BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi tentang “Sejarah Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia” didorong oleh kesadaran
bahwa “Hak-Hak Asasi Manusia” pada dasarnya melekat dan tidak terpisahkan dari “konsep
manusia” sendiri. Hak Asasi Manusia pada dasarnya mengandung kebebasan dan kesempatan
untuk menjadi dirinya sendiri sebagai manusia. Hak asasi manusia pada dasarnya mengandung
kebebasan dan kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai manusia. Jadi hak asasi manusia mengandung unsur dasar kebebasan untuk menjadi
dirinya sendiri, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagaimana digambarkan oleh
kebudayaan masyarakatnya. Pertumbuhan dan perkembangan diri dalam upaya-upaya
pengejawantahan harkat dan martabatnya, Manusia mengenal tiga konteks. Pertama, konteks
internal dan temporal yakni untuk menjadi lebih dari kondisinya sendiri sekarang; kedua,
konteks relational dengan sesama, yakni dalam kedudukan sama dan seimbang dengan orang-
orang lain; dan ketiga, konteks material, yakni memiliki materi sehingga dapat menjamin
pertumbuhan diri dan relasinya. HAM tmemiliki sejarah yang panjang. Sejak abad ke-13
perjuangan untuk mengukuhkan jaminan perlindungan HAM telah dimulai. Namun usaha ini
mengalami kemajuan pesat pada abad ke-20. Kemajuan dalam usaha perlindungan HAM pada
abad ke-20 diilhami oleh terjadinya dua kali perang dunia yang ditandai dengan penistaan
terhadap sejumlah hak dasar manusia, termasuk hak hidup. Tidak lama kemudian, usaha ini telah
menjelma menjadi suatu gerakan global. Bahkan belakangan, isu-isu HAM menjadi kata kunci
yang menentukan keberhasilan diplomasi suatu negara dalam pergaulan internasional. Meski
perlindungan hak asasi manusia telah menjadi gerakan global sejak keluarnya Deklarasi
Universal tentang Hak Asasi Manusia melalui Sidang Umum di Istana Chaillot, Paris 19
Desember 1948, namun sinyalemen terjadinya pelanggaran HAM masih sering kita dengar.
Sinyalemen tersebut tidak selamanya benar, tetapi tidak jarang pula muncul karena perbedaan
persepsi dalam memandang pelaksanaan perlindungan HAM di suatu negara. Perbedaan tersebut
dimungkinkan bukan saja karena setiap negara memiliki sejarah perlindungan HAM yang
berbeda, tetapi juga suatu negara dapat menganut prinsip yang berbeda dengan negara lain.
BAB II
PEMBAHASAN
Ada tiga konsep dan model pelaksanaan HAM di dunia yang dianggap mewakili, masing-
masing di negara-negara Barat, Komunis-Sosialis dan ajaran Islam. Adanya HAM menimbulkan
konsekuensi adanya kewajiban asasi, di mana keduanya berjalan secara paralel dan merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Pengabaian salah satunya akan menimbulkan
pelanggaran HAM itu sendiri. Khusus tentang implementasi HAM di Indonesia, meskipun
ditengarai banyak kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia dan belum kondusifnya
mekanisme penyelesaiannya,, tetapi secara umum baik menyangkut perkembangan dan
penegakkannya mulai menampakkan tanda-tanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya
regulasi hukum HAM melalui peraturan perundang-undangan serta dibentuknya Pengadilan
HAM dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang dimandatkan sebagai wadah antar bangsa dalam
perwujudan prinsip-prinsip yang terkandung didalam DUHAM, ternyata hingga saat ini masih
diragukan kemampuannya untuk bertindak dan membuat kebijakan yang adil bagi negara-negara
anggotanya. Di Indonesia, diskursus tentang penegakan hak asasi manusia juga tidak kalah
gencarnya. Keseriusan pemerintah di bidang HAM paling tidak bermula pada tahun 1997, yaitu
semenjak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) didirikan setelah
diselenggarakannya Lokakarya Nasional Hak Asasi Manusia pada tahun 1991. Sejak itulah tema
tentang penegakan HAM di Indonesia menjadi pemebicaraan yang serius dan
berkesinambungan. Kesinambungan itu berwujud pada usaha untuk mendudukkan persoalan
HAM dalam kerangka budaya dan sistem politik nasional sampai pada tingkat implementasi
untuk membentuk jaringan kerjasama guna menegakkan penghormatan dan perlindungan HAM
tersebut di Indonesia. Pelanggaran HAM yang baru-baru ini sedang marak adalah pelanggaran
hak asasi perlindungan anak. Padahal di dalamnya sudah terdapat Undang Undang yang
mengatur di dalamnya, antara lain Undang Undang No. 4 tahun 1979 diatur tentang
kesejahteraan anak, Undang Undang No. 23 tahun 2002 diatur tentang perlindungan anak,
Undang Undang No. 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak, Keputusan Presiden No. 36 tahun
1990 diatur tentang ratifikasi konversi hak anak.
Ratifikasi 2 kovenan pokok HAM yaitu Konvensi Internasional Hak Sipil dan Politik serta
Konvensi Internasional Hak Ekonomi Sosial dan Budaya yang telah dilakukan oleh Indonesia
sejak akhir 2005, misalnya, ternyata tak segera diimplementasikan.
Kalau kita lihat ke belakang beberapa peristiwa yang dianggap “Melanggar hak asasi
manusia” di indonesia sebelum masa reformasi cukup banyak, diantaranya belum terungkap
karena memang ada pihak – pihak yang menutupinya. Pelanggaran – pelanggaran itu antara lain:
1965
1. Penculikan dan pembunuhan terhadap tujuh jendral Angkatan Darat.
2. Penangkapan, penahanan dan pembantaian massa pendukung dan mereka yang diduga sebagai
pendukung Partai Komunis Indonesia. Aparat keamanan terlibat aktif maupun pasif dalam
kejadian ini.
1966
1. Penahanan dan pembunuhan tanpa pengadilan terhadap PKI terus berlangsung, banyak yang
tidak terurus secara layak di penjara, termasuk mengalami siksaan dan intimidasi di penjara.
2. Dr Soumokil, mantan pemimpin Republik Maluku Selatan dieksekusi pada bulan Desember.
3. Sekolah- sekolah Cina di Indonesia ditutup pada bulan Desember.
1967
1. Koran- koran berbahasa Cina ditutup oleh pemerintah.
2. April, gereja- gereja diserang di Aceh, berbarengan dengan demonstrasi anti Cina di Jakarta.
3. Kerusuhan anti Kristen di Ujung Pandang.
1969
1. Tempat Pemanfaatan Pulau Buru dibuka, ribuan tahanan yang tidak diadili dikirim ke sana.
2. Operasi Trisula dilancarkan di Blitar Selatan.
3. Tidak menyeluruhnya proses referendum yang diadakan di Irian Barat, sehingga hasil akhir
jajak pendapat yang mengatakan ingin bergabung dengan Indonesia belum mewakili suara
seluruh rakyat Papua.
4. Dikembangkannya peraturan- peraturan yang membatasi dan mengawasi aktivitas politik,
partai politik dan organisasi kemasyarakatan. Di sisi lain, Golkar disebut- sebut bukan termasuk
partai politik.
1970
1. Pelarangan demo mahasiswa.
2. Peraturan bahwa Korpri harus loyal kepada Golkar.
3. Sukarno meninggal dalam ‘tahanan’ Orde Baru.
4. Larangan penyebaran ajaran Bung Karno.
1971:
1. Usaha peleburan partai- partai.
2. Intimidasi calon pemilih di Pemilu ’71 serta kampanye berat sebelah dari Golkar.
3. Pembangunan Taman Mini yang disertai penggusuran tanah tanpa ganti rugi yang layak.
4. Pemerkosaan Sum Kuning, penjual jamu di Yogyakarta oleh pemuda- pemuda yang di duga
masih ada hubungan darah dengan Sultan Paku Alam, dimana yang kemudian diadili adalah Sum
Kuning sendiri. Akhirnya Sum Kuning dibebaskan.
1974
1. Penahanan sejumlah mahasiswa dan masyarakat akibat demo anti Jepang yang meluas di
Jakarta yang disertai oleh pembakaran- pembakaran pada peristiwa Malari. Sebelas pendemo
terbunuh.
2. Pembredelan beberapa koran dan majalah, antara lain ‘Indonesia Raya’ pimpinan Muchtar
Lubis.
1975
1. Invansi tentara Indonesia ke Timor- Timur.
2. Kasus Balibo, terbunuhnya lima wartawan asing secara misterius.
1977
1. Tuduhan subversi terhadap Suwito.
2. Kasus tanah Siria- ria.
3. Kasus Wasdri, seorang pengangkat barang di pasar, membawakan barang milik seorang hakim
perempuan. Namun ia ditahan polisi karena meminta tambahan atas bayaran yang kurang dari si
hakim.
4. Kasus subversi komando Jihad.
1978
1. Pelarangan penggunaan karakter- karakter huruf Cina di setiap barang/ media cetak di
Indonesia.
2. Pembungkaman gerakan mahasiswa yang menuntut koreksi atas berjalannya pemerintahan,
beberapa mahasiswa ditahan, antara lain Heri Ahmadi.
1980
1. Kerusuhan anti Cina di Solo selama tiga hari. Kekerasan menyebar ke Semarang, Pekalongan
dan Kudus.
2. Penekanan terhadap para penandatangan Petisi 50. Bisnis dan kehidupan mereka dipersulit,
dilarang ke luar negri.
1981
1. Kasus Woyla, pembajakan pesawat garuda Indonesia oleh muslim radikal di Bangkok. Tujuh
orang terbunuh dalam peristiwa ini.
1982
1.Kasus Tanah Rawa Bilal.
2.Kasus Tanah Borobudur. Pengembangan obyek wisata Borobudur di Jawa Tengah memerlukan
pembebasan tanah di sekitarnya. Namun penduduk tidak mendapat ganti rugi yang memadai.
3. Majalah Tempo dibredel selama dua bulan karena memberitakan insiden terbunuhnya tujuh
orang pada peristiwa kampanye pemilu di Jakarta. Kampanye massa Golkar diserang oleh massa
PPP, dimana militer turun tangan sehingga jatuh korban jiwa tadi.
1983
1. Orang- orang sipil bertato yang diduga penjahat kambuhan ditemukan tertembak secara
misterius di muka umum.
2. Pelanggaran gencatan senjata di Tim- tim oleh ABRI.
1984
1. Berlanjutnya Pembunuhan Misterius di Indonesia.
2. Peristiwa pembantaian di Tanjung Priuk terjadi.
3. Tuduhan subversi terhadap Dharsono.
4. Pengeboman beberapa gereja di Jawa Timur.
1985
1. Pengadilan terhadap aktivis- aktivis islam terjadi di berbagai tempat di pulau Jawa.
1986
1. Pembunuhan terhadap peragawati Dietje di Kalibata. Pembunuhan diduga dilakukan oleh
mereka yang memiliki akses senjata api dan berbau konspirasi kalangan elit.
2. Pengusiran, perampasan dan pemusnahan Becak dari Jakarta.
3. Kasus subversi terhadap Sanusi.
4. Ekskusi beberapa tahanan G30S/ PKI.
1989
1. Kasus tanah Kedung Ombo.
2. Kasus tanah Cimacan, pembuatan lapangan golf.
3. Kasus tanah Kemayoran.
4. Kasus tanah Lampung, 100 orang tewas oleh ABRI. Peritiwa ini dikenal dengan dengan
peristiwa Talang sari
5. Bentrokan antara aktivis islam dan aparat di Bima.
1991
1. Pembantaian di pemakaman Santa Cruz, Dili terjadi oleh ABRI terhadap pemuda- pemuda
Timor yang mengikuti prosesi pemakaman rekannya. 200 orang meninggal.
1992
1. Keluar Keppres tentang Monopoli perdagangan cengkeh oleh perusahaannya Tommy Suharto.
2. Penangkapan Xanana Gusmao.
1994
1. Tempo, Editor dan Detik dibredel, diduga sehubungan dengan pemberitaan kapal perang bekas
oleh Habibie.
1995
1. Kasus Tanah Koja.
2. Kerusuhan di Flores.
1996
1. Kerusuhan anti Kristen diTasikmalaya. Peristiwa ini dikenal dengan Kerusuhan Tasikmalaya.
Peristiwa ini terjadi pada 26 Desember 1996
2. Kasus tanah Balongan.
3. Sengketa antara penduduk setempat dengan pabrik kertas Muara Enim mengenai pencemaran
lingkungan.
4. Sengketa tanah Manis Mata.
5. Kasus waduk Nipah di madura, dimana korban jatuh karena ditembak aparat ketika mereka
memprotes penggusuran tanah mereka.
6. Kasus penahanan dengan tuduhan subversi terhadap Sri Bintang Pamungkas berkaitan dengan
demo di Dresden terhadap pak Harto yang berkunjung di sana.
7. Kerusuhan Situbondo, puluhan Gereja dibakar.
8. Penyerangan dan pembunuhan terhadap pendukung PDI pro Megawati pada tanggal 27 Juli.
9. Kerusuhan Sambas – Sangualedo. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 Desember1996.
1997
1. Kasus tanah Kemayoran.
2. Kasus pembantaian mereka yang diduga pelaku Dukun Santet di Jawa Timur.
1998
1. Kerusuhan Mei di beberapa kota meletus, aparat keamanan bersikap pasif dan membiarkan.
Ribuan jiwa meninggal, puluhan perempuan diperkosa dan harta benda hilang. Tanggal 13 – 15
Mei 1998
2. Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di jakarta, dua hari sebelum kerusuhan
Mei.
3. Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa dalam demonstrasi menentang Sidang Istimewa
1998. Peristiwa ini terjadi pada 13 – 14 November 1998 dan dikenal sebagai tragedi Semanggi I.
1999
1. Pembantaian terhadap Tengku Bantaqiyah dan muridnya di Aceh. Peritiwa ini terjadi 24 Juli
1999
2. Pembumi hangusan kota Dili, Timor Timur oleh Militer indonesia dan Milisi pro integrasi.
Peristiwa ini terjadi pada 24 Agustus 1999.
3. Pembunuhan terhadap seorang mahasiswa dan beberapa warga sipil dalam demonstrasi
penolakan Rancangan Undang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya (RUU PKB).
Peristiwa Ini terjadi pada 23 – 24 November 1999 dan dikenal sebagai peristiwa Semanggi II.
4. Penyerangan terhadap Rumah Sakit Jakarta oleh pihak keamanan. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 21 Oktober 1999.
BAB III
KESIMPULAN
Arifin, R., & Lestari, LE (2019). Penegakan dan Perlindungan Hak Asasi manusia di Indonesia
dalam konteks implementasi sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Jurnal Komunikasi
Hukum (JKH) , 5 (2), 12-25.
Sari, RK, & Budoyo, S. (2019). Perkembangan Pengaturan Hak Asasi Manusia (Ham) Dalam
Hukum Di Indonesia. Jurnal Meta-Yuridis , 2 (2).
Supriyanto, BH (2016). Penegakan Hukum Mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut
Hukum Positif di Indonesia. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial , 2 (3), 151-
168.