Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FARMAKOLOGI DAN PENDIDIKAN KESEHATAN

(PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER ) DENGAN


GANGGUAN SISTEM RESPIRASI, KARDIOVASKULER, DAN
HEMAPOETIC

DOSEN : Dr. Yuliana Syam, S.Kep., Ns., M.Kes.

OLEH :

Muh. Syarif Hidayatullah (R011191068)

Tendri Mariadjeng Nurpa Masahude (R011191078)

Mutiara Cyesa Prasasti Ngandoh (R011191038)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

i
MAKASSAR 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah farmakologi dan pendidikan kesehatan pada klien dengan
gangguan pernapasan, kardiovaskuler, dan hematopoetic tepat pada waktunya.

Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 1 yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Keberhasilan kami dalam
menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dri bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami
menyampaikan terim kasih pada semu pihak yang telah membntu dalam penyelesaian makalah
ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yng perlu diperbaiki. Untuk itu, mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini sehingga dapat bermanfaat bgi siapapun yang
membacanya.

Wassalam..

Makassar, 23 Agustus 2020

Penyusun

ii
Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Famakologi pada klien dengan gangguan system respirasi…………………………….3


B. Famakologi pada klien dengan gangguan system kardiovaskuler……………………..10
C. Famakologi pada klien dengan gangguan system hemapoetic…………………………15
D. Pendidikan kesehatan pada klien dengan gangguan system respirsi, kardiovaskuler dan
hemapoetic……………………………………………………………………………..16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil kolaborasi


dengan dokter kepada pasien. Mereka bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan
yang aman. Untuk itu, perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas
atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat
bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak
benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Sekali obat
telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.

Agar dapat menyusun perencanaan keperawatan atau intervensi yang tepat berkaitan
dengan pemberian obat, perawat hendaknya mempelajari tentang obat-obatan, meliputi
konsep dasar farmasetika, farmakodinamik, farmakokinetik, penggolongan obat
berdasarkan sistem tubuh, meliputi dosis, indikasi-kontra indikasi obat, efek samping dan
pertimbangan pemberian obat pada pasien. Selanjutnya, peran kolaboratif perawat dalam
pelaksanaan prinsip farmakologi serta penghitungan dosis, termasuk bagaimana
implikasinya dalam keperawatan juga merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh
perawat.

Secara umum, perawat memiliki peran sebagai advokat (Pembela) klien, koordinator,
kolaborator, konsultan, pembaharu dan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
Dalam manajemen terapi, perawat memiliki peran yang penting. Peran sebagai kolaborator
dan pemberi asuhan keperawatan, mewajibkan seorang perawat memastikan bahwa
kebutuhan pasien akan terapi dapat terpenuhi dengan tepat. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah dengan proses keperawatan, meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implemetasi dan evaluasi.

Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan


dengan memperhatikan 7 hal benar dalam pemberian obat, yaitu benar pasien, obat, dosis,
rute pemberian, waktu, dokumentasi dan benar dalam informasi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Famakologi pada klien dengan gangguan system respirasi.


2. Famakologi pada klien dengan gangguan system kardiovaskuler
3. Famakologi pada klien dengan gangguan system hemapoetic
4. Pendidikan kesehatan pada klien dengan gangguan system respirsi, kardiovaskuler
dan hemapoetic

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengatahui farmakologi yang dapat diberikan pda klien dengan gangguan
respirasi.
2. Untuk mengatahui farmakologi yang dapat diberikan pda klien dengan gangguan
kardiovaskuler.
3. Untuk mengatahui farmakologi yang dapat diberikan pda klien dengan gangguan
hemapoetic.
4. Untuk mengatahui contoh pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada klien
dengan gangguan system respirsi, kardiovaskuler dan hemapoetic

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. FARMAKOLOGI PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI

1. Bronkodilator

Bronkodilator adalah kelompok obat yang digunakan untuk melegakan pernapasan,


terutama pada penderita penyakit asma. Penderita asma akan mengalami penyempitan dan
penumpukan lendir atau dahak di saluran pernapasan. Kondisi ini dapat menyebabkan
gangguan berupa batuk, sesak napas, dan mengi. Untuk meredakan kondisi tersebut, dapat
diberikan obat bronkodilator. Selain untuk meredakan asma, bronkodilator juga dapat
digunakan untuk meredakan gejala penyakit obstruktif paru kronis.

Bronkodilator bekerja dengan cara melebarkan bronkus (saluran pernapasan) dan


merelaksasi otot-otot pada saluran pernapasan sehingga proses bernapas menjadi lebih ringan
dan lancar. Obat ini sering diberikan pada orang yang memiliki keluhan napas berat.

Obat ini sebenarnya sebenarnya bukan pengobatan utama untuk pasien asma yang
mengalami sesak napas. Orang asma lebih diutamakan menggunakan kortikosteroid inhalasi
untuk mengurangi peradangan dan mencegah gejala kembali kambuh.

Namun, beberapa pasien bisa menggunakan obat jenis ini agar saluran udara tetap
terbebas dari penyempitan dan meningkatkan keampuhan kortikosteroid yang digunakan.

Sementara itu, untuk pengobatan PPOK, obat ini dapat digunakan secara tunggal.
Penambahan obat kortikosteroid biasanya hanya diberikan kepada pasien yang gejalanya
lebih parah.

a. Tipe bronkodilator berdasarkan efek kerjanya

Berdasarkan cara kerjanya, obat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu efek cepat dan efek lama.
Agar lebih jelas, mari bahas satu per satu.

1) Bronkodilator efek cepat

3
Bronkodilator efek cepat adalah bronkodilator yang bekerja lebih cepat, tapi
hanya bertahan selama 4-5 jam. Biasanya tipe ini digunakan untuk mengobati gejala
sesak napas yang muncul tiba-tiba, seperti mengi, sesak napas, dan nyeri di dada.

Saat gejala tidak muncul, pasien mungkin tidak membutuhkan obat ini. Beberapa
contoh dari obat bronkodilator kerja cepat, antara lain:

 albuterol (ProAir HFA, Ventolin HFA, Proventil HFA)


 levalbuterol (Xopenex HFA)
 pirbuterol (Maxair)
2) Bronkodilator efek lama

Jenis ini merupakan kebalikan dari yang sebelumnya. Obat ini bekerja lebih lama dan
bertahan selama 12 jam hingga satu hari penuh.

Jenis ini biasanya diperuntukkan untuk penggunaan harian, Yang biasanya ditujukan
untuk mengontrol gejala sesak napas pada penderita penyakit paru-paru kronis atau asma.
Beberapa bronkodilator kerja lambat, meliputi:

 salmeterol (Serevent)
 formoterol (Perforomist)
 aclidinium (Tudorza)
 tiotropium (Spiriva)
 umeclidinium (Incruse)

b. bronkodilator berdasarkan komponen obatnya, yakni:


1) Agonis beta-2

Bronkodilator agonis beta-2 terdiri atas:

 salbutamol
 salmeterol
 formoterol
 vilanterol

4
Obat ini dapat digunakan pada efek cepat dan lama. Biasanya, digunakan dengan
cara dihirup dengan inhaler genggam kecil atau nebulizer. Bisa juga dalam bentuk tablet
kecil atau sirup.

Harap berhati-hati menggunakan obat ini bila menderita diabetes, karena obat agonis
beta dapat memengaruhi kadar gula darah. Penderita gangguan ginjal, tekanan darah tinggi
(hipertensi), kejang, gangguan irama jantung (aritmia), hormon tiroid tinggi dalam darah
(hipertiroidisme), atau kadar kalium berada di bawah normal (hipokalemia), juga diharapkan
berhati-hati sebelum menggunakan obat agonis beta.

2) Antikolinergik

Bronkodilator ini dapat terdiri atas:

 ipratropium
 tiotropium
 aclidinium
 glikopirronium

Obat ini termasuk ke dalam kategori efek cepat dan lama dan utamanya
digunakan untuk orang PPOK. Meski begitu, pasien asma juga bisa menggunakan obat
ini. Antikolinergik paling sering digunakan memakai inhaler. Namun, Anda lebih
disarankan menggunakan nebulizer jika gejalanya cukup parah agar obat bekerja lebih
optimal. Cara kerja obat ini adalah melebarkan saluran udara dengan menghalangi saraf
kolinergik, yakni saraf yang melepaskan bahan kimia untuk mengencangkan otot di
sekitar saluran paru-paru. Orang dengan pembesaran prostat, gangguan pada kandung
kemih, dan glaukoma perlu berhati-hati menggunakan obat ini.

3) Methylxanthine

Jenis bronkodilator ini bekerja meringankan penyumbatan aliran udara, mengurangi


peradangan, dan meredakan kontraksi bronkial. Obat ini dijadikan pilihan terakhir saat
agonis-beta maupun antikolinergik tidak memberikan efek maksimal. Sayangnya, obat
ini menimbulkan efek samping yang lebih besar dibanding obat lain. Obat ini tidak dapat
dihirup, melainkan diminum dalam bentuk pil secara oral, supositoria, atau disuntikkan

5
pada pembuluh darah vena. Obat methylxanthine yang disetujui penggunaannya, antara
lain teofilin dan aminofilin.

c. Menggunakan Bronkodilator Dengan Benar


 Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan obat-obatan
bronkodilator sebelum menggunakannya.
 Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Usahakan untuk menggunakan bronkodilator pada jam yang sama setiap harinya, agar
hasil pengobatan maksimal.
 Bagi pasien yang lupa menggunakan bronkodilator, abaikan dosis yang terlewat.
Jangan menambahkan atau menggandakan dosis pada jadwal penggunaan berikutnya.

d. Efek Samping dan Bahaya


1) Bronkodilator

Sama seperti obat-obat lain, bronkodilator berisiko menyebabkan efek


samping. Beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah menggunakan
bronkodilator adalah :

 Gemetar, terutama di tangan


 Kram otot
 Sakit kepala
 Jantung berdebar (palpitasi) atau aritmia
 Sulit buang air kecil
 Insomnia
 Batuk
 Sulit menelan
 Sakit tenggorokan
 Sembelit
 Mulut kering
 Mual
 Diare
 Efek samping penggunaan obat ini bisa bervariasi, tergantung pada jenis mana
yang Anda gunakan.

6
2) Agonis beta-2

Beberapa efek samping yang terjadi setelah penggunaan bronkodilator agonis


beta-2 seperti salbutamol, meliputi:

 gemetar, terutama di tangan


 saraf menegang
 sakit kepala
 detak jantung tidak beraturan
 kram otot

Efek-efek di atas umumnya akan menghilang dengan sendirinya setelah


beberapa hari atau minggu. Meski sangat jarang, kemungkinan efek samping yang
lebih serius dapat terjadi, seperti penyempitan saluran pernapasan akut
(bronkospasme paradoksikal).Dosis agonis beta-2 yang berlebihan juga berpotensi
menyebabkan serangan jantung dan rendahnya kadar kalium dalam darah
(hipokalemia).

3) Antikolinergik

Efek samping utama dari pemakaian antikolinergik adalah sebagai berikut:

 mulut kering
 sembelit
 batuk
 sakit kepala

Beberapa efek lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:

 mual
 heartburn
 kesulitan menelan (disfagia)
 detak jantung tidak beraturan
 iritasi tenggorokan

7
 sulit buang air kecil

4) methylxanthine

Menggunakan obat methylxanthine seperti teofilin mungkin dapat


menyebabkan efek samping berikut:

 mual dan muntah


 diare
 detak jantung tidak beraturan, atau lebih cepat
 sakit kepala
 sulit tidur (insomnia)

Efek samping di atas lebih mungkin terjadi pada orang-orang berusia lanjut.
Hal ini disebabkan karena fungsi hati lansia telah menurun, sehingga kemampuan
tubuh untuk membuang obat pun memburuk. Obat yang menumpuk terlalu banyak di
dalam tubuh meningkatkan risiko terjadinya efek samping.

Sebelum menggunakan bronkodilator, pastikan Anda berkonsultasi lebih dahulu pada


dokter. Terutama jika Anda memiliki masalah medis tertentu, sedang hamil, atau menyusui.
Dokter akan membantu memilih obat yang tepat untuk menangani gejala asma atau PPOK
yang Anda miliki..

2. Rhinitis

Rhinitis adalah radang membran mukosa hidung yang ditandai dengan bersin, gatal, hidung
berlendir, dan kongesti atau hidung tersumbat. Terjadi karena menghirup alergen, seperti
debu, bulu binatang, serbuk sari bunga tertentu, asap rokok dan polutan. Zat-zat tersebut
berinteraksi dengan sel mast merangsng pelepasan histamin, leukotrin atau zat lain yang
dapat menyebabkan konstriksi bronkus, udem, urtikaria, dan infiltrasi sel.

a) Antihistamin
Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi
tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan.
Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat

8
kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak
berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh
tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk
ke tubuh
b) Dekongestan
Dekongestan adalah obat yang bisa digunakan untuk meredakan kongesti
nasal atau hidung tersumbat yang umumnya disebabkan oleh: Flu, pilek, sinusitis dan
alergi. Dekongestan bekerja dengan cara meredakan pembengkakan pembuluh darah
di dalam hidung sehingga saluran napas menjadi terbuka dan napas menjadi lega.

3. PENGOBATAN BATUK

Batuk sebenarnya merupakan refleks normal yang bersifat protektif bagi saluran
nafas. Dengan batuk, lendir yang ada di saluran nafas bawah justru dapat dikeluarkan.
Pengobatan terhadap batuk dapat dilakukan dengan Menghilangkan sumber iritasi,
Mengencerkan sekret agar lebih produktif dan Menekan batuk.

1) Menghilangkan sumber iritasi

Bila batuk disebabkan oleh iritasi faring, penggunaan subtansi demulsen


(menghilangkan iritasi, meredakaan) seperti sirup dan gliserin. Bila iritasi yang
berasal dari daerah bawh faaring, udaraah yang hangaat dan lembaab akan menolong
(inhalasi uap air). Jika penyebabnya adaalah bakteri, perlu pengobatan anti bakteri
(penisilin, eriromisisn, tetrasiklin, sulfonamida)

2) Mengencerkan sekret agar lebih produktif


a) Mukolitik (mucolytic) adalah obat batuk berdahak yang bekerja dengan cara
membuat hancur formasi dahak sehingga dahak tidak lagi memiliki sifat-sifat
alaminya. Mukolitik bekerja dengan cara menghancurkan benang-benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari dahak.. Golongan obat ini adalah
bromheksin, ambroxol, asetilsistein.
b) Ekspektoran bekerja dengan cara merangsang selaput lendir lambung dan
selanjutnya secara refleks memicu pengeluaran lendir saluran nafas sehingga
menurunkan tingkat kekentalan dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat
ini juga merangsang terjadinya batuk supaya terjadi pengeluaran dahak.

9
Golongan obat ini adalah Glyceril Guaiacolate, Ammonium Klorida, Succus
liquiritae dan lain-lain.

3) Menekan batuk
Obat antitusif berfungsi menghambat atau menekan batuk dengan menekan pusat
batuk serta meningkatkan ambang rangsang sehingga akan mengurangi iritasi.
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang
bekerja di perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Contoh obat batuk antitusif :
Kodein, Dekstrometorfan, Noskapin dan Uap Menthol.

B. FARMAKOLOGI PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER.

1. Gangguan Jantung

Tiga kelompok obat yaitu glikosida jantung, antiangina, dan antiaritmia,


merupakan obat – obat yang mengatur kontraksi jantung, frekuensi, irama jantung, dan
aliran darah ke miokardium (otot jantung).

a) glikosida jantung

Glikosida jantung meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium dan


menurunkan konduktivitas di atrioventricular (AV) node. Digoksin adalah glikosida
jantung yang paling banyak digunakan. Digoksin bekerja dengan membuat irama
jantung kembali normal, dan memperkuat jantung dalam memompa darah ke seluruh
tubuh

b) antiangina

Angina pectoris adalah nyeri dada mendadak yang parah, seperti ditekan, yang
melebar ke leher, rahang bawag, bahu, dan lengan kiri. . Disebabkan karena
ketidakseimbangan antara aliran darah koroner dengan kebutuhan O2 miokard
iskemia Penanganan angina pektoris harus dilakukan dengan segera dan meliputi
pemberian obat-obatan dan menghilangkan faktor predisposisi dan pencetus. Adapun
obat-obatan yang digunakan sebagai anti angina adalah nitrat, β - blocker dan kalsium
antagonis.

10
Nitrat organik bermanfaat sebagai antiangina telah dikenal sejak 1867.  Nitrat
pada umumnya diberikan pada pasien dalam bentuk sublingual untuk menghindari
metabolisme lintas pertama di hati. Nitrat digunakan sebagai monoterapi maupun
kombinasi dengan obat lain pada angina stabil maupun angina tidak stabil, sedangkan
angina varian, nitrat bukanlah pilihan utama

c) Antiaritmia

.Antiaritmia adalah kelompok obat yang digunakan untuk menangani kondisi


aritmia. Aritmia merupakan kondisi yang mengacu ketika denyut jantung berdetak
terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Kondisi ini terjadi akibat adanya
gangguan pada impuls listrik yang mengatur detak jantung. Gejala-gejala yang
dialami penderita aritmia berupa jantung berdebar, lemas, pusing, sesak napas,
berkeringat, dan nyeri dada..

Golongan obat antiaritmia tersedia dalam bentuk tablet atau cairan suntik
(infus). Konsumsi tablet antiaritmia biasa digunakan untuk pengobatan jangka
panjang, sedangkan cairan suntik diberikan pada kondisi gawat darurat.

Jenis-jenis obat antiaritmia dibagi ke dalam lima golongan yaitu:

 Antiaritmia golongan I: Lidocaine, Propafenone


 Antiaritmia golongan II: Propranolol
 Antiaritmia golongan III: Amiodarone
 Antiaritmia golongan IV: Diltiazem, Verapamil
 Antiaritmia golongan V: Digoxin

2. .DEURETIK
Diuretik adalah obat yang digunakan untuk membuang kelebihan garam dan air
dari dalam tubuh melalui urine. Diuretik bekerja dengan mencegah penyerapan garam,
termasuk natrium dan klorida, di ginjal. Kadar garam juga mempengaruhi kadar air yang
diserap atau dikeluarkan oleh ginjal. Dengan cara kerja ini, garam dan air akan dibuang
dari tubuh melalui pengeluaran urine. Ada beberapa kondisi dan penyakit yang bisa diatasi
oleh obat golongan diuretik, yaitu: Hipertensi, Retensi air berlebih, edema, atau ascites,
Gagal jantung kongestif atau sirosis hati, glukoma dan Peningkatan tekanan intrakranial
(tekanan di dalam kepala)

11
Ada 3 jenis obat diuretik yakni tiazid, loop dan potassium-sparing diuretic..Semua
jenis obat ini pada umumnya bekerja dengan prinsip yang sama yakni membuat tubuh
Anda mengeluarkan lebih banyak cairan sebagai urine

3. ANTIHIPERTENSI
Obat antihipertensi adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi atau hipertensi. Tekanan darah yang melebihi batas normal dapat
menekan dinding arteri. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat mengakibatkan penyakit yang
lebih berbahaya seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, hingga penyakit ginjal.

Pada hipertensi yang tergolong ringan hingga sedang, disarankan untuk gaya hidup
sehat seperti mengonsumsi makanan-minuman rendah garam, berolahraga, menjaga berat
badan tetap ideal, berhenti merokok, membatasi konsumsi minuman beralkohol, dan
mengendalikan stress.

Obat-obatan antihipertensi cukup beragam dan terbagi ke dalam beberapa jenis, di


antaranya:

a) ACE inhibitor

ACE inhibitor akan menjaga pembuluh darah terbuka lebar sehingga aliran darah


masuk dengan lancar. ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat terbentuknya
hormon angiotensin yaitu hormon yang memicu pembuluh darah untuk menyempit.
Berikut ini obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan ACE inhibitor:
- Captopril
- Enalapril
- Lisinopril
- Perindopril
- Ramipril
- Trandolapril.

b) Alpha-2 receptor agonist.

Contoh obat alpha-2 receptor agonist adalah metildopa dan clonidine. Obat ini


bekerja dengan menekan aktvitas jaringan yang memproduksi hormon adrenalin,
sehingga tekanan darah turun. Metildopa biasanya diberikan kepada ibu hamil yang

12
menderita hipertensi, karena obat ini dinilai tidak terlalu membahayakan bagi ibu hamil
dan janin.

c) Antagonis kalsium (calcium channel blocker).

Antagonis kalsium digunakan untuk menangani hipertensi, gangguan jantung, dan


gangguan pembuluh darah. Obat ini bekerja dengan menghambat jalan masuk kalsium
ke dalam otot jantung dan dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan denyut
jantung melambat dan pembuluh darah melebar. Nama-nama obat yang masuk ke
kelompok antagonis kalsium adalah:
- Amlodipine
-Diltiazem
-Nicardipine
-Nifedipine
-Nimodipine
- Verapamil.

d) Angiotensin II receptor blocker (ARB).

ARB bekerja dengan cara menghambat kerja angiotensin atau senyawa yang


membuat pembuluh darah menyempit. Hambatan pada kerja angiotensin menyebabkan
pembuluh darah tetap terbuka lebar dan tekanan darah mampu diturunkan. Jenis-jenis
obat ARB adalah:
- Candesartan
- Eprosartan
- Irbesartan
- Losartan
- Olmesartan
- Telmisartan
- Valsartan.

e) Diuretik

13
Diuretik merupakan obat yang cukup sering digunakan untuk
menangani hipertensi. Obat ini bekerja dengan membuang kelebihan garam (natrium)
dan cairan di dalam tubuh untuk menormalkan tekanan darah. Jenis-jenis obat diuretik
adalah:
- Diuretik loop, seperti furosemide.
- Diuretik hemat kalium (potassium-sparing), seperti amiloride dan spironolactone.
- Diuretik thiazide, seperti hydrochlorothiazide dan indapamide.

f) Penghambat adrenergik perifer

Obat ini jarang diberikan kepada pasien hipertensi. Namun, apabila pengobatan
dengan obat-obatan antihipertensi lain belum berhasil, maka dokter bisa menyarankan
konsumsi penghambat adrenergik perifer kepada pasien. Satu-satunya jenis penghambat
adrenergik perifer yang terdaftar di Indonesia ialah reserpine.

g) Penghambat alfa (alpha-blocker)

Penghambat alfa bekerja dengan cara menghambat hormon katekolamin agar


tidak mengikat dengan reseptor alfa. Hasilnya, sirkulasi darah berjalan lancar, jantung
berdenyut secara normal, dan tekanan darah menurun. Dua jenis obat penghambat alfa
ialah doxazosin dan terazosin.

h) Penghambat beta (beta-blocker)

Penghambat beta merupakan golongan obat yang bekerja dengan menghambat


hormon adrenalin, sehingga tekanan darah turun. Penghambat beta dibagi menjadi dua
yakni selektif dan nonselektif. Jenis obat penghambat beta selektif meliputi
atenolol, bisoprolol, metoprolol, dan nebivolol. Sedangkan contoh penghambat beta
nonselektif adalah carvedilol dan propranolol.

i) Penghambat renin

Penghambat renin merupakan obat antihipertensi yang lebih baru penemuannya


dibandingkan jenis antihipertensi lain. Obat ini bekerja dengan menghambat senyawa
kimiawi di dalam tubuh yang disebut renin. Seperti obat-obat antihipertensi lain,

14
penghambat renin bekerja dengan melebarkan pembuluh darah sehingga menyebabkan
tekanan darah turun. Contoh obat ini adalah aliskiren.

C. FARMAKOLOGI PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER.

Obat hemotopoietik adalah obat yang digunakan untuk mempengaruhi pembentukan


darah baik substansinya maupun keseluruhan atau substansi dari darah. Di Indonesia obat
yang termasuk golongan obat hemotopoietik adalah epoetin (dengan dua bentuk alfa dan
beta), lenogastrim dan filgastrim

a) Epoetin (dengan dua bentuk alfa dan beta)

Epoetin ada dua bentuk yaitu alfa dan beta. Juga ada yang dalam bentuk
rekombinant erytropoetin manusia. Kegunaan utamanya adalah untuk pengobatan
anemia. Untuk pembahasan selanjutnya sebagai contoh adalah epoetin alfa.

Epoetin alfa digunakan untuk mengobati anemia yang disebabkan oleh obat
tertentu seperti kemoterapi dan zidovudine obat yang digunakan untuk mengobati HIV.
Epoetin alfa juga digunakan sebelum dan sesudah operasi tertentu untuk mencegah dan
mengobati anemia yang mungkin terjadi karena kehilangan darah sewaktu operasi.

Epoetin alfa termasuk obat protein eritropoetik. Bekerja dengan cara


mempengaruhi sumsum tulang ( jaringan yang ada dalam tulang dimana darah dibuat)
untuk membuat lebih banyak sel darah merah. Hal ini akan meningkatkan energi dan
tingkat aktivitas juga bisa mengurangi kebutuhan untuk transfusi darah. Adapun bentuk
sediaan yang tersedia adalah ampul dan jarum suntik pre-filled.

Epoetin beta umumnya digunakan untuk mengobati anemia yang disebabkan


oleh gagal ginjal kronis, anemia yang berkaitan dengan kemoterapi penyakit non-
myeloid ganas, anemia prematuritas, yang meningkatkan hasil darah autologous.

b) Lenogastrim

Lenograstim adalah glikosit rekombinan dari koloni granulosit manusia. Obat ini
digunakan untuk mengurangi resiko kematian karena ancaman infeksi pada pasien

15
neutropenia, khususnya setelah kemoterapi citotoksik. Lenograstim mempercepat
pemulihan neutropil secara signifikan setelah kemoterapi. Lenograstim juga membantu
pemulihan neutropil pada transplantasi sumsum tulang, dan menstimulasi produksi sel
induk darah (stem cell)perifer sebagai transfusi otomatis pada tubuh setelah pemberian
kemoterapi yang terus menerus. Adapun bentuk sediaan yang tersedia adalah vial
dengan cara pemakaian infus intravena.

c) Filgastrim.

Filgrastim termasuk dalam kelompok obat yang dikenal sebagai faktor


pembentukan darah, obat ini meningkatkan pembentukan sel darah putih yang
membantu melawan infeksi. Lamanya pengobatan tergantung pada dosis obat, sebaik
apa respon tubuh terhadap obat, dan tipe kanker yang diderita.

Filgrastim juga digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah putih pada pasien
dewasa penderita myelodysplastic syndrome (MDS) dan mengobati jumlah sel darah
putih yang rendah pada penderita leukemia yang menjalani kemoterapi.

Pada pasien HIV, filgrastim digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah
putih atau mencegah penurunan lebih lanjut akibat infeksi virus atau pengobatannya.
Adapun bentuk sediaan yang tersedia adalah vial dan jarum suntik pre-filled.

D. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN, KARDIOVASKULER DAN HEMAPOETIC.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu


individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan,
sikap maupun ketrampilan agar tercapai hidup sehat secara optimal

Dalam pendidikan kesehatan ada 3 bentuk pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
Pencegahan Primer, Pencegahan Sekunder dan Pencegahan tersier

 Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau
menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan.
 Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini
adanya penyakit atau gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tatalaksana sedini
mungkin pula.

16
 Pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya gejala sisa tersebut dengan upaya
pemulihan seseorang pasien agar dapat hidup mandiri tanpa bantuan orang lain.

1. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAPASAN (COVID-19)
COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).  COVID-19 dapat
menyebabkan gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu,
hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia.
a) Pencegahan Primer
 Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
 Hindari menyentuh Mata, Hidung, dan Mulut dengan tangan yang belum
dicuci
 Hindari kontak dekat degan orang
 yang sakit
 Tinggal di rumah jika sedang sakit
 Gunakan masker
 Imunisasi.
b) Pencegahan Sekunder
pencegahan pada saat kuman sudah masuk ke dalam tubuh antara lain
deteksi dini dan pengobatan secepatnya, sehingga seseorang yang panas disertai
nafas cepat dan nafas sesak segera dilakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan,
untuk mengetahui penyebab dan mendapatkan pengobatan
c) Pencegahan tersier

Pencegahan Tersier dalam covid 19 untuk menghindari terjadi kecacatan


yang lebih parah adalah dengan rajin berolahraga, memperbaiki imunitas tubuh,
dan kendalikan stres

2. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


KARDIOVASKULER (ARITMIA)

17
Aritmia adalah gangguan yang terjadi pada irama jantung. Penderita aritmia bisa
merasakan irama jantungnya terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
a) Pencegahan Primer

 Kendalikan tekanan darah dan kolesterol agar tetap berada dalam rentang yang
normal.

 Pertahankan berat badan ideal.

 Hindari paparan asap rokok.

 Lakukan olahraga secara rutin setidaknya 4 kali setiap minggu.

b) Pencegahan Sekunder

 Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke dokter, terutama bila Anda


memiliki penyakit hipertensi, gangguan tiroid, diabetes, penyakit jantung, atau
pernah menjalani operasi jantung.

 Segera ke dokter bila sering mengalami nyeri dada, sesak napas, dan jantung
berdebar, terutama jika keluhan tersebut muncul secara tiba-tiba.

 Bila seseorang jatuh pingsan setelah sebelumnya mengeluhkan gejala-gejala di


atas, segera bawa ke IGD di rumah sakit terdekat

c) Pencegahan tersier
 Tahap pencegahan ini merupakan upaya mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini berupa rehabilitasi
jantung. Seperti olahraga dengan memantau jantung dengn Alat uji latih
jantung ergometer berupa treadmill atau sepeda yang dilengkapi dengan sistem
monitor elektrokardiogram
3. PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
HEMAPOETIC (ANEMIA)
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ
tubuh tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan
mudah lelah.
a) Pencegahan Primer

18
 Makanan kaya zat besi dan asam folat, seperti daging, sereal, kacang-kacangan,
sayuran berdaun hijau gelap, roti, dan buah-buahan
 Makanan kaya vitamin B12, seperti susu dan produk turunannya, serta
makanan berbahan dasar kacang kedelai, seperti tempe dan tahu.
 Buah-buahan kaya vitamin C, misalnya jeruk, melon, tomat, dan stroberi.

b) Pencegahan Sekunder
Tes darah lengkap untuk menentukan jumlah, ukuran, volume, dan kadar
hemoglobin di dalam sel darah merah. Melalui tes darah, dokter juga akan
mengukur kadar zat besi, hematokrit, vitamin B12, dan asam folat dalam darah,
serta memeriksa fungsi ginjal. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk mengetahui
penyebab dari anemia. Tes kadar zat besi dalam darah dan tingkat ferritin serum
untuk melihat cadangan zat besi di tubuh.
c) Pencegahan tersier

Pencegahan tersier dilakukan agar penyakit anemia ini tidak menyebabkan


terjadinya kompliksi dan penurunan fungsi kondisi kesehatan individu yaitu
pengobatan zat besi secar parenteral, dilakukan jika pemberian secar oral tidk bisa
dilakukan. (WHO;1995)

19
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Perawat berperan penting dalam memberikan obat-obatan sebagai hasil


kolaborasi dengan dokter kepada pasien. Mereka bertanggung jawab dalam pemberian
obat – obatan yang aman. Untuk itu, perawat harus mengetahui semua komponen dari
perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap
atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan.

Farmakologi yang sering diberikan pada klienn dengan gangguan respirasi


adalah Brongkodilaator ada yang memiliki efek cepat dan lambat serta berdasarkan
komponen obatnya ada Agonis beta-2, Antikolinergik dab Methylxanthine. Rhinitis
adalah radang membran mukosa hidung yang ditandai dengan bersin, gatal, hidung
berlendir, dan kongesti atau hidung tersumbat. Yang bisa dilakukan dengan terapi
farmakologi Antihistamin dan Dekongestan. Dan Pengobatan terhadap batuk dapat
dilakukan dengan Menghilangkan sumber iritasi, Mengencerkan sekret agar lebih
produktif dan Menekan batuk.

Farmakologi yang sering diberikan pada klienn dengan gangguan


kardiovaskuler adalah pada gangguan jantung ada tiga kelompok obat yaitu glikosida
jantung, antiangina, dan antiaritmiaa. Dan terapi farmakologi lain pada gangguan
kardiovaskuler adalah deuretik dan antihipertensi

Obat hemotopoietik adalah obat yang digunakan untuk mempengaruhi


pembentukan darah baik substansinya maupun keseluruhan atau substansi dari darah.
Di Indonesia obat yang termasuk golongan obat hemotopoietik adalah epoetin
(dengan dua bentuk alfa dan beta), lenogastrim dan filgastrim
20
Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik
pengetahuan, sikap maupun ketrampilan agar tercapai hidup sehat secara optimal
Dalam pendidikan kesehatan ada 3 bentuk pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
Pencegahan Primer, Pencegahan Sekunder dan Pencegahan tersier

Daftar Pustaka

lestari, s. (2016). FARMAKOLOGI DALAM KEPERAWATAN. jakarta selatan.

https://www.alodokter.com/bronkodilator

https://hellosehat.com/pernapasan/sesak-napas/bronkodilator/#gref

https://rsupsoeradji.id/pengobatan-asma/

https://www.alodokter.com/hematologi-dan-perannya-dalam-menangandarahi-gangguan--2

https://www.k24klik.com/kategori/sistem-kardiovaskuler-hematopoietik/obat-
hematopoietik#:~:text=Obat%20yang%20mempengaruhi%20pembentukan%20sel,)%2C
%20lenogastrim%2C%20dan%20filgastrim.

https://www.honestdocs.id/epoetin-beta

https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/epoetin-alfa/#gref

https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/filgrastim/#gref

https://www.alodokter.com/antihistamin

http://alamipedia.com/ekspektoran-dan-mukolitik-obat-batuk/

https://mobile.swiperxapp.com/batuk-pilih-obat-ekspektoran-mukolitika-atau-antitusif/

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/21-obat-inotropik-positif/211-glikosida-
jantung

https://www.scribd.com/doc/57069156/NITRAT-ORGANIK

https://www.alodokter.com/antiaritimia#:~:text=Antiaritmia%20adalah%20kelompok%20obat
%20yang,listrik%20yang%20mengatur%20detak%20jantung.

https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/mengenal-obat-diuretik/#gref

https://www.alodokter.com/obat-antihipertensi

21
https://medicastore.com/produk-sub-detail-kategori/obat/24/obat-hematopoietik

http://www.idionline.org/berita/pencegahan-penyakit-dan-kiat-tetap-sehat-pada-usia-lanjut/

https://primayahospital.com/informasi-terkait-pemeriksaan-covid-19/#:~:text=Kapan%20seseorang
%20harus%20melakukan%20pemeriksaan,ke%2D7%20dari%20pemeriksaan%20pertama.

http://repository.unimus.ac.id/493/3/BAB%20II.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai