: Febrina Zubaidah
Kelas
: X MIA-1
B.Study
: PKN
PERIODE 1950-1959
Dalam periode ini perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
demokrasi perlementer.pemikiran HAM pada masa ini mendapatkan momentum yang sangat
membanggakan karena suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasiliberal atau
demokrasi perlementer mendapatkan tempat dikalangan elit politik.bahkan menurut prof.Bagir
Manan pemikiran dan katualisasi HAM pada periode ini mengalami bulan madu
kebebasan.indikator menurut ahli hukum tata Negara ini ada tiga aspek:pertama,semakin banyak
tumbuh partai partai politik dengan beragam ideologinya masing masing.kedua,kebebasan pers
d.
PERIODE 1959-1966
Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin sebagai
reaksi penolakansoekarno terhadap sistem demokrasi perlementar.pada sistem ini kekuasan
terpusat dan berada ditangan presiden.akibat dari sistem demokrasi terpimpin presiden
melakukan tindakan inkonstitusional baik dalam tataran suprastruktur politik maupun dalam
tataran infrastruktur.dalam kaitannya dengan HAM,telah terjadi pemasungan hak asasi manusia
masyarakat yaituhak sipil dan hak politik seperti hak untuk berserikat,berkumpul dan
mengeluarkan pikiran dengan tulisan.Dengan kata lain terjadi sikap restriktif terhadap hak sipil
dan hak politik warga Negara.
e.
PERIODE 1966-1998
Pada masa ini kurang-lebih ada tiga pelanggaran HAM dalam praktek- praktek politiknya.
Pertama, yang sampai sekarang masih cukup popular yaitu, represi politik oleh aparat
Negara, sekali pun intesitasnya mengalami penyusutan, contohnya kasus penangan tanjung
priok, kedung ombo, santa cruz, dan sebaginya.
Kedua, pembatasan partisipasi terhadap partai politik, atau yang sering kita dengar
dengan sebutan depolitisasi. Praktek ini termasuk pelanggaran HAM dikarenakan, menyimpangi
hak manusia untuK bebas berserikat, berkomplot,berorganisasi, dan hak mengeluarkan pendapat.
Ketiga, praktek eksploitasi ekonomi dan juga implikasi sosialnya, bentuk ini adalah
bentuk pelanggaran HAM yang masih sering dijumpai sampai sekarang, baik dilakukan secara
terorganisir maupun yang tidak terorganisir.
f.
PERIODE 1998-SEKARANG
Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan pengaruh yang sangat luar biasa
pada kemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia pada saat itu mulai diadakan pengkajian
terhadap beberpa kebijakan pemerintahan orde baru yang berlawanan dengan kemajuan dan
perlindungan HAM.selanjutnya dilaksanakana penyusunan peraturan perundang undangan yang
berkaitan dengan keberlakuan HAM dalam kehidupa ketatanegaraan dan kemaysrakat di
indomesia.
Sangat perlu diketahui bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam
menegakkan HAM. Hal ini dapat kita lihat dari upaya pemerintah sebagai berikut;
1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM
di seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons pada
pelanggaran HAM internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden
atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak,
Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas
kepada Israel yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil,
wanita dan anak-anak.
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain
telah ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004
(Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam
hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan kepres
nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan pada perempuan
3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai hak asasi manusia ,
Undang-undang nomor 26 tahun 2000 mengenai pengadilan HAM, serta masih
banyak UU yang lain yang belum itukan menyangkut penegakan hak asasi manusia.
Menjadi titik berat adalah hal-hal yang tertulis dalam UU nomor 39 tahun 1999
mengenai hak asasi manusia adalah sebagai berikut;
1. Hak untuk hidup.
2. Hak berkeluarga.
3. Hak mendapat keadilan.
4. Hak atas kebebasan pribadi.
5. Hak kebebasan pribadi
6. Hak atas rasa aman.
7. Hak atas kesejahteraan.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan.
9. Hak wanita
Peristiwa ini disebabkan oleh para pendukung Megawati Soekarno Putri yang
menyerbu dan mengambil alih kantor DPP PDI di Jakarta Pusat pada tanggal 27 Juli
1996. Massa mulai melempari dengan batu dan bentrok, ditambah lagi kepolisian dan
anggota TNI dan ABRI datang berserta Pansernya.
2. Kasus Dukun Santet di Banyuwangi (1998)
Peristiwa beserta pembunuhan ini terjadi pada tahun 1998. Pada saat itu di
Banyuwangi lagi hangat-hangatnya terjadi praktek dukun santet di desa-desa mereka.
Warga sekitar yang berjumlah banyak mulai melakukan kerusuhan berupa penangkapan
dan pembunuhan terhadap orang yang dituduh sebagai dukun santet. Sejumlah orang
yang dituduh dukun santet dibunuh, ada yang dipancung, dibacok bahkan dibakar hiduphidup. Tentu saja polisi bersama anggota TNI dan ABRI tidak tinggal diam, mereka
menyelamatkan orang yang dituduh dukun santet yang masih selamat dari amukan warga.