Anda di halaman 1dari 3

Nama : Prastiwi Handayani

NIM : A.111.15.0164
Mata kuliah : Hukum dan HAM

Definisi HAM
hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak berada di dalam
kandungan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapa pun. Dengan
kata lain seperangkat hak yang melekat pada keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia (UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM)

Bagaimana HAM itu harus di lindungi oleh hukum ?


Manusia dianugerahi hak-hak yang sangat mendasar dan hak-hak tersebut melekat dalam diri
setiap manusia. Konsep Negara hukum adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan
hukum. Hukumlah yang berdaulat. Negara adalah merupakan subjek hukum, dalam arti
rechtstaat (badan hukum republik). Karena negara itu dipandang sebagai subjek hukum, maka
jika ia bersalah dapat dituntut didepan pengadilan karena perbuatan melanggar hukum.
Akhirnya segala kententuan yang dilakukan oleh pemerintah harus berdasarkan atas hukum.
Tidak ada sesuatu kebijakan yag dilandasi oleh kekuasaan. Dalam uraian diatas dapat
disimpulkan hubungan antara HAM dan Negara Hukum. Dalam penegakan Hak Asasi Manusia
harus diladasi oleh aturan hukum, yaitu aturan perundang-undangan. Pemerintah dalam
menegakan HAM di negara yang berasaskan hukum, harus selalu memperhatikan peraturan-
peraturan yang berlaku. Jika pemerintah melakukannya dengan kekuasaan, maka orang yang
duduk dalam pemerintahan itulah yang akan terjerat oleh hukum.Tetapi itupun jika
bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Hubungan yang lainya
dalam konsep negara hukum dijelaskan bahwa negara hukum memiliki salah satu ciri yaitu
warga negara harus mendapatkan perlindungan HAM. Karena jika itu dilanggar akan
bertentangan dengan prinsip negara hukum itu sendiri.
Sejarah perkembangan HAM di Indonesia
Pada dasarnya, perkembangan pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma,
sikap, dan acuan bertindak dalam masyarakat sudah berlangsung sejak lama. Secara garis besar,
perkembangan pemikiran dan pengaturan HAM di Indonesia dibagi ke dalam dua periode, yaitu
periode sebelum kemerdekaan dan periode sesudah kemerdekaan.

A.Periode Sebelum Kemerdekaan (1908) - (1945)


Periode sebelum kemerdekaan ditandai dengan kemunculan berbagai organisasi pergerakan
nasional. Lahirnya berbagai organisasi tersebut tidak lepas dari sejarah pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh penjajah. Berikut adalah organisasi yang lahir pada periode ini :

1) Budi Utomo (1908), organisasi ini memperjuangkan hak kebebasan berserikat dan
mengeluarkan pendapat.
2) Sarekat Islam (1911), organisasi ini memperjuangkan hak penghidupan yang layak dan
bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial .
3) Indische Partij (1912), organisasi ini memperjuangkan hak untuk mendapatkan
kemerdekaan dan perlakuan yang sama.
4) Perhimpunan Indonesia (1925), organisasi ini memperjuangkan hak untuk menentukan
nasib sendiri.
5) Pendidikan Nasional Indonesia (1931) memperjuangkan hak untuk menentukan nasib
sendiri hak untuk mengeluarkan pendapat hak untuk berserikat dan berkumpul hak persamaan
di muka hukum dan hak untuk turut dalam penyelenggaraan negara.

B. Periode Sesudah Kemerdekaan (1945-sekarang)

1) Periode (1945) – (1950)


Pemikiran HAM pada periode awal pasca kemerdekaan, masih menekankan pada
a) hak untuk merdeka,
b) hak kebebasan untuk berserikat dan berkumpul melalui organisasi politik, dan
c) hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.
Legitimasi HAM secara formal tercantum dalam UUD NRI tahun 1945 dan Maklumat
Pemerintah 3 November 1945. Legitimasi HAM tersebut memberikan keleluasaan kepada
rakyat untuk mendirikan partai politik.

2) Periode (1950) – (1959)


Periode ini dikenal sebagai masa pemerintahan parlementer yang menganut prinsip demokrasi
liberal. Sejalan dengan prinsip tersebut, implementasi pemikiran HAM pada periode ini lebih
memberi ruang bagi perkembangan lembaga demokrasi, seperti :
a) kemunculan partai politik dengan beragam ideologi.
b) adanya kebebasan pers,
c) pemilu dengan sistem multipartai ,
d) kendali parlemen atas pemerintah, dan
e) wacana pemikiran HAM yang kondusif karena pemerintah memberi kebebasan.
Pada periode ini, Indonesia ikut serta menandatangani dan mengesahkan (meratifikasi) dua
konvensi HAM Internasional, yaitu Konvensi Geneva dan Konvensi tentang Hak Politik
Perempuan.

3) Periode (1959) - (1966)


Periode ini merupakan awal masa Demokrasi Terpimpin, di mana kekuasaan terpusat
kewenangan mengontrol presiden. Akibat dari model pemerintahan ini adalah tidak adanya
pemikiran HAM. Pemerintah membatasi hak sipil dan hak politik warga negara, seperti hak
untuk berserikat berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan.
4) Periode (1966) - (1998)
Periode ini dikenal dengan masa pemerintahan Orde Baru Pemikiran HAM pada periode ini
dibagi ke dalam tiga kurun waktu.
a) Pada tahun 1967, pemerintah berusaha melindungi kebebasan dasar manusia yang ditandai
dengan adanya hak uji material yang diberikan kepada Mahkamah Agung.
b) Pada tahun (1970) – (1980), pemerintah cenderung melakukan fpemasungan HAM dengan
sikap defensif yang tercermin dalam produk hukum yang bersifat restriktif (membatasi) HAM
Kebijakan pemerintah tersebut didasarkan antara lain pada alasan bahwa HAM adalah produk
pemikiran Barat dan dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang
tercermin dalam Pancasila.
c) Pada tahun 1990-an, pembentukan lembaga penegakan HAM seperti Komisi Nasional
(Komnas) HAM pada tahun 1993.

5) Periode 1998-sekarang
Pergantian pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi memberikan dampak yang sangat
besar terhadap penegakan dan perlindungan HAM di Indonesia. Pada periode ini, pemerintah
melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 untuk menjamin HAM Pemerintah menetapkan
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-Undang No 26 Tahun 2000
tentang Peradilan HAM. Selain itu, dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan HAM yang
kemudian digabung dengan Departemen Hukum dan Perundang-undangan menjadi
Departemen Kehakiman dan HAM (sekarang Kementerian Hukum dan HAM)
Terdapat pula Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia 19982003 yang dicanangkan oleh
Presiden B.J. Habibie melalui Keputusan Presiden No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi
Nasional Hak-Hak Asasi Manusia (RANHAM) Indonesia pada tanggal 25 Juni 1998 yang
kemudian diubah dengan Keputusan Presiden No 61 Tahun 2003.
Pada 22 Juni 2015 telah ditandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 tentang
Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun 20152019 Perpres ini dibuat berdasarkan
pertimbangan RANHAM tahun 20112014 yang telah berakhir perlu dilanjutkan.
RANHAM adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas rencana
aksi nasional hak asasi manusia Indonesia. RANHAM digunakan sebagai acuan kementerian
Tembaga, dan pemerintah daerah dalam melaksanakan
penghormatan, perlindungan, pemenuhan, penegakan, dan pemajuan HAM di Indonesia.
Sasaran umum RANHAM adalah meningkatkan penghormatan perlindungan, pemenuhan,
penegakan, dan pemajuan HAM bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia oleh negara
terutama pemerintah dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama moral, adat istiadat, budaya,
keamanan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa Indonesia.
Berbagai langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah berupaya melakukan
pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM dalam berbagai aspek, yaitu aspek politik
sosial, ekonomi, budaya, keamanan, hukum, dan pemerintahan.

Sumber https://zonaknows.blogspot.com/2018/11/sejarah-perkembangan-ham-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai