Anda di halaman 1dari 8

Nama

: Febrina Zubaidah

Kelas

: X MIA-1

B.Study

: PKN

A. SEJARAH PERJUANGAN DAN PENEGAKAN HAM DI INDONESIA


a.

PERIODE SEBELUM KEMERDEKAAN (1908-1945)

Dalam organisasi pergerakan Budi Utomo, telah memperhatikan masalah


KEBEBASAN di Indonesia.menurut pemikiran Budi Utomo kebebasan adalah bebas untuk
berserikat/berkelompok dan bebas mengeluarkan pendapat. Maka itu dibuatlah serikat pekerja
pertama pada tahun 1912, yang terdiri dari dua serikat yaitu serikat pekerja kereta api dan trem
dan juga serikat pekerja bumi putera
Hak juga pernah dibahas pada saat perdebatan BPUPKI, perdebatan itu juga dipikirkan
oleh Soekarno, Muhammad Hatta, Soepomo, dan Muhammad Yamin.
b.

PERIODE AWAL KEMERDEKAAN (1945-1950)


Pada awal kemerdekaan pemikiran HAM masih menekankan, hak untuk merdeka, hak
untuk berserikat, hak berpolitik, hak berpendapat. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi
secara resmi dan formal (tapi masih belum sempurna) dan masuk ke dalam hukum dasar
negara(konstitusi) yaitu UUD 1945. Sebagaimana yang telah dinyatakan pada tanggal 1
november 1945, yaitu:
c.

PERIODE 1950-1959
Dalam periode ini perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
demokrasi perlementer.pemikiran HAM pada masa ini mendapatkan momentum yang sangat
membanggakan karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasiliberal atau
demokrasi perlementer mendapatkan tempat dikalangan elit politik.bahkan menurut prof.Bagir
Manan pemikiran dan katualisasi HAM pada periode ini mengalami bulan madu
kebebasan.indikator menurut ahli hukum tata Negara ini ada tiga aspek:pertama,semakin banyak
tumbuh partai partai politik dengan beragam ideologinya masing masing.kedua,kebebasan pers

d.

PERIODE 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin sebagai
reaksi penolakansoekarno terhadap sistem demokrasi perlementar.pada sistem ini kekuasan
terpusat dan berada ditangan presiden.akibat dari sistem demokrasi terpimpin presiden
melakukan tindakan inkonstitusional baik dalam tataran suprastruktur politik maupun dalam

tataran infrastruktur.dalam kaitannya dengan HAM,telah terjadi pemasungan hak asasi manusia
masyarakat yaituhak sipil dan hak politik seperti hak untuk berserikat,berkumpul dan
mengeluarkan pikiran dengan tulisan.Dengan kata lain terjadi sikap restriktif terhadap hak sipil
dan hak politik warga Negara.
e.

PERIODE 1966-1998
Pada masa ini kurang-lebih ada tiga pelanggaran HAM dalam praktek- praktek politiknya.
Pertama, yang sampai sekarang masih cukup popular yaitu, represi politik oleh aparat
Negara, sekali pun intesitasnya mengalami penyusutan, contohnya kasus penangan tanjung
priok, kedung ombo, santa cruz, dan sebaginya.
Kedua, pembatasan partisipasi terhadap partai politik, atau yang sering kita dengar
dengan sebutan depolitisasi. Praktek ini termasuk pelanggaran HAM dikarenakan, menyimpangi
hak manusia untuK bebas berserikat, berkomplot,berorganisasi, dan hak mengeluarkan pendapat.
Ketiga, praktek eksploitasi ekonomi dan juga implikasi sosialnya, bentuk ini adalah
bentuk pelanggaran HAM yang masih sering dijumpai sampai sekarang, baik dilakukan secara
terorganisir maupun yang tidak terorganisir.

f.

PERIODE 1998-SEKARANG
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan pengaruh yang sangat luar biasa
pada kemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia pada saat itu mulai diadakan pengkajian
terhadap beberpa kebijakan pemerintahan orde baru yang berlawanan dengan kemajuan dan
perlindungan HAM.selanjutnya dilaksanakana penyusunan peraturan perundang undangan yang
berkaitan dengan keberlakuan HAM dalam kehidupa ketatanegaraan dan kemaysrakat di
indomesia.

B. LEMBAGA PENENGAK HAM


1. Komisi Nasional Hak Azasi Manusia ( Komnas HAM )
Komnas HAM
( Keppres No.50 Th. 1993, tgl 7 Juni 1993 )
Tujuan :
Berdasarkan UU No. 39, tahun 1999:
a. Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak azasi manusia sesuai
dengan Pancasila, UUD 1945, Piagam PBB, dan Deklarasi universal hak azasi
manusia.
b. Meningkatkannperlindungan dan penegakkan hak azasi manusia guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya

bepartrisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.


2. Komisi Nasional Anti kekerasan terhadap Perempuan
Komnas Anti Kekerasan terhadap Perempuan
( Keppres No. 181 Tahun 1998 )
Tujuan :
Melindungi kaum perempuan dari segala bentuk tindakan kekerasan
3. Lembaga Bantuan Hukum
4. Komisi untuk orang hilang dan anti kekerasan ( Kontras )
5. Komisi Nasional Perlindungan Anak
6. Lembaga Studi dan Advokasi Hukum ( Elsam )
7. Pengadilan HAM
Pengadilan HAM
( UU No. 26. Tahun 2000 )
1. Kedudukan:
a. Pengadilan HAM berkedudukan di daerah kabupaten / kota yang daerah
hukumnya meliputi daerah hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.
b. Untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta, pengadilan HAM berkedudukan di
setiap wilayah pengadilan negeri yang bersangkutan
2. Kewenangan:
a. Memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat
b. Berwenang Memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM berat dilakukan
di luar batas teritorial wilayah Indonesia oleh warga negara Indonesia.
C. Upaya Pemerintah dalam Penegakan HAM
Hak asasi manusia tidak lagi dilihat sekadar sebagai perwujudan faham
individualisme dan liberalisme. Hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistis
sebagai hak-hak yang inheren dengan harkat dan martabat kemanusiaan, apapun latar
belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin dan pekerjaannya. Dewasa ini pula
banyak kalangan yang berasumsi negatif pada pemerintah dalam menegakkan HAM.

Sangat perlu diketahui bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam
menegakkan HAM. Hal ini dapat kita lihat dari upaya pemerintah sebagai berikut;
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM
di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons pada
pelanggaran HAM internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden
atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak,
Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas
kepada Israel yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil,
wanita dan anak-anak.
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain
telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004
(Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam
hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan kepres
nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan pada perempuan
3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai hak asasi manusia ,
Undang-undang nomor 26 tahun 2000 mengenai pengadilan HAM, serta masih
banyak UU yang lain yang belum itukan menyangkut penegakan hak asasi manusia.
Menjadi titik berat adalah hal-hal yang tertulis dalam UU nomor 39 tahun 1999
mengenai hak asasi manusia adalah sebagai berikut;
1. Hak untuk hidup.
2. Hak berkeluarga.
3. Hak mendapat keadilan.
4. Hak atas kebebasan pribadi.
5. Hak kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman.
7. Hak atas kesejahteraan.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan.
9. Hak wanita

10. Hak anak


Ha-hal itu sebagai bukti konkret bahwa Indonesia tidak main-main dalam penegakan
HAM.
D. Contoh Pelanggaran HAM di Indonesia
1. Peristiwa 27 Juli (1996)

Peristiwa ini disebabkan oleh para pendukung Megawati Soekarno Putri yang
menyerbu dan mengambil alih kantor DPP PDI di Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juli
1996. Massa mulai melempari dengan batu dan bentrok, ditambah lagi kepolisian dan
anggota TNI dan ABRI datang berserta Pansernya.
2. Kasus Dukun Santet di Banyuwangi (1998)

Peristiwa beserta pembunuhan ini terjadi pada tahun 1998. Pada saat itu di
Banyuwangi lagi hangat-hangatnya terjadi praktek dukun santet di desa-desa mereka.
Warga sekitar yang berjumlah banyak mulai melakukan kerusuhan berupa penangkapan
dan pembunuhan terhadap orang yang dituduh sebagai dukun santet. Sejumlah orang
yang dituduh dukun santet dibunuh, ada yang dipancung, dibacok bahkan dibakar hiduphidup. Tentu saja polisi bersama anggota TNI dan ABRI tidak tinggal diam, mereka
menyelamatkan orang yang dituduh dukun santet yang masih selamat dari amukan warga.

3. Pelanggaran HAM di Daerah Operasi Militer (DOM), Aceh


Peristiwa ini telah menimbulkan bentuk bentuk pelanggaran HAM terhadap
penduduk sipil yang berupa penyiksaan, penganiayaan, dan pemerkosaan yang
berulang-ulang dengan pola yang sama. Kasus-kasus dari berbagai bentuk tindakan
kekerasan yang dialami perempuan yang terjadi dari ratusan kekerasan seputar
diberlakukannya Daerah Operasi Militer selama ini tidak pernah terungkap.
4. Pembantaian Rawagede

Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan


dan pembunuhan penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta,
Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan dengan
Agresi Militer Belanda I. Akibatnya puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda
yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Tanggal 14 September 2011,
Pengadilan Den Haaq menyatakan pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung
jawab dengan membayar ganti rugi kepada para keluarga korban pembantaian Rawagede.
E. Sikap Kita Dalam Menegakkan HAM
1. Membuat tata tertib yang sesuai dengan kondisi masyarakat.
2. Memberikan contoh yang baik kepada warga di sekitar.
3. Melakukan kewajiban yang semestinya yang telah ada di masyarakat.
4. Tidak membedakan-bedakan masyarakat berdasar golongan dan sebagainya.

5. Membantu tetangga jika mereka tengah berada dalam kondisi kesusahan.


6. Berusaha untuk tidak menyinggung perasaan tetangga.
7. Menghargai berbagai bentuk pendapat dari orang lain.
8. Berkomunikasi antar sesama dengan sopan dan santun.
9. Tidak mengganggu ketertiban umum.
10. Saling menjaga dan melindungi harkat dan martabat sesama.
11. Turut membantu terselenggaranya masyarakat yang aman, damai dan tenteram.
12. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
13. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
14. Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.
15. Melakukan kegiatan yang bermanfaat.
16. Menghindari segala bentuk tindakan yang berhubungan dengan tindak kekerasan.
17. Menjauhkan sifat yang suka main hakim sendiri.
Perilaku upaya penegakan HAM yang tercipta di lingkungan masyarakat tentu jika
dilaksanakan dengan perlahan namun pasti akan menimbulkan rasa yang aman, damai dan
tenteram sehingga tidak akan timbul perbuatan yang menyimpang dari kebenaran.
Saling membantu alias saling tolong-menolong juga sangat dibutuhkan di sini jika ada
tetangga sekitar yang sedang dalam merasakan kesusahan atau bahkan sedang terkena bencana
kita bisa membantu untuk menghiburnya dan mengurangi beban mereka dengan bantuan yang
kita miliki, di mata mereka bantuan kita memang tidak seberapa akan tetapi sangat berharga dan
kebersamaan di sini bisa terjalin dengan sangat erat. Susah bersama, senang pun bersama.

Anda mungkin juga menyukai