NIM : 1320201191401212
C. PERADILAN HAM
Permasalahan HAM yang terjadi di Indonesia maupun diberbagai negara banyak
terkait dengan perangkat aturan dan penegakan hukum. Dengan demikian, nilai aturan
hukum suatu negara berimplikasi kepada pelaksanaan HAM dimasyarakat. Contohnya di
Selandia Baru yang menerapkan sanksi pada diskriminasi, pemilik bengkel tertuntut
karena mensyaratkan pegawainya beragama Kristen.
Melihat HAM sebagai salah satu pilar Negara Hukum, dituntut adanya tanggung
jawab moral dan yuridis untuk menemukan jalan kearah tegaknya Negara Hukum.
Keberadaan keadilan bebas terkait sistem ketatanegaraan yang demokratis membuat
hakim dapat berkontribusi langsung dalam masalah HAM secara adil.
Terkait dengan Peradilan Internasional HAM, PBB sedang menyelesaikan “Rules
of Procedure” untuk berfungsinya International Criminal Court (ICC) yang
yurisdiksinya berlaku atas kasus pelanggaran HAM dan kejahatan humaniter seperti
genosida perang, dan agresi. Peradilan Internasional HAM yang dibentuk PBB dibawah
BAB VII Piagam PBB diantaranya : Mahkamah Kriminal Internasional bekas
Yugoslavia, dan Mahkamah Kriminal Internasional untuk Rwanda.
Di Indonesia pelanggaran HAM telah banyak terjadi. Untuk pelanggaran ringan
dapat diatasi dengan mediasi atau pihak ketiga. Namun untuk pelanggaran HAM berat
harus melalui pengadilan HAM sesuai Pasal 104 UU No. 39/1999. Menurut prinsip
universal HAM ada perbedaan antara pelanggaran HAM dan tindak pidana biasa.
Pertanggungjawaban HAM harus dilakukan pejabat publik dan orang biasa, dilakukan
atas nama negara atau pemerintah, pelanggar bertanggung jawab secara personal, negara
bertanggungjawab memberi ganti rugi, atau rehabilitasi bagi korban.
Faktor penyebab banyaknya pelanggaran HAM di Indonesia menurut KOMNAS
HAM adalah rendahnya kesadaran hukum dan pelaksanaan sistem
pemerintahan.Keberhasilan sebuah negara sekarang tidak diukur oleh pertumbuhan
ekonomi saja tetapi juga cara pemerintah memperlakukan rakyat. Hak Asasi Manusia
menjadi suatu isu global yang dapat memaksa suatu negara tunduk pada ketentuan
didalamnaya. HAM bukan saja menjadi paarlementer sebuah pemerintahan tetapi juga
pranata hukum yang dituntut penerapannya secara konsekuen.