Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI

“Diajukan Untuk Mememuhi Salah Satu Tugas Profesi Dalam Stase Kesehatan Reproduksi”

DI SUSUN OLEH :
Shella Maretha Sirait
P17324121539

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi
“ dengan baik dan tepat waktu.
Laporan pendahuluan ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas praktik profesi
stase I remaja dan pranikah di Politeknik Kemenkes Bandung. Dalam penyusunan Laporan
Pendahuluan ini penulis telah mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuni
Nurchasanah, S.Keb., Bd., M. Kes selaku mentor dan dosen yang telah memberikan tugas.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini karena
adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

.
Bandung, 27 Agustus 2022

Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI

Oleh :
Shella Maretha Sirait
P17324121539

Menyetujui,

Pembimbing Lahan
Ghea Pramasanti, SST (...................................)
NIP.

Pembimbing Akademik
Ida Widiawati, SST. M.Kes (....................................)
NIP.197902102002122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Bd. Diyan
Indrayani,SST.,M.Keb
NIP.198106092002122002
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1

B. Tujuan...................................................................................................4

C. Manfaat.................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori..........................................................................................7
1. Kesehatan Reproduksi.......................................................................7
2. Menstruasi.........................................................................................9
3. Amenore Sekunder..........................................................................13
B. Teori Manajemen Kebidanan.................................................................17
1. Latar belakang BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah

upaya kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut

WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya

bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan

dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011).

Wanita rentan terhadap penyakit yang menyerang organ reproduksinya.

Kebanyakan wanita, sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara

langsung mengenai kesehatan pribadinya. Faktor lain pun dikarenakan biaya

untuk pemeriksaan ke dokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak

mempedulikan gejala yang muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan

memerlukan penanganan yang ekstra, dokter spesialis menjadi tujuan akhir

(Revina dan Susanti, 2014).

Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal

maupun faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada

populasi wanita usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus

menstruasinya. Menurut hasil penelitian, pelajar lebih sering mengalami

gangguan siklus menstruasi (Oktavia, 2010).

Menstruasi yang tidak teratur pada masa 3- 5 tahun setelah menarche

dan pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan

yang lazim dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun),

Menstruasi yang tidak teratur bukan merupakan keadaan yang lazim, karena

selalu dihubungkan dengan keadaan abnormal (Sari, 2014).

Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi

dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah

dan lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan


hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea),
perdarahan diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan

dengan haid (premenstrual tension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2014).

Menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari. Terdapat

gangguan menstruasi yang sering muncul, yaitu dismenore (nyeri menstruasi),

amenore (tidak menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin, dkk,

2011). Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 – 5%

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

Penyebab amenore dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu cacat

fungsional atau anatomi hipotalamus atau hipofisis, cacat anatomis atau

fungsional dari uterus atau ovarium atau cacat genetik (Merin dkk, 2012).

Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih

sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-

kelainan genetik. Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang

timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme,

tumor, penyakit infeksi, stres (di rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan

fisik yang melelahkan, dan gangguan gizi dimana berat badan rendah untuk

tinggi badan (IMT kurang) (Sari, 2014).

Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu

melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut

pada remaja, dengan berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan

seperti perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang,

mengurangi berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan

konsumsi nutrisi yang seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga

harus dapat menerapkan perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan

reproduksi, karena wanita sebagai tonggak kehidupan yang akan melahirkan

generasi kehidupan (Syafrudin, dkk, 2011).

Beberapapenyebabmenstruasi mengalami penyimpangan yang akibatnya

perempuan bisa menderita anemia hingga kurang subur. Gangguan menstruasi


dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda

bahwa seseorang kurang subur (infertil) (Arwini, 2013).

Data yang penulis peroleh dari BPM Siti Rodiyah Sukoharjo dari bulan

Oktober 2014 sampai Oktober 2015 terdapat 117 pasien yang mengalami

gangguan reproduksi. Pasien dengan dismenoresebanyak 40 orang (36,4%),

leukorea sebanyak 37 orang (27,3%), amenore sekunder sebanyak 22 orang

(20%) dan menoragia sebanyak 18 orang (16,4%). Jika amenore tidak

ditangani dengan baik dapat berdampak serius, menstruasi yang tidak teratur

menjadi pertanda bahwa seseorang kurang subur (infertil).

2. Rumusan Masalah
a. Apa itu Amenorea Sekunder?
b. Bagaimana asuhan kebidanan pada kesehatan reproduksi dengan
Amenorea Sekunder ?

3. Tujuan

a. Melaksanakan pengkajian data yang terdiri dari data subjektif dan objektif

secara lengkap yang terkaitan dengan gangguan reproduksi dengan amenore

sekunder.

b. Menginterpretasikan data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah

dan kebutuhan pada kasus gangguan reproduksi dengan amenore sekunder.

c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial untuk konsultasi,

kolaborasi dan merujuk pada kasus gangguan reproduksi dengan amenore

sekunder.

d. Menetapkan kebutuhan tindakan segera pada kasus gangguan reproduksi

dengan amenore sekunder.

e. Menyusun asuhan kebidanan secara menyeluruh pada kasus gangguan

reproduksi dengan amenore sekunder.


f. Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada kasus gangguan

reproduksi dengan amenore sekunder.

g. Mengevaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan gangguan reproduksi

dengan amenore sekunder.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian

Istilah reproduksi berasal dari re yang artinya kembali dan kata

produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah

reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam

menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya (Yanti, 2011).

Menurut International Conference on Population and

Development (ICPD) (1994), kesehatan reproduksi adalah sebagai

hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara fisik, mental dan sosial dan

tidak hanya bebars dari penyakit atau kecacatan dalam segala hal yang

terkait dengan sistem fungsi serta proses reproduksi (Yanti, 2011)

b. Gangguan dan Masalah Gangguan Reproduksi

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal

yang terjadi secara periodik. Masalah gangguan pada gangguan

reproduksi, yaitu:

1) Infertilitas

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita

tidak mempunyai kemampuan untuk mengandung sampai

melahirkan bayi hidup setelah setahun melakukan hubungan

seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi

8
9

apapun setelah memutuskan untuk mempuyai anak

(Noviana dan Wilujeng, 2014).

2) Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu masalah

kesehatan, sosial dan ekonomi yang terjadi di banyak negara dan

merupakan salah satu jalan masuknya HIV. Infeksi Menular

Seksual (IMS) memberikan pengaruh besar dalam pengendalian

HIV AIDS (Noviana dan Wilujeng, 2014).

3) Gangguan menstruasi

Menurut Varney (2007), gangguan menstruasi terdiri dari :

a) Amenore

Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik

dalam sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa.

b) Dismenorhoe

Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut

bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.

c) Menoragia

Merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang

pada awalnya berada dibawah label perdarahan uterus

difungsional.

d) Metroragia

Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika

terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara

menstruasi.
10

e) Oligomenore

Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.

f)Sindrom pramenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang mencerminkan

saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa

waktu antara menarche dan menopause.

2. Menstruasi

a. Pengertian

Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan

dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz dan

Schorge, 2008).

b. Siklus Menstruasi

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri

dari 4 fase, yaitu:

1) Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang

tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek.

Dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon

estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah

menjadi tidak ada.

2) Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya

hormon progesteron sehingga memicu kelenjar hipofisis untuk

mensekresikan FSH dan merangsang folikel dalam ovarium, serta

dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel

berkembang menjadi folikel de graff yang masak dan


11

menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH

dan hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat

memperbaiki dinding endometrium yang robek.

3) Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu

matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah mesntruasi 1. Sel

ovum yang matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan

mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum

berfungsi untuk menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi

untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan

pembuluh darah.

4) Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum

yang mengecil dan menghilang dan berubah mejadi corpus

albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon

estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensrekresikan

FSH dan LH. Terhentinya sekresi progesteron maka penebalan

dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan

endometrium mengering dan robek dan terjadilah menstruasi.

c. Gangguan dan masalah menstruasi

1) Kelainan siklus menstruasi meliputi:

a) Polimenore atau epimenoragia

Polimenore atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang

lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan

jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa

(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).


12

b) Oligomenore

Oligomenore adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35

har, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.

c) Amenore

Amenore adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga

bulan berturut-turut.

2) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya menstruasi

Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012), Kelainan dalam

banyaknya darah dan lamanya menstruasi, yaitu:

a. Hipermenore atau menoragia

Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari

normal (lebih dari 80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8

hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

b. Hipomenore

Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek

dan atau lebih kurang dari biasa

3) Perdarahan di luar haid

Mentroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada

hubungannya dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam

waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih

sedikit

4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi

a) Pre Menstrual Syndrome (PMS)

Pre Menstrual Syndrome (PMS) adalah ketegangan sebelum

menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi


13

karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron

menjelang menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).

b) Mastodinia atau Mastalgia

Mastodinia atau Mastalgia adalah rasa tegang pada payudara

menjelang menstruasi.

c) Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim

dan terjadi selama menstruasi (Nugroho dan utama, 2014)

d. Penyebab gangguan menstruasi

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab gangguan

menstruasi, yaitu:

1) Fungsi hormon terganggu

Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak,

tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim

sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem

pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi akan

terganggu.

2) Kelainan sistemik

Keadaan seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini

bisa mempengaruhi siklus menstruasi karena sistem metabolisme di

dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik atau menderita penyakit

diabetes juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga

siklus menstruasi tidak teratur.


14

3) Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena

stress tubuh jadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan

sakit-sakitan, sehingga metabolismenya terganggu.

4) Kelenjar gondok

Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi

penyebab tak teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa

produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun

terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh ikut

terganggu

5) Hormon prolaktin berlebihan

Produksi hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak

kunjung datang karena memang hormon ini menekan tingkat

kesuburan.

3. Amenore Sekunder

a. Pengertian

Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan

selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007).

Amenore sekunder atau Jing-Bi adalah keadaan tidak haid untuk

sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011).

Amenore sekunder ( SA ) secara klinis didefinisikan sebagai

tidak adanya menstruasi selama lebih dari 3 interval siklus atau 6 bulan

berturut-turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi

(Merin dkk, 2012).


15

b. Etiologi

Menurut Fansia (2011), penyebab amenore dapat fisiologik,

endokrinologik, atau organik, atau akibat gangguan perkembangan.

Amenore dalam ilmu TCM (Traditional Chinese Medicine) disebut

sebagai Jing-Bi disebabkan karena malnutrisi, keadaan emosional

(stress), perubahan lingkungan, dan beberapa penyakit organ reproduksi

lainnya

Sedangkan menurut Manuaba (2007), penyebabnya

kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal,

terdapat tumor alat kelamin atau terdapat penyakit menahun.

Menurut Syafrudin dkk (2011), penyebab amenore diakibatkan

oleh beberapa keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau

kelemahan kondisi tubuh secara umum. Selain itu bisa juga disebabkan

oleh stres psikologis.

c. Gejala

Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi

tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan

mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas

seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut ketiak serta

perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan akan

ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya

adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut

jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.

Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit


16

dan lengan serta tungkai yang kurus. Gejala lain yang mungkin

ditemukan, yaitu:

1) Sakit kepala

2) Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan

tidak sedang menyusui.

3) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)

4) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti

5) Vagina yang kering

6) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti

pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payuara.

d. Diagnosa

Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan berdasarkan

gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang

biasa dilakukan yaitu:

1) Biopsi endometrium

2) Progestin withdrawal

3) Kadar prolaktin

4) Kadar hormon

5) Tes fungsi tiroid

6) Tes kehamilan

7) Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone)

dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone).

8) Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.

9) CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)


17

e. Pengobatan

Menurut Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada

penyebabnya.

1) Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau

obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.

2) Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita

dianjurkan untuk menguranginya.

3) Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi

dan semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan

setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.

Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan progesteron. Untuk

merangsan perubahan pubertas pada anak perempuan yang

payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya

belum tumbuh bisa diberikan estrogen.

4) Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk

mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam

otak biasanya diobati dengan bromokriptin untuk mencegah

pelepasan prolaktin yang berlebihan oleh tumor. Bila perlu bisa

dilakukan pengangkatan tumor. Terapi penyinaran biasanya baru

dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.

Menurut Fansia (2011), amenore sekunder tersebut dapat

ditangani dengan:

1) Kombinasi terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan

sirkulasi Qi, menghilangkan stasis darah, dan memulihkan siklus

menstruasi. Terapi akupunktur dilakukan dalam 5 kali perawatan


18

dengan merangsang titik-titik akupunktur yaitu Zhongji (CV 3), Diji

(SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Taichong (LV 3), Fenglong

(ST 40), dan Guanyuan (CV 4).

2) Selain itu, pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang

memiliki efek estrogenik. Dalam pemberian herbal kunyit

ditambahkan asam kawak yang kemungkinan dapat memperkuat

efek peluruh haid, dan madu yang memiliki kandungan vitamin dan

mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk dekokta

(rebusan) kunyit asam dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam

kawak 5 gr, madu 3 sdm, dan garam secukupnya, kemudian direbus

dalam 750 mL air, lalu dijadikan 600 mL. Rebusan tersebut

diminum 3 kali sehari @ 200 mL.

3) Pada pasien juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian

susu kedelai sebanyak 30 gr yang dicampur dengan air hangat

sebanyak 240 mL dan pemberian rebusan air kacang hijau dengan

dosis kacang hijau sebanyak 30 gr dalam 300 mL air, lalu dijadikan

240 mL. Kedelai dan kacang hijau memiliki efek estrogenik.

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :

1) Observasi keadaan umum

2) Perbaikan asupan gizi

3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas

4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid

5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Pemberian estrogen dan progesteron


19

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan

yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien

(Sulistyawati, 2009).

2. Proses Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah

yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan-

tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komprehensif dan

aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan pengertian untuk

menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu

kesatuan yang berarti (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Proses

manajemen kebidanan ada 7 antara lain :

a. Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa dan

pemeriksaan fisik (Soepardan, 2008).

1) Data Subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai

suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang
20

amenore sekunder, maka pengkajian ditujukan pada pemeriksaan

ginekologi (Nursalam, 2009). Pengkajian pasien antara lain :

a) Identitas Pasien

(1) Nama Pasien

Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-

hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Umur

Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya risiko seperti

kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,

mental dan psikisnya belum siap (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

(3) Suku / Bangsa

Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Agama

Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk

membimbing atau mengarahkan pasien dalam doa

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(5) Pendidikan

Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga

bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


21

(6) Pekerjaan

Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi

pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(7) Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Keluhan Utama

Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang

berkaitan dengan gejala-gejala amenore sekunder, yaitu pernah

mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga

bulan (Manuaba, 2007). Keluhan lain yaitu sakit kepala,

galaktore, gangguan penglihatan, penurunan atau penambahan

berat badan, tidak ada pengeluaran pervaginam, hirsutisme,

perubahan suara dan perubahan ukuran payudara (Nugroho dan

Utama, 2014)

c) Riwayat Haid

Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami

menstruasi, jarak antara menstruasi yang dialami dengan

menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, seberapa banyak

darah menstruasi yang dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan

ketika mengalami mestruasi (Sulistyawati, 2009). Pada kasus

amenore sekundertidak haid sedikitnya 3 bulan berturut-turut

(Fansia, 2011).
22

d) Status Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan

syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, pada umur berapa

menikah, berapa jumlah anak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah

pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong

persalinan, keadaan nifas yang lalu (Anggraini, 2010).

f) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

g) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada

saat ini yang ada hubungannya dengan amenore sekunder

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Riwayat kesehatan yang lalu

Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau

penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes mellitus,

hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi amenore

sekunder (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


23

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan

pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

h) Pola Kebiasaan Sehari-hari

(1) Pola Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makanan, dan makanan pantangan pada

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Pola Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta

kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan

jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(3) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,

mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,

kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(4) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


24

(5) Kehidupan Seksual

Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan

seksual (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

i)Data Psikologis

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan

Wulandari, 2010). Pada kasus amenore sekunder didapatkan

masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas (Nugroho dan Utama,

2014).

2) Data Objektif

Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan

dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).

a) Status generalis

(1) Keadaan Umum

Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali

bertemu dengan pasien, dilanjutkan mengukur tanda-tanda

vital (Prihardjo, 2007).

(a) Keadaan baik jika pasien memperlihatkan respons yang

baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara

fisik tidak mengalami ketergantungan dalam

berjalan(Sulistyawati, 2009).

(b) Lemah jika pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ibu

kurang atau memberikan respon yang baik terhadap

lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak

mampu lagi untuk berjalan sendiri (Sulistyawati, 2009).


25

(2) Kesadaran

(a) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, dapat

menjawab semua pertanyaan tentang keadaan

sekelilingnya.

(b) Apatis adalah kesadaran yang segan untuk berhubungan

dengan kehidupan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

(c) Somnolen adalah keadaan kesadaran yang mau tidur saja,

dapat dibangunkan dengan rangsan nyeri tetapi jatuh

tidur lagi),

(d) Delirium, semi koma adalah kesadaran yang menyerupai

koma.

(e) Koma adalah keadaan kesadaran yang hilang sama sekali

dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsang apapun)

(Prihardjo, 2007).

(3) Tanda-tanda vital

(a) Tekanan Darah

Tekanan darah normal 110/60 – 140/90 mmHg

(Prihardjo, 2007).

(b) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan

atau tidak jika ada dan lebih dari 38oC kemungkinan

terjadi infeksi. Batas normal 37,5-38oC

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


26

(c) Nadi

Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1

menit (Saifuddin, 2007). Batas normal 60 – 80 x / menit

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(d) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang

dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007). Batas normal

20-30 x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

(2) Berat Badan

Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007).

Pada kasus amenore sekunder bisa terjadi penurunan atau

kenaikan berat badan (Nugroho dan Utama, 2014).

(3) Tinggi Badan

Untuk mengetahui faktor risiko kesempitan panggul

(Saifuddin, 2007). Tinggi badan wanita normal 150 cm

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari

ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2009), meliputi :

(1) Kepala :

(a) Rambut

Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan

kebersihannya (Nursalam, 2009).


27

(b) Muka

Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah

oedema (Nursalam, 2009).

(c) Muka

Ada oedema atau tidak, conjungtiva anemis atau tidak,

untuk mengetahui adakah kuning pada sklera (Nursalam,

2009).

(d) Hidung

Bagaimana kebersihannya, ada pengeluaran sekret atau

tidak

(e) Telinga

Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak

(f) Mulut

Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau

tidak.

(g) Leher

Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau

tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe (Nursalam,

2009)

(2) Dada dan Axilla

Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada

benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2009).


28

(3) Abdomen

Apakah ada luka bekas operasi, ada ben jolan atau tidak, ada

nyeri atau tidak (Varney, 2007). Pada kasus amenore

sekunder adanya nyeri tekan pada sympisis (Ambarwati dan

Wulandari, 2010).

(4) Genetalia

Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,

varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan

(Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore sekunderdidapatkan

vagina kering (Nugroho dan Utama, 2014).

(5) Inspekulo

Dilakukan untuk memastikan bahwa darimana asal

perdarahan tersebut, apakah ada infeksi/ kelainan pada

servik/portio (Prihardjo, 2007).

(6) Pemeriksaan dalam

Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah benjolan

atau tidak (Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore

sekunderadannya masa dalam ovarium dan uterus serta

adanya nyeri (Varney, 2007).

(7) Anus

Apakah ada haemorhoid atau tidak (Prihardjo, 2007).

(8) Ekstremitas

Ektremitas atas dan bawah ada cacat atau tidak, oedema atau

tidak terdapat varices atau tidak (Priharjo, 2007).


29

c) Pemeriksaan Penunjang

Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa,

apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium

(Varney, 2007). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada

yaitu Biopsi endometrium, Progestin withdrawal, Kadar

prolaktin, Kadar hormon, Tes fungsi tiroid, Tes kehamilan, Kadar

FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan

TSH (Thyroid Stimulating Hormone), Kariotipe untuk

mengetahui adanya kelainan kromosom, CT Scan kepala (jika

diduga ada tumor hipofisa).

b. Langkah II : Interpretasi Data

Mengindentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam

langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi

diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Ketiganya digunakan

karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa

tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana

asuhan terhadap pasien (Soepardan, 2008).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkungan praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosa kebidanan yang dikemukakan dari hasil pengkajian atau

yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan yang

ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahundengan amenore sekunder.


30

Data Dasar:

Data subjektif

a) Nn. X mengatakan pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya

berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007).

b) Nn. X mengatakan mengalami penurunan atau penambahan berat

badan (Nugroho dan Utama, 2014).

c) Nn. Xmengatakan sakit kepala (Nugroho dan Utama, 2014).

Data objektif

Menurut Nugroho dan Utama (2014), data objektif pada kasus

amenore sekunder yaitu:

a) Denyut jantung yang cepat

b) Kulit yang hangat dan lembab

c) Pada kasus amenore bisa terjadi penurunan atau kenaikan

berat badan (Nugroho dan Utama, 2014).

d) Abdomenpada kasus amenore sekunder adanya nyeri tekan pada

sympisis (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

e) Genetalia pada kasus amenore sekunderdidapatkan vagina

kering (Nugroho dan Utama, 2014).

f)Pemeriksaan dalam pada kasus amenore sekunderadannya masa

dalam ovarium dan uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007)

2) Masalah

Masalah adalah masalah yang berkaitan dengan pengalaman

pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai


31

diagnosa sesuai dengan kesadaan pasien (Varney, 2007). Pada kasus

amenore sekunder masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas

(Nugroho dan Utama, 2014)

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien sebelum

tendentifikasi dalam diagnosa atau masalah yang didapatkan dengan

melakukan analisis data (Varney, 2007). Pada kasus amenore

kebutuhan yang diberikan yaitu dorongan moril dan kebutuhan

konseling informasi education (KIE) (Manuaba, 2007).

c. Langkah III : Diagnosa / Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin

akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini

membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu

mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi

(Soepardan, 2008). Diagnosa potensial yang muncul pada kasus

amenore sekunderyaitu dapat menyebabkan gangguan kesuburan atau

infertil (Arwini, 2013).

d. Langkah IV : Tindakan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi


32

pasien (Soepardan, 2008). Pada kasus amenore sekunderantisipasi yang

diberikan yaitu pemberian terapi yang mengandung progesteron

(Nugroho dan Utama, 2014).

e. Langkah V : Perencanaan

Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang

merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidenfikasi

atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap

masalah yang berkaitan (Soepardan, 2008).

Perencanaan yang akan diberikan menurut Proverawati dan Misaroh

(2009), meliputi :

1) Observasi keadaan umum

2) Perbaikan asupan gizi

3) Pengurangan berat badan pada wanita obesitas

4) Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid

5) Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Pemberian estrogen dan progesteron

f. Langkah VI : Pelaksanaan

Padalangkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh

ditentukan dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan

yang dikembalikan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan

benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta sesuai dengan asumsi

tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan


33

haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar

dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan

melaksanakan rencana tersebut (Soepardan, 2008).

Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai

dengan perencanaan yang telah dibuat menurut Proverawati dan

Misaroh (2009).

1) Mengobservasi keadaan umum

2) Memperbaikan asupan gizi

3) Mengurangan berat badan pada wanita obesitas

4) Memberikan tiroid pada wanita dengan hipotiroid

5) Memberikan kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais

6) Memberikan estrogen dan progesteron

g. Langkah VII : Evaluasi

Langkah ini merupakan evaluasi rencana tindakan yang meliputi

kebutuhan pada pasien telah terpenuhi secara efektif dengan melakukan

kolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya (Varney, 2007). Pada

kasus pasien dengan amenore sekunder yang diharapkan adalah :

1) Keadaan umum ibu baik

2) Kecemasan berkurang

3) Asupan nutrisi terpenuhi

4) Terjadi perdarahan menstruasi


3. Data Perkembangan SOAP

Menurut Rukiyah (2014), data perkembangan menggunakan SOAP

meliputi :

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian, hasil pengumpulan data pasien

melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.

O : Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien,

hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan kebidanan langkah I Varney.

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data

subjektif dan objektif suatu identifikasi :

a. Diagnosa suatu masalah

b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau

kolaborasi

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (I) dan evaluasi,

perencanaan (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7

Vamey.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta :


Mitra Cendikia.

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka


Rihama.

Arwini, A.E, 2013. Hubungan Konsumsi Fitoestrogen Dengan Siklus Menstruasi


Pada Siswi Di Smk Negeri 3 Pare-Pare.
repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5516/Jurnal.pdf. diakses
tanggal 24 November 2014

Fansia, 2011. Penanganan Amenore Sekunder Sindrom Stagnasi Qi Dan Stasis


Darah Dengan Terapi Akupunktur Dan Herbal Kunyit (Curcuma
Domestica Val.)adln.lib.unair.ac.id/.../gdlhub-gdl-s1-2012-maslihahla-
24203-fk-pt16 diakese tanggal 3 November 2015

Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Merin, 2012. Amenorrhea: Cytogenetic Studies and Beyond.


core.ac.uk/download/pdf/12348799.pdf. diakses 24 November 2015

Nasir dkk, 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Norwitz dan Schorge, 2008. At ag Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta:


Erlangga

Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:


Medical Book.

Nursalam, 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik.


Jakarta: Salemba MEdika

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Oktavia, F. 2010. Hubungan Anxietas dengan Kejadian Amenore Sekunder pada


Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.download.portalgaruda.org/article.php?...Hubungan%20Anxietas%
2010. Diakses tanggal 24 November 2015
Porverawati, A dan Misaroh, S, 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta: Medical Book

Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC

Prita Y. I, 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny.T


umur 32 Tahun dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta. Karya
TulisIlmiah. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Revina dan Susanti, 2014. Sistem Pakar Diagnosa Gangguan Kesehatan Pada
Organ Reproduksi Wanita Berbasis Web Dengan Metode Forward
Chaining. Jurnal LPKIA, Vol.1 No.1, September 2014 dengan e-
journal.lpkia.ac.id/files/students/essays/journals/211.pdf. diakses tanggal
24 November 2015

Rukiyah, Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media

Sari, E.J, 2014. Gambaran IMT dengan Gangguan Menstruasi (Dysmenorhoe,


Amenore, Oligomenore) Pada Mahasiswa Tingkat 1. jurnal-
griyahusada.com/awal/images/files/Penelitian%202.pdf. diakses tanggal
24 November 2015

Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sulistyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika

Syafrudin dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia


dan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC

Yanti, 2011. Buku Ajar Ksesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Anda mungkin juga menyukai