6
C. Etiologi Plasenta Previa..........................................................................................................8
C. Patofisiologi............................................................................................................................9
D. Gambaran Klinik...................................................................................................................10
E. Pemeriksaan Diagnosis.........................................................................................................10
F. Faktor Risiko.........................................................................................................................11
G. Komplikasi............................................................................................................................13
H. Penanganan..........................................................................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Plasenta previa adalah komplikasi dalam kehamilan biasanya ditandai dengan


pendarahan pada vagina tanpa rasa nyeri pada trimester III, dimana letak plasenta
menutupi ostium uteri interna. Umumnya kategori plasenta previa total, partial, dan
marginal. Plasenta previa totalis merupakan plasenta menutupi seluruh ostium internal.
Plasenta previa parsial adalah plasenta tertanam dekat dan sebagian menutupi ostium
internal dan plasenta previa marginal merupakan plasenta yang terletak 2-3 cm dari
ostium uteri internum (Almnabri, et al., 2017).

Plasenta previa bisa menimbulkan masalah kesehatan yang signifikan karena


penderita mungkin akan dirawat dirumah sakit untuk observasi karena penderita
mungkin akan membutuhkan transfuse darah dan beresiko untuk melahirkan secara
prematur (Wiknjosastro H, 2009). Pasenta previa dapat menyebabkan ibu dan janin
mengalami resiko tingi dan hal ini merupakan salah satu kegawatdaruratan dalam
kebidanan. Bantuan medis merupakan hal yang sangat penting untuk menyelamatkan
ibu dan janin (Firaser, 2011).

Prempuan dengan resiko plasenta previa beresiko lebih tinggi mengalami


pendarahan post partum, pendarahan antepartum, membutuhkan transfuse darah lama
dirawat dirumah sakit dan persalinan dengan operasi Caesar. Kejadian plasenta previa
juga meningkatkan dampak yang merugikan bagi kehamilan yaitu apgar skor kurang
dari 7 pada menit ke 1, menit ke 5, dan ke 10, bayi dengan berat badan lahir rendah,
malpresentasi janin, dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan
kematian bayi (Senkoro, et al., 2017).

Menurut WHO, kematian ibu adalah kematian wanita dalam masa kehamilan,
persalina da dalam masa 42 hari (6 minggu) setelah berakhirnya kehamilan tanpa
memandang usia kehamilan maupun tempat melekatnya janin tetapi juga bukan
disebabkan oleh kecelakaan/cedera. Tahun 2015, WHO menyebutkan bahwa angka
kematian ibu sebanyak 830 akibat kehamilan dan persalinan dan sekita 99% angka
kematian ibu terjadi dinegara berkembang dan 1% terjadi dinegara maju (WHO,
2018).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan plasenta previa ?
2. Apa saja jenis-jeni plasenta previa ?
3. Apa penyebab terjadinya plasenta previa ?
4. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya plasenta previa ?
5. Komplikasi apa yang terjadi pada plasenta previa ?
6. Bagaiman penanganan plasenta previa ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa dimaksud dengan plasenta previa
2. Untuk menge jenis-jeni plasenta previa
3. Untuk mengeyahui penyebab terjadinya plasenta previa
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor terjadinya plasenta previa
5. Untuk mengetahui Komplikasi plasenta previa
6. Untuk mengetahui penanganan plasenta previa
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir pada
usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar
rahim(Wiknjosastro, 2014). Plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta
berimplantasi menutupi sebagian atau seluruh segmen bawah rahim (Sataloff dkk,
2014).
Plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui jalan lahir
diklasifikasikan menjadi plasenta previa totalis yaitu implantasi plasenta menutupi
seluruh pembukaan jalan lahir, plasenta previa partialis yaitu plasenta yang
implantasinya menutupi sebagian pembukaan jalan lahir, plasenta previa marginalis
yaitu plasenta yang implantasinya berada tepat di pinggir pembukaan jalan lahir dan
plasenta letak rendah yaitu implantasi plasenta yang terletak 3-4 cm dari pembukaan
jalan lahir.

B. Klasifikasi Plasenta Previa


Klasifikasi plasenta previa sebagian besar akan bergantungan pada pembukaan
serviks saat diperiksa, menurut Prawirohardjo (2008) plasenta previa dapat
diklasifikasi menjadi 4, yaitu :
1. Plasenta previa totalitas atau komplit : plasenta yang menutupi seluruh ostium
arteri internum.
2. Plasenta previa parsialis : plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis : plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum.
4. Plasenta previa letak rendah : plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim, demikian rupa sehingga tepi bawahnya brada pada jarak lebih kurang 2 cm
dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak
normal.

Gambar 1. Klasifikasi Plasenta Previa

Plasenta previa berdasarkan derajat invasinya, dibagi menjadi tiga


(Cunningham, 2014), yaitu :
a. Plasenta Akreta
Melekatnya vili korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan
miometrium. Tanda khas dari plasenta akreta pada pemeriksaan luar adalah ikutnya
fundus, apabila tali pusat ditarik.
b. Plasenta Inkreta
Melekatnya vili korion plasenta hingga memasuki/mencapai lapisan
miometrium, sehingga tidak mungkin dapat lepas dengan sendirinya. Perlu
dilakukan plasenta manual dengan tambahan kuretase tajam dan dalam hingga
histerektomi.
c. Plasenta Perkreta
Melekatnya vili korion hingga menembus lapisan otot hingga mencapai
lapisan serosa dinding uterus.
Ibu hamil yang terdiagnosis mengalami plasenta previa pada kehamilan
kurang dari 28 minggu, harus mendapatkan pemeriksaan ultrasonografi ulangan
pada usia kehamilan antara 32 minggu hingga 35 minggu untuk mendeteksi ulang
letak plasenta karena letak plasenta masih bisa berubah seiring dengan
membesarnya kehamilan. Pada ibu hamil dengan plasenta previa yang memiliki
riwayat seksio sesarea membutuhkan pemeriksaan ulangan untuk memastikan ada
tidaknya plasenta akreta. Menyebutkan plasenta akreta adalah salah satu kondisi
paling berbahaya yang terkait dengan kehamilan, karena perdarahan dapat
mengakibatkan kegagalan multi sistem organ, kebutuhan untuk masuk ke unit
perawatan intensif, histerektomi, dan bahkan kematian.

C. Etiologi Plasenta Previa


Etiologi plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori dan faktor resiko yang berhubungan dengan plasentaa previa,
diantaranya :
1. Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan
plasenta terbentuknya dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.
2. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan
parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah sesar atau aborsi).
3. Hipoplasi endometrium : bila kawin dan hamil pada umur mudah.
4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
5. Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan
plasenta terbentuknya dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.
6. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan
parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah sesar atau aborsi).
7. Hipoplasi endometrium : bila kawin dan hamil pada umur mudah.
8. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi.
9. Ovum yang dibuahi tertanam sangat rendah di dalam rahim, menyebabkan
plasenta terbentuknya dekat dengan atau di atas pembukaan serviks.
10. Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti fibroid atau jaringan parut
(dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah sesar atau aborsi).
11. Hipoplasi endometrium : bila kawin dan hamil pada umur mudah.
12. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi.
13. Tumor-tumor, seperti mioma uteri atau polip endometrium.
14. Plasenta terbentuk secara tidak normal.
15. Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara dari pada
primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang
berkurang dan perubahan pada desidua akibat persalinan masa lampau. Aliran
darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas permukaannya sehingga menutupi
pembukaan jalan lahir.
16. Ibu merokok, resiko relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat akibat
merokok. Ini terjadi karena timbuulnya hipoksemia akibat karbonmonoksida
menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatorik.
17. Ibu dengan usia lebih tua, resiko plasenta previa berkembang 3 kali lebih besar
pada perempuan di atas usia 35 tahuun dibandingkan pada wanita di bawah usia 20
tahun.
18. Riwayat sectio caesaria, peningkatan insiden plasenta previa lima kali lipat pada
wanita dengan riwayat sectio caesaria.

A. Patofisiologi
Segmen bawah uterus tumbuh dan meregang setelah minggu ke 12
kehamilan, dalam minggu-minggu berikutnya ini dapat menyebabkan plasenta
terpisah dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Perdarahan terjadi secara spontan
dan tanpa disertai nyeri, seringkali terjadi saat ibu sedang istirahat (Sataloff dkk,
2014).
Segmen bawah uterus telah terbentuk pada usia kehamilan 20 minggu. Usia
kehamilan yang bertambah menyebabkan segmen-segmen bawah uterus akan
melebar dan menipis serta servik mulai membuka. Pelebaran segmen bawah uterus
dan pembukaan servik pada ibu hamil dengan plasenta previa dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan. Darah yang keluar berwarna merah segar, berlainan dengan
darah yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna merah kehitaman.
Sumber perdarahannya adalah robeknya sinus uterus akibat terlepasnya plasenta dari
dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Makin rendah
letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi (Wiknjosastro, 2014).
Plasenta previa dapat mengakibatkan terjadinya anemia bahkan syok,
terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh, bahkan infeksi
pada perdarahan yang banyak sampai dengan kematian (Manuaba, 2012).

B. Gambaran Klinik
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah pendarahan uterus keluar
melalui vagina tanpa rasa nyeri. Pendarahan biasanya baru terjadi pada akhir
trimester kedua keatas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti
sendiri. Perdarahan kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setelah beberapa
waktu kemudian dan jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang
lebih banyak seperti mengalir.

C. Pemeriksaan Diagnosis
1. Anamnesis, perdarahan jalan lahir pada kehamilan trimester 3 berlangsung tanpa
nyeri terutama pada Multigravida, banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pada pemeriksaan hematocrit.
2. Pemeriksaan luar, bagain bawah nanin biasanya belum masuk pintu atas panggul
presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul
mengelak kesamping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul
3. Pemeriksaan Inspekulo, pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasalah dari ostiuom uteri eksternum adanya plasenta previa harus
dicurigai.
4. Penentuan letak plasenta tidak langusng, penentuan letak plasenta secara tidak
langsung dapat dilakukan radiografi, radiofisitope, dan ultrasonografi.
Ultrasonografi penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat, tidak
menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya tidak menimbulkan rasa nyeri.
Pemeriksaan ini juga dapat menentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta
terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm disebut plasenta previa letak rendah.
5. Jika plasenta pevi terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester dua, sering kali
lokasi plasenta akan bergeser ketika Rahim membesar dapat dilakukan pemeriksaan
USG dan beberapa wanita mungkin bahkan tetap tidak terdiagnosis sampai
persalinan, terutama dalam kasus-kasus plasenta previa sebagian.

D. Faktor Risiko
Berghella (2016) menyebutkan faktor risiko terjadinya plasenta previa yaitu
ibu dengan riwayat seksio sesarea, riwayat tindakan kuretase, multiparitas dan
riwayat merokok. Qatrunnada, dkk (2018) mendapatkan hubungan yang bermakna
pada usia, paritas, riwayat seksio sesarea, dan plasenta previa .
1. Usia ibu
Usia seorang ibu berkaitan dengan alat reproduksi wanita. Pengertian usia
menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. semisal, umur manusia
dikatakan 15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
b. Usia adalah usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang Tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Bertambahnya
umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik, sehingga
akan termotivasi dalam memeriksakan kehamilan dan mengetahui
pentingnya ANC (Padila, 2014)
c. Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makluk, baik yang hidup maupun yang mati. semisal, umur manusia
dikatakan 15 Tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
d. Usia adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan
sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan Tahun.
e. Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun, karena pada
usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang
dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri. Dalam
Wiknjosastro (2014), kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia di bawah 20 tahun dua hingga lima kali lebih tinggi dari pada
kematian matern
Manuaba (2012) menyebutkan kehamilan yang terjadi pada usia kurang dari
20 tahun memerlukan perhatian yang optimal. Penyulit pada kehamilan lebih tinggi
muncul dibandingkan usia reproduksi sehat. Salah satu faktor yang
mempengaruhinya adalah wanita berusia kurang dari 20 tahun secara fisik kondisi
organ reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan
dan pengembangan janin. Selain itu secara mental pada umur ini wanita belum cukup
matang dan dewasa Ibu muda biasanya memiliki kemampuan perawatan pra-natal
yang kurang baik karena rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang
memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan. Masalah psikologis terkadang
muncul, karena ketidaksiapan mental dan jiwa untuk menjadi seorang ibu.. Hal ini
mengakibatkan peningkatan risiko mengalami persalinan komplikasi atau komplikasi
obstretrik seperti abortus inkomplit, toksemia, eklamsia, solusio plasenta, inersia
uteri, perdarahan pasca persalinan, persalinan macet, berat bayi lahir rendah,
kematian neonatus dan perinatal. Pada usia lebih dari 35 tahun sering dikaitkan
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh. Ibu yang berumur di atas 35
tahun mempunyai risiko dua atau tiga kali untuk mengalami komplikasi kehamilan
dan persalinan seperti perdarahan atau hipertensi dalam kehamilan dan partus lama.

2. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang
wanita. Klasifikasi paritas menurut Mochtar (2012) dibedakan menjadi:
a. Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak,
yang cukup besar untuk hidup di dunia luar.
b. Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak lebih
dari satu, tidak lebih dari lima kali.
c. Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan lima orang
anak atau lebih.

Uterus yang melahirkan banyak anak cenderung bekerja tidak efisien dalam
semua kala dalam persalinan karena melemahnya otot-otot rahim untuk
berkontraksi sehingga berisiko terjadinya persalinan lama dan perdarahan post
pasca persalinan (Wiknjosastro, 2014).

E. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, di antaranya :
1. Menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal. Oleh karena pembentukan
segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat
melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan perdarahan yang
terjadi itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek serta disertai oleh perdarahan yang banyak.
3. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
4. Kelahiran premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian oleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum
aterm. Pada kehamilan <37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk
mengetahui kematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
5. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain
masa rawatan yang lebih lama, adalah berisiko tinggi uncuk solusio plasenta (resiko
relative 13,8), seksio sesarea (RR 1,7). Kematian maternal akibat perdarahan (50%),
dan disseminated intravascular coagulation (DIC) 15,9%.

F. Penanganan
1. Terapi Ekopektif
a. Anamnesa
Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non-infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat
dan baik.
Syarat-syarat terapi ekopektif :
 Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
 Belum ada tanda-tanda inpartu.
 Keadaan umum ibu cukup baik.
 Janin masih hidup.
b. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
c. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.
d. Berikan tokolitik jika ada kontraksi.
 MgSO4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4 grm setiap 6 jam.
 Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan paru janin.
e. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok (bubble tes) dan hasil
amniosentesis.
f. Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masih berada disekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga
perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan
keadaan gawat janin.
2. Terapi Aktif
a. Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang
maturnitas janin.
b. Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi, lakukan PDMO jika :
 Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
 Kehamilan ≥37 minggu (BB 2500 gram) dan inpartu.
 Janin telah meninggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:
anensefali).
 Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
3. Seksio sesarea
a. Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehinggah walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk
hidup, tindakan ini tetap dilaksanakan.
b. Tujuan seksio sesarea
1) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dengan menghentikan perdarahan.
2) Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika
janin dilahirkan pervaginam.
c. Lakukan perawatan lanjut paksa bedah termaksud pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk dan keluar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Plasenta previa adalah komplikasi dalam kehamilan biasanya ditandai dengan
pendarahan pada vagina tanpa rasa nyeri pada trimester III, dimana letak plasenta
menutupi ostium uteri interna. Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan janin mampu hidup diluar
Rahim. Jenis-jenis plasenta previa yaitu, Plasenta previa totalitas, Plasenta previa
parsialis, Plasenta previa marginalis, Plasenta previa letak rendah.

Plasenta previa dapat mengakibatkan terjadinya anemia bahkan syok, terjadi


robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh, bahkan infeksi pada
perdarahan yang banyak sampai dengan kematian. faktor risiko terjadinya plasenta
previa yaitu ibu dengan riwayat seksio sesarea, riwayat tindakan kuretase,
multiparitas dan riwayat merokok. Penanganan plasenta previa yaitu Terapi Ekopektif,
Terapi Aktif dan sectio caesarea.

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat melaukan deteksi dini melaluis pemeriksaan USG pada usia
kehamilan lebih dari 28 minggu pada ibu hamil dan Penanganan plasenta previa
harus segera ditangani untuk mengurangi resiko kematian bagi ibu dan janin
2. Bagi masyarakat
Ibu sebaiknya hamil di usia reproduktif dan melakukan pemeriksaan sehamilan
sejak dini dan rutin untuk mencegah berbagai faktor yang dapat menyebabkan
plasenta previa.
DAFTAR PUSTAKA

Almnabri, A., Ansari, E., Abdulmane, M., Saadawi, D., Almarshad, T., Banoun, A.,
et al. (2017). Management of Plasenta Previa During Pregnancy. Juornal of
Hospital Medicine, 1549-1553.

Berghella, V. (2016). Obstetric Evidence Based Guidlines (3rd edition). CRC Press.

Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL,dkk
(2014) Williams Obstetrics. 24th ed. California: McGraw-Hill Education; 45–
112 p.

Firaser, D. (2011). Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC edisi 14.

Manuaba, I. B. G. (2012). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan (Setiawan (ed.); kedua). Jakarta : EGC.

Mochtar, R. (2012). Sinopsis Obstetric Fisiologi dan Patologi jilid 1. Jakarta: EGC

Padila. (2014). Keperawatan Maternitas Sesuai dengan Standar Kompetensi (PLO)


dan Kompetnsi Dasar (CLO) (cetakan pertama). Jakarta : Nuha Medika.

Senkoro, E., Mwanamsangu, A., Chuwa, F., Msuya, S., Mnali, O., Brown, B., et al.
(2017). Frekuensi, Faktor Risiko, dan Hasil Fetomaternal yang Merugikan
dari Plasenta Previa di Tanzania Utara. Journal of Pregnancy.

Qatrunnada, A., Antonius, P. A., & Yusrawati. (2018). Faktor Risiko dan Luaran
Maternal Plasenta Akreta in Dr . M . Djamil Padang General Hospital.
Obgynia, 1(2), 97–102.

Sataloff, R. T., Johns, M. M., & Kost, K. M. (2014). Miles Text Book For Midwife
(sixteenth).

Wiknjosastro, H. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

WHO, W. (2018). Anhka Kematian Ibu dan Angkat Kematian Bayi. World Bank.

Wiknjosastro H. (2009). Ilmu Kebidanan Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai