0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
298 tayangan7 halaman
Organisasi politik Indische Partij didirikan pada 1912 oleh 3 serangkai yaitu Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara untuk melawan diskriminasi dan menyuarakan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, namun berulang kali ditolak izin operasinya oleh pemerintah kolonial.
Organisasi politik Indische Partij didirikan pada 1912 oleh 3 serangkai yaitu Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara untuk melawan diskriminasi dan menyuarakan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, namun berulang kali ditolak izin operasinya oleh pemerintah kolonial.
Organisasi politik Indische Partij didirikan pada 1912 oleh 3 serangkai yaitu Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara untuk melawan diskriminasi dan menyuarakan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda, namun berulang kali ditolak izin operasinya oleh pemerintah kolonial.
Taufik Rahman Widodo 32 | Zayan Syaefunnahar 35 1 SEJARAH Indische Partij yang dalam bahasa Indonesia disebut Partai Hindia merupakan organisasi politik pertama yang memiliki tujuan kemerdekaan Indonesia. Keberaniannya menyuarakan kemerdekaan di masa penjajahan Belanda di Indonesia masih kuat mengekang malah mempersulit pergerakan organisasi ini di Indonesia.
Indische Partij didirikan oleh tokoh 3 serangkai yang beranggotakan
para cendekiawan Hindia Belanda. Mereka adalah E.F.E Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Raden Mas Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara. 3 tokoh terpelajar tersebut mendirikan Partai Hindia di tanggal 25 Desember 1912.
Awalnya organisasi Indische Partij ini didirikan karena terjadinya
diskriminasi dan rasisme antar keturunan Belanda asli dan orang Eropa campuran yang lahir dari hasil perkawinan Belanda dengan orang Indonesia. SEJARAH 1 1 Sebagai sebuah organisasi yang tujuannya bukan sekedar untuk merekatkan hubungan kekeluargaan, Indische Partij merasa butuh pengakuan tertulis dari pemerintah Hindia Belanda. Pemerintahan yang setirnya dipegang oleh bangsa Belanda sebagai negara penjajah membuat suatu peraturan yang mengharuskan segala operasi organisasi di bumi jajahan harus mendapatkan persetujuan pemerintah. Sayangnya, meski telah berusaha berkali-kali mengajukan izin operasi Indische Partij, pemerintah Belanda selalu menolaknya. Bahkan hingga setahun setelah Indische Partij berjalan, tepatnya tanggal 11 Maret 1913 3 serangkai mengajukan permohonan izin digagalkan lagi. Penolakannya langsung dinyatakan oleh Gubernur Belanda yang menjadi wakil Ratu Belanda di negara jajahan Hindia Belanda, Gubernur Jenderal Idenburg.
Secara terang-terangan Belanda mengatakan bahwa Indische Partij
tidak diberikan izin beroperasi karena membahayakan kepentingan Belanda. Sepak terjang 3 serangkai pasti berhasil membakar semangat nasionalisme rakyat Hindi Belanda. Ditakutkan akan terjadi kudeta atau beberapa pemberontakan yang membahayakan kedudukan pemerintah Hindia Belanda. SEJARAH 1 1 Dinamika perkembangan pergerakan Indische partij terus mengalami kemunduran. Douwes Dekker yang semakin beringas menulis telah melahirkan Max Havelar menggunakan nama samaran Multatuli. Setelah gagal berkali-kali, akhirnya polisi Belanda berhasil meringkusnya kembali untuk diasingkan ke Suriname –sebuah daratan di Amerika Selatan yang menjadi tempat pembuangan warga Hindia- Belanda. Pembubaran Indische Partij tidak secara resmi mengingat pendiriannya sendiri juga tidak diresmikan pemerintah. Organisasi ini tenggelam sendiri seiring dengan berpencarnya 3 serangkai mengikuti nasib perjuangan masing-masing.
Pembubaran Indische Partij tidak secara resmi mengingat pendiriannya
sendiri juga tidak diresmikan pemerintah. Organisasi ini tenggelam sendiri seiring dengan berpencarnya 3 serangkai mengikuti nasib perjuangan masing-masing. TOKOH-TOKOH 2 E.F.E Douwes Dekker Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi; lahir di Pasuruan, Hindia Belanda, 8 Oktober 1879 –meninggal di Bandung, Jawa Barat, 28 Agustus 1950 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia. Douwes Dekker lebih akrab dipanggil Danudirja Setiabudi adalah pahlawan nasional yang banyak berjasa dalam dunia pergerakan nasional. Ia adalah salah seorang pelopor nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, Aktivis politik, wartawan, penulis buku serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia. TOKOH-TOKOH 2 dr. Cipto Mangunkusumo Cipto Mangunkusumo dilahirkan pada 4 Maret 1886 di desa Pecagakan Jepara. Ia adalah putera tertua dari Mangunkusumo, seorang priyayi rendahan dalam struktur masyarakat Jawa. Karir Mangunkusumo diawali sebagai guru bahasa Melayu di sebuah sekolah dasar di Ambarawa, kemudian menjadi kepala sekolah pada sebuah sekolah dasar di Semarang dan selanjutnya menjadi pembantu administrasi pada Dewan Kota di Semarang. Sementara, sang ibu adalah keturunan dari tuan tanah di Mayong, Jepara. TOKOH-TOKOH 2 Ki Hadjar Dewantara Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD" adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.