Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERDARAHAN PERVAGINA ANTEPARTUM: PLASENTA PREVIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu: Ibu Emma Setiyo Wulan, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun oleh :

1. Irine Bella Priastika (2017011952)


2. Keke Jihan Ananda (2017011953)
3. Noor Qonita R (2017011960)
4. Rofianis Zunaini (2017011966)
5. Serla Lydia (2017011968)
6. Sri Setianingsih (2017011972)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CENDEKIA UTAMA KUDUS

TAHUN AJAR 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi Maha
penyayang,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalahasuhan kepeawatan tentangPerdarahan Pervagina Antepartum: Plasenta Previa.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah asuhan keperawatan tentangPerdarahan


Pervagina Antepartum: Plasenta Previaini dapat diterima.

Kudus, Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul................................................................................................................. i
Kata pengantar................................................................................................................ ii
Daftar isi.......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Perdarahan Antepartum...................................................................................... 3
B. Plasenta Previa.................................................................................................... 3
1. Definisi.......................................................................................................... 3
2. Etiologi.......................................................................................................... 2
3. Klasifikasi..................................................................................................... 5
4. Manifestasi Klinis......................................................................................... 6
5. Patofisiologi.................................................................................................. 6
6. Pathway......................................................................................................... 7
7. Komplikasi.................................................................................................... 8
8. Penatalaksanaan............................................................................................ 8
9. Penanganan................................................................................................... 9
10. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................ 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian........................................................................................................... 15
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................... 18
C. Intervensi Keperawatan...................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................... 21
B. Saran................................................................................................................... 21
Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada
kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan
diatas 28 minggu (Manuaba, 2014). Perdarahan antepartum merupakan salah satu dari
kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3-5% dari seluruh persalinan. Penyebab
perdarahan antepartum yang paling umum adalah plasenta previa (31%), solusio plasenta
(22%), dan penyebab lainnya (perdarahan sinus marginal, vasa previa, servisitis, trauma
genital dan infeksi) (Athanasias et al., 2011).Diagnosa secara tepat sangat membantu
menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan metode pertama sebagai
pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum. Plasenta
previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik sepenuhnya atau
sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim yang menyebabkan
pendarahan saat serviks berdilatasi (Hull et al., 2014).
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya kelainan
serviks, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan antepartum pertama-tama
harus selalu dipikir bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang salah satu perdarahan
pervagina yaitu perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan muncul sebagai berikut :
1. Bagaimana perdarahan antepartum?
2. Bagaimana tinjauan teori plasenta previa sebagai penyebab dari perdarahan pervagina
antepartum?
3. Bagaimana asuhan keperawatan secara teoritis berhubungan dengan plasenta previa?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep secara teori dan memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan perdarahan antepartum secara komprehensif.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah dan diskusi kelompok, mahasiswa diharapkan dapat :
a) Mengetahui dan memahami pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pathway, komplikasi, penatalaksanaan, farmakologi,
terapi diet, pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan perdarahan
antepartum:plasenta previa.
b) Mengetahui asuhan keperawatan secara teoritis perdarahan antepartum:
plasenta previa dari mulai pengkajian, diagnosa, dan intervensi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Perdarahan Antepartum

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur


kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2014).
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2010), perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua
kehamilan. Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi
pada akhir usia kehamilan.
Perdarahan antepartum (APH) didefinisikan sebagai perdarahan dari jalan lahir setelah
24 minggu (beberapa penulis mendefinisikan ini sebagai minggu ke-20, yang lain sampai
minggu 28) kehamilan. Hal ini dapat terjadi setiap saat sampai tahap kedua persalinan
selesai.
Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum. Plasenta previa
adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik sepenuhnya atau sebagian atau
yang meluas cukup dekat dengan leher rahim yang menyebabkan pendarahan saat serviks
berdilatasi (Hull et al., 2014).

B. Plasenta Previa
1. Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering
kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin
dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian
depan atau belakang agak ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2010).
Plasenta previa adalah plasenta yang abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian atas uterus.Plasenta previa adalah jaringan plasenta

3
tidak tertanam dalam korpuks uteri jauh dari ostium intermus serviks, tetapi terletak
sangat dekat pada ostium internus tersebut (Rohan & Siyoto, 2013).

2. Etiologi
MenurutRohan & Siyoto (2013), plasenta previa meningkat kejadiannya pada
keadaan-keadaan yang endometriumnya yang kurang baik misalnya karena atrofi
endometrium/kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini dapat di temukan pada:
a. Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
b. Mioma uteri
c. Kuretasi yang berulang
d. Bekas seksio sesarea.
Menurut Manuaba dalam Rohan & Siyoto (2013), penyebab terjadinya plasenta
previa diantaranya adalah mencakup:
 Perdarahan (hemorrhaging)
 Usia lebih dari 35 tahun
 Multiparitas
 Pengobatan interfetilitas
 Multiple gestation
 Erythroblastosis
 Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
 Keguguran berulang
 Status sosial ekonomi yang rendah
 Jarak antar kehamilan yang pendek
 Merokok.
Menurut Mochtar dalam Rohan & Siyoto (2013), faktor predisposisi dan
pressipitasi yang dapat mengakibatkanterjadinya plasenta previa adalah:
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta:
 Kehamilan kembar (gamelli)
 Tumbuh kembang plasenta tipis
2. Kurang suburnya endometrium:

4
 Malnutrisi ibu hamil
 Melebarnya plasenta karna gamelli
 Bekas seksio sesarea
 Sering di jumpai pada grandemultipara.
3. Terlambat implantasi:
 Endometrium fundus kurang subur
 Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula yang
siap untuk nidasi.

3. Klasifikasi
MenurutRohan & Siyoto (2013), plasenta previa diklasifikasikan menjadi:
a. Placenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix
4 cm. Pada posisi ini, jelas tidak   mungkin bayi dilahirkan per-vaginam
(normal / spontan / biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta
previa sentralis yaitu bila tali pusat plasenta berada tepat dengan sentral
kanalis servikalis.
b. Placenta Previa Partialis
Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum
pada pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih
besar, dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
c. Placenta Previa Marginalis
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada
pembukaan servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan
tetap besar.
d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang  
disebut juga dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan
tetapi belum sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-
kira 3-4 cm di atas pinggir ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada

5
pembukaan jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang
kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hati-hati.
4. Manifestasi Klinis
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar
meleui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan ke dua. Ibu
dengan plasenta previa pada umunya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai
terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan
berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan terjadi tanpa faktor pencetus,
meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus.Perdarahan
terjadi karena pembesaran dinding rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan
dari plasenta dengan dinding rahim.Koagulapati jarang terjadi pada plasentaprevia.Jika
di dapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan
Vagina Tousche (pemeriksaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh di lakukan kecuali
di meja operasi mengingat resiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi (Rohan &
Siyoto 2013).

5. Patofisiologi
Perdarahan anterpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu
saat segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis.Umumnya terjadi
pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami
perubahan.Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari diding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta.Perdarahan tidak dapat di hindarkan karena adanya ketidak
mampuan selaput otot segmen baah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta
letak normal (Rohan & Siyoto 2013).

6
6. Pathway
Perdarahan Pervagina Antepartum

Kelainan Plasenta

Plasenta Previa

Pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi ostium uteri

Dengan bertambah tuanya kehamilan

Servix membuka

Tidak dapat diikuti oleh plasenta yang


melekat

Terlepasnya vili plasenta dari dinding


uterus

Perdarahan Dx : Kekurangan volume


cairan
Dx : Ansietas
Volume darah menurun

Dx : Perubahan COP menurun


perfusi jaringan

Syok hipovolemik Perfusi jaringan menurun Dx : Intoleransi


aktivitas
7
Kematian

7. Komplikasi
Komplikasi plasenta previa yaitu :
a. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
b. Prolaps plasenta
c. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan
d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
e. Perdarahan setelah kehamilan
f. Infeksi karena perdarahan yang banyak
g. Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011).

8. Penatalaksanaan
Secara umum terdapat 3 jenis pengananan plasenta previa, yaitu perawatan
konservatif, persalinan pervaginam, dan persalinan perabdominal.
1. Perawatan konservatif
Perawatan konservatif adalah perawatan yang bertujuan mempertahankan
kehamilan sampai usia kehamilan maksimal. Syarat perawatan konservatif adalah:
 Kehamilan belum cukup bulan
 Perdarahan sedikit (Hb masih normal)
 Tempat tinggal dekat dengan rumah sakit.
Perawatan konservatif dilakukan dilakukan dengan cara:
 Mengistirahatkan ibu hamil
 Memberikan hematinik untuk mengatasi anemia
 Memberikan tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus
 Memberikan antibiotik bila ada indikasi infeksi
 Melakukan pemeriksaan USG
 Melakukan pemeriksaan darah.
2. Persalian pervaginam

8
Persalinan pervaginam adalah tindakan melahirkan janin dengan cara persalinan
normal. Persalinan pervaginam dilakukan pada plasenta previa marginalis, plasenta
previa letak rendah, plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm atau lebih.
Syarat persalinan pervaginam adalah kehamilan sudah cukup bulan, perdarahan
parah dan janin yang dikadung mati.
3. Persalinan perabdominal
Persalinan perabdominal adalah tindakan melahirkan janin dengan cara operasi SC.
Indikasi operasi SC pada plasenta previa dilakukan pada beberapa kondisi, seperti:
 Plasenta previa totalis
 Plasenta previa lateralis di mana perbukaan masih kurang dari 4 sentimeter
 Perdarahan yang banyak dan tanpa henti
 Presentasi janin yang tidak normal
 Ibu hamil dengan panggul sempit.
Cara ini lebih aman dilakukan pada semua jenis plasenta previa dibandingkan
dengan melahirkan dengan cara normal. Operasi Caesar dapat mengurangi risiko
untuk mengalami perdarahan parah.

9. Penanganan
Penanganan pada kasus perdarahan dengan plasenta previa dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Ekspektatif (bila usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau TBF).
Yaitu penanganan yang dilakukan apabila janin masih kecil sehingga
kemungkinan hidup didunia luar baginya kecil sekali. Penanganan ini hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
Syarat terapi ekspektatif yaitu jika usia kehamilan belum optimal/kurang dari
37 minggu, perdarahan sedikit, kehamilan preterem dengan perdarahan sedikit yang
kemudian berhenti, belum ada tanda inpartu, janin masih hidup, keadaan umum
baik dengan kadar Hb>8.0% atau lebih. Penanganan atau terapi ekspektatif dapat
dilakukan pada dua tempat dengan syarat yang telah ditentukan.
Penanganan di rumah sakit, yaitu pada terapi ini, pasien dirawat dirumah sakit
dengan memperbaikan cairan tubuh atau darah dengan memberikan infus cairan IV
(NaCl 0.9% dan ringer laktat) sampai berat anak kurang lebih 2500gr atau

9
kehamilan sudah sampai 37 minggu,serta dianjurkan untuk tirah baring, dan
diberikan antibiotika profilaksis serta berikan tokoitik bila ada kontraksi sampai
janin cukup matang sehingga dapat dilakukan seksio sesarea :
 MgSo4 4g IV dosis awal dilanjutkan 4g setiap 6 jam
Pemberian ini diberikan untuk menambah aliran darah ke uterus, karena
pada kasus plasenta previa bawasannya akan terjadi vasekularisasi ke
atas uteri yang berkurang, atau perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa.
 Nifedipin 3x20 mg/hari
 Betametason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
 Uji pematangan paru janin dengan uji tes kocok (bubble tes) dari hasil
amniosentesis.
Dengan didukung pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta,
usia kehamilan profil biofisik, letak dan presentasi janin. Penderita plasenta previa
juga harus diberikan hematinik, antibiotik, mengingat kemungkinan terjadi infeksi
yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-tindakan intrauterin dan
pemberian tokoliti bila ada his. Pemeriksaan laboorat dievaluasi untuk mengetahui
penurunan Hb (hemoglobin) dan level hematokrit (Ht), obat-obatan untuk
meningkatkan maturitas fetal/janin diberikan jika kehamilan kurang dari 34
minggu. Tidak boleh melakukan pemeriksaan dalam, seperti VT, pemeriksaan
rektal, atau pemasangan alat pada vagina untuk membantu pemeriksaan. Perbaikai
anemia dengan pemberian sulfas ferosus atao ferrous fumarat per oral mg selama
hamil. Memastikan tersedianya sarana tranfusi sebagai penambah darah serta
persiapan mental ibu. Karena pasien atau ibu dengan plasenta previa ada yang
berhari-hari bahkan berminggu-minggu dirawat, maka seringkali pasien dan
keluarganya menjadi gelisah. Dalam hal ini bidan atau perawat kebidanan harus
memberi motivasi kepada pasien atau ibu dan keluarga. Jika usia kehamilan telah
mencapai 37 minggu dan paru janin telah matur, persalinan seksio sesaria
dilakukan. Selama dirawat di rumah sakit, pasien dengan plasenta previa mungkin
selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya keadaan emergensi /
kegawatdaruratan karena perdarahan masif (terus menerus dan banyak) dengan

10
akibat syok hipovolemik yang dapat terjadi segera, hal ini diperlukan seksio sesaria
segera. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien diluar kota atau diperlukan waktu
>2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pasien segera kerumah sakit jika
terjadi perdarahan. Jika setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih
berada di sekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi khas,
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan
keadaan gawat darurat. Jika perdarahan berlangsung pertimbangan dari manfaat dan
resiko ibu dan janin mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan
terminasi kehamilan.
Perdarahan di rumah memiliki kriteria untuk pelaksanaan perawatan di rumah
yaitu ibu harus diawasi oleh petugas kesehatan (bidan/perawat), home care yang
kompeten). Pertimbangan untuk reveal/rujukan : ibu dalam kondisi yang stabil
dengan tidak ada perdarahan aktif dan harus mempunyai sumber untuk dapat
kembali kerumah sakit dengan cepat. Jika terjadi perdarahan aktif, ibu harus
mempunyai superfisi ketat dirumah dengan keluarga, harus tau bagaimana
mengkaji keadaan janin dan aktivitas uterus serta perdarahan dan menghindari
intercause dauching dan enema. Ibu sebaiknya membatasi aktivitas sesuai yang
dianjurkan dokter dan mengikuti perjanjian untuk pemeriksaan janin pengkajian
laboratorium dan perawatan prenatal. Kunjungan dengan petugas kesehatan
sebaiknya disusun. Jika perawatan di rumah dengan pembatasan aktivitas yang
lama, ibu sebaiknya memperhatikan tentang pekerjaan atau tanggungjawab
keluarga atau mungkin terjadi bosan tanpa aktivitas, ibu sebaiknya didorong untuk
berpartisipasi untuk perawatan dirinya atau keputusan tentang perawatan jika
memungkinkan. Aktivitas selingan perlu dianjurkan seperti membaca,
mendengarkan radio, dan yang lain sehingga ibu merasa senang dan dapat
melakukannya selama tirah baring atau bedrest.
b. Terminasi / aktif (bila usia kehamilan lebih dari 37 minggu atau lebih dari TBF
2500 gr.

11
Yaitu penanganan dengan cara segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang membawa maut, misalnya kehamilan cukup bulan, perdarahan
banyak, dan anak mati (tidak selalu anak mati).
Ada beberapa kriteria atau syarat untuk melakukan penanganan terminasi atau
aktif diantaranya infus/tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap,
usia kehamilan (masa gestasi) > 37 minggu, berat badan janin >2500 gram dan
inpartu atau janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor
(anensefali), perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu
atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar), perdarahan banyak 500 cc atau lebih,
ada tanda-tanda persalinan, ada tanda-tanda gawat janin, keadaan umum ibu tidak
baik, ibu anemis, Hb 8.0%.
Penanganan aktif harus dilakukan untuk menangani plasenta previa yaitu jenis
persalinan yang dipilih untuk menangani plasenta previa dan pelaksanaannya
bergantung pada beberapa faktor yaitu perdarahan banyak atau sedikit, keadaan ibu
dan anak, besarnya pembukaan, tingkat plasenta previa, paritas. Perdarahan yang
banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta previa yang berat
mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaiknya perdarahan yang sedang atau
sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang
ringan, dan anak yang mati cenderung untuk dilahirkan pervaginam. Pada
perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil (belum matur) dipertimbangkan
terapi ekspektatif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan apapun
pada penderita plasenta previa, harus tersedia darah yang cukup. Jika plasenta
previa sudah didiagnosa, maka perencanaan penatalaksanaan didasarkan atas umur
kehamilan, jumlah perdarahan dan kondisi janin. Jika umur kehamilan sudah
aterem dan ibu dalam masa persalinan atau perdarahan terus menerus, maka
persalinan secara seksio sesaria secepatnya harus dilakukan pasien dengan plasenta
previa parsial atau marjinal yang mengalami perdarahan minimal, persalinan
melalui vagina dapat dilakukan. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan
tekanan pada plasenta, yang demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang
terbuka (tamponade pada plasenta). Penanganan ini dapat dilakukan pada plasenta

12
previa marginalis, plasenta previa letak rendah dan plasenta previa lateralis dengan
pembukaan 4 cm atau lebih. Pada persalinan seksio sesaria, bidan/perawat
kebidanan secara terus menerus mengkaji keadaan ibu dan janin, sementara itu
dipersiapkan untuk pembedahan yang perlu diperhatikan yaitu mintalah ijin operasi,
persiapan donor untuk sewaktu-waktu bila ada perdarahan berulang dan untuk
stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu, dilakukan perawatan lanjutan keseimbangan
cairan masuk keluar. Tanda-tanda vital ibu dikaji secara teratur untuk mengetahui
adanya penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, perubahan kesadaran, dan
oliguria/urine sedikit. Pengkajian pada janin dipertahankan dengan monitoring vetal
elektronik untuk mengkaji adanya tanda hipoksia. Perdarahan mungkin tidak
berhenti dengan kelahiran bayi. Pelebaran pembuluh darah pada sigmen bawah
rahim mungkin terus menyebabkan perdarahan karena berkurangnya otot segmen
bawah rahim. Mekanisme natural mengontrol perdarahan jika karakteristik otot
uterus bagian atas terjalin dengan kuat, bukan traksi mengelilingi pembuluh darah
terbuka. Hal ini tidak ada pada uterus bagian bawah. Perdarahan pascapartum
mungkin akan terjadi meskipun kontraksi fundus kuat. Dukungan emosional untuk
pasien/ibu dan keluarganya sangat penting. Perdarahan aktif pada pasien tidak
hanya mempengaruhi keadaan pasien atau ibu, tetapi juga berpengaruh pada
kesejahteraan janin. Semua prosedur harus dijelaskan dan ada orang yang
mendukung ibu. Pasien sebaiknya didorong untuk mengekspresikan perhatian dan
perasaanya. Beberapa cara penanganan aktif plasenta previa dengan pervaginal
terdiri dari :
a. Pecah ketuban
Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada plasenta letak rendah, plasenta
previa marginalis, dan plasenta previa lateralis yang menutup ostium kurang
dari setengah bagian.
b. Versi Bracton Hicks
Tujuan dari prasat versi bracton hicks ialah untuk mengadakan tamponade
plasenta dengan bokong dan untuk menghentikan perdarahan dalam rangka
menyelamatkan ibu. Versi bracton hicks biasanya dilakukan pada anak yang
sudah mati ataupun masih hidup. Dilakukan setelah ketuban dipecahkan atau

13
setelah plasenta ditembus tangan yang sepihak dengan bagian-bagian yang
kecil masuk.
c. Cunam Willett Gauss
Tujuan dilakukan tindakan ini untuk mengadakan tamponade plasenta dengan
kepala. Kulit kepala anak dijepit dengan cunam willett gauss dan diberati
dengan timbangan 500 gr.
d. Seksio Sesarea
Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga
dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan hebat. Seksio sesarea juga
mencegah terjadinya robekan serviks yang sering terjadi pada persalinan
pervaginam. Persalinan ini dapat dilakukan pada plasenta previa totalis baik
janin mati maupun hidup dan plasenta previa lateralis.

10. Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan darah:hemoglobin, hematocrit
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan plasenta atau
jarak tepi plasenta terhadap ostium
c. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul
ada kelainan letak janin.
d. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukan sumber
perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servistis, polip, keganasan,
laserasi/troma) (Rohan & Siyoto, 2013).

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
b) Anamnesa
1. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medicalrecord dll.
2. Keluhan utama : Gejala pertama: perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
 Sifat perdarahan: tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.
 Sebab perdarahan: placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/manspulasi
intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan: tergantung besar atau kecilnya
robekan pembuluh darah dan placenta.
3. Pengkajian ABC (Jalan nafas dan pernafasan)
 Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas,
 lakukan pemeriksaan pada kulit: adakah pucat, suara paru: adakah
weezhing, sirkulasi tanda tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat
>110 kali/menit dan lemah), tekanan daarah (rendah, sistolik < 90
mmHg)
4. Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
5. Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak 

15
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
c) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar  perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi
 Rencana menyusui bayi
2. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan
rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun
disesuaikan.
3. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu,   a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran
dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
4. Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal
bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi,

16
prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di
dokumentasikan
d) Pemeriksaan fisik
1. Umum
Apabila terdapat perdarahan pervagina, tanyakan: Apakah ibu sedang hamil, usia
kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang, bagaimana proses
kelahiran placenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yang keluar, placenta tertahan),
uterus (adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih (apakah penuh).
 Klien tidak sadar/kejang
Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa:
tekanan darah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 38oC)
 Demam yang berbahaya
Tanyakan apakah ibu lemah, lethargie, sering nyeri saat berkemih. Periksa
temperatur (lebih dari 39oC), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru
(pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen), payudara
bengkak.
 Nyeri abdomen
Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan darah
(rendah, systolic < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit) temperatur
(lebih dari 38oC), uterus (status kehamilan). Perhatikan tanda-tanda berikut :
Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit kepala,
pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas.

2. Khusus
 Tinggi fundus uteri
 Posisi dan persentasi janin
 Panggul dan janin lahir
 Denyut jantung janin

B. Diagnosa Keperawatan

17
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang banyak, COP
menurun.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, perdarahan.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkiri, perdarahan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2.

C. Intervensi Keperawatan

No. Dx Tanggal/jam NOC NIC TTD

1 Selasa, 20 Setelah dilakukukan Manajamen sensasi kelomp


ok
Oktober 2020 tindakan keperawatan perifer (2660)
11.10 WIB 2x24 jam, diharapkan 1. Monitor adanya
Perubahan perfusi pasthesia dengan
jaringan berhubungan tepat (neuropati)
dengan perdarahan yang 2. Monitor adanya
banyak, COP menurun daerah tertentu yang
dapat teratasi dengan hanya peka terhadap
kriteria hasil : panas,dingin, atau
Perfusi jaringan perifer : tajam tumpul
(0407) : 3. Batasi gerakan pada
1. Tekanan systole dan kepala, leher, dan
distole dalam rentang punggung
yang diharapkan 4. Instruksikan pasien
2. Tidak merasakan keluarga untuk
neuropati memeriksa adanya
3. Kelemahan otot-otot kerusakan kulit
pada ekstremitas dengan tepat
sudah mulai
berkurang

18
2 Selasa, 20 Setelah dilakukukan Manajemen cairan kelomp
ok
Oktober 2020 tindakan keperawatan (4120)
11.20 WIB 2x24 jam, diharapkan 1. Monitor status
kekurangan volume hidrasi
cairan berhubungan 2. Monitor hasil
dengan kehilangan cairan laboratorium yang
aktif, perdarahan dapat relevan dengan
teratasi dengan kriteria retensi cairan
hasil 3. Berikan terapi IV
1. TTV dalam batas yang sudah
normal diresepkan
2. Turgor kulit dan 4. Monitor tanda tanda
capillary refill baik vital pasien
3. Keseimbangan urin 5. Monitor status gizi
output 6. Berikan cairan
4. Kadar elektrolit dengan tepat
normal 7. Tingkatkan asupan
oral

3 Selasa, 20 Setelah dilakukukan 1. Gunakan kelomp


ok
Oktober 2020 tindakan keperawatan pendekatan yang
11.30 WIB 2x24 jam, menenangkan
diharapkanAnsietas 2. Menjelaskan status
berhubungan dengan terkini mengenai
ancaman pada status perdarahan dan
terkiri, perdarahandapat risiko perdarahan
teratasi dengan kriteria serta menjelaskan
hasil tingkat kecemasan solusi untuk
(1211) : mengatasi

19
1. Pasien sudah tidak perdarahan
cemas pada ancaman
status terkini
perdarahan
2. Tekanan darah pasien
normal

4 Selasa, 20 Setelah dilakukukan Terapi oksigen (3320) kelomp


ok
Oktober 2020 tindakan keperawatan 1. Berikan oksigen
11.40 WIB 2x24 jam, tambahan
diharapkanIntoleransi 2. Konsultasikan
aktivitas berhubungan dengan tenaga
dengan kesehatan lainnya.
ketidakseimbangan Penggunaan oksigen
antara suplai dan tambahan selama
kebutuhan O2 dengan kegiatan dan tidur
kriteria hasil toleransi 3. Anjurkan pasien dan
terhadap aktivitas (0005) keluarga
1. Pasien sudah tidak penggunaan oksigen
merasakan sesak dirumah
nafas 4. Atur dan anjurkan
2. Tekanan darah normal pasien mengenai
3. Oksigen pasien sudah penggunaan
normal perangkat oksigen
yang memudahkan
mobilitas

BAB IV

PENUTUP

20
B. Kesimpulan
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umumnya kelainan
serviks, biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada perdarahan antepartum pertama-tama
harus selalu dipikir bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.Frekuensi perdarahan
antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan.Plasenta previa adalah keadaan dimana
plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh dari ostium uteri internum (pembukaan jalan lahir).
Pertolongan pertama jika perdarahan sangat banyak yang harus dilakukan adalah
membawa klien segera ke rumah sakit, untuk mencegah terjadinya syok perdarahan
sebaiknya pemasangan infuse intravena segera dipasang dan jangan sekali kali dilakukan
pemeriksaan dalam, karena tindakan tersebut dapat memperparah keadaannya. Dan
pemasangan tampon merupakan hal yang salah, karena hal tersebut menambah perdarahan
karena sentuhan pada servik saat pemasangannya. Saat dirumah sakit segera periksa
golongan darahnya, beri tranfusi sesuai perdarahan yang keluar. Pertolongan selanjutnya
tergantung tuanya kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin sudah atau
belum mulai persalinannya, dan diagnose segera ditegakkan.
C. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup kemungkinan
masyarakat, mahasiswa pada khususnya mahasiswa keperawatan, dan seluruh jajaran terkait,
dapat memandang positif serta memahami adanya informasi ini, sesuai apa yang dibahas
didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

21
Athanasias PK, Afors K, Dornan SM (2011). Antepartum hemorrhage. Obstetrics Gynaecology
and Reproductive Medicine, 22(1): 21-5.
Hull AD, Resnik R (2014). Placenta previa, placenta accreta, abrutio placenta, and vasa previa.
Dalam: Creasy RK, Resnik R, Iamn JD, Lockwood CJ, Moore TR, Greene TR (eds).
Creasy and resnik’s maternal-fetal medicine: Principles an practices. Edisi ke 7. China:
Elsevier, pp: 732-734.
Manuaba, I., Manuaba, I. & Manuaba, I. F., 2014. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB. 2 ed. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rohan, H.H., Siyoto, H.S. (2013). Buku ajar kesehatan reproduksi.Yogyakarta : Nuha Medika.
Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi 1.
Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.

22

Anda mungkin juga menyukai