OLEH :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
i
MAKASSAR 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah farmakologi dan pendidikan kesehatan pada klien dengan
gangguan pernapasan, kardiovaskuler, dan hematopoetic tepat pada waktunya.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 1 yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Keberhasilan kami dalam
menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dri bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami
menyampaikan terim kasih pada semu pihak yang telah membntu dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yng perlu diperbaiki. Untuk itu, mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bgi siapapun yang
membacanya.
Wassalam..
Penyusun
ii
Daftar Isi
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................2
A. Kesimpulan.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agar dapat menyusun perencanaan keperawatan atau intervensi yang tepat berkaitan
dengan pemberian obat, perawat hendaknya mempelajari tentang obat-obatan, meliputi
konsep dasar farmasetika, farmakodinamik, farmakokinetik, penggolongan obat
berdasarkan sistem tubuh, meliputi dosis, indikasi-kontra indikasi obat, efek samping dan
pertimbangan pemberian obat pada pasien. Selanjutnya, peran kolaboratif perawat dalam
pelaksanaan prinsip farmakologi serta penghitungan dosis, termasuk bagaimana
implikasinya dalam keperawatan juga merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh
perawat.
Secara umum, perawat memiliki peran sebagai advokat (Pembela) klien, koordinator,
kolaborator, konsultan, pembaharu dan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
Dalam manajemen terapi, perawat memiliki peran yang penting. Peran sebagai kolaborator
dan pemberi asuhan keperawatan, mewajibkan seorang perawat memastikan bahwa
kebutuhan pasien akan terapi dapat terpenuhi dengan tepat. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah dengan proses keperawatan, meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implemetasi dan evaluasi.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengatahui farmakologi yang dapat diberikan pda klien dengan gangguan
respirasi.
2. Untuk mengatahui farmakologi yang dapat diberikan pda klien dengan gangguan
kardiovaskuler.
3. Untuk mengatahui farmakologi yang dapat diberikan pda klien dengan gangguan
hemapoetic.
4. Untuk mengatahui contoh pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada klien
dengan gangguan system respirsi, kardiovaskuler dan hemapoetic
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bronkodilator
Obat ini sebenarnya sebenarnya bukan pengobatan utama untuk pasien asma yang
mengalami sesak napas. Orang asma lebih diutamakan menggunakan kortikosteroid inhalasi
untuk mengurangi peradangan dan mencegah gejala kembali kambuh.
Namun, beberapa pasien bisa menggunakan obat jenis ini agar saluran udara tetap
terbebas dari penyempitan dan meningkatkan keampuhan kortikosteroid yang digunakan.
Sementara itu, untuk pengobatan PPOK, obat ini dapat digunakan secara tunggal.
Penambahan obat kortikosteroid biasanya hanya diberikan kepada pasien yang gejalanya
lebih parah.
Berdasarkan cara kerjanya, obat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu efek cepat dan efek lama.
Agar lebih jelas, mari bahas satu per satu.
3
Bronkodilator efek cepat adalah bronkodilator yang bekerja lebih cepat, tapi
hanya bertahan selama 4-5 jam. Biasanya tipe ini digunakan untuk mengobati gejala
sesak napas yang muncul tiba-tiba, seperti mengi, sesak napas, dan nyeri di dada.
Saat gejala tidak muncul, pasien mungkin tidak membutuhkan obat ini. Beberapa
contoh dari obat bronkodilator kerja cepat, antara lain:
Jenis ini merupakan kebalikan dari yang sebelumnya. Obat ini bekerja lebih lama dan
bertahan selama 12 jam hingga satu hari penuh.
Jenis ini biasanya diperuntukkan untuk penggunaan harian, Yang biasanya ditujukan
untuk mengontrol gejala sesak napas pada penderita penyakit paru-paru kronis atau asma.
Beberapa bronkodilator kerja lambat, meliputi:
salmeterol (Serevent)
formoterol (Perforomist)
aclidinium (Tudorza)
tiotropium (Spiriva)
umeclidinium (Incruse)
salbutamol
salmeterol
formoterol
vilanterol
4
Obat ini dapat digunakan pada efek cepat dan lama. Biasanya, digunakan dengan
cara dihirup dengan inhaler genggam kecil atau nebulizer. Bisa juga dalam bentuk tablet
kecil atau sirup.
Harap berhati-hati menggunakan obat ini bila menderita diabetes, karena obat agonis
beta dapat memengaruhi kadar gula darah. Penderita gangguan ginjal, tekanan darah tinggi
(hipertensi), kejang, gangguan irama jantung (aritmia), hormon tiroid tinggi dalam darah
(hipertiroidisme), atau kadar kalium berada di bawah normal (hipokalemia), juga diharapkan
berhati-hati sebelum menggunakan obat agonis beta.
2) Antikolinergik
ipratropium
tiotropium
aclidinium
glikopirronium
Obat ini termasuk ke dalam kategori efek cepat dan lama dan utamanya
digunakan untuk orang PPOK. Meski begitu, pasien asma juga bisa menggunakan obat
ini. Antikolinergik paling sering digunakan memakai inhaler. Namun, Anda lebih
disarankan menggunakan nebulizer jika gejalanya cukup parah agar obat bekerja lebih
optimal. Cara kerja obat ini adalah melebarkan saluran udara dengan menghalangi saraf
kolinergik, yakni saraf yang melepaskan bahan kimia untuk mengencangkan otot di
sekitar saluran paru-paru. Orang dengan pembesaran prostat, gangguan pada kandung
kemih, dan glaukoma perlu berhati-hati menggunakan obat ini.
3) Methylxanthine
5
pada pembuluh darah vena. Obat methylxanthine yang disetujui penggunaannya, antara
lain teofilin dan aminofilin.
6
2) Agonis beta-2
3) Antikolinergik
mulut kering
sembelit
batuk
sakit kepala
mual
heartburn
kesulitan menelan (disfagia)
detak jantung tidak beraturan
iritasi tenggorokan
7
sulit buang air kecil
4) methylxanthine
Efek samping di atas lebih mungkin terjadi pada orang-orang berusia lanjut.
Hal ini disebabkan karena fungsi hati lansia telah menurun, sehingga kemampuan
tubuh untuk membuang obat pun memburuk. Obat yang menumpuk terlalu banyak di
dalam tubuh meningkatkan risiko terjadinya efek samping.
2. Rhinitis
Rhinitis adalah radang membran mukosa hidung yang ditandai dengan bersin, gatal, hidung
berlendir, dan kongesti atau hidung tersumbat. Terjadi karena menghirup alergen, seperti
debu, bulu binatang, serbuk sari bunga tertentu, asap rokok dan polutan. Zat-zat tersebut
berinteraksi dengan sel mast merangsng pelepasan histamin, leukotrin atau zat lain yang
dapat menyebabkan konstriksi bronkus, udem, urtikaria, dan infiltrasi sel.
a) Antihistamin
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi
tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan.
Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat
8
kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak
berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh
tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk
ke tubuh
b) Dekongestan
Dekongestan adalah obat yang bisa digunakan untuk meredakan kongesti
nasal atau hidung tersumbat yang umumnya disebabkan oleh: Flu, pilek, sinusitis dan
alergi. Dekongestan bekerja dengan cara meredakan pembengkakan pembuluh darah
di dalam hidung sehingga saluran napas menjadi terbuka dan napas menjadi lega.
3. PENGOBATAN BATUK
Batuk sebenarnya merupakan refleks normal yang bersifat protektif bagi saluran
nafas. Dengan batuk, lendir yang ada di saluran nafas bawah justru dapat dikeluarkan.
Pengobatan terhadap batuk dapat dilakukan dengan Menghilangkan sumber iritasi,
Mengencerkan sekret agar lebih produktif dan Menekan batuk.
9
Golongan obat ini adalah Glyceril Guaiacolate, Ammonium Klorida, Succus
liquiritae dan lain-lain.
3) Menekan batuk
Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat
batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehingga akan mengurangi iritasi.
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang
bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Contoh obat batuk antitusif :
Kodein, Dekstrometorfan, Noskapin dan Uap Menthol.
1. Gangguan Jantung
a) glikosida jantung
b) antiangina
Angina pectoris adalah nyeri dada mendadak yang parah, seperti ditekan, yang
melebar ke leher, rahang bawag, bahu, dan lengan kiri. . Disebabkan karena
ketidakseimbangan antara aliran darah koroner dengan kebutuhan O2 miokard
iskemia Penanganan angina pektoris harus dilakukan dengan segera dan meliputi
pemberian obat-obatan dan menghilangkan faktor predisposisi dan pencetus. Adapun
obat-obatan yang digunakan sebagai anti angina adalah nitrat, β - blocker dan kalsium
antagonis.
10
Nitrat organik bermanfaat sebagai antiangina telah dikenal sejak 1867. Nitrat
pada umumnya diberikan pada pasien dalam bentuk sublingual untuk menghindari
metabolisme lintas pertama di hati. Nitrat digunakan sebagai monoterapi maupun
kombinasi dengan obat lain pada angina stabil maupun angina tidak stabil, sedangkan
angina varian, nitrat bukanlah pilihan utama
c) Antiaritmia
Golongan obat antiaritmia tersedia dalam bentuk tablet atau cairan suntik
(infus). Konsumsi tablet antiaritmia biasa digunakan untuk pengobatan jangka
panjang, sedangkan cairan suntik diberikan pada kondisi gawat darurat.
2. .DEURETIK
Diuretik adalah obat yang digunakan untuk membuang kelebihan garam dan air
dari dalam tubuh melalui urine. Diuretik bekerja dengan mencegah penyerapan garam,
termasuk natrium dan klorida, di ginjal. Kadar garam juga mempengaruhi kadar air yang
diserap atau dikeluarkan oleh ginjal. Dengan cara kerja ini, garam dan air akan dibuang
dari tubuh melalui pengeluaran urine. Ada beberapa kondisi dan penyakit yang bisa diatasi
oleh obat golongan diuretik, yaitu: Hipertensi, Retensi air berlebih, edema, atau ascites,
Gagal jantung kongestif atau sirosis hati, glukoma dan Peningkatan tekanan intrakranial
(tekanan di dalam kepala)
11
Ada 3 jenis obat diuretik yakni tiazid, loop dan potassium-sparing diuretic..Semua
jenis obat ini pada umumnya bekerja dengan prinsip yang sama yakni membuat tubuh
Anda mengeluarkan lebih banyak cairan sebagai urine
3. ANTIHIPERTENSI
Obat antihipertensi adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi atau hipertensi. Tekanan darah yang melebihi batas normal dapat
menekan dinding arteri. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengakibatkan penyakit yang
lebih berbahaya seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, hingga penyakit ginjal.
Pada hipertensi yang tergolong ringan hingga sedang, disarankan untuk gaya hidup
sehat seperti mengonsumsi makanan-minuman rendah garam, berolahraga, menjaga berat
badan tetap ideal, berhenti merokok, membatasi konsumsi minuman beralkohol, dan
mengendalikan stress.
a) ACE inhibitor
12
menderita hipertensi, karena obat ini dinilai tidak terlalu membahayakan bagi ibu hamil
dan janin.
e) Diuretik
13
Diuretik merupakan obat yang cukup sering digunakan untuk
menangani hipertensi. Obat ini bekerja dengan membuang kelebihan garam (natrium)
dan cairan di dalam tubuh untuk menormalkan tekanan darah. Jenis-jenis obat diuretik
adalah:
- Diuretik loop, seperti furosemide.
- Diuretik hemat kalium (potassium-sparing), seperti amiloride dan spironolactone.
- Diuretik thiazide, seperti hydrochlorothiazide dan indapamide.
Obat ini jarang diberikan kepada pasien hipertensi. Namun, apabila pengobatan
dengan obat-obatan antihipertensi lain belum berhasil, maka dokter bisa menyarankan
konsumsi penghambat adrenergik perifer kepada pasien. Satu-satunya jenis penghambat
adrenergik perifer yang terdaftar di Indonesia ialah reserpine.
i) Penghambat renin
14
penghambat renin bekerja dengan melebarkan pembuluh darah sehingga menyebabkan
tekanan darah turun. Contoh obat ini adalah aliskiren.
Epoetin ada dua bentuk yaitu alfa dan beta. Juga ada yang dalam bentuk
rekombinant erytropoetin manusia. Kegunaan utamanya adalah untuk pengobatan
anemia. Untuk pembahasan selanjutnya sebagai contoh adalah epoetin alfa.
Epoetin alfa digunakan untuk mengobati anemia yang disebabkan oleh obat
tertentu seperti kemoterapi dan zidovudine obat yang digunakan untuk mengobati HIV.
Epoetin alfa juga digunakan sebelum dan sesudah operasi tertentu untuk mencegah dan
mengobati anemia yang mungkin terjadi karena kehilangan darah sewaktu operasi.
b) Lenogastrim
Lenograstim adalah glikosit rekombinan dari koloni granulosit manusia. Obat ini
digunakan untuk mengurangi resiko kematian karena ancaman infeksi pada pasien
15
neutropenia, khususnya setelah kemoterapi citotoksik. Lenograstim mempercepat
pemulihan neutropil secara signifikan setelah kemoterapi. Lenograstim juga membantu
pemulihan neutropil pada transplantasi sumsum tulang, dan menstimulasi produksi sel
induk darah (stem cell)perifer sebagai transfusi otomatis pada tubuh setelah pemberian
kemoterapi yang terus menerus. Adapun bentuk sediaan yang tersedia adalah vial
dengan cara pemakaian infus intravena.
c) Filgastrim.
Filgrastim juga digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah putih pada pasien
dewasa penderita myelodysplastic syndrome (MDS) dan mengobati jumlah sel darah
putih yang rendah pada penderita leukemia yang menjalani kemoterapi.
Pada pasien HIV, filgrastim digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah
putih atau mencegah penurunan lebih lanjut akibat infeksi virus atau pengobatannya.
Adapun bentuk sediaan yang tersedia adalah vial dan jarum suntik pre-filled.
Dalam pendidikan kesehatan ada 3 bentuk pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
Pencegahan Primer, Pencegahan Sekunder dan Pencegahan tersier
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau
menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan.
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini
adanya penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini
mungkin pula.
16
Pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya gejala sisa tersebut dengan upaya
pemulihan seseorang pasien agar dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang lain.
17
Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung. Penderita aritmia bisa
merasakan irama jantungnya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
a) Pencegahan Primer
Kendalikan tekanan darah dan kolesterol agar tetap berada dalam rentang yang
normal.
b) Pencegahan Sekunder
Segera ke dokter bila sering mengalami nyeri dada, sesak napas, dan jantung
berdebar, terutama jika keluhan tersebut muncul secara tiba-tiba.
c) Pencegahan tersier
Tahap pencegahan ini merupakan upaya mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini berupa rehabilitasi
jantung. Seperti olahraga dengan memantau jantung dengn Alat uji latih
jantung ergometer berupa treadmill atau sepeda yang dilengkapi dengan sistem
monitor elektrokardiogram
3. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
HEMAPOETIC (ANEMIA)
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ
tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan
mudah lelah.
a) Pencegahan Primer
18
Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta
makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.
b) Pencegahan Sekunder
Tes darah lengkap untuk menentukan jumlah, ukuran, volume, dan kadar
hemoglobin di dalam sel darah merah. Melalui tes darah, dokter juga akan
mengukur kadar zat besi, hematokrit, vitamin B12, dan asam folat dalam darah,
serta memeriksa fungsi ginjal. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui
penyebab dari anemia. Tes kadar zat besi dalam darah dan tingkat ferritin serum
untuk melihat cadangan zat besi di tubuh.
c) Pencegahan tersier
19
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Daftar Pustaka
https://www.alodokter.com/bronkodilator
https://hellosehat.com/pernapasan/sesak-napas/bronkodilator/#gref
https://rsupsoeradji.id/pengobatan-asma/
https://www.alodokter.com/hematologi-dan-perannya-dalam-menangandarahi-gangguan--2
https://www.k24klik.com/kategori/sistem-kardiovaskuler-hematopoietik/obat-
hematopoietik#:~:text=Obat%20yang%20mempengaruhi%20pembentukan%20sel,)%2C
%20lenogastrim%2C%20dan%20filgastrim.
https://www.honestdocs.id/epoetin-beta
https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/epoetin-alfa/#gref
https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/filgrastim/#gref
https://www.alodokter.com/antihistamin
http://alamipedia.com/ekspektoran-dan-mukolitik-obat-batuk/
https://mobile.swiperxapp.com/batuk-pilih-obat-ekspektoran-mukolitika-atau-antitusif/
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/21-obat-inotropik-positif/211-glikosida-
jantung
https://www.scribd.com/doc/57069156/NITRAT-ORGANIK
https://www.alodokter.com/antiaritimia#:~:text=Antiaritmia%20adalah%20kelompok%20obat
%20yang,listrik%20yang%20mengatur%20detak%20jantung.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/mengenal-obat-diuretik/#gref
https://www.alodokter.com/obat-antihipertensi
21
https://medicastore.com/produk-sub-detail-kategori/obat/24/obat-hematopoietik
http://www.idionline.org/berita/pencegahan-penyakit-dan-kiat-tetap-sehat-pada-usia-lanjut/
https://primayahospital.com/informasi-terkait-pemeriksaan-covid-19/#:~:text=Kapan%20seseorang
%20harus%20melakukan%20pemeriksaan,ke%2D7%20dari%20pemeriksaan%20pertama.
http://repository.unimus.ac.id/493/3/BAB%20II.pdf
22