Anda di halaman 1dari 15

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun Oleh:

Muhamad alfian dani 352110335

TEHNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PELITA BANGSA BEKASI


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki hak asasi yang telah melekat bersamaan dengan kelahirannya di
dunia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Karena itulah setiap manusia memiliki
martabat yang sama. Martabat ini bukanlah pemberian sesama manusia melainkan
sesuatu yang dimiliki manusia karena dia adalah manusia. Martabat atau hak asasi tidak
dapat dirubah oleh siapapun dengan cara apapun. Namun, tidak semua orang menyadari
akan hak asasi ini baik secara pengakuan maupun perlakuan. Pada nyatanya, pengakuan
terhadap hak asasi lebih mudah dibanding dengan perlakuannya. Hal itu terbukti dengan
banyakanya kasus pelanggaran HAM yang sering merebak disetiap sudut kehidupan.

Oleh karena itu, mempelajari HAM merupakan sesuatu yang penting bagi semua
orang sehingga kita dapat memperlakukan hak – hak asasi itu secara nyata sesuai dengan
kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HAM?
2. Bagaimana sejarah perkembangan HAM?
3. Apa saja macam – macam HAM?
4. Apa saja bentuk – bentuk pelanggaran HAM?
5. Apa saja upaya penegakkan HAM?
6. Apa saja tantangan dan hambatan dalam menegakkan HAM?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu HAM.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah HAM bisa berkembang.
3. Untuk mengetahui dan memahami macam – macam HAM yang ada.
4. Untuk mengetahui dan memahami bentuk – bentuk pelanggaran terhadap HAM.
5. Untuk mengetahui dan memahami upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk
menegakkan HAM.
6. Untuk mengetahui dan memahami tantangan dan hambatan yang ada dalam upaya
penegakkan HAM.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia1. Hak
Asasi Manusia atau yang sering disingkat HAM bersifat universal, dapat berlaku seumur
hidup, untuk siapapun, kapanpun, dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. HAM
dibutuhkan manusia untuk melindungi martabat kemanusiaannya karena HAM mencakup
seluruh segi kehidupan, baik hak hukum, sosial budaya, ekonomi, maupun pembangunan2.

B. Sejarah Pengakuan HAM

Kesadaran manusia pada HAM pada hakikatnya muncul dari keinsyafannya terhadap
harga diri, harkat, dan martabat kemanusiaannya sebagai akibat yang muncul dari
tindakan sewenang – wenang penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan dan
kezaliman yang hampir melanda seluruh umat manusia3. Sejarah perkembangan HAM
secara kronologis dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tahun 2500 SM – 1000 SM


Di Babilonia, ada hukum yang ditetapkan demi menjamin keadilan bagi
warganya. Hukum ini terkenal dengan sebutan Hukum Hammurabi. Hukum ini
ditetapkan pada masa Nabi Musa untuk memerdekakan bangsa Yahudi dari
perbudakan Raja Fir’aun yang sewenang – wenang karena merasa dirinya sebagai
Tuhan4.
2. Tahun 600 SM
Seorang ahli hukum dan reformator terbesar Athena pada masa Yunani kuno,
Solon, menyusun undang – undang yang menjamin keadilan bagi warganya. Ia
juga membentuk Heliaie, sebuah mahkamah keadilan untuk melindungi orang –
orang miskin, dan Eclesia, sebuah majelis rakyat.
3. Tahun 527 SM – 322 SM
Kaisar Romawi Flanvius Anacius Justinian menciptakan peraturan hukum
yang termodifikasi yaitu Corpus Iuris yang menjamin keadilan dan hak asasi
manusia.
Pada masa kebangkitan Romawi, telah banyak lahir filsuf terkenal dengan visi
tentang hak asasi, seperti Sokrates dan Plato yang banyak dikenal sebagai peletak
dasar diakuinya hak – hak asasi manusia, serta Aristoteles yang mengajarkan
tentang pemerintahan yang berdasarkan kemanusiaan dan cita – cita mayoritas
negara5.
4. Tahun 30 SM s.d 623 M
Kitab suci Injil yang dibawa Nabi Isa Almasih, sebagai peletak dasar etika
Kristiani dan ide pokok tingkah laku manusia agar senantiasa hidup dalam cinta
kasih terhadap Tuhan atau sesama manusia.
Kitab suci Al – Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
banyak mengajarkan tentang toleransi, berbuat adil, tidak boleh memaksa,
bijaksana, menerapkan kasih sayang dan sebagainya. Hal ini cukup menjadi bukti
pencerminan nilai – nilai asasi bagi manusia.
5. Tahun 1215
Gerakan rasionalisme dan humanisme di Eropa ditandai dengan lahirnya
Magna Charta di Inggris yang merupakan hasil dari perselisihan antara Paus, Raja
John, dan baronnya atas hak-hak raja. Magna Charta mengharuskan raja untuk
membatalkan beberapa hak dan menghargai beberapa prosedur legal, dan untuk
menerima bahwa keinginan raja dapat dibatasi oleh hukum6.
6. Tahun 1629
Pada masa pemerintahan Charles I di Inggris, dikeluarkan dokumen
konstitusional yang disebut Petition of Rights, yang berisi tentang pemungutan
pajak yang harus disetujui oleh parlemen. Selain itu, orang tidak boleh ditangkap
jika tidak ada tuduhan dan bukti yang sah.
7. Tahun 1679
Pada masa pemerintahan Charles II di Inggris, disusunlah Habeas Corpus Act,
undang-undang yang mengatur tentang penahanan seseorang untuk memeriksa
keabsahan penahanan tahanan.
8. Tahun 1689
Pada masa pemerintahan Willem III, ia mengelurakan sebuah piagam yang
awalnya bernama Declaration of Rights yang setelah diresmikan oleh Parlemen
menjadi undang-undang, namanya berubah menjadi Bill of Right. Piagam ini
berisi tentang hak - hak asasi dan kebebasan warga negara.
9. Tahun 1776
Di Amerika Serikat pada 4 Juli 1776, lahirlah The Declaration of American
Independence yang memuat kemerdekaan negeri itu dari penjajahan Inggris. Di
dalam pernyataan itu, dinyatakan bahwa ada hak – hak yang telah dikaruniai oleh
Tuhan, yaitu hak untuk hidup, merdeka, dan mengejar kebahagiaan.
10. Tahun 1789
Di Prancis pada tahun 1789 terjadi revolusi untuk menurunkan kekuasaan Raja
Louis XVI yang sewenang-wenang. Revolusi ini menghasilkan UUD Prancis yang
memuat tentang “La Declaration des droits de L’homme et du Citoyen” yang
berarti pernyataan hak manusia dan warga negara sebagai hasil revolusi Prancis di
bawah pimpinan Jendral Laffayete7.
11. Tahun 1918
Selama dan setelah Perang Dunia I, Vladimir Lenin dan Presiden Amerika
Serikat pada saat itu, Woodrow Wilson, keduanya mendukung. Pada 11 Februari
1918, Wilson menyatakan: "Aspirasi nasional harus dihormati; orang sekarang
dapat dikuasai dan diatur hanya dengan persetujuan mereka sendiri." Penentuan
nasib sendiri bukanlah ungkapan; prinsip tindakan imperatif8.
Percantuman HAM dalam konstitusi pun diikuti oleh Belgia (1831), Jerman
(1919), Australia dan Ceko (1920), Uni Soviet (1936), Indonesia (1945) dan
sebagainya.
12. Tahun 1937
Di Rusia pada tahun 1937 mulai mencantumkan hak untuk mendapat
pekerjaan, hak untuk beristirahat serta hak untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran bagi warga negara.
13. Tahun 1939 – 1945 (Perang Dunia II)
Presiden Amerika, Franklin Delano Roosevelt, di hadapan Konggres pada
tahun 1941 mengeluarkan Atlantic Charter yang menyatakan adanya empat
kemerdekaan, yaitu: (a) Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat
(fredom of speech); (b) kebebasan beragama (freedom of religion); (c) kebebasan
dari ketakutan (freedom from fear); (d) kebebasan dari kemelaratan (freedom from
want)9.
14. Tahun 1948
Pada tanggal 10 Desember 1948, lahirlah piagam hak asasi sedunia, atau
Universal Declaration of Human Rights yang merupakan puncak kemenangan
perjuangan terhadap hak – hak asasi manusia10.

Di Indonesia sendiri sejak awal perjuangan kemerdekaan, sudah menuntut


dihormatinya HAM. Sebagai misal “Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908” menunjukkan
kebangkitan bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa lain.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, memperlihatkan Bangsa Indonesia menyadari


haknya sebagai satu bangsa yang bertanah air satu, dan menjunjung satu bahasa persatuan
Indonesia. Selanjutnya “Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945” yang diikuti dengan
penetapan UUD 1945; dalam pembukaannya mengamanatkan “ Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa. Oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan peri keadilan “

Di dalam sejarah ketatanegaraan RI, rumusan HAM secara eksplisit dicantumkan


dalam UUD RIS, UUDS, maupun UUD 1945 hasil amandemen11.

Pada pelaksanaan sidang umum MPRS tahun 1966 telah ditetapkan Tap. MPRS
No.XIV/ MPRS/1966 tentang pembentukan panitia ad.Hoc.untuk menyiapkan rancangan
Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban warga negara. Hasil rancangan panitia ad.Hoc
tersebut pada sidang umum MPRS 1968 tidak dibahas, karena lebih mengutamakan
membahas masalah mendesak yang berkaitan dengan rehabillitasi dan konsolidasi nasional
setelah terjadi tragedi nasional pemberontakan G 30 S /PKI.

Selanjutnya pada tahun 1993, berdasarkan Kepres No. 50 tahun 1993 dibentuklah
Komnas HAM. Ketika Sidang Umum MPR RI tahun 1968 perumusan tentang HAM
secara rinci telah tercantum dalam GBHN. Selanjutnya tahun 1999 lahir UU HAM no.39
tahun 1999. Sementara itu amandemen UUD 1945 yang kedua tahun 2000, rumus HAM
secara eksplisit tertuang dalam UUD 1945 tepat di BAB X A, pasal 28A s/d 28 J.

C. Macam – Macam HAM


1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-
hak asasi pribadi adalah sebagai berikut,
a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.
b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
c. Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing.
e. Hak untuk hidup, berperilaku, tumbuh dan berkembang.
f. Hak untuk tidak dipaksa dan disiksa.
2. Hak Asasi Politik (Political Rights)
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik, hak ikut dalam
pemerintahan, hak untuk memilih dan dipilih. Contoh hak-hak asasi politik adalah
sebagai berikut.
a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
c. Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik
lainnya.
d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
e. Hak diangkat dalam jabatan pemerintah
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)
Hak memiliki kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintahan, yaitu
hak yang berkaitan dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak
asasi hukum adalah sebagai berikut.
a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
c. Hak dalam mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.
d. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths)
Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak-hak asasi
ekonomi ini adalah sebagai berikut.
a. Hak kebebasan melakukan kegiatan transaksi jual beli.
b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
c. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
d. Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
e. Hak untuk menikmati SDA.
f. Hak untuk memperoleh kehidupan yang layak.
g. Hak untuk meningkatkan kualitas hidup.
h. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)
Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak
asasi peradilan adalah sebagai berikut.
a. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan,
dan penyelidikan di muka hukum.
c. Hak memperoleh kepastian hukum.
d. Hak menolak digeledah tanpa surat adanya surat penggeledahan.
e. Hak mendapatkan perlakukan adil dalam hukum
6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)
Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak
asasi sosial budaya adalah sebagai berikut.
a. Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.
b. Hak mendapatkan pengajaran.
c. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
d. Hak untuk mengembangkan Hobi
e. Hak untuk berkreasi
f. Hak untuk memperoleh jaminan sosial
g. Hak untuk berkomunikasi

D. Pelanggaran HAM

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang – undang ini,
dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku14.

Bentuk – bentuk pelanggaran HAM yang sering muncul biasa terjadi dalam 2 bentuk,
yakni sebagai berikut:

1. Diskriminasi; diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau


pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial,
status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau
penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik
individu maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, social,
budaya, dan aspek kehidupan lainnya
2. Penyiksaan; penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik
jasmani maupun rohani pada seseorang untuk memperoleh pengakuan atau
keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan menghukumnya atas
suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau
orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk
diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh,
atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau
pejabat publik.

Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi 2 yakni :

• Pelanggaran HAM berat, yakni pelanggaran HAM yang bersifat berbahaya,


dan mengancam nyawa manusia, seperti halnya pembunuhan, penganiayaan,
perampokan, perbudakan, penyanderaan dan lain sebagainya.
• Pelanggaran HAM ringan, yakni pelanggaran HAM yang tidak mengancam
jiwa manusia, namun berbahaya apabila tidak segera diatasi/ditanggulangi.
Misal, seperti kelalaian dalam memberikan pelayanan kesehatan,
pencemaran lingkungan secara disengaja oleh masyarakat dan sebagainya17.

Menurut Undang-Undang RI nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM,


pelanggaran HAM berat dapat dibedakan menjadi dua:

1. Kejahatan Genosida; Kejahatan genosida merupakan setiap perbuatan yang


dilakukan dengan maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh
maupun sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok, maupun agama dengan
cara :
• Membunuh setiap anggota kelompok.
• Mengakibatkan terjadinya penderitaan fisik dan mental yang berat
terhadap anggota kelompok.
• Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang bisa mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya.
• Memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke dalam
kelompok yang lain.
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan; Kejahatan terhadap kemanusiaan
merupakan suatu tindakan/perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, yang berupa :
• Pembunuhan.
• Pemusnahan.
• Perbudakan.
• Pengusiran atau pemindahan penduduk yang dilakukan secara paksa.
• Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
dengan sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan
pokok hukum internasional.
• Penyiksaan.
• Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau segala
bentuk kekerasan seksual lainnya yang setara.
• Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu maupun
perkumpulan yang didasari dengan persamaan paham politik, ras,
kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lainnya
yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut
hukum internasional.
• Penghilangan orang secara paksa.
• Kejahatan apartheid, yakni sistem pemisahan ras yang diterapkan
oleh suatu pemerintahan bertujuan untuk melindungi hak istimewa
dari suatu ras atau bangsa.

Selama ini, ada banyak sekali pelanggaran HAM yang telah terjadi, contohnya:

1. Konflik Sampit (Suku Dayak dan Suku Madura)


2. Tragedi Bom Bali
3. Pemberontakan GAM
4. Penembakan Misterius 1982 – 1985
5. Pembunuhan Salim Kacil
6. Peristiwa Trisakti
7. Peristiwa Talang Sari
8. Kasus Organisasi Papua Merdeka
9. Peristiwa Semanggi I
10. Peristiwa Semanggi II
11. Konflik Berdarah Poso
12. Dll
E. Upaya – Upaya untuk Menegakkan HAM

Untuk menegakkan HAM, dibentuklah upaya untuk penegakkan HAM diantaranya :

1. Membentuk kerjasama internasional dalam upaya penegakkan HAM.


Indonesia telah menyampaikan kecaman terhadap invasi Israel terhadap
Palestina yang telah menewaskan banyak sekali warga sipil.
2. Membentuk lembaga terkait penegakkan HAM. Contoh : Komnas HAM
3. Membentuk undang-undang terkait penegakkan HAM. Contoh : Undang-
undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai hak asasi manusia, Undang-undang
nomor 26 tahun 2000 mengenai pengadilan HAM
4. Membentuk pengadilan HAM. Pengadilan HAM berfungsi untuk memutuskan
perkara terkait pelanggaran HAM yang bersifat berat.
F. Tantangan dan Hambatan dalam Menegakkan HAM

Tentang berbagai hambatan dalam pelaksanaan dan penegakan HAM di Indonesia,


secara umum dapat kita identifikasi sebagai berikut :

1. Faktor Kondisi Sosial-Budaya


a. Stratifikasi dan status sosial; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan,
keturunan dan ekonomi masyarakat Indonesia yang multi kompleks
(heterogen).
b. Norma adat atau budaya lokal kadang bertentangan dengan HAM,
terutama jika sudah bersinggungan dengan kedudukan seseorang, upacara-
upacara sakral, pergaulan dan sebagainya.
c. Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakatyang hanya
disebabkan oleh hal-hal sepele.
2. Faktor Komunikasi dan Informasi
a. Letak geografis Indonesia yang luas dengan laut, sungai, hutan,dan gunung
yang membatasi komunikasi antardaerah.
b. Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun
secara baik yangmencakup seluruh wilayah Indonesia.
c. Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas
baik sumber daya manusianya maupun perangkat (software dan hardware)
yang diperlukan.
3. Faktor Kebijakan Pemerintah
a. Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang samatentang pentingnya
jaminan hak asasi manusia.
b. Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi
manusia sering diabaikan.
c. Peran pengawasan legislatif dan kontrol sosial olehmasyarakat terhadap
pemerintahs ering diartikan oleh penguasa sebagai tindakan
“pembangkangan”.
4. Faktor Perangkat Perundangan
a. Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional
tentang hak asasi manusia.
b. Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulit untuk
diimplementasikan.
5. Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).
a. Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi
mengabaikan prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia.
b. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih
belum layaksering membuka peluang “jalan pintas” untuk memperkaya
diri.
c. Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif,
tidak konsekuen, dan tindakan penyimpangan berupa KKN (Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme)18.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HAM adalah hal yang sudah melekat pada diri manusia sejak dilahirkan, karenanya
sebagai manusia yang sama – sama memiliki HAM, kita harus saling menghormati antara
manusia satu dan manusia lainnya. HAM sendiri tidak langsung diakui oleh semua orang,
nyatanya banyak sekali pelanggaran – pelanggaran HAM yang pernah terjadi di masa lalu
bahkan hingga sekarang. Untuk dapat menegakkan HAM diperlukan kesadaran dari
masing – masing diri manusia. Oleh karena itu, sekarang ini banyak sekali lembaga yang
dibentuk untuk melindungi HAM sebagai upaya penegakkan HAM yang sampai saat ini
belum seutuhnya sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Ubaedillah Rozak. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: ICE UIN Jakarta. 2009

El, Muhtas Madja. Dimensi Dimensi HAM. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2008.

Hamidi, Jazim, dan Mustafa Lutfi. Civic Education: Antara Realitas Politik dan
Implementasi Hukumnya. Jakarta: Gramedia. 2010

Hidayat, Eko. Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia. ASAS :
Jurnal Hukum dan Hukum Islam. Vol. 8 No. 2. Juni. 2016

Selyawati, Ni Putu, Dewi, Maharani Chandra. “Implementasi Nilai-Nilai HAM Universal


Berdasarkan Universal Declarion of Human Rights di Indonesia”, Lex Scientia Law
Review. Volume 1 No. 1, November. 2017

Sunarso. Pendidikan Kewarganegaraan: Buku Pegangan Mahasiswa. Yogyakarta: UNY.


2011

Suparlan Al Hakim, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Malang:


Madani. 2016

Sutoyo. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu.


2011

Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang RI nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

https://en.wikipedia.org/wiki/Self-determination diakses pada tanggal 26 Mei 2019 pukul


18.30 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Magna_Carta diakses pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 09.17


WIB

http://www.habibullahurl.com/2015/08/bentuk-pelanggaran-ham.html diakses pada tanggal


26 Mei 2019 pukul 17.47 WIB

Anda mungkin juga menyukai