Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENILAIAN STATUS GIZI

NUTRITION RISK SCREENING 2002

Dosen Pembimbing : Sajiman,SKM., M.Gizi

Disusun Oleh:
(Kelompok 6)

Agustina Ariani
Aulia Rahmi
Hana Askita NIM P07131216106
Devina Amadea Setyastrid NIM P
Najla Afifah NIM P07131216121

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANJARMASIN


PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN GIZI
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji Syukur Kita Panjatkan Atas kehadirat ALLAH S.W.T Karena , atas Rahmat-Nya kita dapat
menyelesaikan tugas makalah Penilaian Status Gizi yaitu tentang NRS 2002.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih Kepada Allah S.W.T karena atas rahmat-Nya kami
diberikan kesehatan untuk menyelesaikan tugas ini, Kepada teman-teman yang kami cintai karena telah
menyuport kami .
Akhir kata , kami mengucapkan banyak terimakasih dan perlu diketahui makalah ini kurang dari
sempurna . kritik dan saran terhadap kami kami terima .
Wassalamualaikum wr.wb

Penyusun

Kelompok 6

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................4

B. Tujuan..........................................................................................4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................5

A.Pengertian Skrining..............5

B.Prinsip Dalam Skrining (Penapisan)....5

C.NRS 2002 (Nutritional Risk Skrining).....11

BAB III : PENUTUP...................................................................................13


A. Kesimpulan..................................................................................13
B. Saran............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........14

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada negara maju, umumnya proses skrining/penapisan dilakukan pada penyakit
tidak menular, misalnya kanker payudara yang dilakukan pada kelompok beresiko seperti
wanita terlahir kembar, ada genetik keluarga, wanita yang tidak menikah, wanita yang
tidak menyusui (red ngASI) anaknya dan pola diet dan gaya hidup yang tidak sehat,
wanita pengguna KB hormonal, wanita yang menstruasi pertama dibawah 12 tahun dan
menopause diatas 55 tahun.
Skrining/penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan pada
populasi sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang akan dideteksi
dini dengan upaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan diagnosis dini bagi
kelompok yang termasuk resiko tinggi.
NRS (Nutritional Risk Skrining)NRS-2002 dikembangkan pada tahun 2002 oleh
Kondrup dkk dan ESPEN (European Society of Parenteral and Enteral Nutrition). Pada
saat itu, kedua tim tersebut bertujuan untuk mengembangkan system skrining yang
menggunakan analisis retrospektif, dengan menggunakan subjek-subjek percobaan yang
dikondisikan / diatur, serta melihat dari karakteristik gizi dan manifestasi klinis pada
subjek-subjek tersebut. Alat skrining ini dikembangkan dengan asumsi bahwa kebutuhan
terhadap pengobatan gizi ditandai oleh tingkat keparahan malnutrisi dan tingkat
peningkatan akan asupan gizi yang terjadi karena penyakit yang diderita tersebut
(Kondrup, 2003).

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui tentang NRS 2002.

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Skrining
Skrining/penapisan merupakan proses pendeteksian kasus/kondisi kesehatan pada
populasi sehat pada kelompok tertentu sesuai dengan jenis penyakit yang akan dideteksi
dini dengan upaya meningkatkan kesadaran pencegahan dan diagnosis dini bagi
kelompok yang termasuk resiko tinggi.
Menurut Komisi Penyakit Kronis AS (1951) dalam kamus Epidemiologi (A
Dictionary of Epidemiology), skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi
dugaan penyakit atau kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian,
pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes
skrining/penapisan memilah/memisahkan orang-orang yang terlihat sehat untuk
dikelompokkan menjadi kelompok orang yang mungkin memiliki penyakit dan kelompok
orang yang mungkin sehat. Sebuah tes skrining/penapisan ini tidak dimaksudkan untuk
menjadi upaya diagnosa. Orang dengan temuan positif menurut hasil skrining/penapisan
atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke dokter untuk diagnosis dan menjalani
pengobatan yang diperlukan.
Menurut Bonita et.al (2006), skrining/penapisan adalah proses menggunakan tes
dalam skala besar untuk mengidentifikasi adanya penyakit pada orang sehat. Tes
skrining/penapisan biasanya tidak menegakkan diagnosis, melainkan untuk
mengidentifikasi faktor resiko pada individu, sehingga bisa menentukan apakah individu
membutuhkan tindak lanjut dan pengobatan. Untuk yang terdeteksi sebagai individu yang
sehat pun, bukan berarti terbebas 100% dari suatu penyakit karena tes skrining/penapisan
dapat salah.
Menurut Webb (2005), skrining/penapisan merupakan metode test sederhana
yang digunakan secara luas pada populasi sehat atau populasi yang tanpa gejala penyakit
(asimptomatik). Skrining/penapisan tidak dilakukan untuk mendiagnosa kehadiran suatu
penyakit, tetapi untuk memisahkan populasi subjek skrining/penapisan menjadi dua
kelompok yaitu orang-orang yang lebih beresiko menderita penyakit tersebut dan orang-
orang yang cenderung kurang beresiko terhadap penyakit tertentu. Mereka yang mungkin
memiliki penyakit (yaitu, mereka yang hasilnya positif) dapat menjalani pemeriksaan
diagnostik lebih lanjut dan melakukan pengobatan jika diperlukan.
B. Prinsip Dalam Skrining (Penapisan)
Untuk menghasilkan program skrining/penapisan yang bermanfaat bagi
masyarakat luas, harus ada kriteria tertentu dalam memilih penyakit apa yang akan
diskrining/penapisan. Berikut beberapa katrakteristik penyakit yang harus
dipertimbangkan dalam memutuskan kebijkan skrining/penapisan.

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 5
a) Jenis penyakit harus termasuk jenis penyakit yang parah, yang relatif umum dan
dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat oleh masyarakat. Pada umumnya
memiliki prevalensi yang tinggi pada tahap pra-klinis. Hal ini berkaitan dengan biaya
relatif dari program skrining/penapisan dan dalam kaitannya dengan jumlah kasus yang
terdeteksi serta nilai prediksi positif. Pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk kegiatan
skrining/penapisan harus selaras dengan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas.
Namun kriteria ini menjadi tidak berlaku pada kasus tertentu seperti keganasan/keparahan
dari suatu penyakit.
Contohnya skrining/penapisan Fenilketouria atau Phenylketouria (PKU) pada bayi baru
lahir. Fenilketouria adalah gangguan desakan autosomal genetik yang dikenali dengan
kurangnya enzim fenilalanin hidroksilase (PAH). Enzim ini sangat penting dalam
mengubah asam amino fenilalanina menjadi asam amino tirosina. Jika penderita
mengkonsumsi sumber protein yang mengandung asam amino ini, produk akhirnya akan
terakumulasi di otak, yang mengakibatkan retardasi mental. Meskipun hanya satu dari
15.000 bayi yang terlahir dengan kondisi ini, karena faktor kemudahan, murah dan akurat
maka skrining/penapisan ini sangat bermanfaat untuk dilakukan kepada setiap bayi yang
baru lahir.
b) Skrining/penapisan harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat luas. Dalam
proses skrining/penapisan membutuhkan partisipasi dari masyarakat yang dinilai cocok
untuk menjalani pemeriksaan. Oleh karena itu skrining/penapisan harus aman dan tidak
mempengaruhi kesehatannya.
c) Skrining/penapisan harus akurat dan reliable. Tingkat akurasi menggambarkan sejauh
mana hasil tes sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari kondisi kesehatan/penyakit
yang diukur. Sedangkan reliabilitas biasanya berhubungan salah satu dengan standardisasi
atau kalibrasi peralatan pengujian atau keterampilan dan keahlian dari orang-orang
menginterpretasikan hasil tes.
d) Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik dan percaya bahwa dengan
melakukan skrining/penapisan maka akan menghasilkan kondisi kesehatan yang jauh lebih
baik. Misalnya pada Kanker Prostat, secara biologis penderita kanker tidak bisa dibedakan,
namun kemungkinan banyak pria yang kanker bisa terdeteksi oleh pemeriksaan ini (PSA
Test). Meskipun demiikian, skrining/penapisan kanker prostat juga berbahaya sehingga
umumnya skrining/penapisan ini tidak dianjurkan, meskipun dapat digunakan.
e) Skrining/penapisan akan sangat bermanfaat jika dilakukan pada saat yang tepat.
Periode antara kemungkinan diagnosis awal dapat dilakukan dan periode kemunculan
gejala merupakan waktu yang sangat tepat (lead time). Namun jika penyakit berkembang
dengan cepat dari tahap pra-klinis ke tahap klinis maka intervensi awal kurang begitu
manfaat, dan akan jauh lebih sulit untuk mengobati penyakit tersebut.
f) Kebijakan, prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang
harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis dan tindakan lebih lanjut.

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 6
Sistem pelayanan kesehatan dapat mengatasi banyaknya diagnosis dan pengobatan
tambahan karena menemukan penyakit yang umum yang positif palsu. Sebelum memulai
program skrining/penapisan sangat penting untuk menilai infrastruktur yang dibutuhkan
untuk mendukung pelaksanaannya. Fasilitas-fasilitas tersebut tentu dibutuhkan untuk
proses skrining/penapisan tapi, sama pentingnya juga untuk konfirmasi lanjutan mengenai
pengujian dan diagnosis, pengobatan dan tindak lanjut bagi yang positif. Perkiraan (Nilai
Prediktif) sangat dibutuhkan dalam sebagai kemungkinan pengambilan skrining/penapisan,
jumlah total yang hasilnya positif (termasuk positif palsu), tersangka (berdasarkan
prevalens penyakit dan sensitivitas serta spesifisitas hasil pemeriksaan) dan kemungkinan
dampak yang dihasilkan berupa peningkatan permintaan pelayanan medis.
Skrining pada lansia yang umumnya ditujukan pada penyakit Kardiovaskuler, keganasan,
dan cerebrovascular accident (CVA) seperti yang akan dijelaskan d bawah ini
1. Penyakit hipertensi
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan
tekanan darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering
ditemukan dan menjadi faktor utama strok, dan penyakit jantung koroner. Lebih dari
separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler.
Skrining sangat bermanfaat, baik hipertensi sistole maupun diastole. Hal yang penting
dilakukan adalah pengukuran tekanan darah. Sebagai patokan, hipertensi pada lansia
dbedakan atas :
a) Hipertensi pada tekanan sistolik sama sekali atau lebih besar dari 140 mmHg dan
/atau tekanan diastolik samaatau lebih besar dari 90 mmHg.
b) Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg
Pengukuran tekanan darah pada lansia sebaiknya dilakukan pada waktu berbaring, duduk,
dan berdiridengan selang beberapa waktu, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya
hipertensi.
2. Penyakit Jantung
Pada orang yang lanjut usia, umumnya besar jantung akan sedikit mengecil, yang paling
banyak mengalami penurunan adalah rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya
aktivitas. Yang juga mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga
menyebabkan menurunya kekuatan otot jantung.
Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap. Elasisitas jantung pada orang
usia 70 tahn menurun sekitar 50% dibandingkan orang usia 20 tahun. Oleh karena itu,
tekanan darah pada wanita tua yang mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua yang
mencapai 160/100 mmHg masih dianggap normal.
Selain pengkajiaan secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu
dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan jantung antara lan pemeriksaan EKG,
treadmil, dan foto toraks.

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 7
3. Penyakit Ginjal
Selain pengkajiaan secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu
dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan ginjal adalah pemerksaan laboratorium tes
fungsi ginjal dan foto IVP.
4. Diabetes Melitus (DM)
Selain pengkajiaan secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu
dilakukan pada lansia dengan dugaan diabetes antara lain pemeriksaan reduksi urine,
pemeriksaan gula darah, funduskopi.
5. Gangangguan Mental
Selain pengkajiaan secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu
dilakukan pada lansia dengan dugaan gangguan mental antara lain pemeriksaan status
mental dan tes fungsi kognitif. Biasanya telah dapat dibedakan kelainan mental seperti
depresi, delirium, atau demensia.
6. Keganasan
Skrining terhadap keganasan terutama ditujukan terhadap penyakit kanker payudara. Da
juga penyakit kanker serviks dengan cara pap smear. Selanjutnya skrining juga dilakukan
terhadap kanker kolon dan rektum.
7. Ketajaman Visus Mata
Hal ini dilakukan dengan tindakan sederhana, yaitu koreksi dengan ukuran kacamata yang
sesuai. Skrining dengan alat funduskopi dapat mendeteksi glaukoma, degenerasi makula,
dan retinopati diabetik. Adapun risiko untuk degenerasi makula adalah adanya riwayat
keluarga dan faktor merokok.
8. Skrining Pendengaran
Skrining ini dilakukan dengan tes bisik, yaitu dengan membisikan 6 kata-kata dari jarak
tertentu dengan pasien serta dilakukan diri luar lapang pandang. Cara ini cukup sensitif dan
menurut hasil penelitian dikatakan mencapai 80% dari hasil pemeriksaan dengan alat
audioskop.
Untuk pengkajiaan secara konprehensif ditinjau dari sudut pandang medis dan keperawatan
dengan pengkajiaan sederhana yang mencangkup 10 poin seperti yang dianjurkan oleh
Lachs et al.
1. Melakukan tes baca koran sebagai modifikasi tes snellen berturut-turut pada mata kiri
dan kanan.
2. Melekukan tes bisik untuk menilai kondisi pendengaran berturut-turut untuk telinga
kiri dan kanan.
3. Tes fungsi ekstremitas atas dan bawah antara lain dengan cara berjabat tangan serta
meminta lansia untuk bangkit dari duduknya dan berjalan.
4. Tes tentang fungsi ADL dan ADL instrumen.
5. Mengecek ada tidaknya kontinensia (ngompol atau buang air besar tidak terasa).
6. Mengecek status gizi melalui pengukuran berat dan tinggi badan (IMT).

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 8
7. Mengecek dukungan sosial dengan menanyakan ada tidaknya penanggung biaya bila
lansia memerlukan pengobatan atau keadaan darurat lainnya.
8. Mengecek kemungkinan depresi dengan menanyakan apakah lansia sering merasa
sedih, tertekan, was-was, dan khawatir.
9. Mengecek status kognitif dengan meminta lansia menyebutkan nama tiga objek
tertentu dan mengulanginya setelah 5 menit.
10. Mengecek kondisi lingkungan di mana lansia berada dengan menanyakan ada tidaknya
bahaya yang dapat mengancam.

Nama : Usia :
(L / P)
Bangsal : Diagnosis :
Tanggal masuk RS : Tanggal skrining :

1. Skrining Awal
N
o Jawaban
. Kriteria

Ya Tidak

1 Apakah IMT < 20.5?


.
2 Apakah pasien kehilangan BB dalam 3
. bulan terakhir?
3 Apakah asupan makan pasien menurun 1
. minggu terakhir?
4 Apakah pasien dengan penyakit berat?
. (ICU)
- Jika tidak untuk semua kriteria skrining diulang 1 minggu kemudian
- Jika ada 1 atau lebih kriteria dengan jawaban ya dilakukan skrining lanjut

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 9
2. Skrining Lanjut I
Risiko Gizi Kriteria
Absen (Skor Status gizi normal
= 0)
Ringan (Skor Kehilangan BB > 5% dalam 3 bulan atau asupan
= 1) 50-75% dari kebutuhan
Sedang Kehilangan BB > 5% dalam 2 bulan atau IMT
(Skor = 2) 18.5-20.5 atau asupan 25-50% dari kebutuhan
Berat (Skor Kehilangan BB > 5% dalam 1 bulan (>15%
= 3) dalam 3 bulan) atau IMT < 18.5 atau asupan 0-
25% dari kebutuhan

3. Skrining Lanjut II
Risiko Kriteria
Gizi
Absen Kebutuhan gizi normal
(Skor = 0)
Ringan Fraktur, pasien kronik (sirosis hati, COPD, HD
(Skor = 1) rutin, DM, kanker)
Sedang Bedah mayor, stroke, pneumonia berat, kanker
(Skor = 2) darah
Berat Cedera kepala, transplantasi sumsum, pasien
(Skor = 3) ICU

Skrining Skrining Usia TOTAL


lanjut I lanjut II > 65 SKOR
tahun
S
K
O
R
RISIKO / TIDAK BERISIKO

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 10
C. NRS 2002 (Nutritional Risk Skrining)

NRS-2002 dikembangkan pada tahun 2002 oleh Kondrup dkk dan ESPEN (European
Society of Parenteral and Enteral Nutrition). Pada saat itu, kedua tim tersebut bertujuan
untuk mengembangkan system skrining yang menggunakan analisis retrospektif, dengan
menggunakan subjek-subjek percobaan yang dikondisikan/diatur, serta melihat dari
karakteristik gizi dan manifestasi klinis pada subjek-subjek tersebut. Alat skrining ini
dikembangkan dengan asumsi bahwa kebutuhan terhadap pengobatan gizi ditandai oleh
tingkat keparahan malnutrisi dan tingkat peningkatan akan asupan gizi yang terjadi karena
penyakit yang diderita tersebut.(Kondrup 2003, p.3) NRS-2002 biasa digunakan pada
orang-orang yang menjadi pasien dirawat di rumah sakit.

NRS meliputi dua hal dalam penerapannya, yaitu :

a. Pengukuran kemungkinan gizi kurang


b. Pengukuran tingkat keparahan penyakit (disease severity)

Kriteria dalam penggunaan NRS-2002 adalah sebagai berikut.

a. Penurunan berat badan >5% dalam 3 bulan


b. Penurunan nilai BMI
c. Penurunan asupan gizi baru-baru ini
d. Tingkat keparahan penyakit

Ada 2 skor yang dihitung yaitu

1. Kondisi status gizi


2. Keparahan penyakit

Kedua skor tersebut dijumlah menjadi skor akhir, dan apabila hasil skor yang didapat
adalah 3, maka angka tersebut menunjukkan bahwa pasien membutuhkan terapi gizi
segera. Petunjuk pada alat ini menyatakan bahwa rencana asuhan gizi dibutuhkan pada
semua pasien yang malnutrisi berat (skor 3 untuk status gizi) dan/atau sakit parah (skor 3
untuk tingkat keparahan penyakit) atau malnutrisi sedang dan sakit ringan (total skor 3
[2+1]) atau malnutrisi ringan dan sakit sedang (total skor 3 [1+2]) (Anthony, 2014).

NRS 2002 memiliki kelebihan bahwa penilaiannya tidak tergantung pada IMT, cukup
menggunakan perubahan berat badan juga bisa. Namun kelemahannya, NRS-2002 hanya
bisa mengetahui siapa yang mendapatkan manfaat dari intervensi gizi, tetapi tidak bisa
mengelompokkan risiko malnutrisinya menjadi berat, sedang, ringan.

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 11
Berikut adalah gambar form Nutritional Risk Screening 2002 (berdasarkan ESPEN
guideline)

NUTRITIONAL RISK SCREENING (NRS-2002)

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skrining/penapisan didefinisikan sebagai "identifikasi dugaan penyakit atau
kecacatan yang belum dikenali dengan menerapkan pengujian, pemeriksaan atau
prosedur lain yang dapat diterapkan dengan cepat. Tes skrining/penapisan
memilah/memisahkan orang-orang yang terlihat sehat untuk dikelompokkan
menjadi kelompok orang yang mungkin memiliki penyakit dan kelompok orang
yang mungkin sehat. Sebuah tes skrining/penapisan ini tidak dimaksudkan untuk
menjadi upaya diagnosa. Orang dengan temuan positif menurut hasil
skrining/penapisan atau suspek suatu kasus harus dirujuk ke dokter untuk diagnosis
dan menjalani pengobatan yang diperlukan.
Skrining pada lansia yang umumnya ditujukan pada penyakit Kardiovaskuler,
keganasan, dan cerebrovascular accident (CVA) seperti : Penyakit hipertensi,
Penyakit Jantung, Penyakit Ginjal, Diabetes Melitus (DM), Gangguan mental,
Keganasan, Ketajaman Visus Mata, Skrining Pendengaran.
NRS 2002 menggunakan analisis retrospektif, dengan menggunakan subjek-
subjek percobaan yang dikondisikan/diatur, serta melihat dari karakteristik gizi dan
manifestasi klinis pada subjek-subjek tersebut. Alat skrining ini dikembangkan
dengan asumsi bahwa kebutuhan terhadap pengobatan gizi ditandai oleh tingkat
keparahan malnutrisi dan tingkat peningkatan akan asupan gizi yang terjadi karena
penyakit yang diderita tersebut.

B. Saran
1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajar bagi mahasiswa Gizi khususnya
dalam mata kuliah Penilaian Status Gizi

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 13
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta: ECG


R. Boedhi-Damojo, H. Hadi Martono. 1999. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan usia lanjut). Jakarta:
FKUI
http://espen.info/documents/screening.pdf

PENILAIAN STATUS GIZI


NRS 2002 14

Anda mungkin juga menyukai