Hak asasi manusia (disingkat HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak
ia dilahirkan. Hak asasi manusia berlaku secara permanen dalam jangka waktu seumur
hidup.
Hak asasi manusia juga tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Hal ini sejalan
dengan Pengertian HAM menurut UU No 39 Tahun 1999, yang berbunyi:
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan YME.
Hak tersebut merupakan anugerah yang wajib di dilindungi dan hargai oleh setiap
manusia; guna melindungi harkat serta martabat setiap manusia.
Munculnya hak asasi manusia ini, menjadi salah satu penemuan gagasan yang sangat
berpengaruh terhadap sistem serta keberlangsungan peradaban dunia.
Bagaimana tidak? Kedatangannya membuat beberapa golongan yang tertindas kala itu
menjadi hidup lebih merdeka.
Selain itu, hak asasi manusia juga datang untuk memanusiakan lagi manusia. Ia mengatur
segala hak dan kebebasan yang dimiliki oleh manusia. Tentu saja dengan batas-batas dan
norma yang adil.
Lalu, bagaimana hak asasi ini bisa muncul? Apa penyebab dan sejarahnya? Untuk itu mari
kita bahas satu persatu pengertian, macam-macam serta contoh pelanggaran hak asasi
manusa dibawah ini.
Daftar Isi
Sekilas Tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
o Sejarah Munculnya HAM
o Sejarah HAM di Era Pertengahan
o Magna Carta (1215)
o Revolusi Amerika (1776)
o Revolusi Prancis (1789)
o Sejarah HAM di Era Modern
o African Charter on Human and People Rights (1981)
o Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)
o Bangkok Declaration (1993)
o Deklarasi Wina (1993)
Pengertian HAM (Hak Asasi Manusia) Menurut Para Ahli
o Pengertian HAM Menurut Miriam Budiardjo
o Pengertian HAM Menurut Koentjoro Poerbopranoto
o Pengertian HAM Menurut Oemar Seno Adji
o Pengertian HAM Menurut Mahfud M.D.
Macam-Macam Jenis HAM
o Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
o Hak Asasi Politik (Political Rights)
o Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)
o Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths)
o Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
o Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)
Pelanggaran HAM di Indonesia dan Dunia
o Pelanggaran HAM di Indonesia
Tragedi 1965
Kasus Petrus 1982-1985
Kerusuhan Mei 1998
Terbunuhnya Munir
Aksi Kamisan
o Pelanggaran HAM di Dunia
Penjajahan Israel atas Palestina
Apartheid di Afrika Selatan
Invasi Uni Soviet terhadap Afghanistan
Etnis Rohingya Myanmar
Kementerian Hukum Dan HAM Indonesia
Kebebasan dikekang, suara yang benar di bungkam, rakyat kecil ditindas dan mungkin saja
tulisan ini tidak akan pernah ada karena tidak adanya peraturan yang mengatur hak-hak
tersebut.
Untuk itu, hak asasi manusia datang. Kedatangannya pun kini menjadi komitmen dasar
yang dipegang teguh oleh seluruh ummat yang ada di dunia, walaupun kenyataannya
masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi.
Sejarah Munculnya HAM
Penegakan hak asasi manusia pertama kali dipelopori oleh ajaran Islam yang dibawa Nabi
Muhammad S.A.W pada abad ketujuh masehi.
Pada masa itu, di Jazirah Arab dan belahan bumi Eropa masih diberlakukan sistem
perbudakan yang sangat membatasi kebebasan manusia. Biasanya budak-budak berasal
dari tawanan yang diambil dari negara yang kalah dalam berperang.
Namun kemudian Nabi Muhammad S.A.W hadir dan menyebarkan ajaran Islam dengan
menawarkan kehidupan yang santun dan damai.
Salah satu nilai yang dibawa oleh Islam pada saat itu adalah ganjaran atau pahala yang
sangat besar bagi siapapun yang mau memerdekakan budak. Kalaulah belum mampu,
maka hendaknya para budak diperlakukan dengan baik dan santun.
Alhasil, satu persatu tawanan-tawanan yang menjadi budak pun dibebaskan oleh tuannya
-yang sebelumnya terlebih dulu memeluk agama Islam.
Perlahan demi perlahan, perbudakan pun hilang dan setiap manusia memiliki hak dan
kedudukan yang sama.
Kendati Islam telah ditaklukkan dan hilang dari tanah Eropa, pemahaman tentang hak
asasi manusia mampu diadopsi dan dikembangkan dengan baik.
Muncullah para filsuf dan pemikir yang mulai mencanangkan tentang penegakan
kedudukan setiap manusia yang nilainya sama.
Pada abad ke-13, beragam ide dan pemikiran tentang hak asasi manusia mulai
berkembang pesat di Eropa.
Perkembangan hak asasi manusia ini dapat dilihat dengan adanya tiga kejadian penting
pada abad pertengahan, diantaranya: Piagam Magna Carta, kejadian Revolusi Amerika dan
kejadian Revolusi Perancis.
Magna Carta (1215)
Magna Carta adalah sebuah piagam yang berisi perjanjian antara Raja John (Raja Inggris
tahun 1199-1216) dengan para Paus dan baronnya atas hak-hak raja. Piagam ini
diumumkan pada tahun 1215, setahun sebelum kematian Raja John.
Magna Carta adalah langkah pertama sebagai peristiwa besar yang menginspirasi
pembuatan hukum konstitusional di era modern.
Sejak saat itu, jaminan hak yang disepakati kemudian berkembang dan menjadi bagian
dari sistem konstitusional Inggris.
Inti dari perjanjian dalam Magna Carta antara lain mengharuskan raja untuk membatalkan
beberapa haknya dan menghargai beberapa prosedur hukum yang sudah dilegalkan.
Selain itu, raja juga diharuskan untuk menerima kenyataan, bahwa keinginan raja dapat
dibatasi oleh hukum yang sudah berlaku.
Rakyat Amerika Serikat, yang kebanyakan terdiri dari pendatang, kemudian memenangkan
peperangan dan mendeklarasikan kemerdekaan yang disebut Declaration of
independence pada tanggal 4 Juli 1776.
13 tahun kemudian, George Washington dinobatkan menjadi Presiden Amerika Serikat
Pertama. George dilantik enam tahun setelah Inggris mengakui kemerdekaan Amerika
Serikat.
Revolusi Perancis terjadi pada masa pemerintahan Raja Louis XVI. Pada saat itu, rakyat
menilai bahwa pemerintahan raja dengan sistem monarki absolut itu sangat semena-mena
dan tidak manusiawi.
Rakyat pun bergejolak dan melawan. Kekuasaan raja dapat diruntuhkan hanya dalam
waktu 3 tahun.
Majelis umum PBB pun menerbitkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tahun
1948 di Paris, Prancis.
Konferensi ini juga menghasilkan koordinasi strategis agar dapat mengintensifkan upaya
untuk pencapaian kehidupan yang lebih baik bagi bangsa Afrika.
Pertemuan ini pun akhirnya membuahkan hasil berupa sebuah deklarasi yang bernama
Deklarasi Kairo.
Deklarasi yang diterbitkan pada tahun 1990 ini memberikan gambaran umum tentang hak
asasi manusia pada Islam.
Deklarasi ini juga menegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya sumber dalam
berpedoman, khususnya dalam meninjau nilai-nilai hak asasi manusia.
Bangkok Declaration (1993)
Tiga tahun setelah deklarasi Kairo, pemerintah di negara-negara asia melakukan
konferensi untuk meninjau kembali komitmen terhadap prinsip piagam PBB dan deklarasi
universal hak asasi manusia. Lahirlah Deklarasi Bangkok.
Pada konferensi kali ini, para pemimpin negara di Asia sepakat atas pandangannya, bahwa
semua negara Asia saling memiliki ketergantungan dan dapat dibagi hak asasi manusia.
Para pemimpin di negara Asia juga menekankan tentang pentingnya tiga unsur dalam
menegakkan hak asasi manusia, yaitu: universalitas objektivitas dan non selektivitas
Pada konferensi kali ini, semua negara anggota PBB sepakat untuk menandatangani
deklarasi universal tentang hak asasi manusia, yang dinamakan dengan deklarasi Wina.
Poin-poin yang difokuskan pada Deklarasi Wina adalah pendeklarasian hak asasi terhadap
generasi ketiga, ya itu hak untuk pembangunan.
Deklarasi ini sebenarnya adalah re-evaluasi terhadap deklarasi HAM, serta penyesuaian
yang disetujui semua anggota PBB (termasuk Indonesia).
Di paragraf pertama telah dijelaskan sebelumnya mengenai pengertian dari hak asasi
manusia.
Menurut Komite Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), secara rinci HAM dapat
digambarkan sebagai berikut:
HAM mencakup segala bidang kehidupan manusia baik politik, ekonomi, sipil, sosial
dan kebudayaan.
Kelimanya tak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
Hak-hak asasi politik dan sipil tidak memiliki arti bila rakyat masih harus bergelut
dengan penderitaan dan kemiskinan.
Tetapi, dilain pihak, persoalan keamanan kemiskinan, dan alasan lainnya, tidak
dapat digunakan secara sadar untuk melakukan pelanggaran ham dan kebebasan
politik serta sosial masyarakat.
Hak asasi manusia tidak mendukung individualisme, melainkan membendungnya
dengan melindungi individu, golongan maupun kelompok, ditengah-tengah
kekerasan kehidupan modern.
HAM merupakan tanda solidaritas nyata dari sebuah bangsa dengan rakyatnya
yang lemah.
Lalu bagaimanakah pendapat para ahli? Berikut mari kita ulas satu persatu.
Prof. Miriam Budiardjo adalah seorang pakar ilmu politik Indonesia sekaligus mantan
anggota komisi nasional hak asasi manusia.
Ia juga pernah menjabat sebagai dekan dari fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia pada tahun 1974 sampai 1979. Menurut Miriam, hak asasi manusia
dapat didefinisikan sebagai berikut:
HAM Adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang yang dibawa sejak lahir ke dunia.
Hal ini bersifat universal sebab dimiliki langsung tanpa membedakan jenis kelamin,
ras, budaya, suku, agama dan lain sebagainya.
Sebelumnya, beliau menjabat sebagai menteri kehakiman pada tahun 1966 sampai 1974.
Menurut Oemar Seno, HAM dapat diartikan sebagai berikut:
HAM ialah hak yang melekat pada setiap martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.
HAM adalah sifat yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun, baik manusia secara
perorangan maupun kelompok.
Beliau juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan
Nasional. Menurut Mahfud MD, secara sederhana HAM dapat diartikan sebagai berikut:
Adapun keenam jenis hak asasi manusia tersebut adalah hak asasi pribadi (personal
rights), hak asasi politic (political rights), hak asasi hukum (legal equity rights), hak asasi
ekonomi (property rights), hak asasi peradilan (procedural rights) dan hak asasi sosial
budaya (social culture rights).
Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Hak asasi pribadi adalah hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia
langsung (privasi). Contoh dari hak-hak asasi pribadi adalah sebagai berikut:
Mulai dari yang remeh, hingga mengakibatkan hilangnya ratusan ribu nyawa. Ada banyak
faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran dalam penegakan hak asasi manusia.
Salah satu antara beberapa faktor penyebabnya, ialah adanya penyalahgunaan kekuasaan
yang tidak berlandaskan pada keadilan dan perdamaian.
Tragedi 1965
Kasus tragedi 1965 adalah kasus pelanggaran hak asasi manusia pertama dalam sejarah
Indonesia setelah kemerdekaan.
Pada 30 September 1965, enam orang Jenderal dan satu orang perwira tewas dibunuh
dengan cara sadis oleh kelompok yang diduga PKI.
Beberapa hari setelahnya, terjadi pergolakan dan pertempuran hebat di berbagai daerah
antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan rakyat yang disinyalir sebagai aktifis
komunis. Ratusan ribu jiwa melayang akibat tragedi tersebut
Pasukan ini kerap dikenal masyarakat dengan sebutan Petrus (Penembak Misterius).
Salah satu misi dari Petrus adalah melakukan penembakan terhadap ratusan orang yang
dianggap berbahaya atau berpotensi mengganggu stabilitas keamanan negara.
Biasanya orang yang menjadi korban penampakan adalah orang-orang yang memiliki tato
dan bertubuh besar, layaknya penampilan preman. Saking misteriusnya, pelaku Petrus
tidak pernah diungkap dan diadili.
Pada saat itu, seluruh badan mahasiswa merasa sudah geram dan muak dengan
pemerintahan. Puluhan ribu mahasiswa pun turun serentak dari Sabang sampai Merauke,
melakukan demonstrasi besar-besaran di ibukota.
Puncaknya terjadi pada tanggal 12 Mei 1998. Di saat situasi demonstrasi yang semakin
memuncak dan tak kondusif, empat mahasiswa universitas Trisakti yang paling vokal tewas
tertembak oleh Sniper tak dikenal.
Rakyat semakin marah dan menjadi-jadi. Keeosokan harinya, kerusuhan semakin tak
terbendung. Hampir semua tempat di ibukota mengalami perusakan dan pembakaran.
Bahkan puluhan orang dari etnis Tionghoa tak luput dari kobaran amarah para oknum
rakyat yang sudah semakin memuncak.
Hingga kini, siapa dalang dibalik pelaku penembakan tersebut tak kunjung diketahui.
Kendati pengadilan Militer tahun 1999 telah memutuskan bahwa tim Mawar adalah pelaku
penembakan.
Terbunuhnya Munir
Munir Said Thalib adalah salah satu aktivis HAM di Indonesia. Namanya menjadi populer
saat ia memperjuangkan dan menelusuri status orang orang yang hilang karena diculik
pada masa orde baru.
Munir ditemukan tewas karena diracun dalam perjalanan menuju Amsterdam pada
tanggal 7 September 2004.
Kasus kematian Munir hingga kini masih menjadi misteri. Sejauh ini, pihak pengadilan baru
bisa menetapkan pilot Pollycarpus Budihari sebagai salah satu pelaku yang terlibat dan
berperan.
Banyak pihak yang meyakini bahwa pilot Garuda tersebut hanyalah pesuruh yang
menjalankan perintah “bos”-nya. Hingga hari ini, belum pernah diketahui siapa yang
menjadi dalang dari peristiwa pembunuhan Munir.
Aksi Kamisan
Pada hari Kamis 18 Januari 2007, terjadi aksi perdana yang dilakukan oleh Jaringan
Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK). Aksi itu dinamakan dengan Aksi Kamisan.
Aksi Kamisan dilakukan oleh para aktifis, saudara dan kerabat dari korban pelanggaran hak
asasi manusia yang terjadi selama masa pemerintahan orde baru, termasuk Munir.
Aksi kamisan merupakan sebuah aksi simbolis yang diperingati setiap hari Kamis dengan
berdiri di depan Istana Negara menggunakan payung hitam.
Tujuan dari Aksi Kamisan ini tidak lain hanyalah untuk menuntut kejelasan dari orang-
orang hilang maupun terbunuh secara misterius yang kematian atau kehilangannya belum
terungkap sampai sekarang.
Tak hanya di Indonesia, pelanggaran HAM di era modern juga terjadi di dunia
Internasional. Bahkan apa yang terjadi di luar negeri jauh lebih parah dan lebih besar.
Dalam waktu 70 tahun terakhir semenjak berakhirnya perang dunia II, beberapa
pelanggaran berat yang dilakukan oleh negara (lebih besar dari kelompok & perorangan)
ini kerap memberi dampak yang sangat fatal, di antaranya:
Hilangnya ratusan ribu nyawa warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak
Merosotnya nilai ekonomi dan daya beli
Perubahan batas teritorial wilayah negara
Terbentuknya negara-negara pecahan
Situasi negara yang tidak aman dan tidak kondusif
Sistem perundang-undangan yang rasis dan memihak
Penurunan produktifitas negara, bahkan sampai menjadi negara miskin
Berikut adalah empat pelanggaran besar terhadap hak asasi manusia yang terjadi di era
modern (pasca perang dunia II):
Kasus perebutan wilayah antara Israel dan Palestina adalah kasus sengketa skala global
yang tak kunjung reda.
Pada awalnya, Israel hanyalah sebuah komplek perumahan yang berisi perkumpulan
orang-orang yahudi dari seluruh dunia yang mengungsi ke wilayah Palestina.
Awalnya, orang-orang Yahudi diterima baik oleh bangsa Palestina asli yang menetap di
sana. Namun, perlahan demi perlahan warga Yahudi mulai berdatangan dari seluruh
penjuru dunia dengan jumlah yang sangat banyak.
Israel pun mulai memperluas wilayahnya sedikit demi sedikit, sampai akhirnya menguasai
hampir seluruh wilayah Palestina. Padahal sebelumnya orang-orang Yahudi itu tidak
memiliki apa-apa.
Salah satu cara dari Israel untuk memperluas wilayah tersebut adalah dengan cara
menjajah dan memerangi orang-orang palestina.
Berbekal bantuan dari sekutunya, Amerika Serikat, Israel telah beberapa kali melancarkan
serangan kepada warga Palestina sehingga menyebabkan banyaknya korban jiwa yang
berjatuhan.
Lebih parahnya lagi, mayoritas korban jiwa dari penjajahan tersebut adalah perempuan
dan anak-anak. Hal ini tentu bertentangan dengan nilai-nilai hak asasi manusia, bahkan
sampai pada tahap yang paling tidak manusiawi.
Hingga detik ini, palestina masih berjuang untuk mendapatkan pengakuan dari PBB
sebagai negara yang sah dan merdeka.
Sayangnya, Israel lebih dulu merdeka dan diakui sebagai negara ketimbang Palestina, yang
jelas-jelas tanahnya direbut.
Klasifikasi tersebut dilakukan berdasarkan warna kulit yang dibagi menjadi tiga ras, yaitu:
Bantu (Afrika kulit hitam), kulit putih, dan kulit berwarna lainnya.
Setelahnya, menyusul kategori baru, yaitu Asia. Mayoritas dari kategori Asia berasal dari
warga etnis urdu.
Sejak pemberlakuan klasifikasi tersebut, 80 persen wilayah Afrika Selatan dimiliki oleh
warga kulit putih. Sedangkan warga kulit hitam ditempatkan di wilayah termiskin yang
disebut dengan homelands.
Pemisahan antara kulit putih dan hitam juga diberlakukan di fasilitas umum.
Namun warga kulit hitam tak tinggal diam. African National Congress (ANC), sebuah
perkumpulan “pribumi” Afrika kemudian membentuk sebuah pasukan sayap bersenjata.
Pasukan tersebut diberi nama Umkhonto we Sizwe (MK) yang artinya “Tombak Bangsa”.
MK didirikan oleh Nelson Mandela, yang belakangan kita kenal sebagai Bapak
Perdamaian Dunia.
Bersama teman-teman dan pengikutnya, Nelson berjuang demi kesetaraan ras. Dalam
waktu hampir dua tahun, MK melancarkan sebanyak kurang lebih 200 sabotase.
Pada tahun 1964, Nelson Mandela dan Walter Sisulu dijatuhi vonis hukuman penjara
seumur hidup.
Seiring berkembangnya isu hak asasi manusia, pemerintah negara Afrika Selatan
mengalami tekanan yang semakin kuat.
Tekanan ini diberikan dari berbagai penjuru, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Hingga akhirnya pada tahun 1990, Presiden Afrika Selatan Frederick Willem de Klerk
membebaskan Nelson Mandela dan beberapa tahanan politis lainnya.
Empat tahun kemudian, Nelson Mandela terpilih sebagai Presiden Afrika Selatan pertama
versi baru. Sistem Apartheid pun dicabut dari perundang-undangan. Sejak saat itu, hak
asasi manusia bagi rakyat berlaku untuk semua ras.
Etnis Rohingya dibantai secara membabi buta oleh oknum pendeta Buddha dan militer
Myanmar yang benci dengan Islam.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (disingkat Kemenkumham
RI) adalah sebuah kementerian dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia yang
menangani urusan hukum dan hak asasi manusia.
Kementerian yang menangani urusan hukum dan Hak Asasi Manusia ini pertama kali
dibentuk pada tanggal 19 Agustus 1945 dengan nama Departemen Kehakiman.
Pada waktu itu, Menteri Kehakiman yang pertama kali menjabat adalah Soepomo. Saat ini,
Kemenkumham RI dipimpin oleh Menteri Yasonna Laoly, yang dilantik sejak 27 Oktober
2014.
Dalam sejarah perjalannya, Kementerian Hukum dan HAM telah mengalami pergantian
nama sebanyak lima kali, yakni:
Hal ini dilakukan dalam rangka upaya untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kemenkumham RI memiliki
fungsi yang dapat diselenggarakan, antara lain:
1. Sekretariat Jenderal
2. Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan
3. Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
4. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
5. Direktorat Jenderal Imigrasi
6. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
7. Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia
8. Inspektorat Jenderal
9. Badan Pembinaan Hukum Nasional
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia
11. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia
12. Staf Ahli Bidang Politik dan Keamanan
13. Staf Ahli Bidang Ekonomi
14. Staf Ahli Bidang Sosial
15. Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga
16. Staf Ahli Bidang Penguatan Reformasi Birokrasi
Begitulah gambaran besar mengenai pengertian ham beserta macam-macam dan contoh
pelanggarannya.