Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAM DALAM AGAMA ISLAM


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam
Pengampu : Nurdhin Baroroh, S.H.I., M.S.I.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 ILMU HUKUM – A :

1. RIFAN YOGA PRATAMA 20103040023


2. ESSY SETIOWATI 20103040024 3.
SALSA SEFTIKA PUTRI ALMANDA 20103040025 4.
ROCHMAD HIDAYAT 20103040026 5. DHYTA
GASIYA PUTRI 20103040027 6. DIKI
DERMAWAN 20103040028 7. NOVAN
WIJAYA 20103040029

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS


SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hidup dan kehidupan rnanusia merupakan takdir Allah Swt. Manusia tidak dapat
melepaskan diri dari segala ketetapan Allah. Takdir telah meletakkan manusia
dalam suatu proses, suatu rentetan keberadaan, urutan kejadian, tahapan-tahapan
kesempatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Pada hakikatnya secara
kodrat manusia telah dianugerahi hak-hak pokok yang sama oleh Allah Swt.
Hakhak pokok inilah yang disebut sebagai hak asasi manusia (HAM). HAM yang
melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal, dan abadi berkaitan dengan
martabat dan harkat manusia itu sendiri.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah HAM bermula ?


2. Bagaimana proses terjadinya HAM di Indonesia ?
3. Apa definisi HAM ?
4. Apa Ciri-Ciri HAM ?
5. Apa saja pelanggaran HAM yang ada di Indonesia ?
6. Apa saja langkah-langkah untuk menegakkan HAM di Indonesia ?
7. Berapa sajakah pasal-pasal yang mengatur tentang HAM ?
8. Bagaimanakah pandangan islam terhadap HAM ?

Tujuan

1. Mengetahui sejarah HAM di dunia bermula


2. mengetahui proses terjadinya HAM di Indonesia
3. memahami definisi HAM
4. mengetahui Ciri-Ciri HAM
5. mengetahui pelanggaran HAM yang ada di Indonesia
6. mengetahui langkah-langkah untuk menegakkan HAM di Indonesia
7. mengetahui pasal-pasal yang mengtur tentang HAM
8. mengetahui pandangan islam terhadap HAM
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah HAM

HAM atau hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf
Inggris pada abad ke 17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural
rights) yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak
kebebasan,dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas pada bidang sipil
(pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya
tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan
Revolusi Prancis.1

B. Sejarah HAM di Indonesia


Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM
di Indonesia ( 2001 ), membagi perkembangan HAM pemikiran HAM di
Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 ),
periode setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang ).
1. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 )
• Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi
Oetomo telah memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan
mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi yang dilakukan kepada
pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe
desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan
berserikat dan mengeluarkan pendapat.
• Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk
menentukan nasib sendiri.
• Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha untuk memperoleh
penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.

1 Andra Febry, 2012, Sejarah HAM atau Hak Asasi Manusia,


http://www.sangkoeno.com/2012/10/sejarahperkembangan-ham ddidunia.html#:~:text=Sejarah%20HAM
%20atau%20hak%20asasi, hak%20kebebasan%2Cdan%20hak%20milik
• Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham
Marxisme lebih condong pada hak – hak yang bersifat sosial dan menyentuh
isu – isu yang berkenan dengan alat produksi.
• Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk
mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan
hak kemerdekaan.
• Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh
kemerdekaan.
• Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik
yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib
sendiri, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta
hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara.
2. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang )
- Periode 1945 – 1950
Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk
merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang
didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat
terutama di parlemen. komitmen terhadap HAM pada periode awal
sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November
1945.
- Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia, periode ini
dikenal dengan sebutan periode Demokrasi Parlementer. pada periode ini
suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal sangat
ditenggang, sehingga dapat dikatakan bahwa baik pemikiran maupun
aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “pasang” dan menikmati
“bulan madu” Kebebasan.
- Periode 1959 – 1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi
terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhadap sistem demokrasi
Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi terpimpin ) kekuasan berpusat
pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi terpimpin
Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran
suprastruktur politik maupun dalam tatanan infrastruktur politik. Dalam
kaitan dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu
hak sipil dan hak politik.
- Periode 1966 – 1998
Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM.
Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang
merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan
HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia.
Selanjutnya pada pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II
yang merekomendasikan perlunya hak uji materil ( judical review ) untuk
dilakukan guna melindungi HAM. Begitu pula dalam rangka pelaksanan
TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah
menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak –
hak Asasi Manusia dan Hak – hak serta Kewajiban Warganegara. Meskipun
dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran,
pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan
masyarakat yang dimotori oleh LSM ( Lembaga Swadaya
Masyarakat )
- Periode 1998 – sekarang
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap
yaitu: tahap status penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten.
pada tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan perundang –
undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara ( Undang –
undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang – undang
(UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang – undangam lainnya.2

2 Minyukie, 2015, Sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia, https://minyukie.wordpress.com/sejarah-


hakasasi-manusia-di-indonesia/.
C. Pengertian HAM
Hak asasi manusia (HAM) adalah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa setiap manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya. yang berlaku
kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun.

D. Ciri –Ciri Hak Asasi Manusia 1. Hakiki bersifat hakiki artinya hak asasi manusia
merupakan hak yang telah dimiliki manusia sejak lahir, bahkan ketika masih
dalam kandungan.
2. Universal
Bersifat universal artinya keberadaan HAM berlaku secara menyeluruh bagi setiap
manusia di suatu negara tanpa terkecuali.
3. Tetap
Bersifat tetap bermakna bahwa HAM akan terus ada dan melekat dalam diri
seorang manusia. 4. Utuh bersifat utuh bermakna bahwa hak asasi manusia tidak
dapat dibagi antar sesama manusia. Semua orang memiliki hak yang utuh seperti
hak hidup, hak sipil, hak pendidikan, hak politik, dan hak-hak yang lain.3
E. Pelanggaran HAM di Indonesia

• Pembunuhan Munir
Selain sebagai advokat bagi para korban penculikan dan penghilangan
paksa, Munir juga merupakan sosok pengkritik pemerintah orde baru yang
dianggap banyak melakukan penyelewengan. Pada saat itu, mengkritik
pemerintahan merupakan suatu tindakan yang sangat berbahaya. Kebebasan
berpendapat belum sebaik sekarang, ditambah lagi tendensi negara untuk
menyerang balik pengkritiknya.
Benar saja, pada tahun 2004, Munir ditemukan tewas dalam pesawat yang
sedang terbang menuju Amsterdam.
Hasil autopsi yang dilakukan oleh tim forensik Belanda menemukan adanya
senyawa arsenik dalam jasad Munir. Kuat dugaan bahwa aktivis HAM ini
sengaja diracun oleh pihak-pihak tertentu karena tidak mau berhenti
mengkritik mereka.
• Pembunuhan Massal tahun 1965
Korban dari peristiwa ini adalah anggota PKI, serta beberapa organisais
masyarakat lain yang satu jalan dengan mereka. Bahkan, banyak masyarakat

3 Rizka Zakiya, 2020, Pengertian HAM, https://saintif.com/pengertian-ham/.


sipil yang tidak sengaja dibunuh juga karena dianggap sebagai anggota PKI
meskipun bukan.

Pelanggaran HAM tersebut berupa penganiayaan, perbudakan, pembunuhan


massal, penghilangan paksa nyawa seseorang dan pemerkosaan. Meskipun
begitu, kasus ini sangat mempolarisasi masyarakat Indonesia, di satu sisi,
masyarakat Indonesia banyak sekali yang membenci PKI, namun, di lain
sisi, kekejaman TNI dan oknum lainnya dalam menumpas balik PKI juga
patut dipertanyakan. Terlebih lagi ketika banyak masyarakat sipil yang
menjadi korban dari tindakan serangan balik ini.
• Peristiwa Tanjung Priok 1984 terjadi pada 12 September 1984. Peristiwa ini
diawali dengan kedatangan anggota bintara ke Masjid As Saadah yang
berlokasi di Tanjung Priok.
Bintara tersebut memerintahkan pengurus masjid untuk menurunkan
spanduk-spanduk yang berbau kritik terhadap pemerintahan saat itu, Orde
Baru. Mendengar permintaan ini, pihak masjid menolak untuk melepasnya
karena memang sudah prinsip dan kebebasan mereka untuk berpendapat.
Tidak terima, anggota bintara yang ada melepas paksa spanduk-spanduk
yang ada di masjid tersebut. Sayangnya, mereka gegabah dan tidak
melepaskan alas kaki terlebih dahulu, padahal ada batas suci dimana mereka
harus melepaskan alas kakinya.
Hal ini menyulut kemarahan para pengurus masjid dan warga sekitar karena
sangat tidak sopan. Akhirnya, mereka membakar motor dan memukuli para
bintara yang masuk tanpa izin dan tanpa melepas alas kakinya.
Menyikapi hal ini, pengurus masjid dan warga sekitar yang ikut dalam
penyerangan tersebut ditangkapi dan dijebloskan dalam penjara. Dua hari
kemudian, warga muslim Tanjung Priok melakukan demonstrasi untuk
mendukung dan meminta kebebasan teman-teman mereka.
Situasi semakin memanas karena pihak militer tidak menggubris tuntutan
mereka. Akhirnya, terjadi kericuhan dimana pihak militer menembaki para
demonstran untuk membubarkan mereka
• Tragedi Semanggi dan Kerusuhan Mei 1998 (Trisakti)
Awal kerusuhan ini kemungkinan dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat
terhadap krisis finansial dan ekonomi yang sedang melanda Asia, atau
dikenal sebagai krisis moneter (krismon).
Ketegangan di masyarakat menjadi semakin tinggi dan kondisi makin
memburuk setelah empat mahasiswa Trisaskti tewas ketika melakukan
unjuk rasa di tanggal 12 Mei.
• Kasus Marsinah
Marsinah adalah seorang buruh pabrik yang tinggal di Jawa Timur. Beliau
juga merupakan seorang aktivis yang cukup terkenal pada zaman Orde Baru.
Pada tahun 1993, Gubernur Jawa Timur mengeluarkan surat edaran yang
berisi agar perusahaan di Jawa Timur menaikkan upah buruh sebesar 20%
dari gaji pokok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup para
buruh dan mengurangi angka kemiskinan.
Akan tetapi PT tempat Marsinah bekerja, PT Catur Putra Surya, tidak terlalu
setuju dengan himbauan ini. Mereka menolak himbauan ini karena akan
meningkatkan beban operasional pabrik dan mengurangi margin
keuntungan. Akibatnya, Marsinah dan kawan-kawannya mogok kerja dan
melakukan demonstrasi pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Selain berunjuk
rasa, Marsinah beserta 13 perwakilan buruh juga melakukan diskusi
diplomatis dengan pihak pabrik. Pada tanggal 5 Mei, siang harinya, 13
teman Marsinah ditangkap Kodim Sidoarjo karena tuduhan menghasut para
buruh agar tidak masuk kerja dan mengadakan rapat gelap. Mereka dipaksa
untuk mengundurkan diri dan berhenti melakukan aksi-aksi melawan
perusahaan. Marsinah kemudian datang ke Kodim untuk menanyakan
kondisi rekan-rekannya.
Malamnya, Marsinah menghilang tanpa kabar, teman-temannya bahkan
tidak ada yang tahu keberadaannya. Selama tiga hari tiga malam, teman-
teman Marsinah mencarinya, namun tidak berhasil ditemukan.
Marsinah baru ditemukan pada tanggal 8 Mei 1993 dalam keadaan sudah
meninggal. Berdasarkan hasil otopsi, Marsinah mengalami penyiksaan yang
berat sebelum menghela nafas terakhirnya.
• Pelanggaran HAM di Aceh
Pada tahun 1990 hingga 1998 terjadi kerusuhan dan pemberontakan rakyat
Aceh. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tidak puas dengan
pemerintahan saat itu sehingga lebih memilih untuk memisahkan diri.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pemerintah Indonesia
mengadakan operasi militer untuk mendamaikan daerah Aceh. Sayangnya,
operasi militer yang seharusnya mendamaikan ini justru menjadi bukti
kebrutalan TNI saat itu dalam menumpas pemberontak. Banyak warga Aceh
yang meninggal akibat operasi yang berlangsung selama 8 tahun ini.
Menurut catatan, ada sekitar 9 ribu hingga 12 ribu korban jiwa yang jatuh.
• Tragedi Wamena
terjadi di Papua pada tahun 2003 pada awal bulan April, dan berlangsung
pada dini hari. peristiwa tersebut dimulai dengan pembobolan gudang
senjata markas Kodim Wamena, dimana penyerang membawa lari amunisi
dan senjata api. Pada penyerangan tersebut, dua anggota Kodim tercatat
meninggal dunia, yakni Lettu TNI AD Napitulu, dan prajurit Ruben Kana,
yang merupakan tentara penjaga gudang senjata.
Untuk menyisir pelaku pembunuhan tersebut, aparat TNI-Polri melakukan
penangkapan dan penyiksaan pada penduduk lokal. Sayangnya, TNI dan
Polri melakukan penyisiran ini dengan cukup brutal kepada masyarakat
sekitar.
• Peristiwa Talangsari di Lampung
Terjadi di Lampung, Sumatera pada tahun 1989. Beberapa fakta mengenai
peristiwa tersebut antar lain:
• Tercatat penyerangan dipimpin oleh Kolonel Hendropriyono, yang
merupakan pimpinan Danrem Garuda Hitam nomor 043.
• Penyerbuan dan penyerangan tersebut kemungkinan karena hendak
menghentikan aktivitas yang dilakukan oleh Jamaah pengajian di
Talangsari. Pasalnya terdapat isu mereka hendak mengganti Pancasila
menjadi Al-Quran dan Hadist, yang saat itu di pimpin oleh Warsidi selaku
pemimpin pengajian.
• Akan tetapi banyak jama’ah yang malah dinyatakan menghilang,
perkampungan yang dibumi hanguskan dan masih ditutup hingga saat ini.
• Pembantaian Rawagede
Pada agresi militer Belanda yang pertama, tepatnya pada tanggal 9
Desember 1947, terjadi pembantaian di kampung Rawagede yang dilakukan
oleh militer Belanda.
Pembantaian ini terjadi karena banyak masyarakat sipil yang mengungsi ke
rawagede ketika Belanda menyerang Bekasi dan Karawang. Belanda
menduga bahwa dari masyarakat sipil yang mengungsi tersebut, terdapat
unsur-unsur tentara Indonesia yang membaur dengan masyarakat.
Oleh karena itu, militer Belanda tanpa pikir panjang langsung menyisir dan
mengamankan masyarakat yang mengungsi ke Rawagede. Dalam
pengamanan dan penyisiran ini, banyak masyarakat sipil yang dibunuh
tanpa alasan jelas.
Pembantaian Rawagede ini menewaskan sekitar 431 penduduk. Setahun
kemudian, Belanda kembali menyerang kampung ini tanpa alasan. Sebanyak
35 warga Rawagede tewas akibat serangan ini.
• Penembakan Misterius tahun 1982 sampai 1985 (PETRUS)
merupakan serangkaian pembunuhan yang dilakukan pada masa
pemerintahan presiden Soeharto. dalih pembunuhan tersebut
dikarenakan untuk mengatasi tingkat kejahatan yang saat itu cukup
tinggi. Namun, banyak yang berpendapat bahwa operasi ini juga
bertujuan untuk membungkam lawan-lawan politik Soeharto. Pusat
penembakan misterius ini terjadi di Jawa
Tengah dan Jakarta. ratusan orang telah terbunuh dalam peristiwa berdarah
selama empat tahun ini, dengan rincian:
• Di tahun 1983, terdapat 532 orang yang tewas terbunuh. Separuh
lebih, yakni 367 orang meninggal karena luka tembakan.
• Pada tahun 1984, 107 orang dinyatakan tewas dan hilang. Sekitar 15
orang tewas ditembak, sedangkan sisanya dibunuh dengan cara yang
beragam. • Pada tahun 1985, tercatat 74 orang meninggal dan tidak
diketahui sebabnya. Sekitar 28 orang dibunuh dengan cara ditembak.
• Penculikan Aktivis 1997/1998
Pada tahun 1997 dan 1998, Indonesia mengalami pergolakan yang cukup
hebat di berbagai lapisan masyarakat. Saat itu, ketidakpuasan terhadap
pemerintah membuat banyak aktivis semakin vokal menyuarakan penolakan
terhadap pemerintah.
Seiring dengan kritik mahasiswa yang semakin keras kepada pemerintah,
pihak penguasa pun memutar akal untuk meminimalisir kritik-kritik
tersebut.
Salah satunya adalah dengan mengamankan dan menangkap orang-orang
yang dianggap sebagai provokator.
Keadaan menjadi semakin memanas menjelang pemilu 1997 dan sidang
MPR 1998. Retorika yang dikeluarkan oleh mahasiswa dan para aktivis
semakin membara kepada pemerintah. Keadaan yang semakin genting ini
berbuntut penghilangan orang secara paksa.
• Pembantaian Santa Cruz4
Pembantaian Santa Cruz terjadi di Dili, Timor Timur, pada tanggal 12
November 1991. Sekarang, timor timur telah berubah menjadi negara
independen yaitu Timor Leste.
Tragedi ini diawali dengan rencana kedatangan anggota parlemen Portugal
dan 12 wartawan ke Timor Timur. Akan tetapi, pemerintah Indonesia
keberatan dengan kedatangan salah satu perwakilan wartawan yang
berkebangsaan Australia karena wartawan ini dicurigai mendukung
kemerdekaan Timor Leste.
Saat itu memang Australia sangat mendukung kemerdekaan Timor Leste.
Hal ini diduga disebabkan oleh cadangan minyak yang sangat besar di
perairan Timor. Timor Leste juga dapat menjadi zona buffer jika nanti di
masa depan, terjadi konflik antara Indonesia dengan Australia. Buntut
kekecewaan ini adalah terjadinya konfrontasi antara pihak pro integrasi dan
pihak pro kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1991 di gereja Motael Dili.
Konfrontasi ini menyebabkan dua orang tewas, Sebastiao Gomes dari pro
kemerdekaan dan Afonso Henriques dari pro integrasi. Mahasiswa pun
mengadakan aksi protes saat proses pemakaman Gomes. Mereka menyerang
tentara yang menjaga pemakaman. Tidak terima provokasi ini, tentara pun
mulai memukuli dan menyuruh pendemo untuk bubar. Sayangnya, seruan
ini tidak digubris dan malah menambah anarkisme. Akhirnya, tentara
Indonesia melepaskan tembakan-tembakan ke arah kerumunan pendemo
tersebut. Akibat serangan ini, 271 orang tewas, 250 orang menghilang, dan
sekitar 382 orang terluka.
F. Langkah-langkah Penegakan HAM di Indonesia:
• Mengadakan langkah kongrit dan sistematik dalam pengaturan hukum
positif

4 Iqbal Hakim, 2020, Kasus Pelanggaran HAM yang Pernah Terjadi di Indonesia,
https://insanpelajar.com/kasus-pelanggaran-ham-yang-pernah-terjadi-di-indonesia/.
• Membuat peraturan perundang-undang tentang ham
• Peningkatan penghayatan dan pembudayaan ham pada segenap element
masyarakat
• Mengatur mekanisme perlindungan ham secara terpadu
• Memacu keberanian warga untuk melaporkan bila ada pelanggaran HAM
• Meningkatkan hubungan dengan lembaga yang menangani ham
• Membentuk pusat kajian HAM
• Meningkatkan peran aktif media massa

G. Undang-Undang yang Mengatur HAM


1. Pasal 28 A : mengatur tentang hak hidup
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.
2. Pasal 28 B : mengatur tentang hak berkeluarga
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan
melalui perkawinan yang sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
3. Pasal 28 C : mengatur tentang hak memperoleh
(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.
4. Pasal 28 D : mengatur tentang hak kebebasan beragama
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
5. Pasal 28 E : mengatur tentang kebebasan memeluk agama
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal diwilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
6. Pasal 28 F : mengatur hak komunikasi dan informasi
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
7. Pasal 28 G : mengatur tentang kesejahteraan dan jaminan sosial
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta
berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.

H. HAM dalam Perspektif Islam


Ajaran Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber ajaran Islam itu
sendiri yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua sumber tersebut di samping sebagai
sumber normatif juga merupakan sumber ajaran praktis dalam kehidupan umat Islam.
HAM dalam Islam dimulai dengan beberapa peristiwa yang dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Piagam Madinah (al-Dustur al-Madinah) ajaran pokok dalam
Piagam Madinah itu adalah: Pertama, interaksi secara baik
dengan sesama, baik pemeluk Islam maupun non Muslim.
Kedua, saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.
Ketiga, membela mereka yang teraniaya. Keempat, saling
menasihati. Dan kelima menghormati kebebasan beragama. Satu
dasar itu yang telah diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai
landasan bagi kehidupan bernegara untuk masyarakat majemuk
di Madinah.
b. Deklarasi Cairo (The Cairo Declaration) yang memuat
ketentuan HAM yakni :
hak persamaan dan kebebasan (QS. al-Isra: 70, an-Nisa: 58, 105, 107, 135 dan
alMumtahanah: 8); hak hidup (QS. al-Maidah: 45 dan al-Isra’: 33); hak
perlindungan diri (QS. al-Balad: 12 - 17, at-Taubah: 6); hak kehormatan pribadi
(QS. at-Taubah: 6); hak keluarga (QS. al-Baqarah: 221, al-Rum : 21, al-Nisa 1, al-
Tahrim : 6); hak keseteraan wanita dan pria (QS. al-Baqarah: 228 dan al-Hujurat:
13); hak anak dari orangtua (QS. al-Baqarah: 233 dan surah al-Isra: 23- 24).
Selanjutnya, hak mendapatkan pendidikan (QS. at-Taubah: 122, al-`Alaq: 1 - 5),
hak kebebasan beragama (QS. al-Kafirun: 1-6, al-Baqarah: 136 dan al-Kahfi: 29),
hak kebebasan mencari suaka (QS. al-Nisa: 97, al-Mumtahanah: 9), hak
memperoleh pekerjaan (QS. at-Taubah: 105, al-Baqarah : 286, al-Mulk : 15), hak
memperoleh perla-kuan yang sama (QS. al-Baqarah 275-278, al-Nisa 161, Ali
`Imran : 130), hak kepemilikan (QS. al-Baqarah : 29, al-Nisa : 29), dan hak
tahanan (QS. alMumtahanah : 8). 5 Ayat-ayat tersebut yang secara tematik dapat
menjadi konsepkonsep utama al-Qur'an tentang HAM dapat diperluas lagi.

dalam realitas pelaksanaannya, HAM dipengaruhi oleh konsep HAM dari


Barat yang berorientasi sekuler. Sehingga menghadapi kenyataan semacam ini ada
beberapa tanggapan dari masyarakat muslim dunia tentang HAM. Pertama,
menolak secara keseluruhan. HAM dipandang sebagai omong kosong dan
bertentangan dengan ajaran Islam. Sebab konsep HAM PBB identik dengan
agama Kristen. Karena itu, Islam harus membangun versi HAM-nya sendiri.
Kedua, menerima secara keseluruhan. Ketiga, tanggapan yang bersifat ambigu
yang mencerminkan adanya keinginan untuk tetap setia pada syari’ah di satu sisi
ada keinginan untuk menghormati tatanan serta hukum-hukum internasional.
kelompok ini meyakini bahwa, syari’ah bersifat kekal, universal dan harus
dijadikan landasan hidup. Sementara HAM PBB dapat diakomodasi dengan
beberapa prasyarat.6

Secara prinsip, HAM dalam Islam mengacu pada al-dlaruriyat al-khamsah


atau yang disebut juga al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia
dalam islam). Konsep itu mengandung lima hal pokok yang dikemukakan oleh
Imam Asy-Syathibi yang harus dijaga oleh setiap individu yaitu :
1. Menjaga agama (hifzd al-din).
a. Islam menjaga hak dan kebebasan berkeyakinan dan beribadah. Artinya
setiap pemeluk Islam berhak atas agama dan mazhabnya dan tidak ada paksaan
untuk mengikuti atau meninggalkannya. (QS.al-Baqarah: 256, dan QS.Yunus:
99).
b. Islam juga menjaga tempat-tempat peribadatan baik milik muslim
ataupun non muslim, menjaga kehormatan syiar mereka, bahkan Islam
memperbolehkan berperang karena untuk menjaga kebebasan beribadah (QS.al-
Hajj: 39-40).
2. Menjaga jiwa (hifzd al-nafs). Alasan diwajibkannya hukum qishash, yang
didasarkan pada QS. al-Baqarah:178-179) diantaranya menjaga kemuliaan dan
kebebasannya.
3. Menjaga akal (hifzd al ‘aql). Alasan diharamkannya semua benda yang
memabukkan atau narkotika dan sejenisnya. Sebab akal adalah sumber hikmah atau
pengetahuan, cahaya muara hati, sinar hidayah dan media kebahagiaan manusia di
dunia dan akhirat.
4. Menjaga harta (hifzd al-mal). Islam melarang mendapatkan harta dengan cara-cara
yang batil (QS. al-Baqarah:188, Al-Nisa’:29, al-Baqarah :275-276, al-Baqarah:278-
280). Islam secara tegas melarang mencuri sebagaimana ditegaskan dalam al-
Qur’an (QS.al-Maidah: 38).

5 Dede Rosyada, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah, 2005), 221.
6 Said Agil Husin al Munawar. Al-Qur’an: Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat Press,
2004), 298-299.
5. Menjaga keturunan (hifd al-nasl). Alasan diharamkannya zina dan qazdaf. Dalam
hal ini, Islam sangat menganjurkan pernikahan terhadap mereka yang dianggap dan
merasa sudah mampu untuk melakukannya untuk menjaga keturunan, harta dan
kehormatan. Perhatian Islam ini untuk mengukuhkan aturan, perbaikan, ketenangan
dan mengayomi serta memberikan jaminan dalam kehidupan.

I. HAM dan Umat Islam Indonesia

Implementasi HAM di Indonesia mengikuti iklim politik yang berjalan. Politik di


Indonesia bukanlah politik Islam. Namun demikian, dalam banyak hal nilai-nilai
Islam masuk ke dalam semangat perundangan undangan dan peraturan negara.
Umat Islam Indonesia mendukung toleransi, mengutuk terorisme,
mengembangkan kebajikan-kebajikan sosial, dan aktif dalam program
pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan melalui unit-unit
organisasi di bawahnya. umat Islam Indonesia tetap konsisten membela tegaknya
HAM dan bahkan sangat kritis terhadap semua bentuk pelanggaran HAM baik
yang dilakukan oleh negara ataupun oleh oknum umat Islam. posisi umat Islam
Indonesia terkait HAM adalah mengikuti perundang-undangan negara. Namun
demikian bisa dilihat bahwa aturan dalam perundang-undangan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam. yang terpenting adalah bagaimana umat Islam itu betul-betul
menjunjung nilai-nilai HAM. Dalam hal ini lebih mengedepankan pelaksanaan
atau implementasi nilai-nilai HAM sehingga terjadi kehidupan yang harmonis,
aman dan kehidupan yang jauh dari kekerasan, pemaksaan kehendak dan
perampasan hak dalam kehidupan bernegara.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa Hak asasi manusia adalah hak
dasar yang melekat pada individu sejak ia lahir yang diberikan langsung oleh
Tuhan Yang Maha Esa dan tidak dapat dirampas atau dicabut keberadaannya.
Karena itu, nilai-nilai HAM dengan prinsip-prinsipnya yang universal adalah
bagian dari semangat dan nilai-nilai syari'ah. Keduanya tidak dapat
dipertentangkan. Dengan menilik potensi-potensi nilai HAM dalam syari'ah, masa
depan HAM di dalam tradisi Islam justru amat cerah dan memperoleh topangan
yang amat kuat.
Saran
Dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai sumber-sumber syari'ah dan
wawasan modern tentang HAM. Dengan wawasan yang luas tentang ini, semoga
kita dan para ulama-ulama akan menjadi avant-guard (garda depan) bagi
penegakan HAM berdasarkan Syari'ah dan nilai-nilai universal.

DAFTAR PUSTAKA
Atqiya Naimatul. 2020. HAM dalam Perspektif Islam,
https://www.researchgate.net/publication/332560486_HAM_DALAM_PERSPEKTIF_I
SLAM , diakses pada 1 Desember 2020 pukul 14.18.

Febry Andra. 2012. Sejarah HAM atau Hak Asasi Manusia,


http://www.sangkoeno.com/2012/10/sejarah-perkembangan-ham-
didunia.html#:~:text=Sejarah%20HAM%20atau%20hak%20asasi,hak%20kebebasan
%2C dan%20hak%20milik, diakses pada 25 November 2020 pukul 14.48.

Guru Pendidikan. 2020. Sejarah HAM, https://www.gurupendidikan.co.id/sejarah-ham/,


diakses pada 29 November 2020 pukul 21.54.
Hakim Iqbal. 2020. Kasus Pelanggaran HAM yang Pernah Terjadi di Indonesia,
https://insanpelajar.com/kasus-pelanggaran-ham-yang-pernah-terjadi-di-indonesia/,
diakses pada 1 Desember 2020 pukul 19.24.

Minyukie. 2015. Sejarah Hak Asasi Manusia di Indonesia,


https://minyukie.wordpress.com/sejarah-hak-asasi-manusia-di-indonesia/, diakses pada
29 November 2020 pukul 21.25.

Zakiya Rizka. 2020. Pengertian HAM, https://saintif.com/pengertian-ham/ diakses pada


29 November 2020 pukul 22.13.

Anda mungkin juga menyukai