Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ANINDITA KARIMA DEWI

NPP : 29.0771 / D-6

SEJARAH HAK ASASI MANUSIA DI DUNIA

Hak Asasi Manusia atau disingkat HAM, (bahasa Inggris: human rights, bahasa


Prancis: droits de l'homme) adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan bahwa
manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak Asasi
Manusia dapat dilandaskan pada keyakinan bahwa hak tersebut "dianugerahkan secara alamiah"
oleh Tuhan ataupun alam semesta. Hak Asasi Manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan
kepada siapapun, sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut, tidak
dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. Hak asasi manusia biasanya
dialamatkan kepada negara atau dalam kata lain negaralah yang mengemban kewajiban untuk
menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia, termasuk dengan mencegah dan
menindaklanjuti pelanggaran yang terjadi. Sejarah HAM di dunia dimulai dari daratan Ratu
Elizabeth, Inggris Raya. Selanjutnya, HAM yang memang menjadi hak dasar manusia, akhirnya
dengan mudah diakui dan ditegakkan di seluruh negara.

 Magna Charta Liberium


Inggris mengeluarkan Magna Charta di tahun 1215 M. Di zaman itu, Inggris dengan
banyak negara lain di dunia masih terbagi atas kerajaan-kerajaan besar. Di Inggris, diterapkan
suatu aturan yang membuat raja kebal terhadap hukum. Jadi, raja berhak membuat hukum namun
tidak terikat dengan hukum tersebut. Raja Inggris berhak menghukum namun tidak boleh
dihukum. Magna Charta Libertatum berisikan larangan-larangan penghukuman sewenang-
wenang, penahanan tanpa pengadilan serta perampasan hak milik perseorangan tanpa pembelaan.
Sehingga dengan disetujuinya Magna Charta Libertatum oleh raja dan para bangsawan, hak asasi
mulai berjalan di lingkungan mereka. Jadi, hanya golongan merekalah yang mendapat jaminan
keadilan hukum. Golongan lainnya belum dimasukkan ke dalam perjanjian ini. Sehingga
kehidupan mereka tetap sama.

Walaupun bagaimanapun juga, Magna Charta tetap menjadi tonggak awal penegakan
HAM di dunia. Sekalipun ikatan perjanjian HAM hanya melingkupi orang-orang papan atas di
Inggris. Raja Inggris yang bijak tersebut bernama Raja John yang memerintah Kerajaan Inggris
di abad ke-12. Selanjutnya, sebagai wujud nyata tindak lanjut dari Magna Charta, di tahun 1679,
para tahanan yang ditahan sebelum Magna Charta menjadi kesepakatan mulai dihadapkan
kepada raja. Kali ini bukan untuk disiksa atau dihakimi lagi. Mereka mendapatkan kepastian
alasan penahanan selama bertahun-tahun. Sehingga para tahanan tanpa pengadilan yang dulunya
diseret paksa masuk penjara mulai dapat menerima keadaan dan tidak lagi hidup dalam
kebencian.

 Habeas Corpus Act


Tentunya rasa benci, dendam, dan ingin melakukan pembalasan terhadap raja Inggris
yang semena-mena pernah timbul di hati para pesakitan. Namun sejak diterbitkannya Habeas
Corpus Act tahun 1679, tidak ada lagi perseteruan berarti antara keluarga para pesakitan dengan
raja. Karena segalanya telah dijelaskan secara gamblang. Sementara itu, orang yang ditahan
tanpa alasan boleh saja masuk ke penjara tanpa menerima penjelasan. Dengan syarat, orang
tersebut harus menerima penjelasan dari hakim maksimal 3 hari setelah dia menjadi penghuni
penjara. Ketentuan ini menjadi bukti penegakan HAM di Inggris.

 Bill of Rights
Di tahun 1689, Inggris mengeluarkan akta HAM lagi yang dinamai Bill of Rights. Akta
penandatanganan ini membatasi kekuasaan raja yang masih tergolong absolut. Lagi-lagi yang
berusaha memperjuangkan dikeluarkannya akta Bill of Rights adalah golongan bangsawan.
Mereka meminta raja tidak dikebalkan hukum. Bagaimanapun juga, raja sangat mungkin
melakukan kesalahan karena beliau hanyalah manusia biasa.

Ketika raja melakukan kesalahan, hukum yang berlaku harus menghukum sesuai
pelanggaran yang dilakukan raja. Selain itu, raja tidak lagi berhak semena-mena menyiapkan
pasukan kecuali dalam kondisi siaga perang. Raja adalah pemimpin pemerintahan yang harus
mempertanggungjawabkan tugasnya di hadapan parlemen Inggris. Karena telah menyangkut
hak-hak parlementer, piagam Bill of Rights dianggap sebagai piagam modern pertama di dunia.
Terlepas dari prakteknya yang hanya berlaku untuk para bangsawan berjenis kelamin laki-laki
saja.

Amerika Serikat
Setelah mulai berkembang baik di Britania Raya alias Inggris, Hak Asasi Manusia mulai
dikembangkan di negara lain. Tepatnya United States of America (U.S.A) yang waktu itu masih
menjadi negara muda. Amerika Serikat di awal kemerdekaannya sangat terinspirasi dengan
pemikiran-pemikiran Jean Jacques Rousseau, John Locke serta Mountesquieu. Sehingga
Amerika Serikat memasukkan pendapat mereka mengenai hak asasi manusia ke dalam dasar
negara. 4 Maret 1789 menjadi tanggal yang penting bagi sejarah HAM di Amerika Serikat. Pada
tahun tersebut, Amerika Serikat resmi memasukkan aturan HAM yang bersumber dari pendapat
filsuf terkenal di atas ke dalam Undang-undang Dasar Negaranya.

Di Amerika, HAM dikenal dengan nama The American Declaration of Independence.


Beberapa perkembangan HAM di Amerika terus terjadi hingga melahirkan deklarasi-deklarasi
lain yang lebih detail menguraikan hak asasi manusia beserta perlindungannya. Hal ini
dibuktikan dengan The French Declaration 1789 sebagai dasar The Rule of Law. HAM di
Amerika Serikat ini sudah berkembang lebih kompleks daripada HAM di Inggris Raya. Di
Amerika, melalui The Rule of Law-nya, kebebasan beragama, kebebasan atas hak milik, hingga
kebebasan memilih kewarganegaraan.

Penyebaran HAM di Dunia Internasional


Setelah jejak Inggris diikuti oleh Amerika Serikat, HAM semakin memikat banyak
negara. Fitrahnya memang manusia semuanya sama di mata Tuhan, apalagi di mata hukum yang
hanya buatan manusia. HAM juga melindungi hak-hak dasar manusia yang masih sering
diabaikan karena seseorang terlahir di keluarga kalangan bawah yang tentunya itu takdir Tuhan
diluar kendali manusia. Di waktu-waktu itulah dunia sedang berada di masa kelam. Perang telah
menumbuhkan kebencian dan dendam antar sesama manusia. Rasisme, kejahatan genosida, dan
kejahatan luar biasa lain banyak terjadi di muka bumi. Tidak ada seorang manusia pun yang
dapat menjamin keadaan akan segera tenang.

Secara alamiah manusia lebih menyukai perdamaian dibandingkan perang yang meminta
tumbal nyata dan biaya yang tidak sedikit. Seusainya perang dunia II yang sangat dahsyat, HAM
diakui secara internasional. Melalui United Nation Organization (UNO) alias PBB yang menjadi
payung atas banyak negara dari beberapa benua, HAM diakui secara resmi.

Karena yang mengakui adalah organisasi resmi tingkat dunia, maka HAM telah dijunjung
tinggi di atas bumi. Bukan hanya satu atau dua negara saja yang menegakkan, mulai 10
Desember 1948 HAM harus dibela oleh masyarakat internasional. Tidak boleh ada perang yang
menyalahi HAM sebagaimana yang dilakukan Hitler dan NAZI ketika masa Perang Dunia II.
HAM yang telah diakui oleh PBB ini disahkan secara tertulis melalui sebuah deklarasi bernama
The Universal Declaration of Human Rights. Semenjak itulah, setiap negara yang tergabung
dalam PBB juga menegakkan HAM di negaranya masing-masing. Sampai sekarang, HAM masih
dijaga baik oleh setiap negara di dunia.

Di Indonesia HAM sebenarnya telah lama ada. Sebagai contoh, HAM di Sulawesi
Selatan telah dikenal sejak lama, kemudian ditulis dalam buku-buku adat (Lontarak). Antara lain
dinyatakan dalam buku Lontarak (Tomatindo di Lagana) bahwa apabila raja berselisih faham
dengan Dewan Adat, maka Raja harus mengalah. Tetapi apabila para Dewan Adat sendiri
berselisih, maka rakyatlah yang memustuskan. Jadi asas-asas HAM yang telah disorot sekarang,
semuanya sudah diterpkan oleh Raja-Raja dahulu, namun hal ini kurang diperhatikan karena
sebagian ahli hukum Indonesia sendiri agaknya lebih suka mempelajari teori hukum Barat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HAM sudah lama lahir di Indonesia, namun dalam
perkembangannya tidak menonjol karena kurang dipublikasikan.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Sesungguhnya
dalam Human Rights sudah implisit adanya kewajiban yang harus memperhatikan kepentingan
masyarakat. Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa kewajiban.
Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati hak orang lain. Jadi saling
hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang.
Berikut ini adalah perkembangan HAM di Indonesia:
1)       Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)
Sebelum Indonesia merdeka,banyak organisasi pergerakan nasional berpemikiran
HAM,beberapa organisasi telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan
pendapat melalui petisi-petisi yang dilakukan kepada colonial maupun dalam tulisan dalam surat
kabar.Beberapa organisasi yang bergerak dalam konteks pemikiran HAM sebelum kemerdekaan
adalah: Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia, Sarekat Islam, Partai Komunis Indonesia,
Indische partij, Partai Nasional Indonesia, Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia.

2)      Periode Orde Lama (1945-1966)


Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak
kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk
menyampaikan pendapat terutama diparlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara
formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar Negara
(konstitusi) yaitu UUD 1945. Komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana
ditunjukan dalam maklumat pemerintah tanggal 1 November. Langkah selanjutnya memberikan
keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik sebagaimana tertera dalam maklumat
pemerintah tanggal 3 November 1945.
3)      Periode Orde Baru (1966-1998)
Pada periode ini proses penegakan HAM mengalamai kemunduran karena HAM tidak
lagi dihormati, dilindungi, dan ditegakkan. Sikap defensive pemerintah tercermin dengan peran
media yang tidak bebas, kebebasan bersuara atau berpendapat di depan umum dibatasi bahkan
terkadang dilarang.Banyak terjadi kasus pelanggaran HAM yang belum terpecahkan samapi
sekarang yaitu Tragedi Semanggi, Tanjung Priok, Peristiwa Tri Sakti. Namun pada periode ini
ada sedikit kemajuan dalam proses penegakan HAM salah satunya dibentuknya Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) berdasarkan KEPRES No.50 tahun 1993  tanggal  7 Juni
1993.
4)      Periode Reformasi (1998-Sekarang)
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan dampak yang sangat besar
pada penegakan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian
terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan
perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di
Indonesia. Banyak pengusutan dan penyeledikan kasus pelanggaran pada masa reformasi ini.

Anda mungkin juga menyukai