Anda di halaman 1dari 5

Nama : Na’afi Sejatining Sekar

NIM : 1320201191401212

BAB. VII. Hak Asasi Manusia (HAM)

A. LINTASAN SEJARAH TIMBULNYA HAM


Pemikiran tentang HAM telah muncul di Inggris di abad ke-13 pada masa
pemerintahan raja John Lackland yang absolut mendapat tentangan dari bangsawan dan
memaksa raja menandatangani Magna Charta (1215) yang didalamnya berisi pengakuan
raja terhadap kaum bangsawan dan gereja. Pada tahun 1628 terjadi konflik raja Charles I
dengan parlemen yang memaksa raja mengeluarkan Petitions of Rights yang berisi
penetapan pajak dan hak istimewa harus seijin parlemen dan siapapun tidak boleh
ditangkap tanpa tuduhan sah. Thomas Hobbes dalam bukunya “Leviathan” membedakan
antara Hukum Alam yaitu berbuat bebas seluas-luasnya untuk kepentingan pertahanan
diri dan Undang-undang Alam yang membatasi kebebasan demi kepentingan orang lain.
Pada 1664 John Locke mengatakan bahwa ada Hukum Alam yang mengatur
manusia dan bisa diketahui akal manusia. Ucapannya yang mendukung teori hukum alam
dan hak asasi manusia mendorong Revolusi Amerika (1776) kemudian lahirlah
Declaration of Independence Februari 1787 yang berisi hak manusia memperoleh
kehidupan, kemerdekaan, dan kebahagiaan.
Di Perancis pemikiran tentang HAM dipelopori filusuf Montesquieu yang secara
tersirat dalam bukunya menginginkan ketatanegaraan Perancis menjadi seperti Inggris
yang menganut ajaran Trias Politica. Pemikiran yang berpengaruh langsung terhadap
revolusi datang dari Rousseau yang berpendapat bahwa kebebasan berpendapat tidak
hanya pada negara dan hukum tetapi juga yang tidak sesuai dengan alam. Gagasan
pencerahan tersebut menjadi lebih revolusioner karena kemudian diluaskan oleh fiusuf
non-akademisi yang lebih ke tipe aktivis politik, pengopini, dan wartawan. Selain
menggunakan filsafat dan politik, mereka juga menerapkan orde sosial dan politik baru
berdasar ilmu pengetahuan dan HAM. Begitu bergeloranya semangat pembaharuan
sehingga pecah Revolusi Perancis (1789) yang kemudian lahirlah Declaration des Droits
de l’Homme et du Citoyen dengan semboyan liberte, egalite, dan fraternite.
Tahun 1793 revolusi bergeser dari arah semula. Revolusi Prancis tragedi horror
sepanjang sejarah Eropa. Naiknya Napoleon Bonaparte membuat Prancis kembali ke
monarkhi yang lebih absolut daripada rezim sebelumnya. Setelah melewati abad 19,
dunia dilanda perang besar yaitu Perang Dunia I dan Perang Dunia II yang keduanya
menimbulkan kesengsaraan. Franklin D. Roosevelt mengeluarkan pernyataan freedom of
speech, religion, fear, want didepan Kongres Amerika 1941 diantara ketegangan Perang
Dunia. Seusai Perang Dunia II, perjuangan HAM semakin mengkristal setelah
terbentuknya Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang selain menempatkan HAM sebagai
tujuan, PBB juga melakukan kerjasama internasional untuk melindungi HAM.
Pada 1946 Dewan Ekonomi dan Sosial PBB membentuk sebuah komisi tentang
HAM. Tujuannya memprakarsai penelitian dan misi pencari fakta, membahas
pelanggaran HAM melalui siding, dan mengajukan saran memperbaiki prosedur PBB
tentang HAM. Salah satu hasil terbesar adalah The Declaration of Human Rights.
Deklarasi tersebut memiliki beberapa keistimewaan. Sebagai hal yang penegakkannya
wajib dan sebagai sesuatu yang universal.
Di masa selanjutnya konsepsi dan cakupan HAM bertambah dari waktu ke waktu.
HAM tumbuh menjadi hak komunal yang melindungi umat manusia. Munculnya
globalisasi menjadikan HAM sebagai isu global. Upaya internasionalisasi HAM
mendorong banyak negara menata kebijakan HAM sebagai komponen politik luar negeri.
Lima puluh anggota OSCE menjadikan HAM sebagai salah satu pilar ideologi baru yang
bertumpu pada market competitive economy, pluralistic democracy, dan human rights.
Yang menjadi masalah adalah dengan tidak adanya musuh, HAM digunakan
sebagai senjata ofensif diplomasi dan upaya hegemoni. Berakhirnya blok politik
menyebabkan HAM menjadi isu antara negara maju dan berkembang. Perkembangan
merugikan mendorong Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Muhammad mengajukan
petisi Deklarasi Universal HAM PBB (1948) harus direvisi. Harapan tersebut terwujud
dengan lahirnya Vienna Declaration on Action Plan pada 1993.
Terjadi perdebatan sengit mengenai universalitas HAM namun sidang umum PBB
tak henti mengembangkan konsep universalitas HAM. Beberapa kawasan telah
membentuk sistem penegakan HAM regional. Di Afrika Organization of Africa Union
mengesahkan Piagam Afrika tentang HAM dan Rakyat. Di Amerika, negara inter-
Amerika menganut dua sumber sistem HAM yaitu Piagam Organisasi Negeri Amerika
yang fungsinya memajukan perlindungan HAM dan Konvensi Amerika tentang HAM
fungsinya meneliti tempat atau pelanggaran HAM. Sistem HAM juga ada di Eropa, dan
yang belum memiliki adalah negara di Asia-Pasifik.
Karel Vasak, seorang ahli hukum Prancis mengatakan bahwa pertumbuhan HAM
dibagi menjadi tiga generasi. Abad 17 dan 18 yang berisi hak sipil politik, hak ekonomi
sosial dan budaya, serta hak solidaritas seperti identitas budaya dan perdamaian.

B. PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA


Gejala munculnya HAM telah terlihat sejak awal pembentukan UUD 1945. Saat
sidang BPUPKI Soekarno dan Hatta menekankan pentingnya nilai HAM dalam konstitusi
untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hak rakyat oleh
pemerintah. Terjadi perdebatan dan diambil jalan tengah dengan mencantumkan hak-hak
warga negara dalam batang tubuh UUD 1945. Langkah maju bidang HAM terjadi dengan
disahkannya Konstitusi RIS. Salah satu keistimewaannya adalah ada hak untuk
berdemonstrasi dan mogok kerja sebagai alat buruh memperjuangkan hak. Setelah Dekret
Presiden 5 Juli 1959, semua masalah HAM dikembalikan ke Undang-undang semula.
1. Masa Pemerintahan Soekarno
Pelanggaran HAM banyak terjadi karena melanggar Penpres No.11/1963
tentang subversi sangat dirasakan karena sangat membatasi gerak dan kreasi
dalam beraktivitas.
2. Masa Pemerintahan Suharto
Sempat dibentuk panitia yang mengurus Hak Asasi Manusia. Pada 1993
dibentuk KOMNAS HAM berdasar Keppres No.50/1993. Namun demikian,
rezim Orde Baru mengabaikan hal tersebut. Terbukti dengan banyaknya kasus
yang tergolong pelanggaran HAM. Selama 32 tahun berkuasa, rezim ini
hanya mengesahkan konvensi PBB tentang HAM yaitu: Penghapusan
Diskriminasi terhadap Wanita, Konvensi Hak Anak, Konvensi Internasional
menentang Apartheid dalam Olahraga.
3. Masa Pemerintahan Habibie
Dibentuk Rencana Aksi Nasional HAM (RAN-HAM) untuk melindungi
HAM di Indonesia dengan memperkuat nilai adat, budaya, dan agama bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Ada beberapa undang undang
mengenai HAM dalam rezim ini diantaranya undang-undang tentang Partai
Politik, Kebebasan Berpendapat, Pemilu, dan Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Cukup menggembirakan periode ini mengesahkan 6 konvensi HAM PBB
4. Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid
Pemajuan dan perlindungan HAM mendapat perhatian yang cukup serius.
Dibentuk lembaga baru Menteri Negara Urusan HAM untuk
menyempurnakan RAN-HAM pada masa Habibie. Tercatat ada dua konvensi
HAM PBB yang dalam proses ratifikasi. Upaya Indonesia dalam menegakkan
HAM masih jauh tertinggal dari negara-negara lain.

C. PERADILAN HAM
Permasalahan HAM yang terjadi di Indonesia maupun diberbagai negara banyak
terkait dengan perangkat aturan dan penegakan hukum. Dengan demikian, nilai aturan
hukum suatu negara berimplikasi kepada pelaksanaan HAM dimasyarakat. Contohnya di
Selandia Baru yang menerapkan sanksi pada diskriminasi, pemilik bengkel tertuntut
karena mensyaratkan pegawainya beragama Kristen.
Melihat HAM sebagai salah satu pilar Negara Hukum, dituntut adanya tanggung
jawab moral dan yuridis untuk menemukan jalan kearah tegaknya Negara Hukum.
Keberadaan keadilan bebas terkait sistem ketatanegaraan yang demokratis membuat
hakim dapat berkontribusi langsung dalam masalah HAM secara adil.
Terkait dengan Peradilan Internasional HAM, PBB sedang menyelesaikan “Rules
of Procedure” untuk berfungsinya International Criminal Court (ICC) yang
yurisdiksinya berlaku atas kasus pelanggaran HAM dan kejahatan humaniter seperti
genosida perang, dan agresi. Peradilan Internasional HAM yang dibentuk PBB dibawah
BAB VII Piagam PBB diantaranya : Mahkamah Kriminal Internasional bekas
Yugoslavia, dan Mahkamah Kriminal Internasional untuk Rwanda.
Di Indonesia pelanggaran HAM telah banyak terjadi. Untuk pelanggaran ringan
dapat diatasi dengan mediasi atau pihak ketiga. Namun untuk pelanggaran HAM berat
harus melalui pengadilan HAM sesuai Pasal 104 UU No. 39/1999. Menurut prinsip
universal HAM ada perbedaan antara pelanggaran HAM dan tindak pidana biasa.
Pertanggungjawaban HAM harus dilakukan pejabat publik dan orang biasa, dilakukan
atas nama negara atau pemerintah, pelanggar bertanggung jawab secara personal, negara
bertanggungjawab memberi ganti rugi, atau rehabilitasi bagi korban.
Faktor penyebab banyaknya pelanggaran HAM di Indonesia menurut KOMNAS
HAM adalah rendahnya kesadaran hukum dan pelaksanaan sistem
pemerintahan.Keberhasilan sebuah negara sekarang tidak diukur oleh pertumbuhan
ekonomi saja tetapi juga cara pemerintah memperlakukan rakyat. Hak Asasi Manusia
menjadi suatu isu global yang dapat memaksa suatu negara tunduk pada ketentuan
didalamnaya. HAM bukan saja menjadi paarlementer sebuah pemerintahan tetapi juga
pranata hukum yang dituntut penerapannya secara konsekuen.

Anda mungkin juga menyukai