Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP PENANGANAN
KEGAWATDARURATAN KASUS KEGAWATAN OBSTETRIC
Tugas mata kuliah Gawat Darurat

Disusun Oleh :
Kelompok 4

Dosen Pembimbing :
Ns. Hesti Prawita Widiastuti, SST., M. Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2021
MAKALAH
KONSEP PENANGANAN
KEGAWATDARURATAN KASUS KEGAWATAN OBSTETRIC
Tugas mata kuliah Gawat Darurat

DISUSUN OLEH:

Annisa Syaputri P07220219080

M. Rabbani Ritbiyyun P07220219105

Zumrotus Sholikah P07220219124

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat
dankarunia-Nya kami bisa mendapatkan kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah dengan mata kuliah Gawat Darurat yang berjudul “Konsep Penanganan
Kegawatdaruratan kasus Kegawatan Obstetric” ini bisa selesai pada waktunya.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi


dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan rapi. Kami
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik beserta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah yang lebih baik dikemudian hari. Walaupun demikian, kami
berharap dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan sedikit gambaran
mengenai Konsep Penanganan Kegawatdaruratan kasus Kegawatan Obstetric.

Samarinda, Agustus 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar belakang.........................................................................................
B. Rumusan masalah....................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................
D. Manfaat...................................................................................................
E. Sistematika Penulisan..............................................................................
BAB II TELAAH PUSTAKA.......................................................................
A. Konsep Kegawatdaruratan kasus Obstetrc............................................
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................
A. Patofisiologi, farmakologi dan terapi diet obstetric ...............................
B. Asuhan keperawatan kegawat daruratan obstetric..................................
C.Upaya-upaya pencegahan primer,sekunder,tersier pada masalah
kegawat daruratan obstetric ........................................................................
D.Persiapan pelaksanaan dan paska pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium pada kegawat daruratan obstetric...........................................
E. Pendidikan kesehatan dengan aspek legal dan etis..................................
F. Hasil-hasil penelitian dalam kegawat daruratan obstetric......................
G. Trend dan issue dalam kegawatdaruratan obstetric................................
H. Evidance Based Practice dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan
obsteric.........................................................................................................
BAB IV PENUTUP.......................................................................................
A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi

yang dapat mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan,

ketika kelahiran bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta

gangguan selama kehamilan yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun

bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena

jika lambat dalam menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi

baru lahir (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah

kesehatan yang sangat penting yang dihadapi di Negara-negara berkembang.

Berdasarkan riset World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka

Kematian Ibu (AKI) di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa.

Beberapa Negara berkembang AKI yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub-

Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan di

Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia Tenggara

salah satunya di Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam

sebanyak 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 26 per 100.000

kelahiran hidup, Brunei sebanyak 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan

Malaysia sebanyak 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Patofisiologi, farmakologi dan terapi diet obstetric?
2. Bagaimana asuhan keperawatan kegawat-darurat obstetric?
3. Apa upaya-upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada masalah
kegawat-daruratan obstetric?
4. Bagaimana Persiapan pelaksana dan paska pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium pada kegawat-daruratan obsteric?
5. Bagaimana pendidikan kesehatan dengan aspek legal dan etis?
6. Apa hasil-hasil penelitian dalam kegawatdaruratan obstetric?
7. Apa trend dan issue dalam kegawatdaruratan obstetric?
8. Bagaimana Evidance Based Practice dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetric?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang konsep penanganan kegawat
daruratan kasus obstetric.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Patofisiologi, farmakologi dan terapi diet obstetric
b. Asuhan keperawatan kegawat-darurat obstetric
c. upaya-upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada masalah
kegawat-daruratan obstetric
d. Persiapan pelaksana dan paska pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
pada kegawat-daruratan obsteric
e. Pendidikan kesehatan dengan aspek legal dan etis
f. Hasil-hasil penelitian dalam kegawatdaruratan obstetric
g. trend dan issue dalam kegawatdaruratan obstetric
h. Evidance Based Practice dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan
obstetric

D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya pada penulis maupun
para pembaca yang terdiri dari segi pengetahuan dan pemahaman tentang askep
mendalam mengenai konsep penanganan kegawat daruratan kasus obstetric.

E. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga BAB yang disusun secara sistematik dengan urutan sebagai
berikut : BAB I terdiri dari 2 halaman, BAB II terdiri dari 10 halaman, BAB III terdiri
dari 1 halaman, BAB IV terdiri dari

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penanganan Kegawatdaruratan Obstetric

Kegawatdaruratan obstetri adalah suatu keadaan yang datangnya tibatiba,


tidak diharapkan, mengancam jiwa, sehingga perlu penanganan yang cepat dan
tepat untuk mencegah morbiditas maupun mortalitas. Kegawatdaruratan obstetri
diantaranya disebabkan oleh pendarahan, eklampsia, infeksi, persalinan lama
akibat distosia, dan keguguran.

Perdarahan merupakan penyebab kematian tertinggi pada kegawatdaruratan


obstetri, yaitu sebanyak 28%. Persentase tertinggi kedua disebabkan oleh
eklampsia, yaitu sebanyak 24%. Sebab-sebab lainnya antara lain infeksi (14,9 %),
abortus (12,9 %), partus lama (6,9 %), emboli (2,1 %), serta komplikasi pasca
persalinan (9,2 %).

Perdarahan postpartum (pasca salin) merupakan penyebab kematian maternal


tertinggi di seluruh dunia terutama di negara-negara miskin dan berkembang,
dengan perkiraan sebanyak 140.000 wanita meninggal setiap tahun akibat
komplikasi perdarahan atau sebanyak 2% dari seluruh wanita yang melahirkan,
yang berarti terdapat seorang wanita yang meninggal setiap 4 menit.

Di Indonesia permasalahan gawat darurat obstetri tersebut terjadi karena


mengalami empat hal keterlambatan yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan
risiko, terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, terlambat
mendapatkan transportasi untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan yang lebih
mampu, dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan. Oleh karena
itu pelayanan obstetri memerlukan kontinuitas pelayanan serta akses terhadap
pelayanan obstetri emergensi ketika timbul komplikasi. Sehingga setiap persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, peningkatan terhadap pelayanan
obstetri emergensi ketika timbul komplikasi, serta sistem rujukan yang efektif.10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Patofisiologi, Farmakologi dan Terapi Diet Kasus Obstetric


B. Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Obstetric
C. Upaya-upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Pada masalah
Kegawat-Daruratan Obstetric
D. Persiapan. Pelaksanaan dan Paska Pemeriksaan Diagnostik dan
Laboratorium pada Kegawat-daruratan Obstetric
E. Pendidikan Kesehatan dengan Aspek Legal dan Etis
F. Hasil-hasil Penelitian Kegawat-darutan Obstetric

No Peneliti Tahun Judul Analisis Hasil

Wibow 2014 Luaran Rancangan Hasil penelitian


o, B. & maternal penelitian menunjukkan terdapat
Wiyati, dan adalah 59 kasus (66%) hamil
PS perinatal observasional dengan penyakit
pada haml potong lintang. jantung yang disertai
dengan Data sekunder gagal jantung.
penyakit diperoleh dari
jantung di catatan medik Sebanyak 35,6%
RSUP Dr. penderita terjadi komplikasi
kardiovaskuler
Kariadi rawat inap di maternal. Angka
Semarang RS dr. Kariadi
Semarang kematian ibu
selama 5 tahun
sebanyak 8,5%.
periode 1 Luaran perinatal
meliputi 57 bayi lahir
Januari 2005 –.
hidup (90,5%);
1. 2.Putri., 2017 Gambaran Penelitian ini Hasil penelitian
Wahjudi. kondisi menggunaka menunjukan bahwa
ibu hamil n metode usia ibu risiko
, & dengan deskriptif tinggi (52,6%),
diabetes dengan pendidikan rendah
Prasetyo
mellitus di desain case (89,5%), tidak
wati
RSD dr. series. bekerja atau Ibu
Soebandi Rumah Tangga
Jember Jumlah (89,2%), memiliki
Tahun sampel 19
2013- ibu hamil genetic (78,9%),
dengan BMI
2017 diabetes
mellitus yang overweight(57,9%)
dipilh dengan
, glukosuria
teknik total
(89,5%), riwayat
sampling.
pre-eklamsia
(57,9%), paritas
rendah (79%),
tidak pernah
mengalami
keguguran
(84,2%).

Primasar 2017 Analisis kuantitatif Variabel yang


i, I.P Hubungan dengan berhubungan
Anemia pendekatan dengan kejadian
Pada analitik dan BBLR adalah
Kehamila desain studi anemia, kehamilan
n Dengan kasus prematur dan
Kejadian control.
Berat populasi preeklamsi. Ibu
Badan adalah hamil dengan
Lahir seluruh ibu anemia
Rendah di kemungkinan
RSUD bersalin . berisiko 35,570
teknik kali lebih besar
Jenderal sampel untuk melahirkan
Ahmad menggunaka bayi BBLR
Yani n sistematik dibandingkan ibu
random hamil yang tidak
sampling pre eklamsi setelah
dengan
dikontrol variabel
sampel kasus usia dan
Di Indonesia permasalahan gawat darurat obstetri tersebut terjadi karena mengalami
empat hal keterlambatan yaitu terlambat mengenali tanda bahaya dan risiko, terlambat
mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan transportasi
untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu, dan terlambat
mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan. Oleh karena itu pelayanan obstetri
memerlukan kontinuitas pelayanan serta akses terhadap pelayanan obstetri emergensi
ketika timbul komplikasi. Sehingga setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, peningkatan terhadap pelayanan obstetri emergensi ketika timbul
komplikasi, serta sistem rujukan yang efektif.10

G. Trend dan Issue dalam kegawatdaruratan Obstetric

Kematian ibu menjadi isu penting dalam agenda upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Target MDG’s) tahun 2015 tujuan ke -5 adalah
meningkatkan kualitas kesejahteraan ibu melahirkan dengan indikator angka
kematian ibu (AKI). AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2010). Kematian ibu dan bayi yang terjadi di Indonesia, salah satunya disebabkan
oleh komplikasi umum yang dapat diatasi dengan akses cepat terhadap
pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi yang berkualitas. Kematian selama
persalinan dan minggu pertama setelah melahirkan diperkirakan menjadi
penyebab dari 60% kematian ibu. Sekitar 25-50% kematian neonatal terjadi
dalam 24 jam pertama dan sekitar 75% dalam minggu pertama. Kematian ibu
terjadi karena tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang
berlangsung normal. Persalinan disertai komplikasi sebesar 30,7%, di mana bila
tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat meningkatkan kematian ibu.
Kematian ibu banyak terjadi di rumah, sedangkan kematian di fasilitas
kesehatan hanya pada kasus rujukan (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab tersebut terangkum dalam 4 Terlalu (terlalu tua, terlalu muda,
terlalu sering/rapat) dan 3 Terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat
membawa, dan terlambat mendapat pelayanan). Faktor lain yang juga
mempengaruhi adalah pemberdayaan perempuan yang kurang baik, latar belakang
pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik,
kebijakan, ketidaksetaraan gender, serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu
hamil dan melahirkan. di beberapa wilayah, keputusan tempat bersalin tidak
ditentukan oleh ibu yang sedang mengandung, melainkan oleh suami atau pihak
keluarga (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab tidak langsung yang paling dominan adalah ibu hamil anemia 51%,
terlalu muda usianya (< 20 tahun) 10,3%, terlalu tua usianya (> 35%) 11%,
terlalu banyak anak (> 3-4 orang) 19,3%, terlalu dekat jaraknya kurang dari 24
bulan 15% dan kurang dari 36 bulan 36% (Kemenkes RI, 2013). faktor tersebut,
yang terdiri dari:
1. Faktor Medis
a. Keterlambatan mengenal tanda bahaya di rumah (Pemeriksaan ANC)
Pada umumnya suami tidak mengetahui adanya tanda bahaya di rumah,
walaupun suami atau anggota keluarga mengetahui adanya keluhan yang
dirasakan oleh ibu hamil. Hal ini terjadi karena suami jarang menemani istrinya
periksa pada saat ANC karena kesibukan suami sebagai kepala rumah tangga
dalam mencari nafkah bagi keluarganya. Selama ANC suaminya tidak
mengetahui jadwal ANC, sehingga suami terkadang mengantar istrinya periksa
hamil jika kebetulan ia berada di rumah. Namun suaminya tidak pernah
menemani periksa di dalam ruang periksa ibu bidan, suminya hanya menunggu di
ruang tamu. Hal tersebut menyebabkan suami tidak ikut melakukan perawatan
terhadap kehamilan istrinya. Disamping itu suaminya tidak pernah bertanya atau
mencari informasi kepada bidan, teman atau orang tua perihal kehamilan istrinya.
Suami juga tidak mengetahui tanda bahaya yang terjadi di rumah dan kondisi ibu
b. Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan
Rumah sakit merupakan pusat fasilitas pelayanan kesehatan terakhir
yang diterima oleh penerima pelayanan kesehatan tanpa kecuali ibu
yang sedang hamil dan akan melahirkan atau setelah melahirkan. Pada
kasus kematian ibu ini, beberapa informan menginginkan agar istrinya
melahirkan di rumah sakit, tetapi karena permintaan istri yang ingin
melahirkan di pondok bersalin saja, dengan alasan pertimbangan biaya,
sehingga para suami mengikuti kemauan istri.
2. Faktor Non-Medis
a. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh suami atau anggota
keluarga.
Apabila terjadi kasus kegawatdaruratan, dalam masa Antenatal
Care (ANC) mereka memegang peranan yang sangat berarti bagi
keselamatan ibu. Merekalah yang akan menentukan tindakan terbaik
yang dapat diberikan atau menentukan cepat lambatnya suatu proses
pertolongan yang akan diterima penderita. Pada kasus Ibu C dengan
eklampsia, ketika Ibu C mengalami kejang di rumah kemudian
suaminya memanggil bidan, tapi dia tidak mengetahui jika Ibu C
mengalami kejang. Bidan menyarankan agar Ibu C segera dibawa ke
rumah sakit. Oleh keluarga terutama mertua keberatan jika Ibu C
dibawa ke rumah sakit. Menurut mertua sebelum Ibu C dibawa ke
rumah sakit harus dimusyawarakan dahulu dengan pihak besan yang
tinggal di desa lain berjarak 10 km. Sementara tekanan darah pada saat
itu telah mencapai 170/100 mmHg. Ibu B mengalami kejang-kejang
berulang, muntah-muntah dan pusing.
b. Konsep dan tradisi yang diyakini masyarakat
Tingginya nilai seorang anak tercermin dalam perilaku suami direfleksikan dengan
menyelamatkan dan memperhatikan istri yang sedang hamil. Perhatian tersebut akan
berbeda antara kehamilan dan kelahiran anak pertama, kedua, ketiga dan seterusnya
c. Keadaan sosial dan ekonomi
Hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan masalah kematian maternal di
masyarakat biasanya bukan sebagai penyebab langsung. Kematian maternal biasanya
berkaitan dengan kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi, tempat
tinggal yang memenuhi persyaratan serta biaya untuk pemeliharaan kesehatan.

H. Evidance Based Practice dalam penatalaksanaan Kegawat-daruratan


Obstetric
Keperawatan kolaborasi dengan Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan
pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktik terbaik dari para praktisi
dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak
dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah
menetapkan program kebijakan antenatal care sebagai berikut:

1. Kunjungan antenatal care

Kunjungan Waktu Alasan

Trimester I Sebelum 14 minggu

a. Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa.


b. Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan tradisional
yang berbahaya)
c. Membangun hubungan saling percaya
d. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi.
e. Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat, seks,
dan sebagainya).

Trimester II 14–28 minggu

Sama dengan trimester I ditambah: kewaspadaan khusus terhadap hipertensi


kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau Tekanan Darah, evaluasi edema,
proteinuria)

Trimester III 28–36 minggu

Sama, ditambah: deteksi kehamilan ganda. Setelah 36 Minggu Sama, ditambah:


deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.

2. Pemberian suplemen mikronutrien:

Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam folat 500 µg
sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3
bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh/ kopi agar tidak
mengganggu penyerapannya.

3. Imunisasi TT 0.5cc

Imunisasi Interval Lama Persentase


perlindungsan perlindungan

TT 1 Pada kunjungan - -
ANC Pertama

TT 2 4 minggu setelah 3 tahun 80%


TT1

TT4 6 bulan setelah TT 5 tahun 93%


2

TT 5 1 tahun setelah TT 10 tahun 99%


3

TT 6 1 tahun setelah TT 25 tahun/ seumur 99%


4 hidup
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
Hendaknya sebagai perawat ataupun tenaga kesehatan dapat mengerti,
memahami, dan menambah wawasan tentang Gawat Darurat mengenai
pembelajaran Konsep Penanganan kegawatdaruratan obstetric
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai