Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
C. Metode Penulisan......................................................................................................................5
D. Ruang Lingkup Penulisan..........................................................................................................5
E. Sistematika Penulisan................................................................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................6
A. Konsep Dasar Penyakit..............................................................................................................6
1. Pengertian Distosia................................................................................................................6
2. Etiologi Distosia....................................................................................................................6
3. Faktor penyebab distosia.......................................................................................................7
4. Manifestasi Klinis................................................................................................................16
5. Komplikasi..........................................................................................................................17
6. Penatalaksanaan...................................................................................................................19
B. Asuhan Keperawataan Teoritis................................................................................................21
1. Pengkajian...........................................................................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan (SDKI:2017)..................................................................................23
3. Intervensi Keperawatan (SIKI:2018)...................................................................................23
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................................................27
A. Kesimpulan..............................................................................................................................27
B. Saran........................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu diantara hal yang menghalangi wanita agar dapat melahirkan secara normal
adalah komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan. Reeder,Martin,&Koniak-
Griffin(2011) menuliskan, komplikasi yang menyebabkan tidak adanya kemajuan
persalinan tersebut membuat dokter cenderung memilih persalinan seksio sesarea untuk
mempercepat kelahiran daripada menunggu kemajuan proses persalinan yang berpotensi
memajankan ibu dan janin pada komplikasi lebih lanjut yang dapat dihindari. Oleh sebab
itu, distosia menjadi indikasi paling umum untuk melakukan persalinan sesksio sesarea.
Distosia merupakan suatu persalinan yang sulit, ditandai oleh adanya hambatan
dalam kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh perlambatan kecepatan
dilatasi serviks, penurunan, dan pengeluaran janin yang tidak mengalami kemajuan, atau
perunahan pada arakteristik kontraksi uterus (Bobak&Lowdermik, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gudina, dkk (2016) yang dilakukan di
adama hospital medical college, dari 384 persalinan sebanyak 9,6% terjadi partus macet.
Adapun penyebab partus macet tersebut yaitu sebanyak 54,1% disebabkan karena CPD
(Cephalo Pelvic Dispropostional), 29,7% karena malposisi dan 16,2% karena
malpresentasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharma (2015) di departemen
obstetrik dan ginekologi, UP rural institute of medical sciences & research, Saifai,
Etawah, Uttar Pradesh, India, dari 12.223 persalinan sebanyak 199 atau 1,63%
mengalami partus macet. Penyebab partus macet tersebut yaitu CPD (72,3%). Secsio
sesarea adalah metode untuk melahirkan bayi, terjadi mortalitas perinatal sebanyak
20,60%, kejadian ruptur uteri sebanyak 3,5% dan mortalitas maternal sebanyak 1,5%.
World Halth Organization(WHO,2015) melaporkan presentase peningkatan angka
kejadian persalinan seksio sesarea di Amerika Serikat yaitu 27% dari seluruh proses
persalinan dengan 51% diantaranya disebabkan oleh panggul sempit. Angka persalinan
seksio sesarea di Indonesia juga sangat tinggi, yaitu 35,7-55,3% dari seluruh proses
persalinan dan lebih dari 27,3% diantaranya disebabkan oleh disproporsi
sefalopelvik/cephalopelvic disproportion(CPD) (Depkes RI,2013).
Jika seorang ibu mengalami distosia, waktu persalinannya akan panjang dan
bahkan ada yang tidak mengalami kemajuan sama sekali. Kondisi ini tidak hanya
berdampak pada janin melainkan ibu juga. Normalnya jika ibu hamil sudah pecah
ketuban maka dalam waktu enam jam harus melahirkan, jika tidak maka bisa terjadi
infeksi.(Info Sehat FKUI,2022) (Lailaturrohmah, 2023).
Asuhan keperawatan selama masa kehamilan dan persalinan yang meliputi aspek
biologis, psikobiologis, sosial dan spiritual dibutuhkan untuk meningkatkan status
kesehatan ibu dan janin. Oleh sebab itu, penatalaksanaan keperawatan yang tepat akan
sangat membantu mengurangi dan memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan
dengan resiko tinggi persalinan pada distosia. Dimana dengan perencanaan yang tepat
akan memberikan hasil yang lebih baik.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa definisi distosia?
2. Bagaimana etiologi distosia?
3. Apa faktor penyebab distosia?
4. Tanda dan gejala distosia ?
5. Apa saja komplikasi distosia?
6. Bagaimana penatalaksanaan distosia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada distosia?
C. Metode Penulisan
1. Studi Pustaka
2. Diskusi Kelompok
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang
lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka terdiri dari konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan teoritis.
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Distosia
Distosia adalah penyulit dalam persalinan, meliputi faktor klinis: faktor
power, passage, pasangger, patient, dan faktor teknis (Lisnawati, 2018 ).
Distosia adalah penyulit dalam persalinan, meliputi faktor klinis: faktor
power(tenaga), passage(jalan lahir), pasangger(bayi), patient, dan faktor teknis
(Lisnawati, 2018 ).
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan
tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga
menghambat kelancaran persalinan (sukarni, ddk,2017).
Distosia berarti persalinan sulit yang ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan (Cunningham, et al., 2018).
Definisi lain menjelaskan bahwa distosia adalah persalinan abnormal yang
ditandai oleh kemacetan, tidak adanya kemajuan, atau penyimpangan dalam
persalinan(mis. persalinan distosia yang gagal)(Joseph&Nugroho,2011).
c) Presentasi muka
Menurut Cunningham, dkk (2018) presentasi muka
merupakan presentasi kepala dengan defleksi maksimal
hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke
bawah. Penyebab presentasi muka yaitu adanya pembesaran
leher yang nyata atau lilitan tali pusat di sekitar leher dapat
menyebabkan ekstensi, janin anensefalus, panggul sempit,
janin sangat besar, paritas tinggi dan perut gantung.
d) Presentasi bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya.
Faktor resiko terjadinya presentasi bokong adalah panggul
sempit, terdapat lilitan tali pusat atau tali pusat pendek,
kelainan uterus (uterus arkuatum, uterus septum, aterus
dupleks), terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu
masuknya kepala janin ke pintu atas panggul, plasenta
previa, kehamilan ganda (Manuaba, 2015).
e) Presentasi bahu
Presentasi bahu adalah janin dalam kondisi melintang di
dalam uterus dengan sumbu janin tegak lurus atau hampir
tegak lurus dengan sumbu panjang ibu dan bahu sebagai
bagian terendah janin. Penyebab presentasi bahu yaitu
c) Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.
d) Letak lintang
Letak lintang ialah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira
tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh. Bila sumbu
memanjang tersebut membentuk sudut lancip, disebut letak
oblik, yang biasanya karena kemudian akan berubah menjadi
posisi longitudinal pada persalinan.
e) Presentasi ganda
Presentasi ganda ialah keadaan di mana di samping kepala janin
di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki,
atau keadaan di mana disamping bokong janin di jumpai
tangan. Presentasi ganda jarang ditemukan yang paling sering
diantaranya ialah adanya tangan atau lengan di samping kepala.
Apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli,
maka penanganan bergantung pada kondisi janin dan
pembukaan serviks. Bila janin baik dan pembukaan belum
lengkap sebaiknya dilakukan seksio sesarea. Dalam keadaan
janin sudah meninggal, diusahakan untuk persalinan spontan,
sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya
dilakukan atas indikasi ibu.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Medforth, dkk (Manuaba, 2015), partus macet memiliki tanda- tanda
yaitu:
a. Pada kala satu :
1) Pada palpasi abdomen, bagian presentasi gagal untuk masuk panggul
2) Serviks berdilatasi secara lambat
3) Bagian presentasi tetap berada secara loggar ke serviks
b. Pada kala satu akhir atau dua persalinan (tanda obstruksi akhir)
1) Pereksia maternal dan nadi yang cepat
2) Nyeri dan ansietas maternal
3) Dehidrasi dan haluran urin yang buruk, ketosis, terkadang urin
bercampur darah
4) Hasil pemeriksaan jantung janin yang tidak reaktif
5) Jarang cincin retraksi terlihat per abdomen dan tanda sambungan antara
segmen bawah yang teregang dan segmen atas (bandle ring)
6) Pada pemeriksaan dalam vagina terasa panas dan kering, bagian
presentasi janin tinggi dan kapus suksadeneum dan atau molase terjadi
pada tengkorak janin.
5. Komplikasi
Persalinan dengan distosia dapat menyebakan timbulnya komplikasi, baik pada
ibu maupun perinatal. Komplikasi yang ditimbulkan adalah sebagai berikut
(Prawirohardjo, 2016) :
a. Komplikasi bagi ibu
1) Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan
amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh
karion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi
adalah konsekuensi serius lainnya.
2) Ruptur Uteri
Apabila disproporsi diantara kepala janin dan panggul sedemikian
besar sehingga kepala tidak cakap dan tidak adanya penurunan,
segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat
menyebabkan ruptur. Pada kasus ini mungkin terbentuk cincin
retraksi patologis yang dapat diraba sehingga sebuah krista
transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara
simfisis dan umbilikus.
3) Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul
tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan
lahir yang terletak dantaranya dan dinding panggul dapat mengalami
tekanan yang berlebihan, karena gangguan sirkulasi dapat terjadi
nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau
rektovaginal.
4) Cedera dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fasia
penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakan pada
persalinan pervaginam, terutama persalinannya sulit. Saat pelahiran
bayi dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta
tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini
meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi
perubahan fungsional dan anatomis di otot, saraf, dan jaringan ikat.
Terdapat semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada otot
dasar panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan
inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul. (Ranjana,
2017).
b. Komplikasi bagi bayi
Komplikasi yang mungkin ditimbukan karena partus macet bagi janin
adalah sebagai berikut :
1) Caput suksadaneum
Apabila panggul sempit sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini
dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik
yang serius. Biasanya kaput suksadaneum bahkan yang besar
sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.
2) Moulase kepala janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak
saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu
proses yang disebut moulase. Biasanya batas median tulang perietal
yang berkontak dengan promontorium sakrum bertumpang tindih
dengan tulang disebelahnya, hal yang sama terjadi pada tulang-tulang
frontal, namun tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal.
Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian
yang nyata, namun apabila distosia yang terjadi mencolok, moulase
dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin
dan perdarahan intrakranial pada janin. (Ranjana et al,2017).
6. Penatalaksanaan
Manajemen dasar persalinan macet tentu sajapengiriman mendesak untuk
mencegah distensi dan pecah lebih lanjut dan untuk menyelamatkan janin jika masih
hidup (Ranjana et al , 2017).
Menurut WHO, penanganan yang dapat dilakukan pada ibu bersalin dengan
partus macet yaitu :
a. Rehidrasi pasien bertujuan untuk mempertahankan volume plasma dan
mencegah atau mengobati hidrasi dan keton.
1) Memasang IV kateter, menggunakan needle ukuran besar (no.18)
2) Jika ibu mengalami syok, berikan larutan salin atau ringer laktat
hingga 1 liter, kemudian ulangi 1 liter dengan tetesan 20 tetes per
menit sampai nadi lebih dari 90 kali per menit, tekanan darah sistolik
100 mmHg atau lebih tinggi. Namun jika muncul masalah pernafasan,
turunkan 1 liter untuk 4-6 jam.
3) Jika ibu tidak mengalami syok tetapi ada dehidrasi dan ketonik, beri 1
liter cepat dan ulangi jika masih dehidrasi dan ketonik. Kemudian
turunkan 1 liter untuk 4-6 jam
4) Catat dengan tepat pemberian cairan intravena dan pengeluaran urin.
b. Beri antibiotik Jika terdapat tanda-tanda infeksi atau membran telah pecah
lebih dari 18 jam, umur kehamilan 37 minggu atau lebih berikan antibiotik
seberti dibawah ini :
1) Ampicilin 2 g tiap 6 jam dan
2) Gentamisin 5 mg/BB/IV tiap 24 jam Jika ibu akan melahirkan secara
sesarea, lanjutkan pemberian antibiotik dan berikan mitronidazole
500 mg/IV tiap 8 jam sampai demam turun selama 48 jam.
c. Berikan dukungan Pasien yang akan melahirkan pervaginam didampingi
untuk memberikan kenyamanan dan dukungan. Jelaskan semua prosedur
kepada pasien, minta izin kepadanya untuk melakukan tindakan, dengarkan
dan peka terhadap perasaan saat akan bersalin.
d. Kelahiran bayi
1) Jika pasti cephalopelvic disproportional, bayi harus dilahirkan secara
sectio sesarea.
2) Jika bayi meninggal, harus dilahirkan secara embriotomi atau jika
tidak mungkin lahirkan dengan seksio sesarea.
3) Jika bayi masih hidup, servik telah berdilatasi maksimal dan kepala
berada distasi 0 atau dibawahnya, lahirkan dengan ekstasi vacum.
4) Jika bayi masih hidup dan servik telah berdilatasi maksimal dan ada
indikasi untuk melakukan simpisiotomi untuk meringankan
kemacetan (jika seksio sesarea tidak memungkinkan) dan kepala bayi
berada di stasi 2, maka lahirkan dengan simpisiotomi dan ekstaksi
vakum.
5) Jika terjadi kemacetan, sedangkan janin hidup tetapi pembukaan
serviks lengkap dan kepala janin terlalu tinggi untuk dilakukan
tindakan vakum segera lahirkan janin dengan tindakan seksio sesare.
B. Asuhan Keperawataan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas Klien : nama, umur, alamat, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan, kehamilan dan lama perkawinan serta data demograf.
b. Keluhan Utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan
nyeri dan cemas.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan ibu(sekarang dan sebelumnya), obstetri ibu(kehamilan dan
persalinan sebelumnya), dan obstetri keluarga didapatkan melalui wawancara
pada ibu hamil dan keluarganya.
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pada ibu dengan distosia, riwayat kesehatan sekarang
berhubungan dengan satu diantara penyebab distosia, seperti kelainan
posisi janin, CPD, atau yang lainnya. Selain itu, ibu mengalami juga
perasaan cemas dan takut, peningkatan tekanan darah, serta kontraksi
uterus yang jarang dengan intensitas kontraksi yang ringan atau sedang.
Kontraksi uterus dikatakan kurang kuat jika:
a) Kontraksinya terlalu lemah, dapat dinilai melalui palpasi pada
puncak his.
b) Kontraksinya terlalu pendek, dapat dinilai melalui lama kontraksi.
Tindakan :
Observasi
- Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
cidera
- Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
- Identifikai kesesuaian alas kaki atau stocking elastis ekstemitas
bawah
Teraupetik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang
rawat (misalnya: penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan
ruangan, dan lokasi kamar mandi)
- Sediakan alas kaki antislip
- Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika
perlu
- Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
- Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
- Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat
digunakan
- Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi
terkunci
- Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan
fasilitas pelayanan Kesehatan
- Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik pribadi atau alaram
sensor pada tempat tidur atau kursi
- Diskusikan mengenai Latihan dan terapi fisik yang diperlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai (mis,
tongkat atau alat bantu jalan)
- Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi
pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti posisi secra perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M., & Lowdermilk, D.L. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Cunningham, F., Leveno, K., Bloom, S., Spong, C., Dashe, J., Hoffman, B., & Casey, B.
2018. William’s obstetrics (25th ed). New York: McGraw Hill Education
Gudina, dkk. 2016. Magnitude of Obstructed Labor and Associated Risk Factor among
Mothers Come for Delivery Service in Adam Hospital Medical College, Oromia
Regional State, Central Ethiopia. Journal of Gynecology and Obstetrics 4(3): 12-
16
Joseph& Nugroho. (2011). Catatan Kuliah Obstetri Patologi dan ginekologi (Obsgyn).
Yogyakarta: Nuha Medika ; 2010. H. 78-96
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas : Kesehatan
wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
World Health Organization (WHO). 2015. WHO Statement on Caesarean Section Rates.
Geneva: World Health Organization.