PENDAHULUAN
faktor yang harus diperhatikan antara lain faktor gizi, kesehatan, pendidikan,
informasi, tekanologi dan jasa pelayanan lainnya. Dari sekian banyak faktor
yodium dan kurang zat besi, anemia gizi besi dan gizi lebih.
undang- undang no. 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
makanan, perbaikan perilaku sadar gizi dan peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi
nutrisi, berupa protein ,lemak, dan vitamin, di tandai dengan dengan berat
badan balita hanya mencapai 60 persen atau kurang dari berat badan normal
Pedoman untuk mengetahui anak kurang gizi adalah dengan melihat berat dan
tinggi badan yang kurang dari normal. Jika tinggi badan si anak tidak terus
bertambah atau kurang dari normal, itu menandakan bahwa kurang gizi pada
masalah- masalah yang berkaitan dengan kurang gizi pada anak , karena masih
merupakan masalah kesehatan dan dapat mendorong para ibu untuk dapat
Anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12 sampai
anak balita menerima makanan yang diberikan. Anak usia dibawah lima tahun
lain yang terkait seperti faktor lingkungan, penyakit, keadaan gizi baik
(UNICEF) Wordld Health Organization (WHO) The World Bank Joint child
malnutrition estimates 2012, diperkirakan 165 juta anak usia di bawah lima
bandingkan dengan tahun 1990 sebanyak 253 juta. Tingkat prevalensi gizi
buruk tinggi di kalangan anak di bawah usia lima tahun terdapat di Afrika
(36%) dan Asia (27%), dan sering belum diakui sebagai masalah kesehatan
masyarakat (Kesmas,2013).
yang kurang pangan. Tidak hanya juga terjadi pada keluarga dengan kondisi
kasus gizi buruk. Pun di perkotaan dan ditengah keluarga dengan kondisi
sosial ekonomi menengah. Penyebab gizi kurang dan gizi buruk dapat dipilah
menjadi tiga hal, yaitu: pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan makan;
Hal ini dibuktikan dengan data dari tahun 2011 yang mengatakan bahwa
status gizi stuting di 10 negara ASEAN dan 11 negara SEAR. Tiga angka
di Timur Leste (58%), diikuti Laos dan India (masing-masing 48%) serta
secara akut tetapi ditandai dengan kenaikan berat badan anak yang tidak cukup
penimbangan secara bulanan.Sebagian besar kasus gizi kurang dan gizi buruk
dengan tatalaksana gizi buruk dapat dipulihkan di puskesmas maupun rumah
penemuan kasus baru serta menangani kasus gizi buruk dengan perawatan di
tatalaksana gizi buruk bagi petugas rumah sakit dan puskesmas perawatan
Menurut Emmi (2012) dengan judul peran ibu dalam pemenuhan gizi
peran ibu kuran terhadap pemenuhan gizi pada balita disebakan karna
pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja sebesar 65,7%
(Emmi, 2012).
Jumlah penderita gizi buruk pada balita dari 16 puskesmas di Kota Batam
tahun 2014 sebanyak 388 balita penderita gizi buruk. Data balita penderita gizi
1.3 Tujuan
pada balita dengan status gizi buruk di puskesmas “x” tahun 2016
Penyakit diare hingga saat kini masih merupakan salah satu penyakit utama
pada bayi dan anak di Indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar antara
kesehatan anak FKUI/ RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang
tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari
berdasakan catatan World Health Organization (WHO), pada tahun 2013 diare
balita (bawah lima tahun). Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi atau
system imun yang kurang baik seperti pada orang dengan HIV sangat rentan
2011. Pada tahun 2009 dilaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di
tahun 2010 sebanyak 4,204 atau sebanyak 1,74%. data terakhir pada tahun
2011 kejadian diare sebanyak 3,003 atau sebanyak 0,40% Dari hasil data
(Zulkarnaen, 2014).
Berdasarkan data profil dinas kesehatan kota batam tahun 2015di
perkirakan selama tahun 2014 terdapat 24.298 kasus diare d kota batam
atau 21,4 per 1.000 penduduk. Namun jumlah kasus yang datang atau di
atau 42,6% dari perkiraan kasus diare. Seluruh kasus diare tersebut atau