Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM) Dalam Perspektif Barat

Kesadaran manusia terhadap hak asasi itu sendiri berasal dari keinsafan manusia terhadap
pentingnya harga diri, dimana harkat dan martabat manusia dilindungi dan dihormati karena hak
kemanusiaan itu sudah ada sejak manusia dikodratkan lahir dimuka bumi, sehingga hak asasi manusia
sesungguhnya bukanlah hal yang baru. Sejak Nabi Musa dibangkitkan untuk memerdekakan umat Yahudi
dari perbudakan di Mesir, manusia telah menyadari tentang pentingnya menegakkan hak-hak dalam
membela kemerdekaan, kebenaran dan keadilan.1
Flavius Anicius Justinian seorang kaisar Romawi pada tahun 627 Masehi telah menciptakan
aturan hukum yang menjamin keadilan dan hak asasi manusia dan hukum inilah yang menjadi dasar
sistem hukum di negara-negara Barat. Para filosofis Yunani seperti Socrates (470-300) SM, Plato (428-
348) telah meletakkan dasar perlindungan dan jaminan pengakuan hak asasi manusia dengan
manganjurkan masyarakat melakukan kontrol sosial kepada penguasa yang zalim dan tidak mengakui
nilai kebenaran Aritoteles (348-322) mengajarkan agar pemerintah mendasarkan kekuasaaannya pada
kemauan dan kehendak warga negara.2
Di dunia barat (Eropa) paling dahulu menyuarakan HAM, dimana berdasarkan sejarah Hak Asasi
Manusia, Inggris lah yang paling utama menyuarakan. Tercatat di Inggris dapat seorang filsuf yang
mengungkapkan gagasan atau merumuskan adanya hak alamiah (natural rights), yaitu John Locke pada
abad ke-17. Sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia di dunia barat ditandai dengan tiga hal penting,
yaitu Magna Charta, terjadi revolusi Amerika dan revolusi Prancis.

1. Magna charta, Inggris (1215)


Pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah diganti oleh Raja John Lackland
yang bertindak sewenang – wenang terhadap rakyat dan para bangsawan. Tindakan sewenang – wenang
Raja Jon Lackland mengakibatkan rasa tidak puas dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak
Raja John Lackland untuk membuat suatu perjanjian yang disebut Magna Charta atau Piagam Agung.
Magna charta pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1215 dan sering disebut sebagai
cikal bakal hak asasi manusia, namun sebenarnya hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Magna charta
sebenarnya hanya memuat “konspirasi politik” antara Raja John dan para bangsawan mengenai
pembagian kekuasaan, khususnya untuk mengurangi kekuasaan Raja. Mencakup beberapa hak dan
kebebasan rakyat, namun kepentingan umum kaum bangsawanlah yang dipertaruhkan. Prinsip yang
dianut oleh kaum bangsawan Inggris adalah mengatur batas – batas kekuasaan Raja, sedangkan hak
asasi manusia lebih penting daripada kekuasaan raja, dan perlindungan hak – hak warga negara yang
selalu didasarkan pada ketentuan hukum.
Pada masa itu bangsawan meminta jaminan sebab kebanyakan raja jaman dahulu bertindak
sesuka hati, membuat hukum sendiri sedangkan raja kebal terhadap hukum. Hampir semua aturan yang
dibuat menguntungkan raja. Meskipun Magna Charta tidak berlaku untuk semua, atau dalam artian
hanya untuk para bangsawan, akan tetapi kita tidak bisa memungkiri bahwa Maghna Charta merupakan
tonggak awal perkembangan HAM di dunia.
Piagam Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih. Sebab hak-hak tertentu yang
prinsipal telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya
perlindungan terhadap HAM karena ia mengajarkan bahwa hukum derajatnya lebih tinggi dari kekuasaan
raja. Piagam Magna Charta berisikan sebagai berikut :
1) Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati kemerdekaan, dan hak kebebasan Gereja
Inggris.
1
Ramdon Naning, Cita dan Citra Hak Asasi Manusia di Indonesia, Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia,
Jakarta, 1983, hal. 8.
2
Bagir Manan, Peranan Hukum Dalam Pergeseran Nilai Sosial Budaya Masyarakat Memasuki Era Reformasi,
(Makalah), FISIP-UNPAD, 1999, hal. 8-9.
2) Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk memberikan hak-hak sebagai berikut :
a) Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan menghormati hak-hak penduduk.
b) Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa bukti dan saksi yang sah.
c) Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan, ditahan, dinyatakan bersalah tanpa
perlindungan negara dan tanpa alasan hukum sebagai dsar tindakannya.
d) Apabila seseorang dalam perlindungan hukum sudah terlanjur ditahan, raja berjanji akan
mengoreksi kesalahannya.

2. Revolusi Amerika (1776)


Revolusi Amerika pada tahun 1776 (the Virginia Bill of Rights) merupakan peperangan rakyat
Amerika melawan penjajah Inggris. Hasil revolusi ini adalah kemerdekaan Amerika pada tahun 1776 dari
Inggris. Pada tahun yang sama amerika membuat sejarah dengan menegakan Hak Asasi Manusia, yaitu
memasukannya aturan HAM kedalam perundangan negara. Perjuangan HAM di Amerika Serikat diilhami
oleh pemikiran filusuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak kodrati seperti hak hidup, hak
kebebasan, dan hak milik (right of life, liberty, and property), sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat
Amerika Serikat sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776.
Pada tahun 1776 dalam deklarasi kemerdekaan Thomas Jefferson merumuskan bahwa hak asasi
manusia melekat pada semua orang, ia menegaskan bahwa “semua orang diciptakan sederajat, bahwa
mereka dikaruniai oleh penciptanya dengan hak – hak yang itu adalah kehidupan, kemerdekaan, dan
upaya mengejar kebahagian.” Declaration of independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika
sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan terhadap HAM dalam konstitusinya
(kendatipun secara resmi dirakyat Perancis sudah lebih dahulu memulainya sejak masa J.J. Rousseau).

3. Revolusi Perancis (1789)


Revolusi Perancis lebih populer dari Revolusi Amerika, jika Amerika memerangi penjajah Inggris
untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan agar bisa berdiri sendiri dan memiliki hak. Beda halnya
dengan revolusi Perancis yang dilakukan rakyat untuk memerangi rajanya sendiri, yaitu raja Louis XVI.
Rakyat perancis melakukan hal tersebut dengan alasan, bahwa raja bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyat dan memiliki sifat absolute. Sehingga revolusi perancis menghasilkan aturan tentang
hak, yaitu hak atas kebebasan, hak atas kesamaan dan hak atas persaudaraan.
Lafeyette merupakan pelopor penegakan HAM rakyat perancis yang berada di Amerika Serikat
ketika Revolusi Amerika meletus dan mengakibatkan tersusunnya Declaration des Droits de I’homme et
du Citoyen. Pada tahun 1791, semua HAM dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi Perancis yang
kemudian ditambah dan diperluas lagi pada tahun 1793 da 1848. Hak Asasi yang dimasukkan dalam
Declaration des Droits de I'homme at du Citoyen antara lain.
a. Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka.
b. Manusia mempunyai hak yang sama.
c. Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak lain
d. Warga negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta pekerjaan umum.
e. Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut undang-undang.
f. Manusia mempunyai kemerdekaan agama dan kepercayaan.
g. Manusia merdeka mengeluarkan pikiran.
h. Adanya kemerdekaan surat kabar.
i. Adanya kemerdekaan bersatu dan berapat.
j. Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
k. Adanya kemerdekaan bekerja, berdagang, dan melaksanakan kerajinan.
l. Adanya kemerdekaan rumah tangga.
m. Adanya kemerdekaan lalu lintas.
n. Adanya hak hidup dan mencari nafkah.3

Dari ketiga revolusi besar ini masing-masing revolusi Inggris, Amerika dan Prancis melahirkan
pernyataan sedunia tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) yang
dicetuskan oleh PBB di Lake Success pada Tahun 1948 yang terdiri dari 30 pasal. Deklarasi hak asasi
manusia oleh PBB sebenarnya dipengaruhi oleh Franklin Delano Roosevelt (saat itu sebagai Presiden
Amerika Serikat) yakni:
1.Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikirin (freedom of speech and thoughts);
2.Kebebasan untuk beragama (freedom of religion);
3.Kebebasan dari rasa ketakutan (freedom of fron fear);
4.Kebebasan dari kebutuhan (freedom of from want).4

Pada tanggal 10 Desember tahun 1948 PBB dalam sidangnya di Istana Chaillot Paris tang dihadiri
oleh 58 negara, 8 negara abstain, 2 negara absen dan 4 negara menerima hasik kerja organisasi kerja
sama sosial ekonomi PBB berupa Universal Declaration of Human Rights yang terdiri dari 30 pasal.
Universal Declaration of Human Rights ini kemudian diproklamirkan oleh PBB sebagai piagam
pernyataan hak-hak asasi manusia sedunia yang bersifat universal.5 PBB memproklamirkan pernyataan
tersebut sebagai “standar umum mengenai keberhasilan untuk semua rakyat dan semua bangsa”.

3
SA, A. Widiada Gunakaya; SH, M. H. Hukum Hak Asasi Manusia. Penerbit Andi, 2019. Hal 26-31
4
H. Djaali dkk, Hak Asasi Manusia (Suatu Tinjauan Teoritis dan Aplikasi), Restu Agung, 2003, hal. 8.
5
Naning, Op., cit, hal. 12.

Anda mungkin juga menyukai