Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MENJELANG AJAL DAN PALIATIF


ASUHAN KEPERAWATAN STUDI KASUS HIV/AIDS

Disusun Oleh :
Kelompok 7

Dosen Pembimbing :
Ns. Nilam Noorma, S. Kep., M. Kes.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMATAN TIMUR
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
MAKALAH
MENJELANG AJAL DAN PALIATIF
ASUHAN KEPERAWATAN STUDI KASUS HIV/AIDS

DISUSUN OLEH:

Esa Rahmah Bonitasari P07220419013

Jennifer Ingred Angelia P07220419022

Nur Sajida P07220419030

Rutniri Tohana Malau P07220419040

Zulfauzan Zafarillah P07220419047

Zumrotus Sholikah P07220419048

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMATAN TIMUR
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat
dankarunia-Nya kami bisa mendapatkan kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah dengan mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang berjudul
“Asuhan Keperawatan HIV/AIDS” ini bisa selesai pada waktunya.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi


dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan rapi. Kami
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik beserta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah yang lebih baik dikemudian hari. Walaupun demikian, kami
berharap dengan disusunnya makalah ini dapat memberikan sedikit gambaran
mengenai Asuhan Keperawatan HIV/AIDS.

Samarinda, 20 Juli 2020

Kelompok 7

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar belakang.......................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................4
A. Konsep HIV/AIDS..............................................................................4
B. Tinjauan Keperawatan......................................................................12
C. Tujuan, Peran dan Fungsi Keperawatan Paliatif HIV/AIDS............14
D. Studi Kasus.......................................................................................17
E. Asuhan Keperawatan.........................................................................19
BAB III PENUTUP.....................................................................................25
A. Kesimpulan ..........................................................................................25
B. Saran .....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi pasien yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) di
Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal tersebut
berbeda dengan negara-negara lain dikawasan Asia-Pasifik, dengan perkiraan total
pasien HIV dari 5,846 di tahun 2004 menjadi 198,219 pada tahun akhir tahun 2015
(WHO, 2016; Depkes, 2016). Peningkatan jumlah tersebut diiringi dengan
peningkatan jumlah pasien dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
dari 4,973 di tahun 2004 menjadi 77,112 pada akhir tahun 2015. Berbeda dengan
tren peningkatan jumlah pasien HIV dan AIDS, angka kematian yang disebabkan
AIDS mengalami penurunan secara dramatis dari 13,86% pada tahun 2004 menjadi
0,2% di tahun 2015 (Depkes, 2016). Dengan meningkatnya umur harapan hidup
pasien HIV maka infeksi HIV mengalami perubahan dan lebih mengarah pada
penyakit kronik. Sehingga pelayanan kesehatan untuk pasien HIV/AIDS harus
mengalami penyesuain dan berfokus pada peningkatan kualitas hidup pasien.
Perawatan paliatif merupakan sebuah pendekatan yang terbukti efektif dalam
memperbaiki kualitas hidup pasien dengan HIV/AIDS (Huang, 2013).

Pelaksanaan perawatan paliatif harus dimulai dari awal diagnosa sampai


menjelang kematian. Pada tahap awal pasien di diagnosa HIV, pasien
membutuhkan pelayanan suportif untuk membantu dalam pelaksanaan tes HIV,
memfasilitasi dalam membuka status HIV terhadap teman dan keluarga, dan
memberikan dukungan dalam beradaptasi sebagai seseorang yang hidup dengan
HIV (Consortium, 2013). Badan kesehatan dunia seperti WHO sudah
merekomendasikan untuk mengintegrasikan perawatan paliatif kedalam pelayanan
kompreLindayani, L. | Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebutuhan
Perawatan Paliatif pada Pasien HIV/AIDS di Indonesia. Pada tahun 2015, secara
global diperkirakan sebanyak 20,4 juta pasien membutuhkan perawatan perawatan
paliatif dan 5,7% nya adalah pasien dengan HIV/AIDS (WHO, 2016).

1
Sebagai perbandingan, di Afika, sekitar 80% pasien dengan HIV/AIDS
membutuhkan perawatan paliatif, jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan
kebutuhan perawatan paliatif untuk pasien kanker (Harding et al., 2005; Uwimana
& Struthers, 2007). Pelayanan perawatan perawatan paliatif untuk pasien dengan
HIV di Indonesia kurang berkembang. Padahal, pemerintah Indonesia sudah
mengeluarkan kebijakan untuk mengintegrasikan pelayanan perawatan paliatif
kedalam pelayanan komprehensif HIV/AIDS sejak tahun 2011. Sampai tahun 2016,
perawatan paliatif di rumah sakit masih berfokus untuk pasien kanker (Depkes,
2016).

B. RumusanMasalah
1. Bagaimana Konsep HIV/AIDS?
2. Apa saja yang perlu dilakukan dalam tinjauan keperawatan?
3. Bagaimana Tujuan, Peran dan Fungsi Keperawatan Paliatif HIV/AIDS?
4. Bagaimana studi kasus pada asuhan keperawatan HIV/AIDS?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Konsep dari HIV/AIDS.
2. Tindakan yang harus dilakukan pada asuhan keperawatan HIV/AIDS
yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, tindakan
keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Tujuan, Peran dan Fungsi Keperawatan
Paliatif HIV/AIDS
4. Mahasiswa dapat menerapkan studi kasus kedalam asuhan keperawatan.

2
D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya pada penulis maupun
para pembaca yang terdiri dari segi pengetahuan dan pemahaman tentang askep
mendalam mengenai penyakit HIV/AIDS.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep HIV/AIDS
1. Definisi
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala
atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat
infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk famili
retroviridae. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Sudoyo Aru,dkk
2009) Infeksi human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
kekurang sistem imun yang disebabkan oleh retro virus HIV tipe 1 atau HIV
tipe 2 (Copstead dan banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus yang
secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya
berakibat pada kerusakan sistem kekbalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama
pada orang dewasa) (Bararah dan jauhar, 2013).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan
kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV
(Sylvia dan lorraine, 2012). Definisi kasus surveilensi untuk HIV dari CDC
menurut Sylvia dan lorraine (2012) yaitu kriteria yang direfisi pada tahun 2000
untuk pelaporan tingkat nasional mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS
dalam suatu definisi kasus. Pada orang dewasa, remaja, atau anak-anak berusia
18 bulan atau lebih, definisi kasus suveilensiHIV dipenuhi apabila salah satu
kriteria laboratorium positif atau dijumpai bukti klinis yang secara spesifik
menunjukan infeksi HIV dan penyakit HIV berat (AIDS)

2. Etiologi
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia
(HTL-III yang juga disebut Human T-Cell Lymphotropic Virus (Retrovirus).
Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RAN) menjadi asam
deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu.

4
Penularan virus ditularkan melalui: (Agung,2000)
a. Hubungan seksual (anak, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa
kondom dengan orang yang telah terinfeksi HIV
b. Jarum suntik, tindik, tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
c. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung HIV
d. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
3. Manifestasi Klinis
Berdasarkan gambaran klinik (WHO 2006)
Tanpa gejala : fase klinik 1
Ringan : fase klinik 2
Lanjut : fase klinik 3
Parah : fase klinik 4
Fase klinik HIV
Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati ( gangguan kalenjer/pembuluh limfe) menetap
dan menyeluruh
Fase klinik 2
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Infeksi saluran pernafasan atas
(sinusitis, tonsilitis, otitis media, pharyngitis) berulang. Herpes zoster,
infeksi sudut bibir, ulkus mulut berulang, popular pruritis eruptions,
seborrhoic dermatitis, infeksi jamur pada kuku.
Fase klinik 3
Penurunan BB (>10%) tanpa sebab. Diare kronik tanpa sebab sampai
>1bulan. Demam menetap (intermeten atau tetap >1bulan). kardidiasis oral
menetap. TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat
misalnya: pneumonia, empyema (nanah dirongga tubuh terutama pleura,
abses pada otot skelet, infeksi sendi atau tulang), meningitis, bakteremia,
gangguan inflamasi berat pada pelvik, acute necrotizing ulcerative
stomatitis, gingivitis atau periodontitis anemia yang penyebabnya tidak
diketahui (<8 g/dl), neutropenia (<0,5x10/I).
Fase klinik 4

5
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocytis pneumonia
(pneumonia karena pneumocyts carini), pneumonia bakteri berulang, infeksi
herpes simplex kronik (oroblabial, genital atau anorektal >1 bulan)
Oesophageal candidiasis, TBC ekstrapulmonal, Cytomegalovirus,
Toksoplasma, di SSP, HIV encephalopaty, meningitis, infektion progresive
multivocal, lympoma, invasive, cervical carsinoma, leukoencephalophaty.
Fase-fase infeksi HIV/AIDS

Fase Lama fase Antibodi Gejala-gejala Dapat


yang ditularka
terdeteksi n

1. Periode jendela 4 minggu - 6 Tidak Tidak ada Ya


bulan infeksi

2. Infeksi HIV 1-2 minggu Mungkin Sakit seperti flu Ya


Primer akut

3. Infeksi 1-5 th/ lebih Ya Tidak ada Ya


Asimptomatik

4. Supresi imun Sampai 3 th Ya Demam, keringat Ya


simptomatik pd malam hari, BB
turun, diare,
neuropatik,
keletihan, ruam
kulit,
limadenopati,
pelambatan
kognitif, lesi oral

5. AIDS 1-5 th dari Ya Infeksi Ya


pertama oportunistik berat
penentuan dan tumor,
kondisi AIDS manifestasi

6
neurologik

System tahapan klinis untuk anak menurut WHO yang telah beradaptasi:
Digunakan untuk anak berumur < 13 tahun dengan konfirmasi laboratorium
untuk infeksi HIV (HIV Ab pada anak >18 bulan, tes virology DNA dan
RNA untuk umur <18 bulan)

Stadium 1 - Tanda dan gejala (asimtomatik)


- Limfadenopati generalisata persisten (persisten generalized
lumphadenopadenophaty=PGL)

Stadium 2 - Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskan


- Erupsi pruritik popular
- Dermatitis seboroik
- Infeksi jamur pada kuku
- Kelingitis angualaris
- Eritema Gingiva Linea-linea gingival erytrma (LGE)
- Infeksi human papiloma yang luas atau moluskum kongta
ngiosum
- luka dimulut atau sariawan yang berulang (2 atau lebih dalam 6
bulan)
- Pembesaran kalenjer parotis yang tidak dapat dijelaskan
- Herpeszoster
- Infeksi respiratorik bagian atas yang kronik atau berulang

Stadium 3 - Gizi kurang yang tak dapat dijelaskan dan tidak bereaksi
terhadap pengobatan baku
- Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (>14 hari)
- Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan
- Kardidiasis oral
- Oral hairy leukoplakia
- Tuberkulosis paru
- Pneumonia bacterial berat yang berulang

7
- Gingivitis atau stomatitis ulseratif nekrotikans akut
- LIP simtomatik
- Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8 g/dl), neutropenia
(<500/mm3)
- Trombositopenia (<30.000/mm3) selama lebih dari 1 bulan

Stadium 4 - Sangat kurus (Wsating) yang tidak dapat dijelaskan atau gizi
buruk yang tidak bereaksi terhadap pengobatan baku
- Pnumonia pneumosistis
- Dicurigai infeksi bakteri berat atau berulang
- Infeksi herpes simplek kronik
- Tuberkulosis ekstrapulmonal atau diseminata
- Sarcoma kaposi
- Kandidiasis esophagus
- Anak < 18 bulan dengan simtomatik HIV seropositiv dengan 2
atau lebi
- Infeksi sitomegalovirus (CMV) retinitis atau pada organ lain
dengan onset>1 bulan
- Toksoplasmosis susunan saraf pusat (diluar massa neonatus)
- Kriptokokosis termasuk meningitis
- Mikosis ensdemik diseminata
- Kriptosporidiosis kronik atau isosporiasis
- Infeksi sitomegalovirus (onset pada umur >1bulan pada organ
selain hati, limfa atau kalenjar limfe)
- Penyakit mikrobakterial diseminata selain tuberculosis
- Kandida pada trakea, bronkus atau paru
- Acfuirit HIV/ related rekto-vesiko fistula
- HIV-related kardiomyopathy
- HIV- related nephropathy

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (polimerase chain reaction)

8
b. Tes ELSA memberikan hasil positif 2 sampai 3 bulan sesudah infeksi
c. Hasil positif di konfirmasi dengan pemeriksaan wester blot
d. Serologis: skrining HIV dengan ELISA, tes wester blot, limfosit T
e. Pemeriksaan darah rutin
f. Pemeriksaan neurologist
g. Tes fungsi paru, broskoscopi
5. Penatalaksaan (Agung Nugroho)
a. Pengobatan suportif
b. Pengobatan simptomatik
c. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik
kotrimoksazol
d. Pemberian ARV (Antiretroviral).
ARV dapat diberikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat
seumur hidup. Indikasi dimulainya pemberian ARV dapat dilihat pada tabel
berikut.

WHO 2009 Amerika Serikat


Untuk Negara berkembang DHHS 2008

Stadium IV (AIDS) tanpa memandang CD4 Riwayat diagosis AIDS

Stadium III HIV-associated nefropthy/HIVAN

TB Paru Asimptomatik, CD4<350

Pneumonia berulang Ibu hamil

Stadium I dan II bila (CD4 <350)

Pedoman Terapi ARV (Gulick RM)


1) Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
2) Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV yang disebut HAART (Highly
Active Anti Retroviral Theraphy)
3) Kombinasi ARV lini pertama pasien naive (belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan : NRTI (nucleoside atau nucleotide reverse
transcriptase inhibitor) + 1 NNRTI (non-nucleoside atau nucleotide reverse

9
transcriptase inhibitor)
4) Di indonesia, regimen pengobatan yang dipakai adalah:
- Lini Pertama: AZT + 3TC+EFV atau NVP
Alternatif : d4T + 3TC + EFV atau NVP
AZT atau d4T+3TC+ 1PI(LPV/r)
- AZT ( Azidotimidin), EFV (Efavirenz), d4T (Stavudine), 3TC (Lamivudine,
NVP (Nelfinafir), LPV/r (Lopinavir/ritonavir)
6. Patofisiologi

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi HIV/AIDS.


Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200µL
meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa infeksi oportunistik. HIV ditularkan
melalui kontak seksual, paparan darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang
terluka, dan oleh ibu yang terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi.12 Molekul
reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh HIV dalam tahap infeksi.
HIV terutama akan menyerang limfosit CD4. Limfosit CD4 berikatan kuat dengan
gp120 HIV sehingga gp41 dapat memerantarai fusi membrane virus ke membran sel.
Dua ko-reseptor permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein
gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan
perubahan konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel sasaran.13 Selain
limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan
makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak
dihancurkan oleh virus. HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam sel
manusia, seperti sel Natural Killer (NK), limfosit B, sel 8 endotel, sel epitel, sel
langerhans, sel dendritik, sel mikroglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus
berfusi dengan limfosit CD4, maka berlangsung serangkaian proses kompleks
kemudian terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.13 Limfosit CD4
yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau mungkin mengalami
siklus-siklus replikasi sehingga menghasikan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4
juga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk
apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih lanjut), atau
pembentukan sinsitium (fusi sel).

10
11
7. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan eliminasi(BAB)
b. Gangguan nutrisi kuerang dari kebutuhan tubuh
c. Risiko kekurangan volume cairan
d. Nyeri
e. Risiko kerusakan integritas kulit
f. Hipertermi
g. Pola nafas tidak efektif
h. Bersihan jalan nafas
i. Risiko tinggi cedera
j. Intoleransi aktivitas
8. Discharge Planning
a. Memberikan pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja, dewasa
muda, keluarga dan pasien tentang bahaya penularan dan perawatan
pasien
b. Anjurkan bagi yang telah terinfeksi virus ini untuk tidak mendonorkan
darahnya organ atau cairan semen dan mengubah kebiasan seksual guna
mencegah terjadinya penularan
c. Gunakan kondom lateks dengan pelumas yang larut air dan mengandung
spermisida nonoxynol-9
d. Jangan menggunakan jarum suntik, pisau cukur, sikat gigi, atau barang-
barang yang terkontaminasi darah, bersama dengan orang lain
e. Jika wanita disarankan tidak hamil, dan apabila sudah hamil konsultasikan
dengan dokter untuk pencegahan penularan kejanin (pemberian obat ARV
(obat anti retroviral)
f. Anjurkan keluarkan ikut serta dalam memberikan dukungan psikososial
dan dukungan agama kepada penderita
g. Beri asupan nutrisi yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan
tambahan suplemen untuk menjaga daya tahan tubuh
h. Tidur yang cukup dan selalu menjaga kebersihan
i. Bergabung dengan anggota odha

12
B. Tinjauan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Keperawatan meliputi pengkajian fisik dan psikohososiospiritual.
a. Pengkajian Fisik
Perawat melakukan pengkajian kondisi fisik pasien secara keseluruhan dari ujung
rambut hingga ke ujung kaki.
Permasalahan fisik yang sering dialami pasien HIV/AIDS biasanya diakibatkan oleh
karena penyakitnya maupun efek samping dari pengobatan yang diterimanya.
Diantaranya adalah nyeri, nutrisi, kelemahan umum, eliminasi, luka dekubitus,
pernafasan. Serta masalah keperawatan lainnya.
b. Pengkajian psikhososiospiritualkultural
Perawat melakukan pengkajian kemampuan fungsi sosia, kondisi mental/ emosional,
hubungan interpersonal, kegiatan yang dilakukan oleh pasien HIV/AIDS, konflik dalam
keluarga yang dialami pasien jika ada, peran sistem budaya, spiritual dan aspek
religius, sumber keuangan, komunikasi kepribadian/personality, adat istiadat, aspek
religius, pertahanan, sistem nilai, hubungan antar anggota keluarga juga stressos yang
dihadapi pasien HIV/AIDS.
2. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul pada perawatan paliatif pasien
HIV/AIDS, adalah:
a. Gangguan body image: rambut rontok, luka, bau dan lain-lain
b. Gangguan hubungan seksual
c. Gangguan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
d. Gangguan komunikasi
e. Kurang pengetahuan atau informasi
f. Gangguan pola tidur
g. Gangguan interaksi sosial
h. Koping pasien/keluarga yang tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan pada intervensi pada
perawatan paliatif pasien HIV/AIDS adalah:
a. Strategi pencapaian dari askep

13
b. Memberikan prioritas intervensi keperawatan: nyeri, intake, perawatan
luka, kateter, psikososialspritual, dan lain-lain
c. Libatkan pasien dan keluarga
d. Berikan informasi dengan tepat dan jujur
e. Lakukan komunikasi traupetik
f. Tunjukkan rasa empati yang dalam
g. Support pasien
h. Tetap menghargai pasien
i. Lakukan pendampingan spiritual yang intensif
4. Implementasi Keperawatan
a. dalam melaksanakan implementasi keperawatan paliatif terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan : pelaksanaan rencana tindakan yang telah
dibuat
b. Memberikan askep sesuai masalah keperawatan
c. Langsung kepada pasien dan keluarga
d. Hak pasien untuk menerima dan menolak pelaksanaan tindakan perawatan
e. Rasa empati, support, motivasi, dari berbagai pihak khususnya perawat
f. Kolaborasi dengan tim paliatif
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan akhir dari proses asuhan
keperawatan paliatif, namun bukan berarti asuhan keperawatan akan berhenti
pada tahap inin melainkan lebih menekankan pada tahapan mengevaluasi
perkembangan pasien dengan melakukan analisa perkembangan dari data
subyektif dan objektif pasien, melakukan Reassesment dan Replanning
melihat perkembangan kondisi yang ada pada pasien. Tahapan evaluasi
keperawatan berorientasi pada tujuan keperawatan, apakah tercapai atau tidak.

C. Tujuan, Peran dan Fungsi Keperawatan Paliatif pada Pasien HIV AIDS
Perawatan paliatif pada HIV AIDS yaitu perawatan yang diberikan dengan pendekatan
secara komprehensif, mencakup pengobatan sakit, pengobatan gejala, konsultasi dan
pengobatan untuk mengatasi masalah kejiwaan dan psikologis, dukungan dalam
mengatasi stigma dan diskriminasi penolakan dari keluarga, rujukan pada layanan

14
sosial, layanan kesehatan primer, perawatan dan konsultasi, perawatan akhir kehidupan,
dan dukungan duka cita bagi keluarga. Pada perawatan paliatif disamping pengobatan
penyakit dasarnya HIV dan infeksi oportunistik/opportunistic-Infections (OI) atau
komordibitas/co-morbidieties, perawatan juga termasuk layanan pencegahan dan
promosi kesehatan seperti keluarga berencana dan layanan air bersih. Layanan ini di
berikan sebagai bagian dari perawatan berkelanjutan oleh sistem layanan kesehatan
atau layanan dari organisasi sosial di masyarakat. Layanan tersebut seperti perawatan
masyarakat di perawatan berbasis rumah, tempat penitipan anak, atau rumah
sakit/klinik yang melaksanakan perawatan paliatif. Layanan ini dapat dibentuk dan
digambarkan sebagai berikut.
Berbagai intervensi dapat diberikan pada pasien HIV AIDS pada perawatan paliatif,
termasuk dalam perawatan pada table sebagai berikut ini:
Perawatan Paliatif Intervensi
Umum - Penilaian holistik terhadap kebutuhan
fisik, emosi, sosial, dan spiritual dan
keluarga
- Sistem rujukan untuk menghubungkan
klien yang dapat membantu
mengatasi masalah yang telah
teridentifikasi
Fisik - Penilaian, pencegahan, dan
pengobatan rasa sakit
- Penilaian, pencegahan dan
pengobatan gejala lain
- Pengajaran kemampuan perawatan
diri untuk mengelola gejala efek
samping dirumah dan mengetahui
tanda-tanda bahaya
- memperhatikan kebutuhan fisik dalam
masa akhir kehidupan
- perawatan oleh pengaruh kelompok
dukungan konsultasi

15
- Dukungan dalam berduka cita,
konsultasi untuk membantu keluarga
dalam kesedihan dan perencana masa
depan
Sosial - Bantuan untuk pengelolaan stigma
dan diskriminasi
- dukungan dengan isu-isu hukum
seperti mempersiapkan surat wasiat
- Bantuan terhadap kebutuhan
keuangan, kebutuhan gizi perumahan
dan pendidikan
Rohani - Konsultasi spiritual
- Konsultasi harian untuk aktifitas
rohani
- Tugas-tugas kehidupan
Berikut ini Peran dan fungsi perawat dalam keperawatan paliatif:
1. Pelaksana perawatan
Perawat dapat bertindak sebagai pemberi asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS,
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarganya, memberikan
advokasi serta melakukan peran kolaborasi dengan profesi lain yang terlibat dalam
perawatan pasien HIV/AIDS. Perawat juga dapat melakukan modifikasi lingkungan
untuk memberikan kenyamanan kepada pasien HIV/AIDS.
2. Pengelola
Sebagai pengelola perawatan, perawat dapat berperan sebagai manajer
kasus,maupun konsultan pasien HIV/AIDS dan keluarganya
3. Pendidik
Sebagai pendidik perawat dapat berperan di pendidikan keperawatan sebagai pengajar
yang memberikan materi tentang perawatan paliatif kepada mahasiswa sebagai peserta
didik maupun dijajaran pelayanan keperawatan dengan memberikan pendidikan atau
pelatihan kepada sejawat tentang perawatan paliatif pada pasien HIV/AIDS
4. Peneliti
Perawat dapat berperan melakukan penelitian dibidang keperawatan dengan tema

16
perawatan paliatif khususnya pada pasien HIV/AIDS.
Untuk dapat menjalankan peran dengan baik dan melakukan hubungan timbal balik
yang positif antara perawat dan pasien, perawat perlu mrmiliki nilai-nilai caring
relationship (Watson, 1988), dan mengaplikasikannya sebagai perilaku caring, seperti
berikut ini:
a. Jujur dan sabar
b. Bertanggung jawab
c. Memberikan kenyamanan
d. Mendengarkan dengan atensi dan penuh perhatian
e. Memberikan sentuhan
f. Menunjukkan kepedulian
g. Menunjukkan rasa hormat
h. Memberikan informasi dengan jelas
i. Memanggil pasien dengan namanya

D. Studi Kasus
Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS di Ruangan Cempaka RSUD
Prof.DR.W.Z.Johanes Kupang.Pasien yang dirawat bernama Ny. R, umur 40 tahun,
pekerjaan wiraswasta, masuk rumah sakit tanggal 20 Juni 2018 jam 05.00 Wita.Sumber
informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan keluarga
pasien,observasi,pemeriksaan fisik dan catatan medik.
Analisa Data

Data Penyebab Masalah

Ds : Immunocompromised Resiko Infeksi


Pasien mengatakan
kadang demam
Do :

Keadaan umum : Pasien


tampak lemah, kurus, dan
pucat

Kesadaran : Compos
Mentis

TD : 110/70 mmHg

17
N : 120 x/ mnt

R : 22 x/ mnt

SB : 38,oC

Ds :

Pasien mengatakan diare


sejak 1 bulan yang lalu,
mengatakan menceret 5-7
kali/hari, kadang demam
dan keringat pada malam
Resiko tinggi terhadap
hari, minum 2-3
Diare intake cairan kekurangan volume
gelas/hari.
cairan
Do :
Turgor masih baik,
inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa
kering, bising usus
meningkat 20 X/menit

Ds :

Pasien mengatakan tidak


ada nafsu makan, saat
menelan sakit,
mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi yang
disiapkan. Intake yang tidak adekuat
Defisit Nutrisi
Do :
Lemah, 4 hari tidak
makan, mulut kotor,
lemah, holitosis, lidah ada
bercak-bercak keputihan,
Hb 8,7g/dl, pucat,
konjungtiva anemis

Ds : Harga diri rendah Keputusasaan


Klien merasa diasingkan
oleh keluarga dan teman-
temannya, klien tidak
punya uang lagi, klien
merasa frustasi karena
tidak punya teman dan
merasa terisolasi. Minta
dipanggilkan Pastur.
Do :
Mencoba melakukan
percobaan bunuh diri

18
tanggal 14-1-2016,
dengan berusaha
menceburkan diri dari
lantai II.

E. Diagnosa Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Pegkajian
1) Nama : Ny. R
2) Jenis Kelamin : Perempuan
3) Agama : Kristen
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Wiraswasta
6) Umur : 40 tahun
7) Alamat : Tambas Rt 02/07 Kupang
8) Bangsa : Indonesia
9) Status Perkawinan: Menikah
10) Diagnosa Medis : HIV/AIDS

b. Riwayat Kesehatan
1) Kesehatan Pasien
a) Keluhan Utama
Ny. Z mengatakan “ Saya merasakan kadang demam, diare dan
dijauhi oleh kelurga, teman dan tidak memili biaya lagi untuk
pengobatan.”
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan Masuk Rumah Sakit
Ny. Z masuk rumah sakit krena merasakan demam dan diare
berulang-ulang yang membuat lemah.
b) Riwayat Kesehatan Pasien
Ny. Z mengatakan “ Saya merasakan kadang demam, diare dan
dijauhi oleh kelurga, teman dan tidak memili biaya lagi untuk
pengobatan.”

19
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga Tn.D tidak ada yang menderita penyakit HIV/AIDS.

c. Tanda – tanda Vital


1) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
2) Nadi : 120 x/ mnt
3) Respirasi : 22 x/ mnt
4) Suhu Tubuh : 38,oC
d. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran compos meris
2) Membran mukosa kering
3) Lidah ada bercak-bercak putih
4) Konjungtiva anemis
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit (D.0037)
b. Defisit Nutrisi (D.0019)
c. Risiko Infeksi (D.0142)
d. Keputusasaan (D.0088)

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN HIV/AIDS
(DIAGNOSA, INTERVENSI,)

20
Diagnosa Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria
(SDKI) Intervensi
Hasil
(SIKI)
(SLKI)

1 Risiko Setelah dilakukan Pemantauan Elektrolit


Ketidakseimbangan (1.03122)
tindakan keperawatan
Elektrolit (D.0037) Observasi :
selama 3x24 jam masalah a. Identifikasi
Kategori: Fisiologis kemungkinan
Risiko Ketidakseimbangan
penyebab
Subkategori: Nutrisi dan Cairan dapat teratasi ketidakseimbangan
Cairan elektrolit
KH:
(SDKI) b. Monitor kadar
Serum natriun meningkat, elektrolit serum
c. Monitor mual, muntah
serum kalium meningkat,
dan diare
serum klorida meningkat, d. Monitor kehilangan
cairan, jika perlu
serum kalium meningkat,
e. Monitor tanda dan
serum magnesium gejala hipokalemia
f. Monitor tanda dan
meningkat, dan serum
gejala hiperkalemia
fosfor meningkat. g. Monitor tanda dan
gejala hiponatremia
h. Monitor tanda dan
gejala hipermatremia
i. Monitor tanda dan
gejala hipokalsemia
j. Monitor tanda dan
gejala hiperkalsemia
k. Monitor tanda dan
gejala
hipomagnesemia
l. Monitor tanda dan
gejala
hipermagnesamia
Teraupeutik:
a. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien

b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2 Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


(1.03119)
Kategori: Fisiologis tindakan keperawatan
selama 3x24 jam masalah Observasi:
Subkategori:Nutrisi
dan cairan Defisit Nutrisi dapat a. Identifikasi status
teratasi nutrisi
(SDKI)
KH: b. Identifikasi makanan
disukai
Porsi makanan yang
dihabiskan membaik,21 c. Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi
perasaan cepat kenyang
d. Monitor asupan
menurun, nafsu makan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu
kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari

22
infeksi oleh HIV (Sylvia dan lorraine, 2012). Definisi kasus
surveilensi untuk HIV dari CDC menurut Sylvia dan lorraine (2012)
yaitu kriteria yang direfisi pada tahun 2000 untuk pelaporan tingkat
nasional mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS dalam suatu
definisi kasus.

B. Saran
Hendaknya sebagai perawat ataupun tenaga kesehatan dapat mengerti,
memahami, dan menambah wawasan tentang Psikososial & Budaya dalam
Keperawatan mengenai pembelajaran Konsep Diri

23
DAFTAR PUSTAKA

Nurarf, Amin Huda dan Kusuma, Hardi (2016). Asuhan Keperawatan Praktis :
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus, Edisi Revisi Jilid 1 2016. Yogyakarta : Mediaction
PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1: Jakarta: DPP PPNI.

http://repository.poltekeskupang.ac.id/175/1/robert.pdf
http://eprints.undip.ac.id/46234/3/
Talita_ZI_22010111120046_LapKTI_Bab2.pdf

https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/download/10301/pdf

https://www.slideshare.net/irenesusilo18/juknis-hiv-paliatif-care

24
25

Anda mungkin juga menyukai