Anda di halaman 1dari 7

Indische

Partij

Danial Bagus Setiawan 05 | Shavana Afieza Alif 30


Taufik Rahman Widodo 32 | Zayan Syaefunnahar 35
1
SEJARAH
Indische Partij yang dalam bahasa Indonesia disebut Partai Hindia
merupakan organisasi politik pertama yang memiliki tujuan
kemerdekaan Indonesia. Keberaniannya menyuarakan kemerdekaan di
masa penjajahan Belanda di Indonesia masih kuat mengekang malah
mempersulit pergerakan organisasi ini di Indonesia.

Indische Partij didirikan oleh tokoh 3 serangkai yang beranggotakan


para cendekiawan Hindia Belanda. Mereka adalah E.F.E Douwes Dekker,
dr. Cipto Mangunkusumo, dan Raden Mas Suwardi Suryaningrat alias Ki
Hajar Dewantara. 3 tokoh terpelajar tersebut mendirikan Partai Hindia
di tanggal 25 Desember 1912.

Awalnya organisasi Indische Partij ini didirikan karena terjadinya


diskriminasi dan rasisme antar keturunan Belanda asli dan orang Eropa
campuran yang lahir dari hasil perkawinan Belanda dengan orang
Indonesia.
SEJARAH 1 1
Sebagai sebuah organisasi yang tujuannya bukan sekedar untuk
merekatkan hubungan kekeluargaan, Indische Partij merasa butuh
pengakuan tertulis dari pemerintah Hindia Belanda. Pemerintahan yang
setirnya dipegang oleh bangsa Belanda sebagai negara penjajah
membuat suatu peraturan yang mengharuskan segala operasi
organisasi di bumi jajahan harus mendapatkan persetujuan pemerintah.
Sayangnya, meski telah berusaha berkali-kali mengajukan izin operasi
Indische Partij, pemerintah Belanda selalu menolaknya. Bahkan hingga
setahun setelah Indische Partij berjalan, tepatnya tanggal 11 Maret
1913 3 serangkai mengajukan permohonan izin digagalkan lagi.
Penolakannya langsung dinyatakan oleh Gubernur Belanda yang
menjadi wakil Ratu Belanda di negara jajahan Hindia Belanda,
Gubernur Jenderal Idenburg.

Secara terang-terangan Belanda mengatakan bahwa Indische Partij


tidak diberikan izin beroperasi karena membahayakan kepentingan
Belanda. Sepak terjang 3 serangkai pasti berhasil membakar semangat
nasionalisme rakyat Hindi Belanda. Ditakutkan akan terjadi kudeta atau
beberapa pemberontakan yang membahayakan kedudukan pemerintah
Hindia Belanda.
SEJARAH 1 1
Dinamika perkembangan pergerakan Indische partij terus mengalami
kemunduran. Douwes Dekker yang semakin beringas menulis telah
melahirkan Max Havelar menggunakan nama samaran Multatuli.
Setelah gagal berkali-kali, akhirnya polisi Belanda berhasil
meringkusnya kembali untuk diasingkan ke Suriname –sebuah daratan
di Amerika Selatan yang menjadi tempat pembuangan warga Hindia-
Belanda.
Pembubaran Indische Partij tidak secara resmi mengingat pendiriannya
sendiri juga tidak diresmikan pemerintah. Organisasi ini tenggelam
sendiri seiring dengan berpencarnya 3 serangkai mengikuti nasib
perjuangan masing-masing.

Pembubaran Indische Partij tidak secara resmi mengingat pendiriannya


sendiri juga tidak diresmikan pemerintah. Organisasi ini tenggelam
sendiri seiring dengan berpencarnya 3 serangkai mengikuti nasib
perjuangan masing-masing.
TOKOH-TOKOH 2
E.F.E Douwes Dekker
Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (umumnya dikenal
dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi; lahir di
Pasuruan, Hindia Belanda, 8 Oktober 1879 –meninggal di
Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun)
adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional
Indonesia.
Douwes Dekker lebih akrab dipanggil Danudirja Setiabudi
adalah pahlawan nasional yang banyak berjasa dalam dunia
pergerakan nasional. Ia adalah salah seorang pelopor
nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, Aktivis politik,
wartawan, penulis buku serta penggagas nama "Nusantara"
sebagai nama untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi
adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan
kemerdekaan Indonesia.
TOKOH-TOKOH 2
dr. Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo dilahirkan pada 4 Maret 1886 di desa
Pecagakan Jepara. Ia adalah putera tertua dari Mangunkusumo,
seorang priyayi rendahan dalam struktur masyarakat Jawa. Karir
Mangunkusumo diawali sebagai guru bahasa Melayu di sebuah
sekolah dasar di Ambarawa, kemudian menjadi kepala sekolah
pada sebuah sekolah dasar di Semarang dan selanjutnya
menjadi pembantu administrasi pada Dewan Kota di Semarang.
Sementara, sang ibu adalah keturunan dari tuan tanah di
Mayong, Jepara.
TOKOH-TOKOH 2
Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Suwardi Suryaningrat, sejak
1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, Ki Hajar Dewantara,
beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar
Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di
Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun selanjutnya
disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD" adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan
pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman
penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi
para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan
seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Anda mungkin juga menyukai