Siapakah
nama
tokoh
ini?
Meriam berukuran besar Kiai Jimat atau Kiai Amuk sampai kini masih
berada di halaman Masjid Agung Banten. Selain menjadi simbol
kekerabatan antara Demak dan Banten, meriam ini dulu juga dijadikan
lambang keagungan Kerajaan Banten.
Atas petunjuk ayahnya yaitu Sunan Gunung Pada tahun yang sama juga Arya Surajaya pucuk
Jati, Maulana Hasanuddin kemudian umum (penguasa) Wahanten Pasisir dengan
memindahkan pusat sukarela menyerahkan kekuasannya atas
wilayah Wahanten Pasisir kepada Sunan Gunung
pemerintahan Wahanten Girang ke pesisir
Jati, akhirnya kedua wilayah Wahanten
di kompleks Surosowan sekaligus Girang dan Wahanten Pasisir disatukan
membangun kota pesisir Kompleks istana menjadi Wahanten yang kemudian disebut
Surosowan tersebut akhirnya selesai pada sebagai Banten dengan status
tahun 1526 sebagai depaten (provinsi) dari kesultanan Cirebon
Dalam peta etnografi, Indonesia dikenal sebagai sebuah Negara yang multi etnis,
multikultur dan multiras, dibangun oleh ratusa suku bangsa dan ribuan kelompok
masyarakat hukum adat dengan latar belakang budaya yang berbeda satu sama lain.
Kemajemukan masyarakat penduduk Indonesia ini bukan saja dibentuk karena
keberagaman etnis, melainkan juga perbedaanya dalam latar belakang sejarah,
kebudayaan, agama dan system kepercayaan yang dianut, serta lingkungan
geografisnya. Akan tetapi perbedaan tersebut mampu dibingkai menjadi visi yang sama
yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam prakteknya, tercatat 2.332 komunitas adat dengan latar belakang budaya
yang berbeda yang ada di Indonesia (Catatan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara). Di
Provinsi Banten, tepatnya di Kabupaten Lebak, terdapat 2 tipologi masyarakat adat
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak. Perda Kab. Lebak No. 32 tahun 2001
tentang Perlındungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy dan Perda Perda Kab. Lebak
No. 8 Tahun 2015 tentang Pengakuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Adat Kasepuhan.
i
mengatur pola hubungan antar manusia, manusia dengan penciptanya dan manusia
dengan alam sekitar. Terkait dalam hubungannya dengan alam, masyarakat Kasepuhan
sudah menerapkan pola pemanfaatan hutan yang sustainable, dengan menggunakan
sistem zonasi Hutan tutupan, Hutan Titipan dan Hutan Garapan.
Patut disyukuri bahwa Masyarakat Adat Kasepuhan sudah secara turun temurun
turut mengkampanyekan dan mengimplementasikan program program pelestarian hutan
meski dengan tata caranya sendiri, melalui tatali paranti karuhun, melalui simbol
simbol entitas budaya, melalui perilaku perilaku ke-adat-nya, melalui kearifan lokal
budayanya. Tentu saja pola-pola tersebut secara langsung membantu mengisi ruang
ruang pengetahuan kosong tentang keterlibatan Masyarakat Adat pada program
pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten.
Tulisan ini bukan merupakan hasil akhir yang sempurna, melainkan masih
memerlukan perbaikan dan saran untuk menyempurnakan tulisan. Namun besar harapan
kami agar tulisan sederhana ini dapat memberikan pemahanan enklusif terhadap
pengimplementasian nilai-nilai kearifan lokal masyarakat adat akan pentingnya
lingkungan hidup dan hutan, tidak hanya untuk dimanfaatkan oleh generasi sekarang
tetapi dapat sustain untuk generasi dan kehidupan yang akan datang.
Terobosan yang dibuat oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi
Banten, telah membuka jalan panjang tentang pentingnya keterlibatan Masyarakat Adat
dalam men-sinergi-kan program program pemerintah dengan kearifan lokal sehingga
program program tersebut dapat tepat sasaran dan bermanfaat signifikan tidak hanya
terhadap penguatan entitas budayanya tetapi juga dapat seiring sejalan dalam menjaga
dan melestarikan hutan dan lingkungan.
Melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu kelancaran proses penyususnan tulisan ini, baik di lapangan
maupun instansi terkait.
Juni 2017
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Bab 3 Kondisi Geografis, Alam dan Lingkungan Masyarakat Hukum Adat ......... 14
3.1 Letak Geografis, Alam dan Lingkungan Masyarakat Kanekes (Baduy) ............. 14
iii
Bab 5 Mayarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan Hidup dan Hutan ............ 23
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kain Tenun Baduy merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang harus dilestarikan
................................................................................................................................... 3
Gambar 3. Suasana Upacara Adat Seren Taun dalam rangka Ngamumule pare (memelihara padi)
................................................................................................................................... 8
Gambar 4. Padi adalah komoditas pertanian utama, masyarakat Kasepuhan pamali menjual padi
(beras) ........................................................................................................................ 11
Gambar 5. Masyarakat Baduy sedang menyemai benih padi (ngaseuk) di huma ..................... 16
Gambar 7. Warga Baduy sedang emngencangkan ikat padi yang sedang dijemur ................... 25
Gambar 8. Anak-anak Baduy yang sejak kecil sudah terbiasa hidup dengan alam ................... 31
v
Gambar 19. Sawah dan hutan sebagai jantung dan paru-paru masyarakat adat
Kasepuhan ................................................................................................................. 49
Gambar 22. Tanaman Kapol (tanamn obat) tumbuh subur dan dibudidayakn oleh
masyarakat adat ....................................................................................................... 59
Gambar 23.Kerbau adalah satwa peliharaan masyarakat adat, setiap satu ekor kerbau
diwajibkan membayar cacah jiwa sebesar Rp 5000 ................................................ 63
Gambar 24. Pemanfaatna hutan sampalan untuk kebutuhan lahan pemukiman dan
pertanian .................................................................................................................. 66
DAFTAR TABEL
Tabel 9. Tatali parani karuhun dari para leluhur kepada Incu Putu di berbagai
Kasepuhan ............................................................................................................... 74
vi
Bab 1 Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal
1
temurun bermukim diwilayah geografis tertentu karena adanya ikatan
pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan
hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, dan hukum. Dalam UU NO 18 tahun 2004 tentang
Perkebunan dijelaskan kriteria Masyarakat Hukum Adat, yaitu : (1)
Masyarakat yang masih hidup dalam paguyuban; (2) Memiliki
kelembagaan dalam bentuk perangkat adat; (3) Memiliki wilayah hukum
adat yang jelas; (4) memiliki pranata hukum, khususnya peradilan adat
yang masih ditaati; (5) adanya pengukuhan dengan peraturan daerah.
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Masyarakat Hukum Adat adalah masyarakat yang
masih menjaga aturan-aturan adat dalam mempertahankan hidup dan
kehidupannya sesuai amanat leluhur.
1.2 Pengertian Kearifan Lokal
Kearifan lokal secara etimologis merupakan serapan dari bahasa
Inggris, yaitu local wisdom. Dalam definisi Quartich Wales, local wisdom
diartikan sebagai kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi
pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan saling
berhubungan.3 Local wisdom sebenarnya memiliki arti yang sendiri-
sendiri. Local atau lokal adalah kondisi sebuah tempat atau setempat,
sementara wisdom atau kearifan adalah sifat yang melekat pada karakter
seseorang, yang berarti arif dan bijaksana. Ketika digabuungkan menjadi
local wisdom maka mempunyai definisi atau makna yang sangat luas,
terutama hal-hal yang menyangkut tatanan nilai, kebiasaan, tradisi, baik
budaya maupun agama, yang menjadi aturan dan kesepakatan tempatan
(lokalitas). Sehingga kearifan lokal dapat dimaknai sebagai suatu gagasan-
gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,
dan tertanam serta diikuti oleh anggota masyarakatnya.4 Kerafina lokal
juga diartikan sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya
(kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
3
Dhila Fadhila dan Dadan Sujana, 2015 :Kearifan Lokal di Kabupaten Lebak-Provinsi Banten.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Banten. Hal 1.
4
Ahmad Baedowi. 2015. Calak Edu 4 –Esai-esai Pendidikan. PT. Pustaka Alvabet. Hal 61
2
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Keraifan lokal merupakan cara
masyarakat hidup dan mepertahankan kehidupannya dengan berpegang
teguh pada keyakinan yang bersumber dari para leluhur atau nenek
moyang.
Gambar 1: Kain Tenun Baduy merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang harus
dilestarikan
Sumber : https://keepo.me/_rendradwi-/kearifan-lokal-suku-baduy
3
Bab 2 Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Banten
4
utara Cirebon. Kemudian mereka melarikan ke daerah Banten selatan, di
wilayah Pegunungan Kendeng.6
6
Ibid. Hal 67
7
Ibid. Hal 68
5
(1) Wilayah Tangtu yang dikenal dengan Baduy Kajeroan atau Baduy
Jero; (2) Wilayah Panamping, dikenal dengan sebutan Panamping; dan (3)
Wilayah Dangka, yakni kampung yang dianggap dibawah keterikatan
secara adat dengan orang Baduy yang mempunyai wewenang
kemandalaan secara penuh.8 Wilayah Tangtu terdiri atas tiga kampung
atau dikenal dengan Tangtu Telu (tiga Tangtu), yaitu Cikesik,
Cikartawana, dan Cibeo, ketiganya mempunyai otoritas kemandalaan
penuh. Tangtu sendiri bermakan pasti (tentu) sehingga mereka yang
tinggal di ketiga kampung tersebut wajib mengikuti setiap aturan adat
secara mutlak. Penamaan tangtu berkaitan dengan kayakinan bahwa
mereka adalah inti keturunan dan pendiri kampung. Orang tangtu juga
dikenal dengan sebutan urang girang yaitu orang yang mempunyai strata
lebih tinggi atau dengan kata lain istilah ini digunakan sebagai panggilan
kehormatan terhadap orang tangtu. Kampung Panamping, kata panamping
berasal dari kata tamping, atinya buang. Jadi Kampung Panamping
merupakan kampung tempat pembuangan bagi orang-orang tangtu yang
melanggar pikukuh (aturan) atau ketentuan adat. Kampung Panamping
berada di luar tangtu telu, salah satu Kampung Panamping adalah Babakan
Jaro yang merupakan pusat pemerintahan Desa Kanekes. Selanjutnya
Wilayah Dangka, wilayah ini berada di luar Desa Kanekes, hampir sama
dengan Kampung Panamping, Kampung Dangka juga merupakan tempat
pengasingan atau pembuangan para pelanggar aturan adat. Mengenai
Kampung Dangka, diantaranya ada Cihulu, Cibengkung, Panyaweuyan,
Kompol, Kamancing, Nungkulan dan Cihandam. Terkait ketaatan terhadap
aturan adat, masyarakat Kampung Dangka sudah cukup bebas, mereka
hidup mengadopsi kehidupan modern dan menerima perubahan termasuk
keyakinan dalam beragama.
Masyarakat Kanekes dipimpin oleh tiga puun, yakni Puun Cikeusik,
Puun Cibeo, dan Puun Cikartawana. Orientasi atau kegiatan para puun
merujuk pada pikukuh karuhun. Pikukuh merupakan ketentuan adat
mutlak, sedangkan karuhun adalah para arwah nenek moyang. Pikukuh
8
Ibid, Hal 78
6
karuhun bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat Kanekes
dan dunia ramai. Mensejahterakan dunia dengan prinsip tanpa perubahan
apapaun, yaitu melalui : (1) ngabaratapakeun (melakukan tapa terhadap
inti jagat dan dunia); (2) ngareremokeun (menghormati dengan cara
menjodohkan Dewi Padi/Sanghyang Asri dengan bumi); dan
mengekalkan pikukuh dengan melaksanakan semua ketentuan yang ada.9
Proses menjalankan pemerintahan adat, ketiga puun memiliki tugas
dan wewenang berbeda. Kapuunan Cikeusik bertugas mengurusi bidang
keagamaan dan pengadilan adat, terutama dalam menentukan waktu
pelaksanaan upacara-upacara adat (seren tahun, kawalu dan seba) dan
memutuskan hukuman bagi para pelanggar adat. Kapuunan Cibeo
berwenang mengurusi bidang pelayanan kepada warga dan tamu di
kawasan Kanekes, termasuk terkait ketertiban wilayah, pelintas batas dan
berhubungan dengan daerah luar. Kapuunan Cikartawana berwenang
mengurusi bidang pembinaan warga, kesejahteraan, keamanan dan
monitoring yang berhubungan denga Kanekes. Dalam lembaga Kapuunan,
puun dibantu oleh Girang Seurat (‘sekretaris’ puun atau pemangku adat),
Baresan (petugas keamanan kampung), Jaro (pelaksana harian urusan
pemerintahan kapuunan), dan Palawari (‘panitia tetap’ dalam berbagai
kegiatan upacara adat).10
7
Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, munculah istilah kasepuhan, yaitu
tempat tinggal para sesepuh. Sebutan kasepuhan ini pun menunjukkan
model 'sistem kepemimpinan' dari suatu komunitas atau masyarakat yang
berasaskan adat kebiasaan para orang tua (sepuh atau kolot).11 Penyebaran
masyrakat Kasepuhan mengakibatkan banyaknya jumlah Kasepuhan yang
tersebar di Kabupaten Lebak, masyarakat Kasepuahan mendiami lereng-
lereng di pegunungan, hal itulah yang kemudian menjadikan masyarakat
Kasepuhan menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian (huma dan
sawah), dengan padi sebagai komoditas utama, padi yang ditanam oleh
masyarakat kasepuhan berbeda dengan padi pada umunya, masyarakat
adat mengenalnya dengan nama pare Geude (padi besar). berbeda dengan
padi biasa, pare Geude mempunyai masa tanam selama enam bulan,
sehingga dalam setahun masyarakat adat hanya menanam padi sebanyak
satu kali.
Gambar 3 : Suasana Upacara Adat Seren Taun dalam rangka Ngamumule pare
(memelihara padi)
8
yang kemudian menjadi salah satu alasan kenapa rumah adat di Kasepuhan
adalah rumah panggung atau semi permanen bergaya tradisional, dengan
memanfaatkan bahan-bahan yang diperoleh dari alam sekitar, rumah
panggung beralaskan palupuh atau lantai bambu atau papan kayu, dinding
dari bilik bambu serta atap dari hateup (daun kiray/sagu) berlapiskan ijuk
pohon aren. Perpindahan dari satu daerah ke daerah lain tidak dilakukan
secara sembarangan, melainkan harus melalui wangsit dari para leluhur,
sehingga tidak peduli berapa lama sudah menempati daerah tertentu, jika
wangsit mengharuskan untuk pindah, maka tidak ada tawar menawar lagi,
memang sudah seharusnya untuk ngalalakon (berkelana/pindah).
Perpindahan ini hanya berlaku untuk pusat kasepuhan, bukan
perkampungan yang dihuni masyarakat adat keseluruhan, itulah sebabnya
masyarakat adat diluar area pusat Kasepuhan diizinkan membangun rumah
permanen dan mengadopsi arsitektur modern.
9
kebersihan hati, sehingga cara berpakain melambangkan bahwa hanya
dengan kebersihan atau kesucian hati dan pikiran dapat memahami
berbagai fenomena atau teka-teki dalam kehidupan. Aturan adat
Kasepuhan biasanya berbentuk kalimat siloka atau teka-teki, bukan dalam
bentuk kalimat sederhana, maka dari itu perlu penafsiran mendalam
tentang istilah yang dikemukakan oleh para karuhun.
Masyarakat hukum adat menggunakan adat istiadat sebagai pedoman
hidup dalam sosial kemasyarakatan, aturan tersebut kemudian diwariskan
secara turun menurun. Masyarakat adat kasepuhan berpegang pada filosofi
tatali paranti karuhun, secara harfiah tatali paranti karuhun bermakana
mengikuti, mentaati serta mematuhi tuntutan rahasia seperi yang dilakukan
para karuhun (leluhur) yang merupakan landasan moral dan etik. Nilai-
nilai kearifan lokal tatali paranti karuhun tidak hanya tercrmin dalam
tataran religius tapi juga termnifestasikan dalam kehidupan sosial, sistem
kepemimpinan, dan tata cara berinteraksi dengan alam.12 Bentuk-bentuk
kearifan lokal dapat ditemukan melalui berbagai aspek kehidupan
manusia, salah sataunya tercermin dalam tata cara bersosialisasi
masyarakat adat, yaitu "Hiji ucap, dua lampah, tilu tekad". Artinya yaitu :
(1) 'ucap' yang berarti perkataan, perkataan seseorang dapat
mencerminkan seperti apa orang tersebut, jadi setiap perkataan
mendeskripsikan identitas seseorang itu tadi. pada konteks ucapan atau
perkataan, masyarakat adat mempunyai aturan atau norma-norma yang
bersifat lisan, walaupun tidak tertulis, tapi aturan itu berlaku dan dipatuhi
oleh anggota masyarakat adat. Sebagai contoh, masyarakat adat mengenal
istilah pamali, yaitu sebuah larangan untuk tidak melakukan sesuatu yang
karena sifatnya dapat merugikan. Sebagai sebuah larangan, pamali
mempunyai konsekuensi bagi pelanggarnya yaitu kabendon (bencana).
Percaya atau tidak, ketika anggota masyarakat adat melakukan sebuah
kesalahan atau melanggar aturan adat yang telah ditentukan, maka hal
buruk akan terjadi kepada pelanggarnya, baik itu penyakit yang tak
12
Imam Hanafi dkk. 2014 . Nyorenag Alam Ka Tukang. Nyawang Anu Bakal Datang.RMI – The
Indonesian Institute for Forest and Environment. Hal 16
10
kunjung sembuh, usaha yang selalu merugi atau bahkan pada tingkatan
paling fatal akan mengakibatkan pelanggarnya mati mendadak.
Gambar 4 : Padi adalah komoditas pertanian utama, Padi juga dianggap jelmaan Nyai
Sri (Dewi Padi).
Foto : Joe
Sehingga hasil panen padi selama satu tahun hanya akan dikonsumsi
sendiri dan sisanya disimpan di Leuit sebagai cadangan pangan untuk dua
sampai tiga tahun kedepan. Analogi beras disejajarkan dengan nyawa,
artinya padi atau beras mempunyai kedudukan begitu luhur dalam
pandangan masyarakat adat Kasepuhan. Masyrakat Kasepuhan percaya
bahwa padi merupakan jelmaan dari Nyai Sri (Nyai Pohaci) atau Dewi
Padi. Sebagai jelmaan sosok seorang Dewi, padi begitu diistimewakan,
maka dari itu ada ritual Ngamumule Pare atau merawat dan memanjakan
padi. Ngamumule pare dilakukan selama siklus musim panen, yang setiap
proses dalam menanam padi selalu disertai dengan berbagai ritual, mulai
dari nibakeun sri ka bumi (proses awal menanam benih padi), teubar
(proses menebarkan benih padi), tandur (menanam padi di sawah),
11
salamet pare nyiram (syukuran saat padi mulai akan berbuah), mipit (ritual
tanda akan dimulainya proses memanen padi), dibuat (proses panen padi
tradisional dengan Etem), Mocong (proses membersihkan dan merapikan
padi), Ngunjal yaitu membawa padi dari lantaian (penjemuran) menuju
lumbung atau leuit, Ngadiukeun (ritual memasukan padi hasil panen ke
dalam lumbung padi) atau juga istilah lainnya ngamitkeun sri ti bumi
(ritual merapikan atau memasukan padi yang tadinya di tebar di sawah
“bumi” ke dalam leuit), nganyaran (ritual pertama kali memasak pare
anyar atau padi baru yang selesai dipanen) Seren taun (ritual puncak
‘syukuran’ sebagai penutup dan awal akan dimulainya proses menanam
padi kembali). (2), 'lampah' atau perbuatan, sejatinya antara apa yang
diucapkan harus sesuai dengan apa yang dilakukan, perbuatan juga
mendeskripsikan pribadi seseorang. Bagi masyarakat adat, setiap tindakan
yang akan dilakukan harus sesuai dengan ketentuan adat. Bentuk-bentuk
karifan lokal tercermin dalam tindakan berupa ritual-ritual warisan nenek
moyang yang hingga kini masih tetap dilestarikan. Ritual yang dilakukan
tidak hanya bersifat seremonial semata, namun juga memiliki nilai-nilai
kehidupan yang mencerminkan identitas masyarakat adat yang hidup
tertata sesuai aturan adat. Salah satu fiosofi masyarakat adat yang
mengatur konsep bagaimana seharusnya bersikap tertuang dalam pepatah
atau wasiat para karuhun (leluhur) “nyucrug galur mapay wahangan nete
taraje nincak hambalan,” yang artinya dalam kehidupan sehari-hari kita
harus jujur mengikuti apa yang telah digariskan, tidak boleh menentang
apa yang bukan haknya. (3) tekad yaitu berkaitan dengan keteguhan dan
keyakinan masyarakat adat dalam melestarikan apa yang menjadi
keyakinannya. Tekad ini tercermin dalam kuatnya aturan-aturan adat atau
kebiasaan masyarakat adat yang masih terjaga yang bahkan tidak lekang
oleh waktu, walaupun zaman sudah berganti.
Masyarakat Kasepuhan bersifat adaptif bukan primitif, sehingga
teknologi atau inovasi modern sangat diterima, meskipun beberapa
penggunaan teknologi masih belum diizinkan atau istilahnya can nepi ka
zaman artinya belum waktunya. Masyarakat Kasepuhan menganut filosofi
12
'hirup kudu ngigeulan zaman' atau dalam istilah lain 'ngindung ka waktu,
ngabapak ka zaman', filosofi itu mencerminkan bahwa, masyarakat
Kasepuhan begitu terbuka mengenai perubahan zaman, mereka menyadari
bahwa dunia terus berputar dan zaman pun ikut berganti, sehingga
diperlukan adanya penyesuaian agar terjadi keseimbangan antara aturan
adat dan kondisi zaman saat ini. Kendati demikian, dengan adanya
keterbukaan itu maka tidak secara otomatis menghilangkan tradisi lama
dan menggantinya dengan cara baru, ada pakem atau patokan yang tetap
dijaga, sehingga keaslian atau hakekat dari tradisi tersebut tidak
mengalami perubahan. Penyesuaian terhadap kemajuan zaman terlihat
dalam berbagai aspek, dalam teknologi pertanian misalanya, dahulu
masyarakat Kasepuhan menggunakan kerbau untuk membantu membajak
sawah, namun sekarang sudah menggunakan traktor yang dirasa lebih
cepat dan efesien dari segi waktu dalam membajak sawah. Meski demikian
tidak semua Kasepuhan melakukan hal yang sama, terdapat beberapa
Kasepuhan yang masih menahan diri dari penggunaan teknologi tersebut
dengan alasan can nepi ka wanci, can datang ka jaman (belum saatnya).
Pada dasarnya masyarakat Kasepuhan hampir sama dengan masyarakat
modern, hanya saja mereka memadukan sikap taat pada aturan adat namun
juga tetap menyambut baik modernisasi selama tidak bertentangan dengan
aturan adat. Dari ketiga aturan adat (ucap, lampah, dan tekad) semuanya
merunut pada bagaimana pola masyarakat hidup dengan tetap
mempertahankan nilai-nilai warisan leluhur di tengah-tengah kehidupan
yang modern. Disisi lain ucap, lampah dan tekad juga merupakan konsep
hidup yang begitu luhur, yaitu konsep hidup yang mengajarkan betapa
pentingnya sebuah keselarasan, keseimbangan dan kedewasaan dalam
bertindak dalam menyikapi setiap persoalan. Aturan adat bersifat
mengikat sehingga pengikutnya dituntut untuk taat dan patuh guna
terciptanya kehidupan yang sesuai tatali paranti karuhun.
13
Bab 3 Kondisi Geografis, Alam dan Lingkungan Masyarakat Hukum Adat
a. Utara :
1. Desa Bojong Menteng Kecamatan Leuwidamar;
2. Desa Cisimeut Kecamatan Leuwidamar;
3. Desa Nayagati Kecamatan Leuwidamar.
b. Barat :
1. Desa Parakan Beusi Kecamatan Bojongmanik;
2. Desa Keboncau Kecamatan Bojongamanik;
3. Desa Karang Nunggal Kecamatan Cigemblong;
c. Selatan : Cikate Kecamatan Cigemblong.
d. Timur :
1 Karang Combong Kecamatan Muncang;
2 Desa Sukajaya dan Sinarjaya Kecamatan Sobang;
3 Kampung Cidikit Desa Hariang Kecamatan Sobang.
Batas Alam, wilayah masyarakat Baduy yang berlokasi di Desa Kanekes
memiliki batas-batas alam sebagai berikut :
14
Biasanya masyarakat Baduy bermukim tepat di kaki Pegunungan
Kendeng di Desa Kanekes, dengan ketinggian 300-600 meter di atas
permukaan laut (MDPL), struktur tanah tersusun atas tanah vulkanik (di
bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di
bagian selatan), dengan suhu rata-rata 20 0C.14
14
Ibid. Hal 71
15
Ibid. Hal 72
16
https://x.detik.com/detail/intermeso/20170530/Ketika-Tanah-Baduy-Terasa-Kian-
Sempit/index.php, diakses pada 13 Juni 2017 pukul 05.40
15
melanjutkan kehidupannya sementara lahan tempat mereka hidup sudah
semakin berkurang.
Masih berkaitan dengan penggunaan lahan, hampir seluruh lahan yang
ada digunakan untuk pertanian lahan kering (huma). Lahan yang
digunakan adalah lahan pegunungan yang termasuk dalam wilayah Desa
Kanekes. Pertanian huma sifatnya berpindah-pindah dari satu lahan ke
lahan yang lain dalam kurun waktu tertentu. Berebeda dengan masyarakat
Kasepuhan yang juga menggarap sawah (pertanian lahan basah), justru
pertanian sawah ini sangat dilarang oleh pikukuh, yang masyarakat
Kanekes menyeebutnya buyut (tabu).
16
dalam keseharian seperti dalam menangkap ikan. Proses menangkap ikan
juga tidak boleh menggunakan pancing, ikan hanya boleh ditangkap
dengan menggunakan jala, bubu atau alat sair. Tidak ada istilah
peternakan dalam sistem kehidupan masyarakat Baduy, tidak boleh
memelihara kambing, sapi, kerbau, bahkan tidak diizinkan untuk
menyembelih hewan-hewan tersebut. Hewan yang dipelihara hanya ayam
dan anjing sebagai teman berburu. Sistem jual beli hanya terjadi pada
masyrakat Baduy Penamping, yang memang sudah terbuka, itu juga
semata hanya untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Sementara Baduy
Dalam masih menggunkan sistem barter untuk mendapatkan barang-
barang tertentu.17
17
Nandang Rusnandar dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Balai
Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. Hal. 103
18
Imam Hanafi dkk. 2014 . Nyorenag Alam Ka Tukang. Nyawang Anu Bakal Datang.RMI – The
Indonesian Institute for Forest and Environment. Hal 16
17
berbukit-bukit mempengaruhi sistem pemukiman dan pertanian yang
semuanya sangat tergantung dengan alam. Masyarakat Kasepuhan
mengandalkan sistem pertanian lahan kering yaitu huma dan juga
pertanian lahan basah atau sawah.
19
Yoki Yusanto, Ahmad Sihabudin dan Henriana Hatra. 2014. Kasepuhan Cisungsang. Pustaka
Getok Tular & PT. Kemitraan Energi Industri. Hal 16.
20
Ibid. Hal 17
18
dalam setahun yang kurang lebih dalam kurun waktu enam bulan, artinya
ada tenggat waktu sekitar enam bulan antara musim tanam dan musim
rumpakjami (musim istirahat). Disadari atau tidak sistem pertanian seperti
ini sangat berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah, mengingat lahan
pertanian juga perlu diistirahatkan, perlu waktu untuk kembali memulai
kembali proses penyuburan lahan secara alami. Disamping bertani yang
merupakan mata pencaharian utama, masyarakat Kasepuhan juga
berternak, namun hal ini terkesan ala kadarnya, karena memang bukan
merupakan prioritas layaikanya komoditas padi.
19
lebih 5000 ribu rupiah per ekor (tiap Kasepuhan bisa berbeda-beda).
Konsep ngajiwa pada hewan ternak merupakan bentuk lain dari sensus
ekonomi yang bahkan itu sudah dilakukan sebelum konsep sensus
ekonomi modern dilakukan. Hewan kerbau juga merupakan hewan yang
diperlakukan dengan baik, mengingat jasa kerbau yang amat besar dalam
proses penggarapan sawah (membajak sawah), selain itu dari segi ekonomi
harga kerbau terbilang memiliki harga jual yang bagus.
21
Irvan setiawan dkk. 2012. Upacara Seren taun pada Masyarakat Kasepuhan di Ciptagelar di
Sukabumi. Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. Hal. 149
20
Bab 4 Prosedur Pengumpulan Data
22
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. PT. Rineka Cipta. Hal. 94
23
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Hal. 226
24
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. PT. Rineka Cipta. Hal.99
25
Yoki Yusanto, Ahmad Sihabudin dan Henriana Hatra. 2014. Kasepuhan Cisungsang. Pustaka
Getok Tular & PT. Kemitraan Energi Industri. Hal. 37
21
telefon atau alat komunikasi lain yang memungkinkan untuk terjadinya
kontak pertukaran informasi.
4.1.3 Dokumentasi
26
Yoki Yusanto, Ahmad Sihabudin dan Henriana Hatra. 2014. Kasepuhan Cisungsang. Pustaka
Getok Tular & PT. Kemitraan Energi Industri. Hal. 38
22
Bab 5 Masyarakat Adat dalam Pelestarian Lingkungan Hidup dan Hutan
27
Imam Hanafi dkk. 2014 .Nyorenag Alam Ka Tukang. Nyawang Anu Bakal Datang.RMI – The
Indonesian Institute for Forest and Environment. Hal. 15
23
Jaro Pamarentah Pelaksana harian urusan pemerintah
Kapuunan, penghubung antara unsur
pemerintahan (Camat, Bupati, dll) dengan
masyarakat Kanekes.
28
Nandang Rusnandar dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Balai
Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. Hal. 79
24
5.1.2 Mata Pencaharian
Sebagaimana masyrakat yang hidup dan bermukim di pegunungan,
maka sektor pertanian adalah hal yang paling memungkinkan untuk
memaksimalkan potensi alam. Begitu pula dengan masyarakat Kanekes
yang juga menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Namun
berbeda dengan masyrakat atau petani pada umumnya yang sudah
menggunakan teknologi modern dalam bidang pertanian, seperti
penggunaan mesin traktor, atau mesin pemanen otomatis. Masyarakat
Kanekes masih menganut sistem pertanian tradisional yang berlandaskan
pada aturan-aturan adat atau pikukuh karuhun. Masyarakat Kanekes
menggunakan lahan pertanian sekitar 2,585.29 hektare yang termasuk
dalam wilayah administratif Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar.
Gambar 7 : Warga Baduy sedang mengencangkan ikat padi yang sedang dijemur
Sumber : https://humaspdg.wordpress.com/2010/05/04/perilaku-konformitas-
masyarakat-baduy/
25
tanah. Proses ngahuma dimulai dengan pemilihan lahan, kemudian masuk
pada proses nyacar (menebang rerumputan dan semak belukar), setelah
rumput-rumput liar kering, maka selanjutnya yaitu ngaduruk (pembakaran
rumput untuk kemudian abunya digunakan sebagai pupuk), setelah lahan
bersih, lalu masuk pada proses ngaseuk (menanam benih padi di lahan
huma dengan menggunakan tongkat runcing untuk melubangi tanah),
setelah proses ngaseuk, maka tinggal tunngu beberpa bulan untuk
kemudian masuk musim panen. Semua proses itu dilakukan dengan
teknologi sederhana berupa, arit, kujang, kored dan aseuk.29
29
Hal 101
26
akibat kekhawatiran akan pemanasan global yang dapat menghancurkan
bumi, maka masyarakat Kanekes sudah melakukan apa yang manusia
modern khawatirkan, dan itu sudah dilakukan sejak ratusan tahun lalu.
Tidak hanya dalam bercocok tanam, hidup yang berdampingan
dengan alam juga mengakibatkan batasan-batasan dalam mengambil
sumber daya alam yang ada. Masyarakat kanekes tidak berternak untuk
memenuhi kebutuhan akan konsumsi daging, mereka hanya mengambil
ikan di sungai dan itu juga harus dilakukan secara tradisional, tidak
menggunakan alat pancing, hanya berupa jala, bubu, dan ayakan (sair).
5.1.3 Agama
Nabi Adam anak Puun Cibeo boga deui putra, jadi Kangjeng Nabi
Muhammad. Nabi Adam Jeung Kangjeng Nabi Muhammad jadi incu
Puun Cikeusik. Ceuk Puun Cibeo ka anakna Kangjeng Nabi
Muhammad : “Hayu sia kudu ayeuna ngaramekeun nagara. Kudu
ngadegkeun masigit bagoang di Mekah. Kudu make salat kasaban,
ajian, kudu ngaramekeun nagara bae”. Ceuk Kangjeng Nabi
Muhammad : “Heug, tapi para buyut kabeh kudu dicekelan ku kaka,
nyaeta Kangjeng Nabi Adam. Jadi kaka eta kudu ngasuh ngajayak
menak. Sakung kurung ning langit satangkarak ning lemah. Nagara
satelung puluh sawidak lima panca salawe nagara kudu dicekel para
buyutna ku kaka, ku Nabi Adam”.
Artinya :
30
Nandang Rusnandar dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Balai
Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Bandung. 124
27
(Nabi Adam anak Puun Cibeo mempunyai putra lagi, yaitu Kangjeng
Nabi Muhammad. Nabi Adam dan kangjeng Nabi Muhammad
menjadi cucu Puun Cikeusik. Berkata Puun Cibeo kepada anaknya,
Kangjeng Nabi Muhammad : “Marilah ! Kau sekarang harus
meramaikan negara, Harus ada salat, korban, pengajian, rewah dan
mulud. Tetapi jangan bercampur dengan kami, harus meramaikan
negara saja”. Lalu jawab Kangjeng Nabi Muhammad : “Baiklah !
tetapi para tanah nenek moyang semuanya harus di bawah tanggung
jawab Abang, yaitu Kanjeng Nabi Adam. Jadi Abang harus
mengasuh ratu, memelihara bangsawan, seluas langit dan selebar
bumi tiga puluh tiga negara, enam puluh lima panca dan dua puluh
lima negara. Nenek moyang harus dipegang oleh Abang, oleh Nabi
Adam”.)
28
Kaopat Umat Muhammad
“Sunda Wiwitan eta biena mah Sunda bae, agama Sunda. Keurna
ngaraton keneh para aji di pakwan, lajuna disarebut Sunda
31
Ibid Hal. 128
29
Pajajaran bae. Di kami disarebutna pikukuh Sunda Wiwitan.
Baheula karaton Pajajaran ruka dirurug ku Eslam, loga rawayan
anu kapaksa jaradi Eslam. Ngeun kami nu hanteu. Cik para
wangatuha ; beusi isuk jagana pageto aya rawayan ne ndeuk
parulang deui ka agama Sunda nyah, wiwitanan mudu di kami
heula. Matakna, para wangtuha kami nyarebutna pikukuh agama
Sunda Wiwitan. Kitu geh meureun”.
(Sunda Wiwitan itu, tadinya agama Sunda. Pada saat berjaya di keraton
Pakuan (Pajajaran), yang disebut agama Sunda Pajajaran. Di sini
disebutnya pikukuh Sunda Wiwitan. Dahulu ketika Pajajaran diserbu
pasukan Islam, banyak rawayan yang secara terpaksa masuk (agama)
Islam. Hanya kami yang tidak. Mudah-mudahn nanti ada rawayan yang
masuk agama Sunda Wiwitan. Harus dari sisni (Baduy) terlebih dahulu.
Sebab di sinilah mulanya agama Sunda Wiwitan. Itu pun mungkin.).
30
kemudian masuk Islam dan ada juga yang memilih lari dan bersembunyi
ke daerah pegunungan Kendeng. Rawayan yang dalam pelarian itu tetap
melestarikan ajaran Sunda yang kemudian dikenal dengan agama Sunda
wiwitan sampai sekarang.
5.1.4 Pendidikan
Gambar 8 : Anak-anak Baduy yang sejak kecil sudah terbiasa hidup dengan alam
Sumber : http://lidibiru67.com/baduy/
31
masyarakat Baduy Luar sudah menguasi beberapa perangkat elektronik,
seperti telefon genggam sebagai sarana komuniksi. Artinya masyrakat
Baduy bukan merupakan masyarakat yang terbelakang, melainkan
masyarakat yang memilih untuk tidak mengimbangi perubahan zaman
dengan alasan bertentangan dengan pikukuh para leluhur. Bahkan
masyarakat Kanekes adalah masyarakat yang cerdas, masyarakat yang
sudah mengaplikasikan sikap yang bahkan masyarakat modern belum
melakukannya. Masyarakat Kanekes menyadari bahwa dengan menjadi
‘pintar’ maka artinya juga menjadi ancaman (perusak). Masyarakat
Kanekes menjaga ekosistem hutan disaat banyak pembalakan liar oleh
korporasi, masyarakat Kanekes sudah menjawab keresahan masyarakat
modern akan keselamatan alam, jika masyarakat modern masih tenang-
tenang saja akan keselamatan bumi dari kehancuran tangan-tanag tidak
bertanggung jawab, maka beda halnya dengan masyarakat Kanekes yang
hidup berdampingan dan melestarikan alam, mereka hanya mengambil apa
yang mereka butuhkan, mereka menjaga apa yang seharusnya dijaga,
mereka menjauhi apa yang pikukuh adat larang.
32
5.2 Profil Masyarakat Adat Kasepuahan
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Lebak no 8 tahun 2015
tentang Pengakuan, Perlindungan, dan Pemberdayaan masyarakat Hukum
Adat, terdapat 522 masyarakat Adat Kasepuhan yang tersebar di wilayah
Kabupaten Lebak. Kasepuhan adalah kesatuan masyarakat hukum adat
yang terdapat di Kabupaten Lebak. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat
adalah kelompok masyarakat yang secara turun-temurun bermukim di
wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur,
adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya
sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, budaya
dan hukum. Masyarakat Kasepuhan mempunyai Hak atau kewenangan
yang disebut Hak ulayat atau kewenangan masyarakat hukum adat
Kasepuhan untuk mengatur secara bersama-sama pemanfaatan tanah,
wilayah, dan sumber daya alam yang ada di dalam wilayah adat yang
menjadi sumber kehidupan dan mata pencahariannya. Salah satu
kewenangan masyarakat adat adalah megelola daerah yang menjadi bagian
dari Wewengkonnya, Wewengkon adalah wilayah adat yang terdiri dari
tanah, air dan sumber daya alam yang terdapat di atasnya, yang
penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatannya dilakukan menurut hukum
adat.
33
5.2.1.2 Batas Wilayah
Batas Utara :Desa Cisistu
5.2.1.3 Sejarah
34
hulu (mengalir secara terbalik). Warga Kampung Cisungsang percaya
bahwa kampung mereka merupakan desa pertama yang dibuka oleh
Walangsunsang. Mereka menyebutnya dengan istilah ‘Guru Cucuk’. Apih
Jampana, salah satu sesepuh Cisungsang mengatakan, wilayahnya adalah
lahan hutan yang dipilih para leluhur untuk dijadikan tempat tinggal.
35
keris atau perkakas apapun hanya dengan tangan saja mengubah hutan
menjadi lahan perkampungan. Mbah Ruman atau juga disebut Mbah
Buyut yang berusia kurang lebih 350 tahun, diteruskan generasi kedua
oleh Uyut Sakrim yang berusia kurang lebih 250 tahun, generasi ketiga
oleh Olot Sardani berusia kurang lebuh 126 tahun dan generasi keempat
oleh Abah Usep Suyatma yang kini berusia 46 tahun. Abah Usep
memegang tampuk pimpinan Kasepuhan Cisungsang sejak berusia 18
tahun. Pada tahun 1984 pernah di pegang sementara oleh Olot Naedi
namun tidak sanggup, lalu diserahkan ke Abah Usep Suyatma pada tahun
1989
36
- Tutunggul lembur (Kasepuhan), yaitu tokoh masyarakat di setiap
Kampung yang bertugas sebagai kepanjangan tangan dari Abah.
- Baris kolot, yaitu tokoh rendangan di Kasepuhan, istilah baris kolot
muncul krtika para rendangan sedang berkumpul bersam dalam
sebuah ritual adat.
- Dukun kolot bertugas menentukan kapan tibanya kidang dan kerti
untuk menentukan waktu dimulainya musim tanam padi, selain itu
tugas dukun kolot juga membaca tanda-tanda gejala alam yang
bersifat gaib, seperti datangnya wabah penyakit ayau bencana.
Dukun kolot harus melakukan ritual tolak bala untuk keselamatan
masyarakat Kasepuhan
- Ulu-ulu bertugas mengatur sistem pengairan di kawasan
Kasepuhan, terutama pengairan utama yaitu irigasi
- Parawari semacam panitia pembantu umum dalam rangkaian adat.
Seperti pada saat Seren Taun.
- Canoli, yaitu juru dapur atau juru masak yang tidak boleh
meninggalkan dapur selama proses acara ritual berlangsung.
- Tukang Para, yaitu orang yang bertugas mengatur berbagai
makanan atau hidangan dalam sebuah acara, istilah ini muncul
karena struktur bangunan rumah adat yang memiliki para (sekat
kosong antara plafon dan atap rumah).
- Juru Leuit, yaitu orang yang bertugas menagtur ketika hendak
dilakukan ritual ngamitkeun pare ti bumi (proses memasukan padi
ke lumbung).
- Juru Seni, yaitu mengatur kesenian.
- Juru Pantun, yaitu orang yang bertugas melantunkan pantun secara
lisan dengan diiringi musik kecapi.
- Tukang Ngala Lauk Cai, yaitu orang yang bertugas mencari bahan
makann khusus untuk acara ritual, sperti mencari keyep (kepiting
kecil jenis air tawar).
37
5.2.2 Kasepuhan Cicarucub
5.2.2.1 Letak Geografis
Kasepuhan Cicarucub terletak daerah kampung Cicarucub, Desa
Neglasari, Kecamatan Cibeber, kabupaten Lebak. dan sampai saat ini
masih terus tinggal di daerah tersebut. Kasepuhan Cicarucub adalah
salah satu dari 5 Kasepuhan Induk yang ada di Banten Selatan.
Sebaran masyarakatnya selain berada di Kabupaten Lebak, bermukim
juga di Wilayah Kabupaten Pandeglang dan Lampung. Jumlah
Anggota masyarakat Adat Kasepuhan Cicarucub menduduki
peringkat teratas dan penyebaranya terluas.
5.2.2.2 Batas Wilayah
Batas Utara : Sungai Cimayanten
Batas Selatan : Jalan Raya Bayah
Batas Timur : Kampung Cipanggung
Batas Barat : Desa Warung Banten
5.2.2.3 Sejarah
Informasi mengenai sejarah Kasepuahn Cicarucub tidak banyak
disebutkan, hak itu berkenaan dengan aturan adat. Kasepuhan Cicarucub
sejak awal memang menempati Perkampungan di Cicarucub yang terbagi
38
ke dalam tiga lokasi yaitu, Kampung Cicarucub Girang, Cicarucub
Tengah dan Cicarucub hilir. Kasepuhan Cicarucub dipimpin Oleh ketua
adat yang disebut Oyot, saat ini Kasepuhan Cicarucub dipimpin Oleh
Oyot Enjay. Berikut adalah hierarki kepemimpinan masyarakat adat
Kasepuhan Cicarucub :
- Informasi tidak diperkenankan disebutkan
- Informasi tidak diperkenankan disebutkan
- Uyut Edot
- Ama Dulhana
- Oyot Enjay
39
- Baris kolot
- Dukun kolot
- Paraji
- Panghulu atau amil kampong
- Ulu-ulu
- Palawari
- Canoli
- Tukang para
- Juru leuit
- Juru seni
- Juru pantun
- Tukang ngala lauk cai
40
Lebak Singka ada Raja bernama Raja Suna, beliau membawa 2 orang
keturunan Pangawinan (Pacalikan), kedua orang tersebut yaitu sepasang
laki-laki dan perempuan, yang laki-laki dibawa ke Cikaret (Cisungsang,
Cicarucub, dll) disebut Dulur Lalaki dan diberi bekal kemenyan,
sedangkan yang perempuan dibawa ke Citorek disebut Dulur Awewe
diberi bekal Panglay (bangle)
41
Citorek berada didalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak,
tepatnya di Kampung Guradog, Desa Citorek Timur, Kecamatan Cibeber
Kabbupaten Lebak. Sejak tahun 1802, Kasepuhan Citorek sudah menetap
di wilayah tersebut, meskipun sebelumnya pernah mendiami wilayah lain
disekitarnya. Sebaran Masyarakat Adat Kasepuhan Citorek tersebar di 5
Desa Administrasi yaitu Desa Citorek Sabrang, Citorek Kidul, Citorek
Tengah, Citorek Barat dan CItorek Timur.
Ketua Adat Kasepuhan Citorek adalah “Oyok” saat ini diduduki oleh
Oyok Didi. Dalam menjalankan tugasnya, Oyok dibantu oleh Jaro Kolot,
Panghulu, Juru Basa / Jalan, Bengkong dan Paraji/Indung Berang.
Keberadaan lembaga adat merupakan bagian yang terpenting dalan sistem
kehidupan sosial masyarakatnya. Pemimpin adat merupakan sosok
pemipin yang dipatuhi. Kepatuhan terhadap pemimpin adat merupakan hal
yang tidak dapat terbantahkan. Sesuai dengan kebutuhan komunitas adat,
Adat Kasepuhan Citorek memiliki moment penting yang menjadi latar
belakang terbentuknya struktur kelembagan Adat Kasepuhan Citorek.
Moment ini telah membetnuk posisi-posisi/jabatan-jabatan tertentu sesuai
dengan fungsinya dalam kelembagaan Adat Kasepuhan Citorek, moment
yang dimaksud adalah:
- Kelahiran
- Kehidupan /Penghidupan
- Kematian.
Peristiwa kelahiran menjadi cikal bakal adanya jabatan Bengkong,
peristiwa Kehidupan melahirkan jabatan Jaro Adat dan peristiwa Kematian
melahirkan jabatan Panghulu dalam struktur Adat Kasepuhan Citorek.
Adapun adanya baris kolot dalam struktur merupakan bagain dari
kebutuhan seorang pemimpin terhadap struktur dalam mengawal setiap
kebijakan yang akan ditetapkan32
32
http://pancercitorek.blogspot.co.id/2013/01/wewengkon-adat-kasepuhan-citorek.html diakses
pada 18 Juni 2017 pukul 10:48
42
5.2.4 Kasepuhan Cirompang
5.2.4.1 Letak Geografis
Wilayah Desa Cirompang secara geografis berada di sekitar hamparan
kawasan Gunung Halimun Salak maka secara kontur alam berupa
pegunungan. Sementara secara administratif Desa Cirompang masuk ke
wilayah administratif Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten. Akses menuju Desa Cirompang antara lain dapat ditempuh dari
Kota Rangkasbitung (Ibu Kota Kabupaten) melalui Gajrug-Mucang-
Cirompang dengan waktu tempuh lebih kurang 3 jam. Dari arah Jawa
Barat (Kabupaten Bogor) melalui Jasinga-Cipanas-Cirompang dengan
waktu tempuh lebih kurang 4 jam perjalanan.
5.2.4.2 Batas Wilayah
Batas Utara :Desa Sukaresmi Kecamatan Sobang
Sebelah Selatan :Desa Citorek Timur-Tengah-Barat Kecamatan
Cibeber
Sebelah Timur :Desa Sukamaju Kecamatan Sobang
Batas Barat :Desa Sindang Laya Kecamatan Sobang
5.2.4.3 Sejarah
Berdasarkan pemaparan atau penuturan masyarakat bahwa
masyarakat sudah bermukim di wilayah Desa yang dinamakan
‘Cirompang’ ini sejak masa penjajahan Belanda. Jaro Sarinun menuturkan
bahwa Desa Cirompang merupakan pemekaran dari Desa Sukamaju pada
tahun 1988. Olot Amir menyatakan bahwa asal kata ‘Cirompang’ dari kata
‘Ci/Cai’ yang berarti air atau sungai dalam bahasa Sunda dan nama sebuah
bukit yaitu Gunung Rompang yang ada di wilayah Desa. Konon ceritanya
menurut Olot Amir bahwa berdasarkan kepercayaan masyarakat di semua
tempat memiliki ‘penghuni’. Ketika itu ada burung Garuda yang
bertengger di Gunung Bongkok yang letaknya di sekitar Gunung
Rompang dan dirasakan akan mengganggu kehidupan penghuni setempat
sehingga harus diusir dengan cara dilempari dengan tanah gunung. Alhasil
gunung tersebut tampak ’rarompang’ (bahasa Sunda berarti tidak utuh).
43
Gambar 15 : Peta Wilayah Adat Kasepuhan Cirompang
44
Runutan Kaolotan cirompang
Citorek
- Olot Sarsiah, Olot Sawa, Olot Sahali, Olot Amir (Sekarang)
Ciptagelar
- Olot Selat, Olot Jasim, Olot Sali, Olot Opon (Sekarang)
Ciptagelar
- Olot Sata, Olot Nalan, Olot Nasir, Olot Upen (Sekarang)
45
melainkan hanya garis koordinasi dan komunikasi; karena pengambil
keputusan dalam urusan adat tetap berada di pusat Kasepuhan Citorek dan
Ciptagelar. Hasil diskusi dengan para kokolot di Kasepuhan Cirompang
pada tahun 2009, bahwa kokolot dibantu oleh barisan pager sebagai
lapisan koordinasi pertama dan lajer sebagai lapisan kedua koordinasi
sebagai saluran informasi-informasi terkait urusan adat, khususnya dalam
konteks pertanian (tatanen). Oleh karena itu lajer tersebar di setiap
kampung di Desa Cirompang.
5.2.4.4 Lembaga Adat
Secara umum kelembagaan yang ada terbagi menjadi dua, yaitu
kelembagaan yang terkait dengan urusan adat dan kelembagaan yang
terkait dengan urusan Desa (kenegaraan). Olot Amir menyatakan bahwa
kelembagaan adat di Cirompang ini bukan sebagai pengambil keputusan
dalam urusan adat, melainkan hanya garis koordinasi dan komunikasi;
karena pengambil keputusan dalam urusan adat tetap berada di pusat
Kasepuhan Citorek dan Ciptagelar. Kokolot dibantu oleh barisan pager
sebagai lapisan koordinasi pertama dan lajer sebagai lapisan kedua
koordinasi sebagai saluran informasi-informasi terkait urusan adat,
khususnya dalam konteks pertanian (tatanen). Selanjutnya masing-masing
lajer akan mengkomunikasikan kepada masyarakat adat di Cirompang.
Oleh karena itu lajer tersebar di setiap kampung di Desa Cirompang. Hal
lain yang menjadi ciri spesifik kelembagaan adat di Desa Cirompang
memiliki perangkat adat yang antara lain memiliki fungsi dan tugas
tersendiri, yaitu :
- Juru Basa bertugas mengurus keperluan orang luar terkait dengan
adatKasepuhan, mendampingi kasepuhan (Olot)
- Pager/Lajer bertugas mengurus Incu-Putu (Warga) yang tersebar di beberapa
kampung
- Amil bertugas mengurus pernikahan dan kematian
- Ma Beurang bertugas mengurus persalinan (kelahiran)
- Palawari bertugas mengurus acara-acara hajatan (Kasepuhan dan Warga)
46
5.2.5 Kasepuhan Karang
5.2.5.1 Letak Geografis
Secara administratif Kasepuhan Karang masuk ke dalam Desa
Jagaraksa, Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak. Kasepuhan Karang
berada di jalur lintas antara Kecamatan Sobang - Kecamatan Sajira –
Kota Rangkasbitung. Kondisi jalan aspal dan sebagian berbatu. Letak
Kasepuhan Karang ini dapat dibilang agak jauh, sekitar 35 km, dari pusat
pemerintahan Kabupaten Lebak di Rangkasbitung.
5.2.5.2 Batas Wilayah
Batas Utara : Kampung Pondok Raksa Desa Cikarang
Batas selatan : Kampung Cilunglum-Cibinglum Desa Jagaraksa
Batas Timur : Desa Kumpay
Batas Barat : Kampung Pasir Nangka Desa Pasir Nangka
47
5.2.5.3 Sejarah
Kasepuhan Karang berasal dari turunan Bongbang. Bongbang
memiliki arti pasukan kerajaan yang bertugas membuka atau membuat
kampung. Sedangkan kata Bobojong adalah fase atau proses cikal bakal
terbentuknya kampung. Oleh sebab itu Kampung Karang disebut juga
sebagai Bobojong Bongbang. Orang karang berasal dari Kampung
Kosala (Lebak Sangka sekarang), komunitas ini diberikan tugas oleh
leluhur mereka untuk menjaga serta memelihara situs kosala sehingga
dalam satu tahun sekali situs kosala (karamat) masih di pelihara
(jiarah/pangjarahan) oleh Kokolot Karang. Situs Kosala dianggap sebagai
titipan (anu dititipkeun). Versi lain menyebutkan arti Bongbang adalah
anu Ngaratuan (Ratu) sedangkan kelompok lain adalah sajira diartikan
sebagai Panglima.
48
berakhir di wilayah jasinga. Proses perpindahan didasarkan pada wangsit
yang diterima oleh kokolot. Perpindahan pun sangat dipengaruhi oleh
masuknya ajaran agama. Sehingga proses pindah hanya diikuti oleh
kokolot dan baris kolot (pemangku adat) sedangkan incu putu diberikan
keleluasaan untuk menetap tinggal dikampung yang telah didiami dengan
filosofi “ngaula karatu tumut kajaman” yang memiliki arti mengikuti
dinamika perubahan jaman yang berlangsung artinya kaolotan karang
memberikan kebebasan bagi warganya untuk menentukan pilihan.
Sedangkan wilayah-wilayah yang dijadikan perpindahan adalah wilayah
adat keturunan Bongbang atau dikenal oleh masyarakat kasepuhan karang
adalah tanah bongbang. Diperkirakan dari mulai jaman Belanda-Jepang
sudah sampai di Kampung Karang dan telah mengalami pergantian empat
kokolot yaitu Kolot Asmir, Kolot Narsim, Kolot Sadin, Kolot Icong.
Gambar 19 : Sawah dan hutan sebagai jantung dan paru-paru masyarakat adat
Kasepuhan
Foto : Henriana Hatra
49
- Baris Kolot ini terdiri dari Wakil kokolot/Jurubasa bertugas untuk
mewakili kasepuhan berhubungan dengan pihak luar.
- Pangiwa bertugas menjaga ketertiban kampung serta memimpin
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan.
- Ronda kokolot bertugas menjaga keamanan Imah Geude atau rumah
kasepuhan.
- Amil bertugas mengajarkan pemahaman agama, prosesi kematian dan
pernikahan.
- Ma beurang/Paraji bertugas melayani kelahiran.
- Bengkong bertugas melayani incu putu untuk khitanan
- Palawari bertugas mengatur serta melayani tamu pada saat hajatan
atau kegiatan adat yang dijalankan oleh kasepuhan.
50
melakukan perjalanan lewat jalur tengah. Perjalanan menuju Pasireurih
melewati wilayah Cibarani (sekarang Desa Pasirmadang Bogor)
kemudian Leuwijamang- Cisalak –Sarongge (Desa Cisarua Bogor) –
Sampay - Cibanung (Desa Lebaksitu Lebak) dan berakhir di Muhara
Cirompang (Desa Cirompang Lebak). Wilayah yang dilaui oleh Karuhun
merupakan bekas pemukiman (patilasan) dan saat ini menjadi rendangan
dari Kasepuhan Cipatat.
Sebelum pada akhirnya menetap di Pasireurih. Rombongan dibagi dua
di Muhara Cirompang. Rombongan pertama melanjutkan perjalanan ke
wilayah selatan yang merupkan cikal bakal dari Kasepuhan Cicarucub
sedangkan Rombongan kedua menetap di Pasireurih.Pasireurih mendapat
mandat untuk menjaga Gunung Bongkok sebagai Titipan untuk incu putu.
5.2.6.4 Lembaga Adat
Kasepuhan Pasireurih telah mengalami delapan kali pergantian sesepuh
(abah) sebagai kepala adat yang bisa diketahui yaitu :
1. Uyut Asif
2. Abah Sarmali
3. Abah Sarmain
4. Abah Ijot
5. Abah Murta
6. Abah Jasura
7. Abah Epeng
8. Abah Aden
51
Gambar 20 : Peta Wilayah Adat Kasepuhan Karang
52
- Juru Serat/Surat bertugas untuk menyampaikan informasi kepada
incu putu dan menjadi penyambung menyampaikam kepentingan dari
incuputu ke kasepuhan
- Juru Basa bertugas menyampaikan informasi tentang tentang
Kasepuahan
- Juru Masak Mengatur masakan untuk kepentingan ritual
- Canoli bertugas menjadi juru gowah atau mempersiapkan sesajen
- Lukun bertugas mempersiapkan Alat ritual Seren taun
- Ronda Kokolot bertanggung jawab untuk hal-hal keamanan
- Palawari bertugas melayani tamu, mempersiapkan tempat
5.2.7 Sistem Pertanian Masyarakat Adat Kasepuhan
Berada di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS)
menjadikan masyarakat adat Kasepuhan Banten Kidul menggantungkan
hidupnya pada sektor pertanian. Masyarakat Adat Kasepuhan menyadari
bahwa dalam pengelolaan alam, masyarakat harus menitikberatkan pada
keseimbangan. Artinya, apa yang diambil, harus berbanding lurus dengan
apa yang diberikan terhadap alam. Sistem pertanian di masyarakat adat
Kasepuhan terbagi menjadi dua, yaitu sistem pertanian lahan kering atau
huma dan pertanian lahan basah atau sawah, selain keduanya terdapat juga
ladang atau perkebunan yang ditnamai berbagai macam pohon kayu dan
buah-buahan serta aneka pangan lain.
53
Pertanian lahan basah atau sawah pengerjaannya relatif lebih lama.
Bagi masyarakat Kasepuhan bertani sawah merupakan sebuah keharusan,
bahkan bagi masyarakat yang tidak mempunyai sawah pun tetap bisa
menggarap sawah orang lain atau istilahnya nengah yaitu sistem bagi
hasil. Berbeda dengan pertnian lahan kering yang tidak tergantung pada
air, pertanian sawah lebih membutuhkan perhatian ekstra agar kondisi air
tetap terkontrol. Berikut ini adalah tahapan pertnian lahan basah (sawah).
Dilakukan Oleh
Lama
No Tahapan Pengertian
Waktu
Perempuan Laki-laki
Ritual persiapan
1 Beberes 1 bulan Kasepuhan
awal
Membersihkan
3 Babad rumput di areal 1 hari √ √
pematang sawah
Memindahkan padi
5 Babut 1 hari √
dari pembibitan
1
6 Tandur Menanam padi √ √
minggu
Membersihakn padi
7 Ngoyos √ √
dari gulma
54
menjaga sekaligus minggu
mengusir hama
penyakit
Ritual menyambut
Mapag Pare
9 padi saat muali 1 hari √ √
beukah
berbuah
Selamatan ketika
Salamet
10 hendak memulai 1 hari √ √
mipit pare
panen
Dibuat/Nget 2
12 Panen padi √ √
em minggu
Menjemur padi di
13 Ngalantai 1 hari √ √
lantaian
Membersihkan dan
merapikan padi 1
14 Mocong √ √
ketika hendak minggu
disimpan
Memindahkan padi
15 Ngunjal 1 hari √
dari lantian ke leuit
55
Rangkaian puncak 1
17 Seren Taun Kasepuhan
pesta panen minggu
Dilakukan Oleh
Lama
No Tahapan Pengertian
Waktu Laki-
Perempuan
laki
Ritual persiapan
1 Beberes 1 bulan Kasepuhan
awal
Membersihkan
2 Nyacar 1 bulan √ √
lahan
Membakar puing
sisa-sisa
3 Ngahuru 1 hari √ √
membersihkan
lahan
Membakar sisa
4 Ngaduruk ngahuru agar lebih 1 hari √ √
bersih
56
menyemai benih
padi
Membersihkan 1
6 Ngored √ √
rumpul liar/gulma minggu
Selamatan untuk
menjaga sekaligus 1
7 Ngubaran √ √
mengusir hama minggu
penyakit
Selamatan ketika
Salamet
9 hendak memulai 1 hari √ √
mipit pare
panen
Dibuat/Nge 2
11 Panen padi √ √
tem minggu
Menjemur padi di
12 Ngalantai 1 hari √ √
lantaian
Membersihkan dan
merapikan padi 1
13 Mocong √ √
ketika hendak minggu
disimpan
57
Memindahkan padi
14 Ngunjal 1 hari √
dari lantian ke leuit
Rangkaian puncak 1
16 Seren Taun Kasepuhan
pesta panen minggu
Jenis padi yang ditanam di sawah dan di huma adalah jenis yang
berbeda, namun umumnya jenis-jenis padi yang ditanam di sekitar
masyarakat adat kasepuhan diantaranya yaitu, Rajawesi, Srikuning, Cere,
Kui, Kewal, Cere Ketan, Langkasari, Ketan Bogor, Ketan Tawa, Ketan
Putri, Ketan Hideung dan Gantang, Pare nete, Ketan langsari, Cere
markoti, Keta,Ketan Putri, Cere Marire, Jamu, Emas, Gantang, Kewal,
Cere Belut, Pare Beunteur, Ketan Odeng, Ketan Nangka, Pare Peuteuy,
Pare Seksek,Pare Mute, Pare Kadut, Pare Sirimahi,Pare Jogja, Apel dan
masih banyak lagi jenis nama-nama padi yang di tanam di masyarakat
Kasepuhan Banten Kidul.
58
Gambar 22 : Tanamn Kapol (tanamn obat) tumbuh subur dan dibudidayakan oleh
masyarakat adat
Foto : Joe
59
12 Ki Kayu Kebun Cengkeh Rempah Huma/ladang
Sampang
13 Ki Kayu Kebun Rinu Obat Huma/ladang
Ronyok
14 Saninten Kayu Kebun Kunir Palawija Huma/ladang
15 Kalimorot Kayu Kebun Koneng Palawija Huma/ladang
Geude
16 Ki Awi Kayu Kebun Babanyaran Palawija Huma/ladang
17 Ki Putri Kayu Kebun Lampuyang Palawija Huma/ladang
18 Ki Bima Kayu Kebun Babadotan Palawija Huma/ladang
60
35 Ki Padali Kayu Kebun Buah Picung Obat Huma/ladang
36 Manglid Kayu Kebun Randu Obat Huma/ladang
37 Ceuri Kayu Kebun Ki Sereh Obat Huma/ladang
38 Ki Kayu Kebun Areuy Obat Huma/ladang
Sebrang Kidang
39 Waru Kayu Kebun Aawian Obat Huma/ladang
40 Cangcarat Kayu Kebun Kapol Obat Huma/ladang
an
41 Kitamarga Kayu Kebun Jukut Bau Obat Huma/ladang
42 Bareubeuy Kayu Kebun Beuti Obat Huma/ladang
Ganawang
43 Tulak Kayu Kebun Cecenet Obat Huma/ladang
Tangul
44 Ki Kacang Kayu Kebun Capeu Obat Huma/ladang
45 Dawolong Kayu Kebun Kumis Ucing Obat Huma/ladang
46 Leungsir Kayu Kebun Jawer Kotok Obat Huma/ladang
47 Cangkalak Kayu Kebun Kukuk Palawija Pekarangan
48 Ki Kayu Kebun Lengkuas Palawija Pekarangan
Beureum
49 Gintung Kayu Kebun Jahe Palawija Pekarangan
50 Dahu Kayu Kebun Pisang Buah Kebun
Kepok
51 Ki Tano Kayu Kebun Pisang Buah Kebun
Sarebu
52 Ki Sawo Kayu Kebun Pepaya Buah Kebun
53 Laka Kayu Kebun Kedondong Buah Kebun
54 Palahlar Kayu Kebun Erbis Buah Kebun
55 Angrit Kayu Kebun Kopi Buah Kebun
56 Huru Kayu Kebun Coklat Buah Kebun
Carulang
57 Ki Sigeng Kayu Kebun Gandarasa Buah Kebun
61
58 Bengang Kayu Kebun Salak Buah Kebun
59 Ki Amis Kayu Kebun Pisang Buah Kebun
Lampeneng
Sumber : RMI
62
Selain flora, jenis fauna di setiap Kasepuhan hampir serupa,
meskipun ada sedikit beberap perbedaan dipenamaannya saja. Fauna di
Kawasan Masyarakat adat Banten Kidul terbagi kedalam hewan peliharaan
dan hewan liar yang mendiami wilayah di sekitar Kasepuhan. Berikut ini
adalah macam-macam fauna :
Gambar 23 : Kerbau adalah satwa peliharaan masyarakat adat, setiap satu ekor kerbau
diwajibkan membayar cacah jiwa sebesar Rp 5000
Foto : Joe
63
10 Ikan Bogo Liar Sungai
11 Ikan Mas Peliharaan Pemukiman/Kebun
12 Ikan Mujair Peliharaan Pemukiman/Kebun
13 Ikan Nila Peliharaan Pemukiman/Kebun
14 Ikan Lele Peliharaan Pemukiman/Kebun
15 Ikan Jeler Liar Sungai
16 Ikan Sengal Liar Sungai
17 Ikan Nanyeng Liar Sungai
18 Ikan Regis Liar Sungai
19 Ikan Sarompet Liar Sungai
20 Ikan Mayo Liar Sungai
21 Belut Liar Sawah
22 Ikan Amis Pinang Liar Sungai
23 Ikan Bungkreng Liar Sungai
24 Ikan Serewet Liar Sungai
25 Ikan Tampele Liar Sungai
26 Lubang Liar Sungai
27 Keuyeup Liar Sungai
28 Hurang Liar Sungai
29 Beragam jenis Liar Alam
burung
30 Tawon Liar Alam
64
hutan, masyarakat punya pandangan tersendiri. Jika pemerintah
mempunyai program zonasi hutan lindung, maka masyarakat adat
Kasepuhan mengenal adanya leuweung tutupan, leuweung titipan,
leuweung awisan dan leuweung garapan/sampalan yang merupakan
bagian dari tatali paranti karuhun.
65
Pemahaman tentang konsep hutan ini merupakan sebuah kearifan lokal
yang bahakn sudah ada sebelum gaung pembagian zonasi hutan lindung
oleh pemerintah, artinya masyarakat adat Kasepuhan sejak dahulu sudah
memahami betapa pentingnya hutan untuk kehidupan, hutan adalah sirah
cai (sumber mata air) sehingga jika merusak hutan maka artinya merusak
sumber air, dan merusak sumber air bearti merusak keberlangsungan hidup
masyarkat adat.
66
hutan itu sendiri, hal ini sangat bertolak belakang dan para oknum yang
mengekplorasi hutan tanpa tnaggung jawab. Mereka melakukan
penebangan hutan untuk kepentingan pribadi.
Sementara itu konsep hutan adat diatur dalam Peraturan Daerah no 8 tahun
2015 tentang, Pengakuan, Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Hukum Adat. Disitu dijelaskan bahwa :
67
Luas hutan adat Kasepuhan Karang yang ditetapkan adalah 485,366
hektar yang terdiri dari 389,207 hektar hutan tutupan dan hutan titipan
dan 96 hektar di wilayah Gunung Haruman masyarakat adat Kasepuhan
Karang. Luas tersebut dalam SK Penetapan Hutan Adat menjadi 486
hektar, dengan keterangan 462 hektar berada dalam wilayah TNGHS
(Taman Nasional Gunung Halimun Salak) dan 24 hektar berada di
wilayah APL (Areal Penggunaan Lain).
33
http://rmibogor.id/2016/12/30/hutan-adat-kasepuhan-karang-resmi-diakui-presiden/ diakses
pada 18 Juni 2017 pukul 05:15
68
berbagai hasil bumi seperti pisang, telor tebu, gula, beras, dan hasil alam
lainnya, Seba juga digunakan sebagai momentum masyarakat Kanekes
untuk menyampaikan beberapa situasi terkini tentang kondisi alam
masyarakat Baduy itu sendiri. Hal ini dapat terlihat dari tema acara Seba
yang setiap tahunnya berubah.
69
2007 penegakan hukum
Mempererat 25 987 Leutik Jaro Saidi
9-10
silaturahmi,
Mei
mengajak
2008
pemerintah untuk
menyatu peduli
lingkungan
Perlindungan dan 56 1781 Geude Jaro saidi
1-3 Mei
tindakan hukum bagi dan Jaro
2009
penyerobot tanah Warega
ulayat, perbaikan
jalan, mendukung
pemilu dan
memohon bantuan
bencana kebakaran
dan penerbiatan
buku “Saatnya
Baduy bicara”
Perlindungan tanah 25 580 Leutik Jaro Saidi
19-21
milik warga Baduy dan Jaro
April
di luar kawasan Warega
2010
Baduy seluas 700 ha
agar dipronakan dan
peningkatan
kesejahteraan
menagih janji ke
Depsos pusat dan
meminta dibuatkan
UU perlindungan
tanah ulayat
Ngasuh Ratu 99 1492 Geude Jaro saidi
8-9
Ngajayak Menak
70
April
2011
Silaturahmi demi 50 1720 Leutik Jaro Saidi
27-29
kelestarian alam
April
2012
Melestarikan dan 1.750 Geude Jaro saidi
16-17
melindungi hutan
Mei
2013
- 1.200 Geude Jaro saidi
3–4
Mei
2014
Ngasuh Ratu 1957 Geude Jaro Saidi
23-25
Nganjak Menak
April
Mageuhkeun Tali
2015
Duluran Ngajaga
Lingkungan
Pamarentah
Negakeun Hukum
Jeung Keadilan
- 91 1.752 Geude Jaro saidi
3-15
Mei
2016
Menjaga kelestarian 1658 Geude Jaro Saidi
28-29
alam, hutan, dan
April
lingkungan
2017
71
5.4 Kearifan Lokal Masyarakat Hukum Adat
5.4.1 Pikukuh Karuhun Masyarakat Kanekes
Masyarakat Kanekes adalah masyarakat yang berpegang teguh
pada aturan adat yang disebut pikukuh karuhun, aturan ini bersifat
mengikat dan mutlak bagi setiap pengikut adat. Beikut ini adalah daftar
pikukuh karuhun masyarakat Kanekes.
Tabel 8 : Daftar Pikukuh Karuhun masyarakat Adat Kanekes
No Pikukuh karuhun Baduy Makna
Buyut nu dititipkeun ka Pantangan yang dititipkan kepada
1 puun puun
Gunung teu meunang di
2 Gunung tidak boleh digempur
lebur
Lebak teu meunang
3 Lembah tidak boleh dirusak
dirakrak
Larangan teu menang
4 Pantangan tidak boleh dilanggar
dirempak
72
15 Matak pupul pangaruh Bisa hilang pengaruh
Nu pondok te meuanng
73
dan agar dapat dipercaya orang lain, untuk memenuhi unsur ketertiban dalam
kehidupan sehari-hari. Intinya bukan untuk dihapal namun diterapkan dan
dihayati serta dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari di manapun berada.
Selain itu Incu Putu, memaknai dengan seksama berbagai ungkapan-ungkapan
yang tidak tertulis untuk menjalani kehidupannya. Karena bekal bukanlah
hanya harta namun, ujaran berupa tatali parani karuhun itu juga merupakan
suatu warisan yang sangat berharga. Aturan tradisi jika dilaksanakan oleh Incu
Putu dan tatali parani karuhun di pegang erat dan dilaksanakan, maka akan
selamat. Apalagi jika dilaksanakan semua ketentuan adat istiadat, dan tentunya
tetap pada jalur yang benar. Berikut ini adalah tabel tentang tatali parani
karuhun sehari-hari yang biasa disampaikan kepada Incu Putu :
Tabel 9 : Tatali parani karuhun dari para leluhur kepada Incu Putu di
berbagai Kasepuhan
74
Iman Ka diri Sorangan” dalam mengkomsumsi makanan
sehari-hari harus dari uang yang
halal hasil kerja keras, jika berbicara
harus yang sebenarnya, tidak boleh
berbohong sedikitpun, dalam hal
hutang piutang tidak boleh dilupakan
namun harus membayar dengan
semestinya.
Juga pinjam meminjam harus
mengembalikan. Tidak boleh ingkar
janji. Dan memiliki iman yang kuat
dalam diri sendiri.
3 “Sing Sarua cangkang Makna bagi masyarakat adat
jeung eusina bisi pahili Kasepuhan Cisungsang adalah, jika
adina, patuker lanceukna kita melakukan sesuatu harus sesuai
bisi jadi kawih mamaruan” dengan hati kita, tidak boleh
menghianati, karena jika tidak seia
sekata, maka jadi masalah yang
sangat besar bagi diri sendiri.
75
kita tidak menyakiti hati orang lain.
“Moal di cabok batur, mun Tidak akan di tempeleng orang lain
urang teu nyabok batur” jika kita tidak menempeleng orang
lain, dan tidak akan di tebas orang
“Moal di kadek batur, mun apabila kita tidak menebas orang.
urang teu ngadek batur” Incu Putu di Kasepuhan memegang
tatali parani karuhun seperti ini,
agar tidak terjadi perselisihan yang
menimbulkan salah sangka dan
permasalahan di kemudian hari.
76
dimaknai bahwa, belahan jiwa
adalah untuk kemanfaatan kesuburan
dan kemakmuran seluruh keluarga.
77
dikeringkan/dilantayan
15 Rasul Pare di Leuit mempersembahkan tumpeng rasul
dan bebakak ayam jantan berwarna
kuning keemasan. Kegiatan ini
dilaksanakan dan dipimpin oleh
ketua adat yang didampingi 7 (tujuh)
orang baris kolot (tujuh orang tua
yang diambil berdasarkan garis
keturunan.
16 Nyebor ini merupakan lanjutan dari Prah
prahan yaitu suatu kegiatan di mana
para bayi yang lahir pada tahun
tersebut untuk di simur/nyimur.
Acara simur ini dilakukan oleh
petugas khusus yang dinamakan
Tukang Rorok. Seorang Tukang
Rorok adalah tokoh Tokoh Adat.
17 Seren Taun Ritual punyak setelah selesai panen,
sebagai wujud syukur masyarakat
adat kepada Tuhan Ynag Maha
kuasa.
18 Cacah Jiwa Sensus penduduk masyarakat adat
setiap tahun.
19 Ngindung ka waktu, Menyesuaikan perubahan atau
ngabapa ka jaman perkembangan jaman.
20 Hirup kudu ngigeulan Menyesuaikan perubahan atau
jaman perkembangan jaman.
21 Carita Yaitu laporan atau meminta izin
untuk melakukan suatu pekerjaan
22 Balik taun Lapran rendangan kepada ketua adat
setelah melakukan prose sbercocok
tanam
78
Bab 6 Rekomendasi
79
DAFTAR PUSTAKA
Fadhila, Dhila., dan Sujana, Dadan. 2015. Kearifan Lokal di Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten. Serang : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten
Hanafi, Imam., Ramadhaniaty, Nia., dan Nurzaman, Budi. 2012. Nyoreang Alam
Katukang Nyawang Anu Bakal Datang. Bogor : RMI
Setiawan, Irva., dkk. 2012. Upacara Seren Taun pada Masyarakat Kasepuhan
Ciptagelar di Sukabumi.Bandung : Balai Pelsetarian Nilai Budaya
(BPNB) Bandung
Sumber Lain :
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=475&lang=id
https://x.detik.com/detail/intermeso/20170530/Ketika-Tanah-Baduy-Terasa-Kian-
Sempit/index.php,
https://keepo.me/_rendradwi-/kearifan-lokal-suku-baduy
http://www.kanekes.desa.id/2016/10/29/ngaseuk-penghormatan-budaya-dan-
kedaulatan-pangan-masyarakat-baduy/
https://humaspdg.wordpress.com/2010/05/04/perilaku-konformitas-masyarakat-
baduy/
http://lidibiru67.com/baduy/
https://arikaharmon.wordpress.com/2016/10/01/mengungkap-komunitas-adat-
kasepuhan-karang-belajar-memposting-di-wordpress/
80
LAMPIRAN
WEWENGKON PUPUHU
1 CITOREK Oyok Didi Guradog Citorek Timur Cibeber KASEPUHAN
Citorek
2 Naga Aki Undikar Naga Tengah Cibeber Gurumulan
Babakan Citorek
5 Inpres Olot Sukardi Sukamaju Sabrang Cibeber Gurumulan
Lebak
7 Sampay Olot Sana Sampay Lebak Situ Gedong Gurumulan
Sesepuh
8 Cirompang Olot Amir Cirompang Cirompang Sobang Kampung
Cibama
9 Cibama Lebak Lebak Cirompang Sobang Rendangan
Sesepuh
12 Cibarani Olot arwata Cibarani Cibarani Cirinten Kampung
H. Ono PUPUHU
13 GURADOG Rohadi Guradog Guradog Curug Bitung KASEPUHAN
Lembur
14 Lembur Gede Aki Nurkib Gede Guradog Curug Bitung Gurumulan
Abah Sesepuh
17 CIBARANI Dulhani Cibarani Cibarani Cirinten Kampung
Karang Karang
23 Combong Olot Saldi Combong Cibarani Cirinten Gurumulan
Pasir Pasir
24 Gembong Olot Arda Gembong Cibarani Cirinten Gurumulan
Sesepuh
26 Lebak Gadog Aki Sarbi Lebak Gadog Cikadu Cibeber Kampung
Sesepuh
28 Cibengkung AKI ALIK Cibengkung Cikadu Cibeber Kampung
Cibengkung Cibengkung
29 Lebak Aki Muhadi Lebak Cikadu Cibeber Rendangan
Sesepuh
30 Cisungsang Aki Ipit Cisungsang Cisungsang Cibeber Kampung
Leembur Sesepuh
31 Gede Uwa Adul Cisungsang Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
32 Rabig Hilir Aki Nadi Rabig Hilir Kujangjaya Cibeber Kampung
Sesepuh
33 Tegal Lumbu Aki Idit Tegal Lumbu Wanasari Cibeber Kampung
Sesepuh
34 Cirangkas Aki Ujid Cirangkas Wanasari Cibeber Kampung
Sesepuh
35 Lebak Tipar Aki Wahid Lebak Tipar Wanasari Cibeber Kampung
Sesepuh
36 Cimanggu Aki Suki Cimanggu Cikadu Cibeber Kampung
Sesepuh
37 Jambe Jajar Aki Harman Jambe Jajar Wanasari Cibeber Kampung
Sesepuh
38 Tambleg Aki Surhani Tambleg Cidikit Cibeber Kampung
Sesepuh
39 Cikarang Aki Okim Cikarang Kujangjaya Cibeber Kampung
Sesepuh
40 Lebak Larang Aki Ata Lebak Larang Mekarsari Cibeber Kampung
Sesepuh
41 Ciburial Aki Ukam Ciburial Wanasari Cibeber Kampung
Sesepuh
42 Cihaneut Aki Da'i Cihaneut Wanasari Cibeber Kampung
Waru Sesepuh
43 Waru Doyong Aki Apud Doyong Girimukti Cibeber Kampung
Sesepuh
44 Cinangka Aki Emis Cinangka Girimukti Cibeber Kampung
Sesepuh
45 Cikiyam Aki Madhani Cikiyam Girimukti Cibeber Kampung
Sesepuh
46 Cikadu Aki Tasrip Cikadu Lebak Cikadu Cibeber Kampung
Babakan Sesepuh
48 Cikadu Aki Juhad Empang Cikadu Cibeber Kampung
Sesepuh
49 Pasir Eurih Abah Aden S Pasir Eurih Sindang Laya Sobang Kampung
Sesepuh
50 Cibeas Aki Talung Cibeas Sindang Laya Sobang Kampung
51 Cibece Olot Ade Cibece Sindang Laya Sobang Gurumulan
Babakan Babakan
52 Nangka Olot Jarman Nangka Sindang Laya Sobang Gurumulan
56 Sela Gunung Olot Jahadi Sela Gunung Sindang Laya Sobang Gurumulan
Sindang Sindang
57 Layung Aki Kalong Layung Sindang Laya Sobang Gurumulan
Lebak
62 Lebak Nangka Abah Samid Nangka Cikate Cigemblong Gurumulan
Sesepuh
63 JAMRUT Olot Santura JAMRUT Wangun Jaya Cigemblong Kampung
Sesepuh
64 Cikareo Olot Asmin Cikareo Wangun Jaya Cigemblong Kampung
Sesepuh
65 Cangkeuteuk Olot Lamri Cangkeuteuk Wangun Jaya Cigemblong Kampung
Sesepuh
67 CIBEDUG Olot Asbaji CIBEDUG Citorek Barat Cibeber Kampung
PUPUHU
68 BAYAH Apa Ujang Bungkeureuk Bayah Timur Bayah KASEPUHAN
Sesepuh
69 KARANG Olot Ariksan KARANG Jagaraksa Muncang Kampung
Sesepuh
71 Cikadu Olot Armat Cikadu Jagaraksa Muncang Kampung
Sesepuh
72 Cibangkala Olot Jodi Cibangkala Jagaraksa Muncang Kampung
WEWENGKON PUPUHU
73 SAJIRA Abah Naik Sajira Maraya Sajira KASEPUHAN
Sesepuh
75 Cikawah Abah Usa Cikawah Sobang Sobang Kampung
Sesepuh
76 Cokel Abah Jarsim Cokel Sekarwangi Curug Bitung Kampung
PUPUHU
77 Cicarucub Oyot Enjay Cicarucub Neglasari Cibeber KASEPUHAN
Sesepuh
79 Kadu Lahang Sarmin Kadu Lahang Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
80 Cicarucub Sakid Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
81 Cicarucub Tuhari Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
82 Cicarucub Madtasa Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
83 Cicarucub Sapura Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
84 Cicarucub Wahi Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
85 Cicarucub Masri Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
86 Cicarucub Encid Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
87 Cicarucub Ahmad Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
88 Cicarucub Marnasih Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
89 Cicarucub Anong Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
90 Cicarucub Manap Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
91 Cicarucub Owik Cicarucub Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
92 Ciawi Sugarna Ciawi Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
93 Lebak Munti Marhada Lebak Munti Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
94 Naga sari Sarta Naga sari Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
95 Langkob Mulyadi Langkob Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
96 Langkob Madsira Langkob Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
97 Langkob Ubra Langkob Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
98 Lebak Picung Amat Lebak Picung Hegarmanah Cibeber Kampung
Sesepuh
99 Lebak Picung Cuding Lebak Picung Hegarmanah Cibeber Kampung
Sesepuh
100 Lebak Picung Artuki Lebak Picung Hegarmanah Cibeber Kampung
Sesepuh
101 Cipanggung Musti Cipanggung Hegarmanah Cibeber Kampung
Sesepuh
102 Cipanggung Subarna Cipanggung Hegarmanah Cibeber Kampung
Sesepuh
104 Lebak Limus Emad Lebak Limus Hegarmanah Cibeber Kampung
Lebak Sesepuh
105 Lebak Binong Surhad Binong Neglasari Cibeber Kampung
Sesepuh
106 Ciseureuh Saili Ciseureuh Cihambali Cibeber Kampung
Sesepuh
107 Ciseureuh Nata Ciseureuh Cihambali Cibeber Kampung
Sesepuh
108 Cirotan Rusman Cirotan Cihambali Cibeber Kampung
Sesepuh
109 Cihambali Ayo Cihambali Cihambali Cibeber Kampung
Sesepuh
110 Cihambali Sariani Cihambali Cihambali Cibeber Kampung
Sesepuh
111 Cikondang Ju'ang Cikondang Cihambali Cibeber Kampung
Sesepuh
112 Tegal lumbu Sukrani Tegal lumbu Wanasari Cibeber Kampung
Sesepuh
115 Bojong Lancong Bojong Sukamulya Cibeber Kampung
Sesepuh
117 Ciparay I Iyong Ciparay I Sukamulya Cibeber Kampung
Sesepuh
118 Ciparay II Hasim Ciparay II Sukamulya Cibeber Kampung
Sesepuh
121 Cijaha Sahib Cijaha Citorek Timur Cibeber Kampung
Warung Sesepuh
122 Cibadak Dalim Cibadak Banten Cibeber Kampung
Warung Sesepuh
124 Panyaungan Salimun Panyaungan Banten Cibeber Kampung
Warung Sesepuh
125 Naga Jaya Jukandi Naga Jaya Banten Cibeber Kampung
Sesepuh
126 Kadu Tilu Anda Kadu Tilu Sukamulya Cibeber Kampung
Sesepuh
127 Pasir Kolecer Sala Pasir Kolecer Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
128 Cipancur Sutawi Cipancur Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
129 Cisuren Kaler Karma Cisuren Kaler Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
130 Bbk. Mayak Adih Bbk. Mayak Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
131 Cisuren Suryana Cisuren Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
132 Cisuren Kidul Dulmukri Cisuren Kidul Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
133 Satong Sarnata Satong Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
135 Cidadap Hilir Bakri Cidadap Hilir Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
137 Cigaledug Nunung Cigaledug Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
138 Ciakar Wira Ciakar Cisuren Bayah Kampung
Sesepuh
139 Bojong Lio Hadi Bojong Lio Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
140 Cibeber Oji Cibeber Mekarsari Cibeber Kampung
Sesepuh
141 Cikareo Narheda Cikareo Girimukti Cilograng Kampung
Sesepuh
142 Cinangka Madconi Cinangka Girimukti Cilograng Kampung
Sesepuh
143 Cicariang Sadromi Cicariang Girimukti Cilograng Kampung
Sesepuh
144 Cigaru Marhi Cigaru Girimukti Cilograng Kampung
Sesepuh
145 Cileungsir Darman Cileungsir Girimukti Cilograng Kampung
Ranca Sesepuh
147 Ranca Pasung Ojer Pasung Cibeber Cibeber Kampung
Sesepuh
148 Cibeureum Suherman Cibeureum Cibeber Cibeber Kampung
Sesepuh
149 B Lapang Juhasan B Lapang Cibeber Cibeber Kampung
Sesepuh
150 Cilaksana Rusdi Cilaksana Cibeber Cibeber Kampung
Pasir Sesepuh
151 Garung Marta Garung Gembong Bayah Kampung
Sesepuh
152 Pasir Nangka Omek Pasir Nangka Cikotok Cibeber Kampung
Sesepuh
153 Sukmajati Bohari Sukmajati Cikotok Cibeber Kampung
Cidikit Sesepuh
155 Cidikit Girang Saleh Girang Cidikit Bayah Kampung
Sesepuh
156 Panenjoan Santura Panenjoan Cidikit Bayah Kampung
Sesepuh
157 Cikapudang Armaja Cikapudang Cidikit Bayah Kampung
Sesepuh
158 Cibeas Ajay H Cibeas Cidikit Bayah Kampung
Sesepuh
159 Pasir Lebu Maryudi Pasir Lebu Cibeber Cibeber Kampung
Sesepuh
160 Pamubulan Sukri Pamubulan Darmasari Bayah Kampung
Sesepuh
161 Tenyo Laut Samin Tenyo Laut Darmasari Bayah Kampung
Sesepuh
162 Cirendeu Sumri Cirendeu Caringin Cisolok Kampung
Sesepuh
165 Cibeungkung Miskarya Cibeungkung Cidikit Bayah Kampung
Sesepuh
166 Naga Hurip Suwirno Naga Hurip Cidikit Bayah Kampung
Sesepuh
168 Gondang Misnar Gondang Sawarna Bayah Kampung
Sesepuh
171 Sawarna Sapri Sawarna Sawarna Bayah Kampung
Sesepuh
172 Sela Awi Karata Sela Awi Sawarna Bayah Kampung
Sesepuh
173 B Toke Buhani B Toke Sawarna Bayah Kampung
Sesepuh
174 Nangewer Usin Nangewer Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
175 Pasir Angin Supani Pasir Angin Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
176 Pasir Peteuy Emus Pasir Peteuy Cijengkol Cilograng Kampung
Bbk Ps Sesepuh
177 Bbk Ps Peteuy Madta Peteuy Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
178 Pasir Peteuy Warta Pasir Peteuy Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
179 Pasir Peteuy Sukatma Pasir Peteuy Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
180 Pasir Peteuy Rosid Pasir Peteuy Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
181 Lebak Lame Madta Lebak Lame Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
182 Pasir Peteuy Suma Pasir Peteuy Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
183 Neglasari Sahri Neglasari Bayah Barat Bayah Kampung
Sesepuh
187 Neglasari Jamri Neglasari Bayah Timur Bayah Kampung
Sesepuh
188 Cintawana H Bulloh Cintawana Bayah Timur Bayah Kampung
Sesepuh
189 Bayah, BTN Juha Bayah, BTN Bayah Barat Bayah Kampung
Pasir Sesepuh
191 Cipalasari Urta Cipalasari Gembong Bayah Kampung
Sesepuh
193 Gunung Batu Edi Gunung Batu Cilograng Cilograng Kampung
Ciawi Sesepuh
194 Ciawi Tengah Warsa Tengah Cilograng Cilograng Kampung
Sesepuh
195 Cibunar III Rois Cibunar III Cilograng Cilograng Kampung
Sesepuh
196 Cibunar I Tabroni Cibunar I Cilograng Cilograng Kampung
Sesepuh
197 Citapen Dadi Citapen Lebak Tipar Cilograng Kampung
Sesepuh
198 Cirompang Emad Cirompang Lebak Tipar Cilograng Kampung
Sesepuh
199 Pasir Haur Sahroni Pasir Haur Lebak Tipar Cilograng Kampung
Sesepuh
200 Tipar Sapei/Empe Tipar Lebak Tipar Cilograng Kampung
Sesepuh
201 Picung Matna Picung Lebak Tipar Cilograng Kampung
Sesepuh
203 Daya Sari Padna Daya Sari Lebak Tipar Cilograng Kampung
Sesepuh
204 Lebak Lame Sanam Lebak Lame Cijengkol Cilograng Kampung
Ciawi Sesepuh
205 Ciawi Tengah Mamad Tengah Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
206 Ciawi Lebak Udin Ciawi Lebak Cijengkol Cilograng Kampung
Sesepuh
208 Cijatra Atok Cijatra Lebak Tipar Cilograng Kampung
Sesepuh
209 Cikamunding Madrohim Cikamunding Cikamunding Cilograng Kampung
Cilengsir Sesepuh
210 Cilengsir Kidul Hanan Kidul Cikamunding Cilograng Kampung
Sesepuh
212 Cikatomas I Oman Cikatomas I Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
213 Cikatomas II Endar Cikatomas II Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
214 Cihideng I Dana Cihideng I Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
216 Cikeusik Omom Cikeusik Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
217 Cihideng II Sadai Cihideng II Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
218 Sukamulya Sukanta Sukamulya Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
219 Nagajaya Sarmat Nagajaya Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
220 Ciseel Lebak Arjoi Ciseel Lebak Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
222 Ciseel Lebak Arat Ciseel Lebak Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
223 Ciseel Lebak Uju Ciseel Lebak Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
224 Cikatomas Madtohi Cikatomas Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
225 B Beas Empad B Beas Cidikit Bayah Kampung
Sesepuh
226 Cibuntu I H Pani Cibuntu I Suwakan Bayah Kampung
Sesepuh
227 Cibuntu II Toi Cibuntu II Suwakan Bayah Kampung
Sesepuh
228 Pasir Ipis Suali Pasir Ipis Mancak Bayah Kampung
Sesepuh
229 Panyaungan Sarip Panyaungan Panyaungan Cihara Kampung
Sesepuh
230 Ciletuh Sukria/Suhedi Ciletuh Panggarangan Panggarangan Kampung
Sesepuh
231 Sukamantri Karta Sukamantri Panggarangan Panggarangan Kampung
Sesepuh
232 Cibuluh Dulasan Cibuluh Panggarangan Panggarangan Kampung
Sesepuh
233 Cikaram Supendi Cikaram Panggarangan Panggarangan Kampung
Sesepuh
234 Cisitu Mumuh Cisitu Situ Jaya Cibeber Kampung
Sesepuh
236 Lengsar Surja Lengsar Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
237 Cigaru Suman Cigaru Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
238 Janti'ah Sukroni Janti'ah Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
239 Gunung Tilu Enjen Gunung Tilu Gunung Gede Panggarangan Kampung
Bantar Sesepuh
240 Bantar Kidung Samin Kidung Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
241 HuruGading I Dulkaer HuruGading I Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
242 Mekarjaya Suandi Mekarjaya Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
243 Gintung Yadi Gintung Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
244 Bangkonol Dulasan Bangkonol Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
245 HuruGading Jasria HuruGading Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
246 Hoewalat Adsura Hoewalat Gunung Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
247 Cibitung Mista Cibitung Jatake Panggarangan Kampung
Sesepuh
248 Cisero Miskari Cisero Jatake Panggarangan Kampung
Sesepuh
249 Seredang Madsur Seredang Jatake Panggarangan Kampung
Sesepuh
250 Seredang Ayudi Seredang Jatake Panggarangan Kampung
Sesepuh
251 Picung Adsari Picung Jatake Panggarangan Kampung
Sesepuh
252 BK Ciastana Dulhamid BK Ciastana Jatake Panggarangan Kampung
Sesepuh
253 Jatake Ruhadi Jatake Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
255 Pasir Tangkil Jarip/Karis Pasir Tangkil Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
257 NagaHurip Suarja NagaHurip Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
258 Kadu Panak Oban Kadu Panak Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
259 Mekarsari Rasnadi Mekarsari Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
260 Cisaat Margani Cisaat Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
261 Susukan Juman/Mursa Susukan Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
262 Pasir Rangap Dulhari Pasir Rangap Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
263 Cikadu Kirman Cikadu Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
264 Tenjojaya Juhi Tenjojaya Mekar Jaya Panggarangan Kampung
Sesepuh
265 Citerep Wahidin Citerep Sogong Panggarangan Kampung
Sesepuh
266 Cikacapi Murhad Cikacapi Sogong Panggarangan Kampung
Sesepuh
267 Cimapag Mista Cimapag Sogong Panggarangan Kampung
Sesepuh
270 Lebak Panan Rakib Lebak Panan Cikate Cijaku Kampung
Sesepuh
271 Lebak Rinu Sardi Lebak Rinu Cikate Cijaku Kampung
Sesepuh
272 Lewi Gede Ahmad Lewi Gede Cikate Cigemblong Kampung
Sesepuh
273 Paneresan Dina Paneresan Cikate Cigemblong Kampung
Sesepuh
274 Cisarua Madhaya Cisarua Sinang Ratu Panggarangan Kampung
Sesepuh
275 Nagajaya Tarsa Nagajaya Sinang Ratu Panggarangan Kampung
Sesepuh
276 Ci Ijew I Sajuli Ci Ijew I Sinang Ratu Panggarangan Kampung
Sesepuh
277 Ci Ijew II H Suharta Ci Ijew II Sinang Ratu Panggarangan Kampung
Sesepuh
278 Cisunel Katja Cisunel Cicadas Cibeber Kampung
Sesepuh
279 Bbk Cisunel Darman Bbk Cisunel Cicadas Cibeber Kampung
Sesepuh
280 Kulantung Jahidi Kulantung Mekarsari Panggarangan Kampung
Sesepuh
281 Kertasari Nurjaya Kertasari Tanjungan Cikeusik Kampung
Sesepuh
282 Cihanjuang Marsudin Cihanjuang Cihanjuang Cimanggu Kampung
Batu Sesepuh
283 Batu Hideung Sahid Hideung Mangku Alam Cimanggu Kampung
Sesepuh
284 Pasir Eurih Marta Pasir Eurih Mancak Bayah Kampung
Sesepuh
285 Cicadas Rahmat Cicadas Mancak Bayah Kampung
Sesepuh
286 Cihambali Adsari Cihambali Cihambali Cibeber Kampung
Sesepuh
287 Cihambali Samirin Cihambali Cihambali Cibeber Kampung
Sesepuh
288 Kali Ca'ah Markai Kali Ca'ah Nangela Cikeusik Kampung
Sesepuh
289 Nagrak Husen Nagrak Situregen Panggarangan Kampung
Sesepuh
291 Mantiyung Ahri Mantiyung Mekarsari Panggarangan Kampung
Karang Sesepuh
292 Cikandang Emud Cikandang Kamulya Cihara Kampung
Sesepuh
293 Giri Asih Adna Giri Asih Panyaungan Cihara Kampung
Sesepuh
294 Cidego Ajong Cidego G Gede Panggarangan Kampung
Sesepuh
295 Sangko Sugani Sangko Sawarna Bayah Kampung
Sesepuh
296 Darmasari Edi Darmasari Darmasari Bayah Kampung
Bbk Kp Sesepuh
297 Bbk Kp Sawah Sapra Sawah Darmasari Bayah Kampung
Sesepuh
298 Kp sawah Juri Kp sawah Darmasari Bayah Kampung
Sesepuh
299 Margamukti Dani Margamukti Cikatomas Bayah Kampung
Sesepuh
300 Cibuntu II To'i Cibuntu II Suwakan Bayah Kampung
Warung Sesepuh
303 Cibadak Olot Dalim Cibadak Banten Cibeber Kampung
Sesepuh
304 Cigoler Aki Akria Cigoler Cikadu Cibeber Kampung
Sesepuh
306 Cipinang Aki Juan Cipinang Girimukti Cilograng Kampung
Sesepuh
307 Ciherang Olot Acang Ciherang Ciherang Cibeber Kampung
316 Cisiih Leutik Olot Nana Cisiih Leutik Citorek Barat Cibeber Rendangan
Warung
Cibadak Wikanta
320 Cibadak Banten Cibeber Rendangan
Karang Karang
Olot Hendi Hegarmanah
321 Ropong Ropong Cibeber Rendangan
Lembur
326 Lembur Gede Harun Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
327 Lembur Gede Roni Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
328 Lembur Gede Obay Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
329 Lembur Gede Ahrip Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
330 Lembur Gede Darmaji Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
331 Lembur Gede Nata Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
332 Lembur Gede Nuhri Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
333 Lembur Gede Encang Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
334 Lembur Gede Madnu Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
335 Lembur Gede Sapta Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
336 Lembur Gede Komar Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
337 Lembur Gede Sai Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
338 Lembur Gede Andi Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
339 Lembur Gede Oib Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Lembur
340 Lembur Gede Jampana Gede Cisungsang Cibeber Rendangan
Pasir Pasir
341 Kapudang Johanas Kapudang Giri mukti Cibeber Rendangan
Pasir Pasir
343 Kapudang Arjuni Kapudang Giri mukti Cibeber Rendangan
Pasir Pasir
344 Kapudang Supani Kapudang Giri mukti Cibeber Rendangan
Pasir Pasir
345 Kapudang Juhana Kapudang Giri mukti Cibeber Rendangan
Sesepuh
346 Cipayung Adkasa Cipayung Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
347 Cipayung Yuhadi Cipayung Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
348 Cipayung Sarta Cipayung Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
349 Cipayung Jumani Cipayung Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
363 Sukarasa Agus Sukarasa Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
371 Cisitu Edis Cisitu Situmulya Cibeber Kampung
Sesepuh
380 Tapos Nedi Tapos Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
385 Ps.pilar Barsa Ps.pilar Cisungsang Cibeber Kampung
Gunung
386 Gn.bongkok Parta Gn.bongkok Wangun Cibeber Rendangan
Sesepuh
387 Sukamulya Madsa'i Sukamulya Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
395 Cikarang Ahmid Cikarang Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
397 Cilayi Liot Cilayi Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
401 Lb. Maja Sumpena Lb. Maja Cisungsang Cibeber Kampung
Pasir Pasir
413 kapudang Komarudin kapudang Giri mukti Cibeber Rendangan
Sesepuh
421 Selakopi Deris Selakopi Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
422 Lebak Maja Sumpena Lebak Maja Cisungsang Cibeber Kampung
Sesepuh
424 Cisitu H Okri Cisitu Situmulya Cibeber Kampung
Sesepuh
425 Cisitu Olot Ata Cisitu Kujangsari Cibeber Kampung
Sesepuh
426 Cisitu Olot Marja Cisitu Situmulya Cibeber Kampung
Sesepuh
427 Cisitu Olot Enjam Cisitu Situmulya Cibeber Kampung
431 Kmp sawah Aki jumadi Kmp sawah Sinargalih Cibeber Rendangan
436 Bbkn randu Aki aja Bbkn randu Sinargalih Cibeber Rendangan
437 Bbkn impres Aki mamat Bbkn impres Sinargalih Cibeber Rendangan
Gunung Sesepuh
Bojong Aki Sumpena
443 Bojong Wangun Cibeber Kampung
Sesepuh
Cimanggu Aki miharja Ci kadu
444 Cimanggu Cibeber Kampung
Sesepuh
Cibengkung Aki muhamad Ci kadu
445 Cibengkung Cibeber Kampung
Sesepuh
Cikarang Aki Salmudi Kujang jaya
446 Cikarang Cibeber Kampung
Sesepuh
Cikadu Aki Asju Ci kadu
447 Cikadu Cibeber Kampung
Sesepuh
Leter Es Aki Onen Cikadu
449 Leter Es Cibeber Kampung
450 Ci awi Aki Purna Ci awi Cikadu Cibeber Rendangan
Sesepuh
Ci goler Aki uan Ci kadu
451 Ciawi Cibeber Kampung
Sesepuh
Ci kempul Aki Adhana Ci kadu
452 Ci kempul Cibeber Kampung
Sesepuh
Lebak maja Aki awantan Ci kadu
453 Lebak maja Cibeber Kampung
Sesepuh
Cikadu Aki Suha Cikadu
454 Cikadu Lebak Cibeber Kampung
Sesepuh
Cikadu Aki Misdani Cikadu
455 Cikadu Cibeber Kampung
Sesepuh
Leter Es Aki Ruhanta Cikadu
463 Leter Es Cibeber Kampung
Karang Karang
Aki Lasta Cikadu
464 ropong ropong Cibeber Rendangan
Karang Karang
Aki Atan Cikadu
465 ropong ropong Cibeber Rendangan
Karang Karang
Aki Misjari Cikadu
466 ropong ropong Cibeber Rendangan
Karang Karang
Aki Sukanta Cikadu
467 ropong ropong Cibeber Rendangan
Sesepuh
Cikempul Aki Asjari Cikadu
472 Cikempul Cibeber Kampung
473 Lebak Maja Aki Jawita Lebak Maja Cikadu Cibeber Rendangan
474 Lebak Maja Aki Warta Lebak Maja Cikadu Cibeber Rendangan
Sesepuh
Lebak Maja Aki Ugani Cikadu
476 Lebak Maja Cibeber Kampung
477 Lebak Maja Aki Sabani Lebak Maja Cikadu Cibeber Rendangan
Aki
Cikarang Ahmid/Aki Kujangjaya Sesepuh
481 Bardi Cikarang Cibeber Kampung
Babakan Babakan
Aki Kudik Cikadu
483 Nangka Nangka Cibeber Rendangan
489 Bbkn sari Aki atok Bbkn sari Kujang jaya Cibeber Rendangan
493 Lebak larang Aki aan Lebak larang Mekar sari Cibeber Rendangan
Babakan Babakan
Aki arnom Negla sari
496 manggu manggu Cibeber Rendangan
Lebak
Lebak binong Aki uko Hegarmanah
498 binong Cibeber Rendangan
Pasir Pasir
Aki anadi Giri mukti
502 kapudang kapudang Cibeber Rendangan
507 Lebak picung Aki aut Lebak picung Hegar manah Cibeber Rendangan
Cikadu Cikadu
Suanta Cikadu
509 Tonggoh Tonggoh Cibeber Rendangan
Babakan Babakan
Yadi Cikadu
512 Nangka Nangka Cibeber Rendangan
Babakan Babakan
Aki Atdi Cikadu
513 Nangka Nangka Cibeber Rendangan
514 Cibengkung Aki Wiyanta Cibengkung Cikadu Cibeber Rendangan
Warung
Langkob Ukar
517 Langkob Banten Cibeber Rendangan
Waru
Waru Doyong Jumsa Giri mukti
519 Doyong Cibeber Rendangan
Fadhila, Dhila., dan Sujana, Dadan. 2015. Kearifan Lokal di Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten. Serang : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten
Hanafi, Imam., Ramadhaniaty, Nia., dan Nurzaman, Budi. 2012. Nyoreang Alam
Katukang Nyawang Anu Bakal Datang. Bogor : RMI
Rusnandar, Nandang., dkk. 2012. Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten.
Bandung : Balai Pelsetarian Nilai Budaya (BPNB)
Setiawan, Irva., dkk. 2012. Upacara Seren Taun pada Masyarakat Kasepuhan
Ciptagelar di Sukabumi.Bandung : Balai Pelsetarian Nilai Budaya (BPNB)
Bandung
Shuida, Nyoma. 2016. Masyarakat Adat dalam Pusaran Perubahan. Jakarta : Kemenko
Bidang Pembangunan Manusia & Kebudayaan
Sumber Lain :
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=475&lang=id
https://x.detik.com/detail/intermeso/20170530/Ketika-Tanah-Baduy-Terasa-Kian-
Sempit/index.php,
https://keepo.me/_rendradwi-/kearifan-lokal-suku-baduy
http://www.kanekes.desa.id/2016/10/29/ngaseuk-penghormatan-budaya-dan-
kedaulatan-pangan-masyarakat-baduy/
https://humaspdg.wordpress.com/2010/05/04/perilaku-konformitas-masyarakat-baduy/
http://lidibiru67.com/baduy/
https://arikaharmon.wordpress.com/2016/10/01/mengungkap-komunitas-adat-
kasepuhan-karang-belajar-memposting-di-wordpress/
STUDI KEBANTENAN