Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

MAKALAH
PELAYANAN KB & KESEHATAN REPRODUKSI
DOSEN PENGAMPU : ADRIANA M.S. BOIMAU, SST., M.KES

“DETEKSI DINI KESEHATAN REPRODUKSI DAN ASUHAN KEBIDANAN


BERKAITAN DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DALAM
PERSPEKTIF GENDER”

DISUSUN OLEH :
YASINTA ADI INA GALLA
PO530324019496
TINGKAT 2B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KUPANG
PROGAM STUDI DIII-KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021

1
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan, karena berkat rahmat dan anugerah-
Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana tentang “Deteksi Dini
Kesehatan Reproduksi dan Asuhan Kebidanan yang Berkaitan dengan
Kesehatan Reproduksi dalam Perspektif Gender”.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu serta
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan dan
pengetahuan tentang deteksi dini kesehatan reproduksi dan asuhan kebidanan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi dalam perspektif gender.
Saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan
masukan dari pembaca makalah ini sangat saya harapkan demi perbaikan makalah ini.
Akhirnya, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat. Dan semoga kita
selalu berada dalam lindungan Tuhan dari penularan COVID-19.

Kupang, 01 Oktober 2020

Penulis

2
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................6

PPENDAHULUAN......................................................................................................6

A. Latar Belakang........................................................................................................6

B. Tujuan.....................................................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................7

A. SKRINING/DETEKSI DINI UNTUK KEGANASAN SISTEM


REPRODUKSI.............................................................................................................7

1. Pengertian Skrining.................................................................................................7

2. Tujuan Dari Skrining..............................................................................................7

3. Keuntungan Dan Kerugian Dari Skrining Adalah :................................................7

4. Bentuk Pelaksanaan Skrining, Yaitu :....................................................................8

5. Syarat-Syarat Untuk Melakukan Skrining Adalah :...............................................8

6. Hubungan Skrining Untuk Keganasan Penyakit Dengan Kesehatan Reproduksi. .8

7. Peran Bidan Dalam Skrining Untuk Keganasan Dan Penyakit Sistemik...............9

B. ASUHAN KEBIDANAN BERKAITAN DENGAN KESEHATAN..............10

REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER...............................................10

1. Seksualitas dan Gender.........................................................................................10

2. Budaya Yang Berpengaruh Terhadap Gender......................................................13

3. Diskriminasi Gender.............................................................................................14

BAB III........................................................................................................................18

PENUTUP...................................................................................................................18

A. Kesimpulan...........................................................................................................18

B. Saran.....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................19

3
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

BAB I
PPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan reproduksi muncul dan terjadi akibat pengetahuan
dan pemahaman serta tanggung jawab yang rendah. Akses untuk mendapatkan
informasi yang benar dan bertanggung jawab mengenai alat-alat dan fungsi
reproduksi juga tidak mudah didapatkan.
Secara garis besar periode daur kehidupan wanita meliputi beberapa tahap: pra
konsepsi, konsepsi, pra kelahiran, pra pubertas, pubertas, reproduksi,
menopause/klimakterium, pasca menopause dan senium/lansia. Setelah lahir
kehidupan wanita dapat dibagi dalam beberapa masa yaitu masa bayi, masa
pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium dan masa senium. Masing-
masing masa itu mempunyai kekhususan, karena itu gangguan dapat terjadi
pada setiap masa tersebut, misalnya munculnya penyakit.
Untuk mengurangi morbiditas dan mortilitas dari penyakit tersebut dapat
dilakukan skrining/deteksi dini. Skrining tersebut dapat dilakukan untuk
penyakit yang berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi, seperti kanker
payudara, kanker serviksd dan kanker endometrium. Sehingga, masalah
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila
tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa
kehidupan selanjutnya.
Banyaknya perempuan tidak mendapat kesempatan yang sama dengan
laki-laki dalam menjaga kesehatan mereka, termasuk dalam kesehatan
reproduksi. Kondisi ini terjadi terutama karena adanya (ketidakadilan dan
ketidaksetaraan gender) dalam pelayanan kesehatan. Saat ini tenaga kesehatan
makin sadar tentang pentingnya mempertimbangkan isu gender dalam
pemberian pelayanan kesehatan. Terutama untuk mengurangi kemungkinan
ketidakadilan dan ketidaksetaraan peran dan tanggung jawab dalam
lingkungan tempat mereka bekerja.

B. Tujuan
Makalah ini bertujuan memberikan kemampuan kepada mahasiswa
khususnya mahasiswa kebidanan untuk dapat mengetahui deteksi dini/skrining
untuk kesehatan reproduksi serta mengetahui pengertian dari budaya yang

4
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

berpengaruh terhadap gender,  isu gender dalam  reproduksi,  pengertian


seksualitas,  bentuk-bentuk ketidakadilan gender, dan lain lain.

5
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SKRINING/DETEKSI DINI UNTUK KEGANASAN SISTEM


REPRODUKSI

1. Pengertian Skrining
Skrining adalah deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup
pemeriksaan (tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom
penyakit untuk menemukan penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik.
Test skrining dapat dilakukan dengan melalui pertanyaan/ questioner, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium dan X-ray.
2. Tujuan Dari Skrining
a) Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditentukan.
b) Mengetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapinya
c) Mencegah meluasnya penyakit
d) Mendidik masyarakat melakukan general check up
e) Memberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit
(waspada mulai dini)
f) Memperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinis
Jenis penyakit yang tepat untuk skrining adalah :
- Merupakan penyakit yang serius
- Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan
dengan
- Setelah gejala muncul
- Prevalens penyakit preklinik harus tinggi pada populasi yang di skrening
3. Keuntungan Dan Kerugian Dari Skrining Adalah :
a) Keuntungan: skrining dapat mendeteksi kondisi medis pada tahap awal
sebelum gejala menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada
untuk nanti deteksi. Dalam kasus terbaik dari kehidupan diselamatkan.  
b) Kekurangan:
― Seperti tes medis, tes yang digunakan dalam penyaringan tidak
sempurna. Hasil pengujian tidak tepat dapat menunjukkan positif untuk

6
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

mereka yang tanpa penyakit (positif palsu), atau negatif bagi orang yang
memiliki kondisi (negatif palsu).
― Penyaringan melibatkan biaya dan penggunaan sumber daya medis pada
sebagian besar orang yang tidak membutuhkan pengobatan.
― Dampak buruk dari prosedur penyaringan (misalnya stres dan
kecemasan, ketidaknyamanan, paparan radiasi, paparan kimia).  
― Stres dan kecemasan yang disebabkan oleh hasil skrining positif palsu. 
― Tidak perlu investigasi dan pengobatan hasil positif palsu.
― Rasa aman palsu yang disebabkan oleh negatif palsu, yang dapat
menunda diagnosis akhir.

4. Bentuk Pelaksanaan Skrining, Yaitu :


1) Mass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu.
2) Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria
tertentu, contoh pemeriksaan ca paru pada perokok; pemeriksaan ca
serviks pada wanita yang sudah menikah.
3) Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis
penyakit.
4) Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari
satu jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS; penyakit sesak nafas.
5. Syarat-Syarat Untuk Melakukan Skrining Adalah :
― Penyakit harus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.
― Harus ada cara pengobatan yang efektif.
― Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnostik.
― Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat
diterima oleh masyarakat.
― Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit.
― Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya
konsekuensi kesehatan

6. Hubungan Skrining Untuk Keganasan Penyakit Dengan Kesehatan


Reproduksi

7
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit dalam masyarakat


melalui deteksi dini dan pengobatan pada keadaan belum terdapat
symptom/gejala. Skrining merupakan upaya untuk meningkatkankesehatan
reproduksi wanita sepanjang daur kehidupannya meliputisejarah,
perkembangan wanita dalam aspek biologis, psikososial dan sosial spiritual,
kesehatan reproduksi dalam perspektif gender, permasalahannya serta
indikator status kesehatan wanita.

7. Peran Bidan Dalam Skrining Untuk Keganasan Dan Penyakit Sistemik


a) Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya
melakukan langkah skrining.
b) Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisikoterkena
penyakit atau masalah kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti
ditindak lanjuti di fasilitas kesehatan
c) Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini,sehingga terapi
dapat dimulai secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki
d) Membantu melindungi kesehatan individual
e) Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses
identifikasi carrier penyakit di komunitas
f) Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode
barrier (pelindung) seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi
perlindungan terhadap kanker serviks
g) Memberikan fasilitas skrining kanker serviks dengan metodepap smear
kemudian membantu dalam pengiriman hasil pemeriksaan ke
laboratorium.

8
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

B. ASUHAN KEBIDANAN BERKAITAN DENGAN KESEHATAN


REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER

1. Seksualitas dan Gender


Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis
(khususnya sistem reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik
fisiologis tubuh yang menentukan seseorang adalah laki-laki atau perempuan.
Seksualitas meliputi 5 area yaitu:
1) Sensualitas, yaitu kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara
pikiran dan tubuh. Umumnya sensualitas melibatkan panca indera (aroma,
rasa, penglihatan, pendengaran, sentuhan) dan otak (organ yang paling
kuat terkait dengan seks dalam fungsi fantasi, antisipasi, memori, dan
pengalaman).
2) Intimasi, yaitu ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal.
Biasanya mengandung unsur-unsur: kepercayaan, keterbukaan diri,
kelekatan dengan orang lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan saling
menghargai.
3) Identitas, yaitu jenis kelamin yang mengandung persan-pesan gender
perempuan dan laki-laki serta mitos-mitos (feminimitas dan maskulinitas)
serta orientasi seksual.
Hal ini juga menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran jenis
kelamin, hingga mampu menerima diri dan mengembangkan diri sesuai
dengan peran jenis kelaminnya.
4) Lifecycle (lingkaran kehidupan), yaitu aspek biologis dari seksualitas
yang terkait dengan anatomi dan fisiologi organ seksual.

9
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

5) Exploitation (eksploitasi), yaitu unsur kontrol dan manipulasi terhadap


seksualitas, seperti: kekerasan seksual, pornografi, pemerkosaan, dan
pelecehan seksual.
Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan
perempuan ditentukan perbedaan fungsi,   peran dan tanggung jawab laki-laki
dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah
sesuai perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang dikonstrusikan
oleh masyarakat dan budayanya karena seseorang lahir sebagai laki-laki atau
perempuan.
Berkaitan dengan gender, dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai
berikut :
1) Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut
pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi
maupun untuk diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran
di sektor publik.
2) Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk
kegiatann yang berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan
pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak,
mencuci pakaian dan alat-alat rumah tangga, menyetrika, membersihkan
rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut juga peran di sektor
domestik.
3) Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk
berpartisipasi di dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-
royong dalam menyelesaikan beragam pekerjaan yang menyangkut
kepentingan bersama.
Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang
ditentukan secara sosial. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran
serta tindakan yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk
masyarakat, bukan karena biolologis.

Perbedaan gender dan seksualitas


No Karakteristik Gender Seks
1. Sumber pembeda Manusia (masyarakat) Tuhan
2. Visi, Misi Kebiasaan Kesetaraan

10
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

3. Unsur pembeda Kebudayaan (tingkah laku) Biologis (alat reproduksi)


4. Sifat Harkat, martabat dapat Kodrat, tertentu tidak
dipertukarkan dapat dipertukarkan
5. Dampak Terciptanya norma/ketentuan Terciptanya nilai-nilai:
tentang “pantas” atau “tidak kesempurnaan,
pantas” laki-laki menjadi kenikmatan, kedamaian.
pemimpin, perempuan Sehingga menguntungkan
“pantas’ dipimpin. Sering kedua belah pihak.
merugikan salah satu pihak,
kebetulan adalah perempuan
6. Keberlakuan Dapat berubah, musiman dan Sepanjang masa dimana
berbeda antar kelas saja, tidak mengenal
pembedaan kelas.

Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, perbedaan antara gender dan jenis


kelamin
Jenis Kelamin Gender
Tidak dapat berubah, contohnya alat Dapat berubah, contohnya peran dalam
kelamin laki-laki dan perempuan kegiatan sehari-hari
Tidak dapat dipertukarkan, contohnya Dapat dipertukarkan
jakun pada laki-laki dan payudara pada
perempuan
Berlaku sepanjang masa Tergantung budaya dan kebiasaan.
Berlaku dimana saja, seorang laki- Tergantung budaya setempat, contoh:
laki/perempuan tetap laki-laki dan pembatasan kesempatan di bidang
perempuan pekerjaan terhadap perempuan karena
budaya setempat, seperti diutamakan
untuk menjadi perawat, guru TK,
pengasuh anak
Merupakan kodrat Tuhan, contoh: laki- Bukan merupakan budaya setempat,
laki mempunyai ciri-ciri utama yang contohnya pengaturan jumlah anak
berbeda dengan perempuan yaitu jakun. dalam satu keluarga
Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan Buatan manusia, contohnya laki-laki
bisa haid, hamil, melahirkan dan dan perempuan berhak menjadi calon
menyusui sedang laki-laki tidak. ketua RT, dan kepala desa bahkan

11
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

presiden.

2. Budaya Yang Berpengaruh Terhadap Gender

a) Budaya patriarki, yaitu suatu budaya dimana yang dominan dan


memegang kekuasaan dalam keluarga berada di pihak ayah.
b) Budaya gender dan perilaku seksual terjadi ekstramarital seks yang hal ini
menimbulkan perilaku seksual yang pada akhirnya berhubungan dengan
transmisi dari penyakit seksual seperti gonorhoe, syphilis, herpes
genitalia, AIDS, kanker serviks, hepatitis B, dll.
c) Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang
apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi
kesehatan wanita.
d) Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir,
berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alasan hanya
karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. Contoh: wanita diharapkan
untuk menyiapkan masakan, membawa air dan kayu bakar, merawat anak-
anak dan suami. Sedangkan pria bertugas memberikan kesejahteraan bagi
keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari ancaman.
e) Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut,
semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti
menyiapkan makanan dan merawat anak adalah dianggap sebagai
“kegiatan wanita”.
f) Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia,
tergantung pada kebiasaan, hukum dan agama yang dianut oleh
masyarakat tersebut.
g) Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama di dalam suatu masyarakat,
tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di
dalam suatu masyarakat, wanita dari suku tertentu biasanya bekerja
menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain mempunyai pilihan
yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang.

12
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

h) Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya.
Sejak anak berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak
perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun kadang tanpa mereka sadari.
i) Pengaruh teman sebaya.
j) Pengaruh media.
k) Pengaruh kognitif.

3. Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender adalah ketidakadilan gender yang merupakan akibat
dari adanya sistem (struktur) sosial dimana salah satu jenis kelamin (laki-laki
atau perempuan) menjadi korban. Hal ini terjadi karena adanya keyakinan dan
pembenaran yang ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai
bentuk dan cara yang menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan
sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan.
Bentuk-bentuk diskriminasi gender, antara lain :
1) Marginalisasi (peminggiran)
Peminggiran banyak terjadi dalam bidang ekonomi. Misalnya banyak
perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak terlalu bagus, baik
dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang
didapatkan. Hal ini terjadi karena sangat sedikit perempuan yang
mendapatkan peluang pendidikan. Peminggiran dapat terjadi di mana
saja yang bersumber keyakinan, tradisi/kebiasaan, kebijakan pemerintah,
maupun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan (teknologi).
2) Subordinasi (penomorduaan)
Anggapan bahwa perempuan lemah, tidak mampu memimpin, cengeng
dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan jadi nomor dua setelah
laki-laki.
3) Stereotip (citra buruk)
Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang
pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk
lainnya.
4) Violence (kekerasan)
Serangan fisik dan psikis. Perempuan, pihak paling rentan mengalami
kekerasan, dimana hal itu terkait dengan marginalisasi, subordinasi

13
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

maupun stereotip diatas. Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan


contoh kekerasan paling banyak dialami perempuan.
5) Beban kerja berlebihan
Tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus.
Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami (seks), hamil,
melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah. Disamping itu,
kadang ia juga ikut mencari nafkah (di rumah), dimana hal tersebut tidak
berarti menghilangkan tugas dan tanggung jawab diatas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya diskriminasi gender adalah


sebagai berikut :
1) Konstruksi biologis : berbeda ciri fisik perempuan dan laki-laki, serta
tidak dapat dipertukarkan karena produk alamiah (hormonal).
2) Konstruksi sosial : berbeda peran dan bertanggung jawab perempuan
dan laki-laki dan dapat dipertukarkan karena produk budaya (tata nilai).
3) Konstruksi agama :  berbeda posisi perempuan dan Laki-laki, dan tidak
dapat dipertukarkan karena ajaran agama (dogmastis).
Berbagai bentuk diskriminasi merupakan hambatan untuk tercapainya
keadilan dan kesetaraan gender atau kemitrasejajaran yang harmonis antara
perempuan dan laki-laki, karena dapat menimbulkan :
1) Konflik
2) Stres pada salah satu pihak
3) Relasi gender yang kurang harmonis

Isu gender dapat terjadi dalam kesehatan reproduksi yang merupakan


suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan perempuan yaitu
adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normatif) dengan
kondisi sebagaimana adanya (obyektif).
1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe motherhood)
Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut:
- Ketidakmampuan perempuan dalam mengambil keputusan dalam
kaitannya dengan kesehatan dirinya, misalnya dalam menentukan kapan
hamil, dimana akan melahirkan dan sebagainya.
- Sikap dan perilaku keluarga yang cenderung mengutamakan laki-laki

14
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

2. Keluarga Berencana
Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut:
- Kesertaan ber-KB, diketahui bahwa 98% akseptor KB adalah
perempuan.partisipasi laki-laki hanya 1,3%. Ini berarti bahwa dalam
program KB perempuan selalu objek/target sasaran.
- Perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metode
kontrasepsi yang diinginkan, antara lain karena ketergantungan kepada
keputusan suami (laki-laki lebih dominan).
- Pengambilan keputusan  partisipasi kaum laki-laki dalam program KB
sangat kecil dan kurang, namun control terhadap perempuan dalam hal
memutuskan untuk ber-KB sangat dominan.
3. Kesehatan Reproduksi Remaja

Hal-hal yang sering di anggap sebagai isu gender sebagai berikut:


- Ketidakadilan dalam mengambil tanggung jawab misalnya pada pergaulan
yang terlalu bebas, remaja puteri selalu menjadi korban dan menangguang
segala akibatnya (misalnya kehamilan yang tidak dikehendaki, putus
sekolah, kekerasan terhadap perempuan, dan sebagainya).
- Ketidakadilan dalam aspek hokum, misalnya dalam tindakan aborsi
illegal, yang diancam oleh sanksi dan hukuman adalah perempuan yang
menginginkan tindakan aborsi tersebut, sedangkan laki-laki  yang
menyebabkan kehamilan tidak tersentuh oleh hukum. 
4. Infeksi Menular Seksual
Hal yang sering dianggap sebagai isu gender sebagai berikut:
- Perempuan selalu dijadikan objek intervensi dalam program
pemberantasan IMS, walaupun laki-laki sebagai konsumen justru member
konstribusi yang cuku besar dalam permasalahan tersebut.
- Setiap upaya mengurangi praktek prostitusi, kaum wanita sebagai penjaja
seks komersial selalu menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan,
sementara kaum laki-laki yang mungkin menjadi sumber penularan tidak
pernah di intervensi dan dikoreksi.
- Perempuan (istri) tidak kuasa menawarkan kondom jika suami terserang
IMS.

15
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

Seperti yang telah dikemukakan di atas, diskriminasi gender


mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan. Hal
ini semakin dirasakan dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi antara lain
karena hal-hal berikut:
- Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus kehidupan
manusia, misalnya  masalah inses yang terjadi pada masa kanak-kanak di
rumah, masalah pergaulan bebas pada masa remaja, kehamilan remaja,
aborsi yang tidak aman, kekurangan informasi tentang kesehatan
reproduksi dan masalah kesehatan reproduksi lainnya.
- Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi
seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman dan pemakaian alat
kontrasepsi.
- Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki
dan perempuan. Namun terlibat, motivasi serta partisipasi laki-laki dalam
kesehatan reproduksi dewasa ini  masih sangat kurang.
- Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi. Khususnya
yang berkaitan dengan IMS, termasuk  HIV/AIDS.
- Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga (kekerasan
domestik) Atau perlakuan kasar, yang pada dasarnya bersumber gender
yang tidak setara.
- Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan perempuan,
seperti bila menyebut akseptor KB, aborsi, pemeriksaan kehamilan,
kemandulan dan kematian ibu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Skrining adalah deteksi dini suatu penyakit atau usaha untuk
mengidentifikasi penyakit dan kelainan yang secara klinis belum jelas dengan
menggunakan tes, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan
secara tepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi

16
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

sesungguhnya menderita suatu kelainan. Uji skrining dapat dilakukan dengan


pertanyaan (anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Gender adalah peran yang dikonstruksikan oleh masyarakat karena
seseorang tersebut sebagai perempuan atau laki-laki. Perbedaan perempuan dan
laki-laki berdasarkan jenis kelamin, yang dibentuk oleh masyarakat dan
lingkungan serta dipengaruhi oleh waktu, tempat, sosial budaya, system
kepercayaan dan situasi politik. Proses tersebut lama kelamaan menjadi budaya
yang berdampak menciptakan perlakuan diskriminatif terhadap kaum
perempuan.

B. Saran
Pentingnya bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan untuk benar-benar
memahami deteksi dini kesehatan reproduksi yaitu skrining untuk melakukan
pencegahan penyakit ganas dalam memberikan asuhan kebidanan yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi dalam perspektif gender.

17
Mata Kuliah : Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Ber

DAFTAR PUSTAKA

Bowo, Tri. 2008. Isu gender dalam kesehatan reproduksi. www.google.com.


Visited 01 Oktober 2020.
Kumalasari. Intan, Andhyantoro. Iwan. 2012. Kesehatan Reproduksi Untuk
Mahasiswa Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta Selatan. Salemba
Medika.
Lestari.Tri wiji, Ulfiana. Elisa, Suparmi.2011.Buku Ajar Kesehatan
Reproduksi: Berbasis Kompetensi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Maryanti.Dwi, Septikasari. Majestika. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi
Teori Dan Praktikum. Yogyakarta. Nuha Medika.

18

Anda mungkin juga menyukai