Anda di halaman 1dari 7

ADRIANNISA ALFAINA MAHARANI

11000118130211
HUKUM DAN HAM (KELAS D)
Kamis, 07.00 – 08.40

TUGAS III
SEJARAH PERKEMBANGAN DAN TEORI HAK ASASI MANUSIA

A. Sejarah Perkembangan HAM


Sejarah perkembangan HAM bermula dari dunia Barat (Eropa) melalui
pemikiran seorang filsuf Inggris pada abad ke – 17 bernama John Locke yang
menyatakan adanya hak kodrati (natural rights) yang melekat pada setiap diri
manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Sejarah perkembangan
HAM juga ditandai dengan adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna
Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Perancis. Dalam skala Internasional, sistem
pemikiran terhadap HAM mendapat pengakuan dari seluruh negara beradab di
seluruh dunia yang prinsip – prinsip nya telah diakui oleh prinsip umum Hukum
Internasional. Sehingga Hak Asasi Manusia dewasa ini termasuk dalam rezim Hukum
Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional yang pada mukanya memang berasal dari HI
dan dalam perkembangannya tidak lepas dari peran HI. Rezim Hukum HAM
Internasional mengakui hak – hak individu, dan klaim individu atas hak – hak
tersebut.
HAM berasal dari hak kodrati (natural rights) yang mengalir dari hukum
kodrat (natural law). Dua hak yang sangat ditonjolkan adalah kebebasan politik
(political freedom) dan hak untuk ada (rights to be). Pada abad XX ditandai dengan
usaha untuk mengonversikan hak – hak individu yang sifatnya kodrati menjadi hak –
hak hukum (from natural human rights into positive legal rights). Saat itu lahirlah
Universal Declaration of Human Rights (UDHR).1 Sejarah perkembangan HAM dapat
kita lihat sebagai berikut :
1. Perkembangan HAM dalam hukum Internasional
Pada abad ke-19 persoalan HAM baru muncul dan hukum
internasional hanya merupakan hukum yang mewadahi pengaturan
tentang hubungan antara Negara-negara belaka. Subjeknya pun hanya
ekslusif hanya Negara. Perkekmbangan HAM internasional berlanjut kea
bad ke-20, diantaranya dengan gerakan penghapusan perbudakan yang
dilandasi oleh motif kepedulian kemanusiaan yang benar. Puncaknya
adalah ketika liga bangsa bangsa mengesahkan konvensi penghapusan
perbudakan dan perdagangan budak tahun 1926. Perkembangan tentang
hukum internasional tentang HAM mendapatkan momentumnya pasca
perang dunia I, yaitu ketika masyarakat internasional menyepakati
perjanjian versaillles yang membentuk liga bangsa-bangsa dan organisasi
perburuhan internasional. Hukum Internasional tradisional telah berhasil
mengembangkan berbagai doktrin dan kelembagaan untuk melindungi
berbagai kelompok, mulai dari kaum buruh, kelompok minoritas, orang
asing hingga combatants.

1
Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta : ANDI), 2017, hlm. 3 – 26.
Hukum internasional modern berkembang melalui perjanjian
internasional yang terus meningkat sejak tahun 1945, diikuti dengan
semakin banyaknya Negara yang menyatakan diri terikat terhadap
perjanjian-perjanjian tersebut melalui proses ratifikasi. 2

- Hak Asasi Manusia di Yunani


Filsuf Yunani, seperti Socrates (470 – 399 SM) dan Plato (428 – 348
SM) meletakkan dasar perlindungan dan jaminan diakuinya Ham
dengan menganjurkan masyarakat melakukan control sosial kepada
penguasa yang zalim dan tidak mengakui nilai keadilan dan
kebenaran. Sedangkan Aristoteles (348 – 322 SM) mengajarkan
pemerintah harus mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan
kehendak warga negaranya.
- Hak Asasi Manusia di Inggris
Inggris disebut sebagai negara pertama yang memperjuangkan HAM,
yang dapat dibuktikan melalui berbagai dokumen kenegaraan,
seperti:
a. Magna Charta 1215
Magna Charta atau Piagam Agung dicetuskan pada 15 Juni 1215
dengan latar belakang perjanjian antara bangsawan dengan
dengan Raja John Lackland karena tindakannya yang sewenang –
wenang. Prinsip dasar Magna Charta yaitu memuat pembatasan
kekuasaan raja dan HAM lebih penting daripada kedaulatan raja.
Tak seorangpun dari warga negara dapat dirampas hak – hak nya
kecuali dengan pertimbangan hukum. Piagam tersebut menandai
kemenangan dan merupakan lambing munculnya perlindungan
terhadap HAM. Piagam Magna Charta berisikan :
(1) Raja beserta keturunannya berjanji akan menghormati
kemerdekaan, hak dan kebebasan Gereja Inggris.
(2) Raja berjanji kepada penduduk kerajaan yang bebas untuk
memberikan hak – hak sebagai berikut :
a) Para petugas keamanan dan pemungut pajak akan
menghormati hak – hak penduduk
b) Polisi ataupun jaksa tidak dapat menuntut seseorang tanpa
bukti dan saksi yang sah
c) Seseorang yang bukan budak tidak akan ditahan,
ditangkap, dinyatakan bersalaj tanpa perlindungan negara
dan tanpa alasan hukum sebagai dasar tindakannya
d) Apabila seseorang tanpa perlindungan hukum sudah
terlanjur ditahan, raja berjanji akan mengoreksi
kesalahannya.

b. Petition of Rights
Petition of Rights berisi pernyataan mengenai hak – hak rakyat
beserta jaminannya yang diajukan oleh para bangsawan kepada

2
Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro), 2010, hlm. 74 – 83.
raja di depan parlemen tahun 1628. Isi petition of Rights
menuntut hak – hak sebagai berikut :
(1) Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan
(2) Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tantara di
rumahnya
(3) Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam
keadaan damai

c. Hobeas Corpus Act


Hobeas Corpus Act dibuat pada tahun 1679 merupakan
undang – undang yang mengatur tentang penahanan seseorang
yang berisi:
(1) Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu dua
hari setelah penahanan
(2) Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah
menurut hukum

d. Bill of Rights
Bill of Rights merupakan undang – undang yang dicetuskan
tahun 1689 dan diterima oleh Parlemen Inggris, yang mengatur
tentang :
(1) Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen
(2) Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat
(3) Paja, undang – undang, dan pembentukan tantara tetap
harus seizin parlemen
(4) Hak warga negara untuk memeluk agama menurut
kepercayaan masing – masing
(5) Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja

- Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat


HAM di Amerika Serikat diawali dengan pemikiran John Locke
(1632 – 1704) yang merumuskan hak kodrati dan hak milik. Pemikiran
John Locke mengenai hak – hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi
Kemerdekaan Amerika Serikat (United States Declaration of
Independence) pada tanggal 4 Juli 1776. John Locke berpendapat
bahwa manusia yang berkedudukan sebagai warga negara hak – hak
dasarnya dilindungi oleh negara. Selama masa tersebut, Presiden
Roosevelt mengamanati tentang “empat kebebasan” yang
diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikat pada tanggal 6
Januari 1941, yaitu :
(a) Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran
(b) Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya
(c) Kebebasan dari rasa takut
(d) Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan
Empat kebebasan Roosevelt ini pada hakikatnya merupakan
pilar penyangga HAM yang paling pokok dan mendasar.

- Hak Asasi Manusia di Perancis


Perjuangan HAM di Perancis dirumuskan dalam naskah pada
awal revolusi Perancis yang dicetuskan pada tahun 1789 untuk
melawan kesewenang – wenangan rezim lama yang dikenal dengan
Declaration Des Droits De L’homme Et Du Citoyen. Di dalamnya
tersurat pernyataan mengenai HAM dan hak warga negara. Lafayette
merupakan pelopor penegakan HAM rakyat Perancis yang berada di
Amerika Serikat. Pada tahun 1791, semua HAM dicantumkan dalam
Konstitusi Perancis yang kemudian ditambah dan diperluas pada
tahun 1793 dan 1848
Hak Asasi yang dimasukkan dalam Declaration Des Droits De
L’homme Et Du Citoyen antara lain :
(a) Manusia dilahirkan merdeka dan tetap merdeka
(b) Manusia mempunyai hak yang sama
(c) Manusia merdeka berbuat sesuatu tanpa merugikan pihak
lain
(d) Warga negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai
kedudukan serta pekerjaan umum.
(e) Manusia tidak boleh dituduh dan ditangkap selain menurut
undang – undang.
(f) Manusia mempunyai kemerdekaan agama dan
kepercayaan
(g) Manusia merdeka mengeluarkan pikiran
(h) Adanya kemerdekaan surat kabar
(i) Adanya kemerdekaan Bersatu dan berapat
(j) Adanya kemerdekaan berserikat dan berkumpul
(k) Adanya kemerdekaan bekerja, berdagang, dan
melaksanakan kerajinan
(l) Adanya kemerdekaan rumah tangga
(m)Adanya kemerdekaan hak milik
(n) Adanya kemerdekaan lalu lintas
(o) Adanya hak hidup dan mencari nafkah3

2. Perkembangan HAM di Indonesia


Sejarah pemikiran dan perkembangan HAM di Indonesia dapat
dirunut seiring perjalanan sejarah pembentukan bangsa ini. Perbincangan
mengenai HAM menjadi bagian penting dalam percikan pemikiran
bebrapa tokoh yang memperjuangkan harkat dan martabat manusia
yang lebih do Negara ini, seperti yang dapat dibaca di dalam surat-surat
R.A.Kartini yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. 4 Pemahaman
HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap tindak dalam
kehidupan bermasyarakat, pada dasarnya sudah berlangsung cukup
3
Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta : ANDI), 2017, hlm. 26 – 32.
4
Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro), 2010, hlm. 83
lama. Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia dibagi dalam dua
periode, yaitu sebelum kemerdekaan (1908 – 1945), dan periode setelah
kemerdekaan (1945 – sekarang).

a. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908 – 1945)


Perkembangan HAM pada masa ini ditemukan adanya
pemikiran – pemikiran sebagai berikut :
(1) Boedi Oetomo, memperlihatkan adanya kesadaran
berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi yang
dilakukan kepada pemerintah colonial Belanda maupun
melalui tulisannya yang dimuat dalam surat kabar Goeroe
Desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo adalah dalam
bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat.
(2) Pemikiran Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan
pada hak untuk menentukan nasib sendiri
(3) Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha untuk
memperoleh penghidupan yang layak dan bebas dari
penindasan dan diskriminasi rasial
(4) Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang
berlandaskan paham Marxisme lebih condong pada hak –
hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu – isu yang
berkenaan dengan alat produksi
(5) Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol
adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta
mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.
(6) Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk
memperoleh kemerdekaan
(7) Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan
pada hak politik yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat,
hak untuk menentukan nasib semdiri, hak berserikat dan
berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak
untuk turut dalam penyelenggaraan Negara.5

Selain itu, pemikiran HAM sebelum kemerdekaan ditandai


dengan perdebatan dalam sidang BPUPKI Ketika menyusun
Konstitusi (UUD 1945) yang terbagi menjadi 2 pihak, yaitu pihak
Soekarno dan Supomo yang menolak pencantuman hak tersebut
dalam UUD, serta pihak Mohammad Hatta dan Mohammad
Yamin yang bersikeras menuntut dicantumkannya hak warga
negara tersebut dalam pasal – pasal Konstitusi.6

b. Periode Setelah Kemerdekaan (1945 – Sekarang)

5
Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta : ANDI), 2017, hlm. 32 – 34
6
Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro), 2010, hlm. 83 – 84.
(1) Periode 1945 – 1950
Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara formal
karena telah memperolah pengaturan dan masuk ke dalam
hukum dasar Negara (konstitusi), yaitu UUD 1945.
(2) Periode 1950 – 1959
Pemikiran HAM pada periode Demokrasi Parlementer ini
adalah yang paling membanggakan, yaitu dengan adanya lima
aspek.
(3) Periode 1959 – 1966
Pada sistem demokrasi terpimpin ini, telah terjadi
pemasungan hak asasi masyarakat, yaitu hak sipil dan hak
politik.
(4) Periode 1966 – 1998
Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar
tentang HAM. Namun, sekitar awal 1970 sampai akhir 1980-an
persoalan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak
lagi dihormati, dilindungi, dan ditegakkan.
(5) Periode 1998 – Sekarang
Pada periode ini mulai dilakukan pengkajian terhadap
beberapa kebijakan pemerintah Orde Baru yang berlawanan
dengan permajuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya,
dilakukan penyusunan peraturan perundang – undangan yang
berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan
ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia.7

B. Teori HAM
Secara garis besar terdapat 4 (empat) kelompok teori besar yang biasa
digunakan sebagai dasar pemahaman HAM, yaitu :

(1) Teori Hukum Alam / Teori Hukum Kodrat (natural rights theory)
Teori ini berpandangan bahwa HAM adalah hak yang dimiliki oleh seluruh
manusia pada segala waktu dan tempat berdasarkan takdirnya sebagai manusia.
Ide dasar teori hukum kodrat (teori hukum alam) adalah bahwa posisi masing-
masing manusia dalam kehidupan ditentukan oleh tuhan, semua manusia apa
pun statusnya tunduk pada otoritas tuhan. Teori hak kodrati menyakini bahwa
semua individu dikaruniai oleh alam hak-hak yang melekat pada dirinya, dan
karena itu tidak dapat dicabut oleh Negara.

(2) Teori Hukum Positif


Teori postivis sangat sistematis dan sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu
alam, yang pada waktu itu dipandang sebagai satu-satunya ilmu yang
validitasnya tidak diragukan lagi. Penganut teori ini berpendapat bahwa hak
harus berasal dari suatu tempat. Teori positivisme menolak secara tegas
pandangan teori hak kodrati. Keberatan utama teori ini adalah karena teori hak
7
Widiada Gunakaya, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta : ANDI), 2017, hlm. 34 – 38
kodrati sumbernya tidak jelas, menurut penganut teori positivisme, suatu hak
harus berasal dari sumber yang jelas sperti perundang-undangan atau konstitusi
yang dibuat oleh Negara. HAM berdasarkan pada teori positivism lebih
menekankan pada aturan-aturan tertulis mengenai HAM, sehingga tindakan
yang tidak sesuai dengan aturan adalah pelanggaran HAM.

(3) Teori Universal (universal theory)


Teori ini berpandangan bahwa HAM bersifat universal sehingga HAM dimiliki
oleh individu terlepas dari nilai-nilai atau budaya yang dimiliki oleh suatu
masyarakat atau pun yang ada pada suatu Negara. Oleh karena itu HaM tidak
memerlukan pengakuan dari otoritas manapun, seperti Negara atau penguasa
tertentu. Teori ini menjadi kekuasaan pendorong bagi pemahaman baru tentang
universalitas HAM. secara teoritis teori uviversalitas melahirkan 2 pandangan
berbeda, yaitu, :
- Universitas absolut adalah aliran yang emmandang HAM sebagai nilai
universal sebagaimana dirimuskan dalam the international bill of rights. Mereka
tidak mengahrgai sama sekali profil social budaya yang melekat pada masing-
masing bangsa. Penganut pandangan ini adalah Negara-negara maju, dan bagi
Negara yang berkembang mereka seringkali dipandang eksploitatif karena
melihat persoalan HAM dipakai sebagai alat penekan.
- Universal relative adalah aliran yang melihat persoalan HAM sebagai
masalah universal dan melihat dokumen-dokumen internasioanl tentang HAM
bagi acuan yang penting, namun demikian kecuali yang didasarkan atas asas-
asas hukum internasional yang diakui.

(4) Teori Relativisme Budaya (cultural relativist theory)


Pada prinsipnya teori relativisme budaya berpandangan bahwa HAM harus
diletakkan dalam konteks budaya tertentu dan menolak pandangan adanya hak
yang bersifat universal. Menurut pandangan teori ini tidak ada suatu hak yang
bersifat universal, karna HAM harus dipahami dan dilihat dalam perspektif
budaya suatu masyarakat atau Negara. Terdapat 2 kelompok utama penganut
relativisme budaya :
- Partikularistik absolut adalah kelompok yang melihat HAM sebagai persoalan
masing-masing bangsa tanpa memberikan alasan yang kuat, khususnya dalam
melakukan penolakan terhadap berlakunya dokumen-dokumen dan instrument-
instrumen hukum internasional tentang HAM. pamdangan ini bersifat defensive
dan pasif terhadap HAM.
- Partikularistik relatif adalah kelompok yang melihat persoaln HAM
disamping persoalan universal juga merupakan masalah internasioanl yang
harus diselaraskan memperoleh dugaan dan tertanam serta melembaga dalam
masyarakat bangsa tersebut. Pandangan ini tidak sekedar sefensif terhadap
dokumen-dokumen internasioanl tentang HAM. tapi juga berusaha untuk aktif
mencari perumusan dan pembenaran tentang karakteristik HAM yang
dianutnya.8

8
Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro), 2010, hlm. 8 – 22

Anda mungkin juga menyukai