Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Adinda Novia Kartika (1111190306)


Desna Rahmatika (1111190246)
H. Gading Abyad Alwani (1111190176)
M. Ginatsyar (1111190356)
Yoshi Angela (1111190226)
Kelompok : 5
Pengertian HAM

 HAM singkatan dari Hak Asasi Manusia. Ada tiga kata yang menjadi pondasi pemikiran
utama,
 Pertama adalah Hak, hak adalah sesuatu yang harus didapatkan oleh seseorang sejak ia
lahir dan atau sejak ia menyelesaikan kewajiban. 
 Kedua adalah asasi yang berarti dasar, dasar bisa diartikan sebagai minimum.
 Ketiga adalah manusia sebagai subyek yang mendapatkan hak asasinya.
 Kesimpulannya Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki
setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir. Hak asasi tidak
boleh dijauhkan atau dipisahkan dari dipisahkan dari eksistensi pribadi individu atau
manusia tersebut.
Sejarah HAM di Indonesia

 Hak Asasi Manusia di Indonesia dianggap sakral, diperjuangkan sepenuh jiwa, serta sangat
sejalan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.Indonesia telah ikut bersama negara
lain untuk memperjuangkan HAM, memasukan rasa kemanusian dalam perundangan,
sebab hal tersebut merupakan fundamental.Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
sepenuhnya mendukung dan menjungjung tinggi penegakan Hak Asasi Manusia.
 Pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di
masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup lama. Secara
garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan
HAM di Indonesia ( 2001 ), membagi perkembangan HAM pemikiran HAM di Indonesia
dalam dua periode yaitu periode sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 ), periode setelah
Kemerdekaan ( 1945 – sekarang ).
Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 )

 Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah memperlihatkan adanya
kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi – petisi yang dilakukan kepada pemerintah
kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo
dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.
 Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri.
 Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh penghidupan yang layak dan bebas dari
penindasan dan deskriminasi rasial.
 Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih condong pada hak – hak
yang bersifat sosial dan menyentuh isu – isu yang berkenan dengan alat produksi.
 Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta
mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.
 Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.
 Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu hak untuk mengeluarkan
pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka
hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara.
 Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara Soekarno dan
Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain. Perdebatan
pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan masalah hak persamaan kedudukan di
muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan,
hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan.
 
Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang )
-Periode 1945 – 1950
Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak kebebasan
untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk untuk
menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi
secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum dasar
Negara( konstitusi ) yaitu, UUD 45. Komitmen terhadap HAM pada periode awal sebagaimana
ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945. Langkah selanjutnya
memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana tertera
dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
-Periode 1959– 1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin sebagai
reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi
terpimpin ) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem demokrasi
terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran supratruktur politik
maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM, telah terjadi pemasungan
hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.
-Periode 1966 – 1998

Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk menegakkan HAM. Pada
masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang HAM
dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM,
pembentukan Komisi dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No.
XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam piagam
tentang Hak-hak Asasi Manusia dan Hak-hak serta Kewajiban Warga negara. Sementara itu, pada sekitar awal tahun
1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati,
dilindungi dan ditegakkan.
-Periode 1998 – sekarang
Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998 memberikan dampak yang sangat besar pada pemajuan dan
perlindungan HAM di Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah
orde baru yang beralwanan dengan pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan
perundang – undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan ketatanegaraan dan
kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan hukum
nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAM diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam
bidang HAM.
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status penentuan dan tahap
penataan aturan secara konsisten. pada tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan perundang –
undangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi Negara ( Undang – undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR
( TAP MPR ), Undang – undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang – undangam lainnya.
Perkembangan Pemikiran HAM
Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
 Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik.
Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan
situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk
menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
 Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak- hak sosial,
ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian
konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat
penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
 Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan adanya
kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut
dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi
ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti
pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga
menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.
 Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam proses pembangunan
yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya
aspek kesejahteraan rakyat. Selain itu program
HAM dalam Perundang-Undangan Nasional

Sebagai negara hukum, Indonesia menjunjung tinggi HAM. Indikasinya bisa dilihat dari
pernyataan luhur yang tertuang pada :

 alinea pertama dan alinea keempat Pembukaan UUD 1945.


 Ketetapan MPR No. XVII/ MPR/1998
 UU No. 39 Tahun 1999
 Amandemen UUD 1945 Pasal 28 A-J.
Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
 Peristiwa 1965 - 1966
 Penembakan Misterius (1982 - 1986)
 Pembantaian Talangsari, Lampung (1989)
 Tragedi Rumoh Geudong di Aceh (1989 - 1998)
 Penembakan Mahasiswa Trisakti (1998)
 Penculikan dan Penghilangan Orang Secara Paksa (1997 - 1998)
 Tragedi Semanggi I dan II (1998 - 1999)
 Tragedi Simpang Kertas Kraft Aceh (KKA) di Aceh (1999)
 Peristiwa Wasior, Manokwari, Papua (2001)
 Kasus Wamena, Papua (2003)
Tragedi Jambu Keupok di Aceh Selatan, Aceh (2003)
Kesimpulan

Setiap manusia sejak lahir sudah memiliki hak masing masing yang tidak dapat diganggu
gugat dan harus dilindungi, karena itu hak dasar yang sudah melekat dalam diri manusia
yang Tuhan berikan. Hal ini harus menjadi salah satu pegangan bagi suatu bangsa dan
negara apabila ingin mewujudkan atau menciptakan kesejahteraan bagi warganya. Akan
tetapi tidak sepatutnya kita menggunakan HAM sebagai alasan menempel jalur hukum
pada hal hal yang sepele yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan
atau musyawarah. Kita harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Mari kita belajar dari sejarah HAM dan kita
sebagai manusia harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai