Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN DISTOSIA

Dosen Pengampu : Ns. Diena Juliana, S.Kep., M.Kes.

Di Susun Oleh : Kelompok 7


Afifah Trisnaningtiyas
Eka Hindriawanti
Mona Yunia Tejaningsih
Muhammad Ihsan
Muriyeh
Suci Ariyani
Wahyuni

KELAS REKOGNISI PEMBELAJARAN LAMPAU (RPL)


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN YARSI PONTIANAK
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Kesehatan Reproduksi
dengan judul “Asuhan Keperawatan Distosia”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan perkembangan
kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Reproduksi.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan
para pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga
dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi
perbaikan di masa mendatang.

Pontianak, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
C. Metode Penulisan......................................................................................................................5
D. Ruang Lingkup Penulisan..........................................................................................................5
E. Sistematika Penulisan................................................................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................6
A. Konsep Dasar Penyakit..............................................................................................................6
1. Pengertian Distosia................................................................................................................6
2. Etiologi Distosia....................................................................................................................6
3. Faktor penyebab distosia.......................................................................................................7
4. Manifestasi Klinis................................................................................................................16
5. Komplikasi..........................................................................................................................17
6. Penatalaksanaan...................................................................................................................19
B. Asuhan Keperawataan Teoritis................................................................................................21
1. Pengkajian...........................................................................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan (SDKI:2017)..................................................................................23
3. Intervensi Keperawatan (SIKI:2018)...................................................................................23
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................................................27
A. Kesimpulan..............................................................................................................................27
B. Saran........................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu diantara hal yang menghalangi wanita agar dapat melahirkan secara normal
adalah komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan. Reeder,Martin,&Koniak-
Griffin(2011) menuliskan, komplikasi yang menyebabkan tidak adanya kemajuan
persalinan tersebut membuat dokter cenderung memilih persalinan seksio sesarea untuk
mempercepat kelahiran daripada menunggu kemajuan proses persalinan yang berpotensi
memajankan ibu dan janin pada komplikasi lebih lanjut yang dapat dihindari. Oleh sebab
itu, distosia menjadi indikasi paling umum untuk melakukan persalinan sesksio sesarea.
Distosia merupakan suatu persalinan yang sulit, ditandai oleh adanya hambatan
dalam kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh perlambatan kecepatan
dilatasi serviks, penurunan, dan pengeluaran janin yang tidak mengalami kemajuan, atau
perunahan pada arakteristik kontraksi uterus (Bobak&Lowdermik, 2005).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gudina, dkk (2016) yang dilakukan di
adama hospital medical college, dari 384 persalinan sebanyak 9,6% terjadi partus macet.
Adapun penyebab partus macet tersebut yaitu sebanyak 54,1% disebabkan karena CPD
(Cephalo Pelvic Dispropostional), 29,7% karena malposisi dan 16,2% karena
malpresentasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sharma (2015) di departemen
obstetrik dan ginekologi, UP rural institute of medical sciences & research, Saifai,
Etawah, Uttar Pradesh, India, dari 12.223 persalinan sebanyak 199 atau 1,63%
mengalami partus macet. Penyebab partus macet tersebut yaitu CPD (72,3%). Secsio
sesarea adalah metode untuk melahirkan bayi, terjadi mortalitas perinatal sebanyak
20,60%, kejadian ruptur uteri sebanyak 3,5% dan mortalitas maternal sebanyak 1,5%.
World Halth Organization(WHO,2015) melaporkan presentase peningkatan angka
kejadian persalinan seksio sesarea di Amerika Serikat yaitu 27% dari seluruh proses
persalinan dengan 51% diantaranya disebabkan oleh panggul sempit. Angka persalinan
seksio sesarea di Indonesia juga sangat tinggi, yaitu 35,7-55,3% dari seluruh proses
persalinan dan lebih dari 27,3% diantaranya disebabkan oleh disproporsi
sefalopelvik/cephalopelvic disproportion(CPD) (Depkes RI,2013).
Jika seorang ibu mengalami distosia, waktu persalinannya akan panjang dan
bahkan ada yang tidak mengalami kemajuan sama sekali. Kondisi ini tidak hanya
berdampak pada janin melainkan ibu juga. Normalnya jika ibu hamil sudah pecah
ketuban maka dalam waktu enam jam harus melahirkan, jika tidak maka bisa terjadi
infeksi.(Info Sehat FKUI,2022) (Lailaturrohmah, 2023).
Asuhan keperawatan selama masa kehamilan dan persalinan yang meliputi aspek
biologis, psikobiologis, sosial dan spiritual dibutuhkan untuk meningkatkan status
kesehatan ibu dan janin. Oleh sebab itu, penatalaksanaan keperawatan yang tepat akan
sangat membantu mengurangi dan memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan
dengan resiko tinggi persalinan pada distosia. Dimana dengan perencanaan yang tepat
akan memberikan hasil yang lebih baik.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa definisi distosia?
2. Bagaimana etiologi distosia?
3. Apa faktor penyebab distosia?
4. Tanda dan gejala distosia ?
5. Apa saja komplikasi distosia?
6. Bagaimana penatalaksanaan distosia?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada distosia?

C. Metode Penulisan
1. Studi Pustaka
2. Diskusi Kelompok

D. Ruang Lingkup Penulisan


Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah Asuhan Keperawatan Kesehatan
Reproduksi pada persalinan resiko: distosia

E. Sistematika Penulisan
BAB I : Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang
lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka terdiri dari konsep dasar penyakit dan asuhan
keperawatan teoritis.
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian Distosia
Distosia adalah penyulit dalam persalinan, meliputi faktor klinis: faktor
power, passage, pasangger, patient, dan faktor teknis (Lisnawati, 2018 ).
Distosia adalah penyulit dalam persalinan, meliputi faktor klinis: faktor
power(tenaga), passage(jalan lahir), pasangger(bayi), patient, dan faktor teknis
(Lisnawati, 2018 ).
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan
tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga
menghambat kelancaran persalinan (sukarni, ddk,2017).
Distosia berarti persalinan sulit yang ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan (Cunningham, et al., 2018).
Definisi lain menjelaskan bahwa distosia adalah persalinan abnormal yang
ditandai oleh kemacetan, tidak adanya kemajuan, atau penyimpangan dalam
persalinan(mis. persalinan distosia yang gagal)(Joseph&Nugroho,2011).

Distosia adalah penyulit dalam persalinan, meliputi faktor klinis: faktor


power, passage, pasangger, patient, dan faktor teknis (Lisnawati, 2018 ).
2. Etiologi Distosia
Terjadinya distosia yang merupakan satu dari indikasi dilakukannya persalinan
seksio sesarea disebabkan oleh beberapa masalah persalinan diantaranya:
a. Tenaga/power ibu yang bermasalah (kekuatan his/meneran)
b. Jalan lahir/passageway yang menghambat keluarnya janin
c. Letak, posisi dan presentasi janin/passenger yang mengalami kelainan.
Distosia juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain disproporsi
sefalopelvis, kontraksi uterus yang tidak adekuat, dan posisi janin yang abnormal.
Resiko distosia akan meningkat pada primipartus, menggunakan analgesia epidural,
berat janin diatas 4.000 gam, posisi kepala janin yang tinggi saat dilatasi serviks
maksimal, dan usia ibu diatas 35 tahun.(Lailaturrohmah, 2023).
3. Faktor penyebab distosia
Adapun penyebab partus macet tersebut diuraikan sebagai berikut (Cunningham, et
al., 2018) :
a) Cephalo Pelvic Dispropostional (CPD)
Cephalopelvic dispropostinal terjadi ketika tidak adanya kesesuaian diantara
kepala janin dengan pelvis. Kondisi itu tidak memungkinkan fetus melewati
pelvis dengan mudah. Cephalopelvis disproportional dapat terjadi pada pelvis
yang kecil dengan ukuran kepala fetus yang normal, atau pelvis yang normal
dengan fetus yang besar, atau kombinasi antara fetus yang besar dengan
pelvis yang kecil. Cephalopelvis disproportional tidak dapat didiagnosa
sebelum umur kehamilan berumur 37 minggu.
b) Power (kekuatan) yaitu karena his
Tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan rintangan pada
jalan lahir dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet.
Jenis-jenis kelainan his:
1) His hipotonik (inersia uteri)
His hipotonik adalah his yang tidak normal. Fundus berkontraksi
lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian lain. Kelainan terletak
pada kontraksinya yang singkat dan jarang selama ketuban masih
utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu maupun bagi janin.
Inersia uteri, dibagi 2 yaitu:
a) Inersia uteri primer: jika persalinan berlangsung lama, terjadi
pada kala 1 fase laten
b) Inersia uteri sekunder: timbul setelah berlangsung nya his kuat
untuk waktu yang lama, terjadi pada kala 1 fase aktif
2) His hipertonik (tetania uteri)
His hipertonik adalah his yang terlalu kuat atau his yang terlampau
kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim. Sifat
hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainan terletak pada
kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan
persalinan berlangsung cepat. Bahayanya bagi ibu adalah terjadinya
perlukaan yang luas pada jalan lahir, khususnya uteri, vagina dan
perenium. Bahaya bagi bayi adalah dapat terjadi pendarahan dalam
tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat. Hal
ini dapat menyebabkan terjadinya:
a) Partus presipitatus yang dapat mengakibatkan persalinan
dikendaraan, dikamar mandi dan tidak sempat dilakukan
pertolongan.
b) Terjadi luka-luka jalan lahir yang luas pada servik, vagina pada
perineum.
c) Pada bayi dapat terjadi perdarahan intracranial.
d) Bila ada kesempitan panggul dapat terjadi rupture uteri
mengancam, dan bila tidak segera ditangani akan berlanjut
menjadi rupture uteri.
3) His tidak terkoordinasi/Aksi Uterus Inkoordinasi (Incoordinate
Uterine Action)
Incoordinate uterine action adalah his yang sifatnya berubah-ubah.
Tonus otot uterus meningkat juga di luar dan kontraksinya tidak
berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara
kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah
dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan
pembukaan. Tonus otot yang meningkat menyebabkan rasa nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hipoksia pada janin. His sejenis ini disebut juga Ancoordinat
Hipertonic Uterine Contraction.
c) Passage- disebabkan karena kelainan pelvis
Yaitu kelainan yang terjadi pada jalan lahir dengan penyebab kesempitan
pada panggul.
Adapun jenis-jenis panggul diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1) Panggul ginekoid, yaitu tipe yang paling baik untuk persalinan
pervaginaan dan dijumpai, ditandai oleh pintu atas panggul
berbentuk oval (diameter tranversum sedikit melebihi diameter
anteroposterior), dinding samping lurus, spina iskiadika tidak
menonjol, arkus subpubis lebar serta sacrum cekung.
2) Panggul android, yaitu pintu atas panggul androsis berbentuk
baji, dinding samping pangggul konvergen, spina iskiadika
menonjol, arkus subpubis sempit dan sacrum melengkung
kedepan pada sepertiga bagian bawah. Kemungkinan besar
disertai dengan posisi oksiput posterior persisten dan distosia
akibat macet ditranvesa dalam.
3) Panggul anthropoid yaitu ditandai dengan pintu atas panggul
berbentuk oval (tetapi diameter anteroposterior melebihi
diameter tranvesa), dinding samping panggul divergen dan
sacrum melengkung ke posterior. Panggul jenis ini paling
mungkin disertai dengan distosia oksiput posterior.
4) Panggul platipeloid yaitu diameter tranvesa pintu atas panggul
yang lebar. Distosia pintu atas panggul umum terjadi karena
kepala janin tidak dapat masuk ke dalam pelvis minor.
Penghentian secara melintang dapat terjadi dipanggul tengah
karena putaran paksi dalam terganggu oleh diameter panggul
yang tidak mendukung.
Partus macet karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan karena kelainan
pada jaringan keras yang disebut tulang panggul dan kelainan pada jaringan
lunak panggul. Partus macet karena kelainan panggul atau bagian keras
disebabkan oleh kesempitan panggul. Panggul dibedakan menjadi tiga pintu
yaitu pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul.
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera ≤ 10 cm atau
diameter transversal ≤ 12 cm. Kesempitan pintu tengah panggul jika diameter
interspinarum < 9 cm dan diameter transversal ditambah dengan diameter
sagitalis posterior ≤ 13,5 cm, sedangkan pintu bawah panggul dianggap
sempit jika jarak antar tuber os iscii ≤ 8 cm. Jika jarak ini berkurang maka
arkus pubis akan meruncing, oleh karena itu besarnya arkus pubis
dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Kesempitan pintu atas panggul dapat berakibat persalinan menjadi lebih lama
akibat gangguan pembukaan dan banyak waktu yang digunakan untuk
molase kepala janin sedangkan kesempitan pintu tengah panggul dan pintu
bawah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi. Partus macet
karena kelainan jalan lahir lunak disebakan oleh beberapa faktor yaitu
kelainan vulva (atresia karena bawaan atau didapat seperti radang atau
trauma), kelainan vagina (atresia, sekat atau tumor), kelainan serviks,
abnormalitas uteri dan tumor.
d) Passanger- disebabkan karena kelainan janin.
Keadaan normal presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk
ubun-ubun kecil dalam posisi transversal (saat memasuki pintu atas panggul)
dan posisi anterior (setelah melewati pintu tengah panggul), dengan
presentasi tersebut kepala janin akan masuk panggul dalam ukuran
terkecilnya (sirkumferensia suboksipitobregmitikus). Hal tersebut dicapai
bila sikap kepala janin fleksi. Sikap yang tidak normal akan menimbulkan
kesulitan persalinan yang disebabkan karena diameter kepala yang harus
melalui panggul menjadi lebih besar. Berdasarkan kelainannya, partus macet
karena kelainan passanger dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
1) Kelainan presentasi janin
Menurut Prawirohardjo (2016), Presentasi adalah titik tunjuk untuk
menentukan bagian terendah janin. Adapun Kelainan presentasi janin
dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
a) Presentasi puncak kepala
Menurut Marmi, dkk (2016) presentasi puncak kepala atau
disebut juga presentasi sinsiput, terjadi apabila derajat
defleksinya ringan, sehingga ubun-ubun besar menjadi
bagian terendah. Pada umumnya presentasi puncak kepala
merupakan kedudukan sementara yang kemudian akan
berubah menjadi presentasi belakang kepala.
b) Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala
berada diantara fleksi maksimal, sehingga dahi merupakan
bagian terendah. Janin dengan presentasi dahi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kemiringan anterior
uterus, kontraksi pelvis, polihidramnion dan abnormalitas
kongenital misalnya, anensefalus (Manuaba. 2015).
Pada umumnya presentasi dahi bersifat sementara untuk
kemudian dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala
atau presentasi muka, atau tetap menjadi presentasi dahi,
oleh karena itu apabila tidak terdapat gawat janin menunggu
kemajuan persalinan dapat dilakukan. Bila presentasinya
tetap presentasi dahi, maka janin tidak dapat dilahirkan
pervaginam karena besarnya diameter oksipitomental yang
harus melewati panggul, maka tindakan seksio sesarea
diperlukan untuk melahirkan janin dengan presentasi dahi
(Prawirahardjo, 2016).

c) Presentasi muka
Menurut Cunningham, dkk (2018) presentasi muka
merupakan presentasi kepala dengan defleksi maksimal
hingga oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke
bawah. Penyebab presentasi muka yaitu adanya pembesaran
leher yang nyata atau lilitan tali pusat di sekitar leher dapat
menyebabkan ekstensi, janin anensefalus, panggul sempit,
janin sangat besar, paritas tinggi dan perut gantung.
d) Presentasi bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan
bagian terendahnya bokong, kaki atau kombinasi keduanya.
Faktor resiko terjadinya presentasi bokong adalah panggul
sempit, terdapat lilitan tali pusat atau tali pusat pendek,
kelainan uterus (uterus arkuatum, uterus septum, aterus
dupleks), terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu
masuknya kepala janin ke pintu atas panggul, plasenta
previa, kehamilan ganda (Manuaba, 2015).

e) Presentasi bahu
Presentasi bahu adalah janin dalam kondisi melintang di
dalam uterus dengan sumbu janin tegak lurus atau hampir
tegak lurus dengan sumbu panjang ibu dan bahu sebagai
bagian terendah janin. Penyebab presentasi bahu yaitu

dinding perut yang kendur pada multipara, kesempitan


panggul, plasenta previa, prematuritas, kelainan bentuk
rahim seperti uterus arkuatum, mioma uteri dan kehamilan
ganda (Manuaba, 2015).
f) Prolaksus funikuli
Prolaps funikuli ialah keadaan di mana tali pusat berada di
samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan
lahir setelah ketuban pecah. Pada janin dengan prolapsus
funikuli akan mengakibatkan hipoksia akibat tali pusat yang
terjepit. Pada prolapsus funikuli dengan tali pusat yang
masih berdenyut tetapi pembukaan belum lengkap maka
dapat dilakukan reposisi tali pusat dan menyelamatkan
persalinan dengan sesiosesarea (SC). SC di lakukan dengan
keadaan tali pusat tidak mengalami tekanan dan terjepit oleh
bagian terendah janin. Pada keadaan di mana janin telah
meninggal tidak ada alasan untuk menyelesaikan persalinan
dengan segera. Persalinan spontan dapat berlangsung dan
tindakan hanya dilakukan apabila diperlukan demi
kepentingan ibu.

2) Kelainan posisi janin


a) Persisten Oksipito Posterior (POP)
Persisten Oksipito Posterior (POP) yaitu ubun-ubun kecil tidak
berputar ke depan, sehingga tetap berada di belakang disebakan
karena usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran
panggul. Etiologi POP yaitu usaha penyesuaian kepala terhadap
bentuk dan ukuran panggul, pada diameter anteroposterior lebih
besar dari diameter transversal pada panggul anterior, segmen
depan menyempit seperti pada panggul android, ubun-ubun
kecil akan sulit memutar ke depan, otot-otot dasar panggul
lembek pada multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat
sehingga tak ada paksaan pada belakang kepala janin untuk
memutar ke depan (Manuaba, 2015).
b) Deep Transverse Position (DTP)
Deep Transverse Position yaitu keadaan dimana pembukaan
serviks telah lengkap, kepala berada di dasar panggul dan sutura
sagitalis melintang (Marmi, dkk, 2016).

c) Letak sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong dibawah bagian cavum uteri.

d) Letak lintang
Letak lintang ialah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira
tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh. Bila sumbu
memanjang tersebut membentuk sudut lancip, disebut letak
oblik, yang biasanya karena kemudian akan berubah menjadi
posisi longitudinal pada persalinan.
e) Presentasi ganda
Presentasi ganda ialah keadaan di mana di samping kepala janin
di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki,
atau keadaan di mana disamping bokong janin di jumpai
tangan. Presentasi ganda jarang ditemukan yang paling sering
diantaranya ialah adanya tangan atau lengan di samping kepala.
Apabila pada presentasi ganda ditemukan prolapsus funikuli,
maka penanganan bergantung pada kondisi janin dan
pembukaan serviks. Bila janin baik dan pembukaan belum
lengkap sebaiknya dilakukan seksio sesarea. Dalam keadaan
janin sudah meninggal, diusahakan untuk persalinan spontan,
sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya
dilakukan atas indikasi ibu.

3) Kelainan bentuk janin


Beberapa kelainan janin yang dapat menyebabkan partus macet yaitu:
a) Makrosomia
Makrosomia adalah bayi lahir dengan berat badan lebih dari
4000 gram. Bayi dengan makrosomia dapat disebakan karena
ibu dengan penyakit diabetes melitus, adanya keturunan
penyakit diabetes melitus di keluarga, atau multiparitas
dengan riwayat makrosomia sebelumnya (Marmi, 2016).
b) Hydrochepalus
Hydrochepalus adalah penimbunan cairan serebrospinalis
dalam pentrikel otak janin, sehingga kepala menjadi besar
serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan
yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500-1500
ml, akan tetapi dapat mencapai pula hingga 5 liter. Penyebab
hidrosephalus adalah tersumbatnya aliran cairan cerebro
spinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat
pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarachnoid. Akibat penyumbatan
tersebut terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.
Hidrosephalus disebakan oleh satu dari tiga faktor yaitu
produksi CSS yang berlebihan, obstruksi jalur atau gangguan
absorbsi CSS (Manuaba, 2015).
c) Kembar Siam
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh
keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi
kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Kembar siam
dibedakan menjadi dua yaitu dizigot (kembar yang berasal
dari dua sel telur yang dibuahi sperma) dan monozigot
(kembar yang berasal dari satu telur yang dibuahi sperma
kemudian membelah menjadi dua). Pembelahan pada
kembar siam akan menentukan kondisi bayi. Masa
pembelahan sel telur terbagi menjadi empat waktu yaitu 0-
72 jam, 4-8 hari, 9-12 hari dan 13 hari atau lebih.
Pembelahan yang terjadi pada waktu 13 hari atau lebih akan
menghasilkan satu plasenta dan satu selaput ketuban serta
karena waktu pembelahannya yang kelamaan sehingga sel
telur terlanjur berdempetan. Faktor yang mempengaruhi
waktu pembelahan dan mengakibatkan pembelahan tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet dikaitkan dengan
infeksi, kurang gizi dan masalah lingkungan (Marmi, dkk,
2016).

4. Manifestasi Klinis
Menurut Medforth, dkk (Manuaba, 2015), partus macet memiliki tanda- tanda
yaitu:
a. Pada kala satu :
1) Pada palpasi abdomen, bagian presentasi gagal untuk masuk panggul
2) Serviks berdilatasi secara lambat
3) Bagian presentasi tetap berada secara loggar ke serviks
b. Pada kala satu akhir atau dua persalinan (tanda obstruksi akhir)
1) Pereksia maternal dan nadi yang cepat
2) Nyeri dan ansietas maternal
3) Dehidrasi dan haluran urin yang buruk, ketosis, terkadang urin
bercampur darah
4) Hasil pemeriksaan jantung janin yang tidak reaktif
5) Jarang cincin retraksi terlihat per abdomen dan tanda sambungan antara
segmen bawah yang teregang dan segmen atas (bandle ring)
6) Pada pemeriksaan dalam vagina terasa panas dan kering, bagian
presentasi janin tinggi dan kapus suksadeneum dan atau molase terjadi
pada tengkorak janin.

5. Komplikasi
Persalinan dengan distosia dapat menyebakan timbulnya komplikasi, baik pada
ibu maupun perinatal. Komplikasi yang ditimbulkan adalah sebagai berikut
(Prawirohardjo, 2016) :
a. Komplikasi bagi ibu
1) Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan
amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh
karion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin.
Pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi
adalah konsekuensi serius lainnya.
2) Ruptur Uteri
Apabila disproporsi diantara kepala janin dan panggul sedemikian
besar sehingga kepala tidak cakap dan tidak adanya penurunan,
segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat
menyebabkan ruptur. Pada kasus ini mungkin terbentuk cincin
retraksi patologis yang dapat diraba sehingga sebuah krista
transversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara
simfisis dan umbilikus.
3) Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul
tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan
lahir yang terletak dantaranya dan dinding panggul dapat mengalami
tekanan yang berlebihan, karena gangguan sirkulasi dapat terjadi
nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan
dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau
rektovaginal.
4) Cedera dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul atau persarafan atau fasia
penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakan pada
persalinan pervaginam, terutama persalinannya sulit. Saat pelahiran
bayi dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta
tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini
meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi
perubahan fungsional dan anatomis di otot, saraf, dan jaringan ikat.
Terdapat semakin besar kekhawatiran bahwa efek-efek pada otot
dasar panggul selama melahirkan ini akan menyebabkan
inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul. (Ranjana,
2017).
b. Komplikasi bagi bayi
Komplikasi yang mungkin ditimbukan karena partus macet bagi janin
adalah sebagai berikut :
1) Caput suksadaneum
Apabila panggul sempit sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini
dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostik
yang serius. Biasanya kaput suksadaneum bahkan yang besar
sekalipun akan menghilang dalam beberapa hari.
2) Moulase kepala janin
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak
saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu
proses yang disebut moulase. Biasanya batas median tulang perietal
yang berkontak dengan promontorium sakrum bertumpang tindih
dengan tulang disebelahnya, hal yang sama terjadi pada tulang-tulang
frontal, namun tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal.
Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian
yang nyata, namun apabila distosia yang terjadi mencolok, moulase
dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin
dan perdarahan intrakranial pada janin. (Ranjana et al,2017).

6. Penatalaksanaan
Manajemen dasar persalinan macet tentu sajapengiriman mendesak untuk
mencegah distensi dan pecah lebih lanjut dan untuk menyelamatkan janin jika masih
hidup (Ranjana et al , 2017).
Menurut WHO, penanganan yang dapat dilakukan pada ibu bersalin dengan
partus macet yaitu :
a. Rehidrasi pasien bertujuan untuk mempertahankan volume plasma dan
mencegah atau mengobati hidrasi dan keton.
1) Memasang IV kateter, menggunakan needle ukuran besar (no.18)
2) Jika ibu mengalami syok, berikan larutan salin atau ringer laktat
hingga 1 liter, kemudian ulangi 1 liter dengan tetesan 20 tetes per
menit sampai nadi lebih dari 90 kali per menit, tekanan darah sistolik
100 mmHg atau lebih tinggi. Namun jika muncul masalah pernafasan,
turunkan 1 liter untuk 4-6 jam.
3) Jika ibu tidak mengalami syok tetapi ada dehidrasi dan ketonik, beri 1
liter cepat dan ulangi jika masih dehidrasi dan ketonik. Kemudian
turunkan 1 liter untuk 4-6 jam
4) Catat dengan tepat pemberian cairan intravena dan pengeluaran urin.
b. Beri antibiotik Jika terdapat tanda-tanda infeksi atau membran telah pecah
lebih dari 18 jam, umur kehamilan 37 minggu atau lebih berikan antibiotik
seberti dibawah ini :
1) Ampicilin 2 g tiap 6 jam dan
2) Gentamisin 5 mg/BB/IV tiap 24 jam Jika ibu akan melahirkan secara
sesarea, lanjutkan pemberian antibiotik dan berikan mitronidazole
500 mg/IV tiap 8 jam sampai demam turun selama 48 jam.
c. Berikan dukungan Pasien yang akan melahirkan pervaginam didampingi
untuk memberikan kenyamanan dan dukungan. Jelaskan semua prosedur
kepada pasien, minta izin kepadanya untuk melakukan tindakan, dengarkan
dan peka terhadap perasaan saat akan bersalin.
d. Kelahiran bayi
1) Jika pasti cephalopelvic disproportional, bayi harus dilahirkan secara
sectio sesarea.
2) Jika bayi meninggal, harus dilahirkan secara embriotomi atau jika
tidak mungkin lahirkan dengan seksio sesarea.
3) Jika bayi masih hidup, servik telah berdilatasi maksimal dan kepala
berada distasi 0 atau dibawahnya, lahirkan dengan ekstasi vacum.
4) Jika bayi masih hidup dan servik telah berdilatasi maksimal dan ada
indikasi untuk melakukan simpisiotomi untuk meringankan
kemacetan (jika seksio sesarea tidak memungkinkan) dan kepala bayi
berada di stasi 2, maka lahirkan dengan simpisiotomi dan ekstaksi
vakum.
5) Jika terjadi kemacetan, sedangkan janin hidup tetapi pembukaan
serviks lengkap dan kepala janin terlalu tinggi untuk dilakukan
tindakan vakum segera lahirkan janin dengan tindakan seksio sesare.
B. Asuhan Keperawataan Teoritis

1. Pengkajian
a. Identitas Klien : nama, umur, alamat, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan, kehamilan dan lama perkawinan serta data demograf.
b. Keluhan Utama : proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan
nyeri dan cemas.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan ibu(sekarang dan sebelumnya), obstetri ibu(kehamilan dan
persalinan sebelumnya), dan obstetri keluarga didapatkan melalui wawancara
pada ibu hamil dan keluarganya.
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pada ibu dengan distosia, riwayat kesehatan sekarang
berhubungan dengan satu diantara penyebab distosia, seperti kelainan
posisi janin, CPD, atau yang lainnya. Selain itu, ibu mengalami juga
perasaan cemas dan takut, peningkatan tekanan darah, serta kontraksi
uterus yang jarang dengan intensitas kontraksi yang ringan atau sedang.
Kontraksi uterus dikatakan kurang kuat jika:
a) Kontraksinya terlalu lemah, dapat dinilai melalui palpasi pada
puncak his.
b) Kontraksinya terlalu pendek, dapat dinilai melalui lama kontraksi.

c) Kontraksinya terlalu jarang, dipantau dari waktu jeda anatar dua


his.
2) Riwayat kesehatan
Perawat dapat menanyakan kepada ibu tentang kondisi penyakit
sebelumnya yang mempengaruhi kehamilan atau persalinan. Pada
umumnya ibu akan melaporkan adanya distensi usus atau kandung kemih
dan tumor usus yang tidak teridentifikasi.
3) Riwayat obstetri(kehamilan dan persalinan sebelumnya)
Perawat mengkaji terkait adanya komplikasi pada kehamilan dan
persalinan sebelumnya, yaitu:
a) Persalinan yang sulit sebelumnya

b) Merasa kelelahan, kurang energi dan penurunan penampilan


c) Adanya riwayat penggunaan magnesium sulfat untuk hipertensi
karena kehamilan
d) Mempunyai riwayat persalinan semu(kontraksi palsu/Braxton
Hicks)
e) Mendapat anastesi epidural pada awal proses persalinan

f) Riwayat penurunan janin kurang dari 1cm/jam pada nulipara dan


kurang dari 2cm/jam pada multipara
g) Dilaasi serviks pada fase akti berlangsung kurang dari 12cm/jam
pada primipara dan 1,5cm/jam pada multipara
h) Distensi uterus berlebihan karena hidramnion, gemeli, janin besar
atau grandmultipara.
4) Riwayat obstetri keluarga
Perlu dikaji pula apakah ada keluarga yang memiliki riwayat kelainan
posisi, presentasi, bentuk, dan ukuran janin serta distosia sebelumnya.
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dari pengkajian tanda-tanda vital ibu. Pada
pengkajian ini, tekanan dara, denyut jantung, suhu, dan frekuensi pernafasan ibu
biasanya meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh nyeri yang dirasakan ibu selama
proses persalinan. Selain itu, pengkajian fisik dapat dilakukan juga dengan
palpasi pada perut ibu untuk mengetahui letak janin dalam kandungan dan
menentukan apakah letak janin sudah normal atau belum.
Partograf dapat digunakan juga untuk mengidentifikasi secara dini adanya
distosia dan persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal yang timbul akibat
berbagai konsisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan
(Cunningham,2005):
1) Persalinan disfungsional, yaitu persalinan yang terjadi akibat kontraksi
uterus dan/upaya mengedan ibu (power) yang tidak efektif. Hal tersebut
dapat dilihat pada kolom kontraksi didalam partograf.
2) Perubahan struktur pelvis dan/jalan lahir (passage). Indikator pada
partograf dapat dilihat dari pembukaan yangmelewati garis waspada dan
penurunan kepala janin.
3) Kelainan presentasi/posisi janin, bayi besar, dan jumlah bayi
(passangers).
4) Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan.
5) Respon psikologis, persiapan, budaya dan warisan, serta sistem
pendukung.
e. Laboratorium dan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik pada persalinan ibu dengan distosia
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Pemeriksaan selama masa antenatal, untuk memastikan apakah ada
polihidramnion, janin besar, atau kehamilan multipel padamibu.
2) Pemeriksaan kontraksi uterus/his, untuk emnilai sifat his secara manual
melalui palpasi atau bantuan kardiotokografi yang bertujuan untuk
menilai kesejahteraan janin.
3) Ultrasonografi(USG), digunakan untu kmengetahui presentasi, posisi,
dan formasi (bentuk dan ukuran) janin, serta bentuk panggul ibu.
4) Pengambilan sampel kulit kepala janin dilakukan untuk memastikan
kecukupan oksigenasi janin sehingga asidosis dapat terdeteksi. Hal
tersebut berkaitan dengan hipoksia (Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran, 2005).

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI:2017)


a. Nyeri Melahirkan b.d pengeluaran janin (D.0079)
b. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian (D.0080)
c. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif (D.0142)
d. Keletihan b.d kondisi fisiologis: kehamilan (D.0057)
e. Risiko cidera pada ibu b.d malposisi janin (D.0137)
f. Risiko cidera pada janin b.d malposisi janin (D.0138)

3. Intervensi Keperawatan (SIKI:2018)


a. Nyeri Melahirkan b.d pengeluaran janin
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan nyeri
dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat melaporkan keluhan nyeri berkurang dan dapat terkontrol
- Pasien dapat mengenali penyebab nyeri tersebut
- Pasien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri
tersebut
Tindakan :
 Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Teraupetik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. terapi musik, pijat, aromaterapi, kompres hangat atau
dingin).
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
- Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan ansietas
dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Pasien tidak tampak gelisah maupun tegang
- Pola tidur pasien membaik
- Pasien tidak khawatir pada kondisi yang dihadapi
Tindakan :
 Observasi
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesedian, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
- Monitor respon terhadap terapi relaksasi
 Teraupetik
- Ciptkan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang yang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika perlu
 Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (mis. musik,meditasi,nafas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasa sensasi rileks
- Demostrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. nafas dalam,
peregangan, atau imajinasi terbimbing).

c. Resiko infeksi b/d efek prosedur invasif


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan resiko
infeksi dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat menjaga kebersihan tangan, badan serta lingkungan
- Pasien dapat mengidentifikasi faktor resiko infeksi
- Pasien mampu menggunakan fasilitas kesehatan denagn baik
- Pasien mampu melakukan strategi dalam mengontrol resiko infeksi
Tindakan :
 Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal maupun sistematik
 Teraupetik
- Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
 Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
 Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian antibitori, jika perlu
d. Keletihan b/d kondisi fisiologis : kehamilan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam diharapkan keletihan
pada kehamilan dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat mengatasi keluhan lelah sehingga berkurang
- Pasien tidak tampak lemah
Tindakan :
 Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
 Teraupetik
- Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
 Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
 Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
e. Risiko cidera pada ibu b.d malposisi janin
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keparahan dan cidera
yang diamati atau dilaporkan menurun dengan kriteria hasil :
- Risiko kejadian cidera menurun
- Risiko luka/lecet menurun
- Risiko pendarahan menurun
- Risiko farktur menurun

Tindakan :
 Observasi
- Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan
cidera
- Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
- Identifikai kesesuaian alas kaki atau stocking elastis ekstemitas
bawah
 Teraupetik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Gunakan lampu tidur selama jam tidur
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan ruang
rawat (misalnya: penggunaan telepon, tempat tidur, penerangan
ruangan, dan lokasi kamar mandi)
- Sediakan alas kaki antislip
- Sediakan pispot atau urinal untuk eliminasi di tempat tidur, jika
perlu
- Pastikan bel panggilan atau telepon mudah dijangkau
- Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
- Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat
digunakan
- Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda dalam kondisi
terkunci
- Gunakan pengaman tempat tidur sesuai dengan kebijakan
fasilitas pelayanan Kesehatan
- Pertimbangkan penggunaan alarm elektronik pribadi atau alaram
sensor pada tempat tidur atau kursi
- Diskusikan mengenai Latihan dan terapi fisik yang diperlukan
- Diskusikan mengenai alat bantu mobilitas yang sesuai (mis,
tongkat atau alat bantu jalan)
- Diskusikan bersama anggota keluarga yang dapat mendampingi
pasien
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
 Edukasi
- Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
- Anjurkan berganti posisi secra perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum berdiri

f. Risiko cidera pada janin b.d malposisi janin


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keparahan dan cidera
yang diamati atau dilaporkan menurun dengan kriteria hasil :
- Risiko kejadian cidera menurun
- Risiko luka/lecet menurun
- Risiko pendarahan menurun
- Risiko farktur menurun
Tindakan :
Pemantauan DJJ
 Observasi
- Identifikasi status obstetrik
- Identifikasi riwayat obstetrik
- Identifikai adanya penggunaan obat, diet, dan merokok
- Identifikasi pemeriksaan kehamilan sebelumnya
- Periksa DJJ selama 1 menit
- Monitor DJJ
- Monitor TTV ibu
 Teraupetik
- Atur posisi pasien
- Lakukan manuver leopold untuk menentukan letak janin
 Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasi hasil pemantauan, jika perlu
Pencegahan cidera
 Observasi
- Identifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
- Identifikasi kesesuaian alas kaki atau stocking elastis pada
ekstremitas baawah
 Teraupetik
- Sediakan pencahayaan yang memadai
- Sosialisasikan pasien dan keluarga dengan lingkungan rawat
inap
- Sediakan alaskaki antislip
- Sediakan urinal untuk eliminasi didekat tempat tidur, jika perlu
- Pastikan barang-barang pribadi mudah dijangkau
- Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
 Edukasi
- Jelaskan alas an intervensi pencegahan jatuh ke keluarga
- Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk beberapa
menit sebelum berdiri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan
tenaga(his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat
kelancaran persalinan (sukarni, ddk,2017).
Distosia dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Distosia karena tenaga/his
2. Distosia karena kelainan letak dan jalan lahir
3. Distosia karena kelainan bentuk janin
4. Distosia karena bentuk pelvis
Diagnosa asuhan keperawatan menurut Yenita Agus, 2021) :
1. Nyeri akut b/d dilatasi servik, kontraksi uterus, pengeluaan janin
2. Ansietas b/d kemajuan persalinan yang lambat,ancaman kematian
3. Resiko infeksi b/d prosedur invasif, ketuban pecah dini
4. Keletihan b/d stressor (persalinan yang lama), kondisi fisiologis saat hamil
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik, selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil
maupun teratasi.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya
makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Yenita. (2021). Asuhan Keperawatan Maternitas Komplikasi Persalinan Diagnosis


NANDA-I Hasil NOC tindakan NIC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Al Rahmah, Ifah Afifah Dayyanah., Lisnawati. 2018. Kesejahteraan Psikologis Ditinjau


Dari Spiritualitas Siswa di Lembaga Pendidikan Berbasis Agama Pesantren dan
Non Pesantren. Jurnal Psikologi Integratif, Vol 6, No 2, 2018

Bobak, I.M., & Lowdermilk, D.L. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

Cunningham, F., Leveno, K., Bloom, S., Spong, C., Dashe, J., Hoffman, B., & Casey, B.
2018. William’s obstetrics (25th ed). New York: McGraw Hill Education

Departemen Kementrian Kesehatan RI. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan


Indonesia, Jakarta: Badan Pusat Statistik

Fakultas kedokteran universitas Padjajaran. (2005). Obstetri Patologi, Ilmu Kesehatan


Reproduksi (2nd ed). Jakarta: Buku kedokteran EGC

Gudina, dkk. 2016. Magnitude of Obstructed Labor and Associated Risk Factor among
Mothers Come for Delivery Service in Adam Hospital Medical College, Oromia
Regional State, Central Ethiopia. Journal of Gynecology and Obstetrics 4(3): 12-
16

Joseph& Nugroho. (2011). Catatan Kuliah Obstetri Patologi dan ginekologi (Obsgyn).
Yogyakarta: Nuha Medika ; 2010. H. 78-96

Lailaturrohmah, dkk. (2023). Buku Asuhan Keperawatan Maternitas. Padang, Sumatra


Barat: Global Eksekutif Teknologi

Lilis Lisnawati. (2018). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.


Jakarta Timur: TIM;. Hal. 87.
Prawirohardjo, Sarwono. (2016). Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina pustaka

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas : Kesehatan
wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

World Health Organization (WHO). 2015. WHO Statement on Caesarean Section Rates.
Geneva: World Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai