Anda di halaman 1dari 14

KERAJAAN BANTEN

KELAS XI IPS 2

KELOMPOK BANTEN

ANGGOTA :

1. Reni Amalia Fitri


2. Wati Rahimah
3. Miftahul Husni
4. Muhammad Ikhsan A.
5. Fikri Pahlevi

MAN 1 Kota Padang Panjang


TP.2022-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT. atas segala Rahmat dan Karunia-nya,sehingga
tim penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerajaan Banten” ini. Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Allah
SWT.dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kritik dan masukan yang membangun terhadap materi dan penyajian makalah ini. Tak
lupa juga terimakasih kepada guru sejarah ini ibuk Ervita Benny Rozi, S.Pd yang telah
memberikan tugas serta memberikan kritik dan saran sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan, saran dan usul dari pembaca guna menyempurnakan
makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................

Daftar Isi.........................................................................................................................

A. Sumber Sejarah Kerajaan Banten


B. Letak Geografis Kerajaan Banten
C. Sistem Pemerintahan (Raja-raja yang berkuasa selama di kerajaan Banten)
D. Ekonomi Kerajaan Banten
E. Sosial Dan Budaya di Kerajaan Banten
F. Faktor Runtuhnya Kerajaan Banten
G. Peninggalan Kerajaan Banten
KERAJAAN BANTEN

A. Sumber Sejarah Kerajaan Banten

1. Sumber sejrah lisan dan tradisional


Sumber lisan dan tradisional menceritakan bahwa Maulana Hasanuddin
melakukan banyak aktivitas dakwah di wilayah pedalaman Wahanten. Aktivitas
dakwah ini berhasil menarik simpati masyarakat, namun salah satu tokoh bernama
Arya Suranggana menentang kegiatan dakwah tersebut.

2. Sumber catatan Joa de Barros


Joa de Barros merupakan sejarawan Portugis yang hidup pada tahun 1496 hingga
1570. Setelah melakukan perjalanan di Asia, ia membuat catatan berjudul Decadas da
Asia. Dalam catatannya tersebut, ia menyebutkan bahwa semenjak Banten dan Sunda
Kelapa dikuasai oleh kesultanan Islam, wilayah Banten kemudian lebih ramai
dikunjungi oleh kapal-kapal dari berbagai negara di dunia.

3. Sumber dari Eropa


Dari berbagai sumber sejarah kerajaan Banten yang berasal dari Eropa,
disebutkan bahwa sekitar tahun 1672 di kesultanan Banten diperkirakan kurang lebih
sekitar 100 ribu hingga 200 ribu orang laki-laki yang siap untuk berperang.
Sementara dari sumber lainnya menyebutkan bahwa terdapat 10 ribu orang yang siap
memanggul senjata.

4. Naskah Sanghyang Siksakanda Ng Karesia


Sumber sejarah kerajaan Banten selanjutnya isinya berkaitan dengan
perekonomian di kesultanan Islam ini. Selain bertumpu pada bidang perdagangan
(daerah pesisir), kegiatan ekonomi perladangan juga sudah dilakukan oleh masyarakat
kawasan pedalaman. Dalam naskah ini disebutkan istilah pahuma (peladang),
panyadap (penyadap) dan panggerek (pemburu). Selain itu, terdapat juga nama-nama
peralatan, seperti baliung, kujang, kored, patik dan sadap.

5. Masjid Agung Banten


Setelah mengetahui sumber lisan dan tertulis yang sudah disebutkan diatas, salah
satu sumber sejarah kerajaan Banten dalam bentuk bangunan adalah masjid Agung
Banten. Masjid ini merupakan peninggalan kesultanan Banten. Lokasinya berada di
Desa Banten Lama, jaraknya kira-kira 10 km dari kota Serang.
Masjid Agung Banten dibangun pada tahun 1652, yaitu pada masa Sultan Maulana
Hasanuddin (putera Sunan Gunung Jati). Masjid ini memiliki corak yang unik, seperti
menaranya mirip dengan mercusuar, terdapat serambi di bagian kanan dan kiri
bangunan, dan atap masjid menyerupai atap pagoda.

6. Istana Kereton Kaibon Banten


Selain masjid Agung Banteng, peninggalan sejarah kerajaan Banten yang dapat
dijadikan sumber sejarah yaitu istana keraton Kaibon. Menurut sejarahnya, istana ini
dulunya digunakan sebagai tempat tinggal Bunda Ratu Aisya (ibunda dari Sultan
Syaifudin).
Namun sangat disayangkan, bangunan istana telah hancur dan menyisakan
reruntuhannya saja. Hancurnya bangunan Istana disebabkan karena serangan yang
dilakukan oleh pihak kolonial Belanda, tepatnya pada masa pemerintahan Gubernur
Daendels pada tahun 1832.

7. Benteng Speelwijk
Sumber sejarah kerajaan Banten selanjutnya adalah berupa benteng bernama
Speelwijk. Sebagai salah satu kerajaan maritim, Banten memiliki benteng dan
mercusuar. Benteng ini dibangun pada tahun 1585, dan memiliki tinggi 3 meter.
Fungsi utama benteng ini digunakan sebagai pertahanan terdepan dari upaya serangan
laut yang dilakukan oleh pihak musuh. Selain itu, benteng Speelwijk juga digunakan
sebagai lokasi yang strategis untuk mengawasi aktivitas pelayaran di Selat Sunda.
Uniknya, di benteng ini terdapat sebuah terowongan yang menuju ke istana keraton
Surosowan. Selain terowongan, di benteng ini juga terdapat beberapa meriam.

Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Selanjutnya, Banten,


Sunda Kelapa, dan Cirebon jatuh ketangan Feletehan tahun 1527. Sjak itu, Banten segera tumbuh
menjadi pelabuhan penting di Selat Sunda setelah Malaka dikuasai Portugis tahun 1511. Para
pedagang dari Gujarat, India, Timur Tengah, dan Arab enggan berlabuh di Malaka setalah
dikuasai Portugis. Pada tahun 1552 Feletehan digantikan putranya, Haanuddin untuk pergi ke
Cirebon guna menjalankan pemerintahan dan menyebarkan agama Islam hingga wafat tahun
1570. Feletehan dimakamkan di Gunung Jati dan dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
Setelah Demak mengalami perpecahan, Hasanuddin melepaskan diri dari kekuasaan Demak.

Sejak sebelum kedatangan Islam, ketika berada di bawah kekuasaan raja-raja Sunda (dari
Pajajaran), Banten sudah menjadi kota yang berarti. Pada tahun 1524 Sunan Gunung Jati dari
Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan Islam serta bagi
perdagangan orang- orang Islam di sana. Kerajaan Islam di Banten yang semula kedudukannya
di Banten Girang dipindahkan ke kota Surosowan, di Banten lama deket pantai. Dilihat dari
sudut ekonomi dan politik, pemindahan ini dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara
pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatera, melalui Selat Sunda dan Samudra Indonesia. Situasi
ini berkaitan dengan kondis politik di Asia Tenggara masa itu setelah Malaka jatuh ketangan
Portugis, para pedagang yang segan berhubungan dengan Portugis, para pedagang yang segan
berhubungan dengan Portugis mengalihkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda.

Tentang keberadaan is;am di Banten, Tom Pires menyebutkan, bahwa di daerah Cimanuk
kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dengan Cirebon, banyak dijumpai orang Islam. Ini
berarti pada akhir abad ke – 15 M di wilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada masyarakat yang
beragama Islam. Karena tertarik dengan budi pekerti dan ketinggian ilmunya, maka Bupati
Banten menikahkan Syarif Hidayatullah dengan adik perempuannya yang bernama Nyai
Kawunganten. Dari pernikahan ini Syarif Hidayatullah dikaruniai dua anak yang diberi nama
Ratu Winaon dan Hasanuddin. Tidak lama kemudian, karena panggilan uwaknya, Cakrabuana,
Syarif Hidayatullah berangkat ke Cirebon menggantikan uwaknya yang sudah tua. Sedangkan
tugas penyebaran Islam di Banten diserahkan kepada anaknya yaitu Hassanuddin.

Pada masa pemerintahan Sultan Hasunuddin (1552-1570), Banten berkembang dan


wilayah kekuasaannya meliputi Lampung, Bengkulu, dan Palembang. Sultan Hasanuddin
mangkat pada tahun 1570 dan digantikan oleh putranya Maulana Yusuf. Pada tahun 1579 Sultan
Maulana Yusuf dapat menaklukkan kerajaan Pajajaran. Sultan Maulana Yusuf mangkat pata
tahun 1580. Sebelum Sultan Maulana Yusuf mangkat, terjadi upaya perebutan takhta kerajaan
oleh kerabat kerajaan. Namun, upaya tersebut berhasil digagalkan. Setelah sultan mangkat, ia
digantikan putranya Maulana Muhammad yang baru berusia Sembilan tahun. Dlam menjalankan
pemerintahan Maulana Muhammad dibimbing oleh mengkubumi hingga ia berusia dewasa.

B. Letak Geografis Kerajaan Banten


Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa yang pernah
menjadi penguasa jalur pelayaran dan perdagangan. Salah satu faktor kemajuan dari
Kesultanan Banten adalah posisinya yang strategis, yaitu di ujung barat Pulau Jawa, lebih
tepatnya di Tanah Sunda, Provinsi Banten. Ibu kota Kesultanan Banten
adalah Surosowan, Banten Lama, Kota Serang.
C. Sistem Pemerintahan (Raja-raja yang berkuasa selama di kerajaan
Banten)
Setelah Banten muncul sebagai kerajaan yang mandiri, penguasanya
menggunakan gelar Sultan sehingga sistem pemerintahannya Kesultanan, sementara
dalam lingkaran istana terdapat gelar Pangeran Ratu, Pangeran Adipati, Pangeran Gusti,
dan Pangeran Anom yang disandang oleh para pewaris. Pada pemerintahan Banten
terdapat seseorang dengan gelar Mangkubumi, Kadi, Patih serta Syahbandar yang
memiliki peran dalam administrasi pemerintahan. Sementara pada masyarakat Banten
terdapat kelompok bangsawan yang digelari dengan tubagus (Ratu Bagus), ratu atau
sayyid, dan golongan khusus lainya yang mendapat kedudukan istimewa adalah terdiri
atas kaum ulama, pamong praja, serta kaum jawara.

Pusat pemerintahan Banten berada antara dua buah sungai yaitu Ci Banten dan Ci
Karangantu. Di kawasan tersebut dahulunya juga didirikan pasar, alun-alun dan Istana
Surosowan yang dikelilingi oleh tembok beserta parit, sementara disebelah utara dari
istana dibangun Masjid Agung Banten dengan menara berbentuk mercusuar yang
kemungkinan dahulunya juga berfungsi sebagai menara pengawas untuk melihat
kedatangan kapal di Banten.

Berdasarkan Sejarah Banten, lokasi pasar utama di Banten berada antara Masjid
Agung Banten dan Ci Banten, dan dikenal dengan nama Kapalembangan. Sementara
pada kawasan alun-alun terdapat paseban yang digunakan oleh Sultan Banten sebagai
tempat untuk menyampaikan maklumat kepada rakyatnya. Secara keseluruhan rancangan
kota Banten berbentuk segi empat yang dpengaruhi oleh konsep Hindu-Budha atau
representasi yang dikenal dengan nama mandala. Selain itu pada kawasan kota terdapat
beberapa kampung yang mewakili etnis tertentu, seperti Kampung Pekojan (Persia) dan
Kampung Pecinan. Kesultanan Banten telah menerapkan cukai atas kapal-kapal yang
singah ke Banten, pemungutan cukai ini dilakukan oleh Syahbandar yang berada di
kawasan yang dinamakan Pabean. Salah seorang syahbandar yang terkenal pada masa
Sultan Ageng bernama Syahbandar Kaytsu.

Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah
tahun 1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah, seorang panglima tentara Demak yang
pernah diutus oleh Sultan Trenggana menguasai bandarbandar di Jawa Barat. Pada waktu
Kerajaan Demak berkuasa, daerah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Demak.
Namun setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan
diri dari pengaruh kekuasaan Demak.

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim


memindahkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan. Hasanuddin
memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung di Sumatra Selatan
yang sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian, ia
telah meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Pada
tahun 1570, Sultan Hasanuddin wafat. Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana
Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin. Di bawah kekuasaannya Kerajaan Banten pada
tahun 1579 berhasil menaklukkan dan menguasai Kerajaan Pajajaran (Hindu). Akibatnya
pendukung setia Kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yaitu daerah Banten
Selatan, mereka dikenal dengan Suku Badui. Setelah Pajajaran ditaklukkan, konon
kalangan elite Sunda memeluk agama Islam.

Maulana Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Pada akhir


kekuasaannya, Maulana Muhammad menyerang Kesultanan Palembang. Dalam usaha
menaklukkan Palembang, Maulana Muhammad tewas dan selanjutnya putra mahkotanya
yang bernama Pangeran Ratu naik takhta. Ia bergelar Sultan Abul Mufakhir Mahmud
Abdul Kadir. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra Pangeran
Ratu yang bernama Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Ia sangat menentang kekuasaan
Belanda.Usaha untuk mengalahkan orang-orang Belanda yang telah membentuk VOC
serta menguasai pelabuhan Jayakarta yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa
mengalami kegagalan. Setelah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mulai
dikuasai oleh Belanda di bawah pemerintahan Sultan Haji.
D. Ekonomi Kerajaan Banten
Kesultanan Banten merupakan kerajaan maritim dan mengandalkan perdagangan
dalam menopang perekonomiannya. Monopoli atas perdagangan lada di Lampung,
menempatkan penguasa Banten sekaligus sebagai pedagang perantara dan Kesultanan
Banten berkembang pesat, menjadi salah satu pusat niaga yang penting pada masa itu.

Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi


bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya ialah:

(1) letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan;


(2) jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi
singgah di Malaka namun langsung menuju Banten;
(3) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada.

Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat,
Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk
perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab
mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang
Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

E. Sosial Dan Budaya di Kerajaan Banten


Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan
sosial masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam.
Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah
pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah
Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut
Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan
tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena
sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan
Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai
kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan
pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di
Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas
Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam.
Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.

F. Faktor Runtuhnya Kerajaan Banten


Faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan banten adalah :
1. Adanya campur tangan dari VOC dalam perdagangan di kerajaan banten
2. Terjadi perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan VOC
3. Adanya konflik dengan Sultan Haji yang mana sultan haji lebih memihak kepada
VOC
Di bawah kekuasaannya Banten berhasil ditaklukan VOC. Faktor utama keruntuhan
kerajaan Banten adalah Devide at Impera (politik adu domba) oleh VOC terhadap
Kerajaan Banten di bawah pemimpinan Sultan Haji (putra Sultan Ageng Tirtayasa
sekaligus pembantu raja Kerajaan Banten) dengan Sultan Ageng Tirtayasa.

G. Peninggalan Kerajaan Banten

1. Meriam Ki Amuk

Salah satu peninggalan Kerajaan Banten yang masih bertahan hingga saat ini, yaitu
Meriam Ki Amuk Meriam Ki Amuk terdapat di dalam Benteng Speelwijk. Menurut
sejarahnya, meriam ini memiliki daya tembakan yang jauh dan memiliki ledakan yang
besar.

2. Danau Tasikardi

Danau Tasikardi merupakan salah satu peninggakan Kerajaan Banten yang masih
bertahan hingga saat ini, Kids. Danau Tasikardi dibuat pada masa pemerintahan Sultan
Maulana Yusuf dan dilapisi oleh keramik dan batu bara.
3. Benteng Speelwijk

Benteng Speelwijk merupakan bukti penjagaan Kerajaan Banten atas serangan laut.
Di samping itu, benteng Speelwijk juga digunakan untuk memantau kegiatan
pelayaran.

4. Vihara Avalokitesvara

Salah satu peninggalan Kerajaan Banten adalah Vihara Avalokitesvara. Vihara ini
menjadi bukti akan keterbukaan Kerajaan Banten dengan seluruh agama. Nah, Vihara
Avalokitesvara memiliki dinding yang memiliki relief legenda siluman ular putih.
5. Masjid Agung Banten

Masjin Agung Banten berada di desa Banten Lama, kecamatan Kaseman. Masjid ini
memiliki keunikan yaitu bentuk menara yang mirip dengan mercusuar dan bagian
atapnya mirip pagoda, Kids. Di bagian kanan dan kiri terdapat serambi dan makan
Kesultanan Banten dan keluarganya.

6. Istana Keraton Kaibon

Istana Keraton Kaibon juga termasuk salah satu peninggalan Kerajaan Banten yang
masih ada hingga saat ini. Istana Keraton Kaibon adalah tempat tinggal Ratu Aisyah
yang merupakan ibunda dari Sultan Saifudin.
7. Istana Keraton Surowosan

Selain peninggalan di atas, Istana Keraton Surowosan juga termasuk peninggalan


Kerajaan Banten, Kids. Istana Keraton Surowosan menjadi pusat pemerintahan
Kerajaan Banten sekaligus sebagai tempat tinggal para sultan Banten. Nah, itulah
informasi mengenai peninggalan Kerajaan Banten yang masih bertahan hingga saat
ini.

Anda mungkin juga menyukai