Anda di halaman 1dari 13

PAI DALAM KURIKULUM MADRASAH

TUGAS
Dosen Pengampu
(Prof. Dr. H. Dedi Jubaedi , M.A)

NAMA MAHASISWA : MAMAN


NIM : 17087010010

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI


PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM DOKTOR
CIREBON
2018
DAFTAR ISI

Contents
A. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
B. PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2
1. Pendidikan Islam dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) .................................... 2
2. Pengertian dan Perkembangan Madrasah ............................................................... 2
3. Kurikulum PAI di Madrasah..................................................................................... 4
a. Kurikulum PAI Pra Kemerdekaan ....................................................................... 4
b. Kurikulum 1947 ...................................................................................................... 5
c. Kurikulum 1952-1964 ............................................................................................. 5
d. Kurikulum 1968 ...................................................................................................... 5
e. Kurikulum 1975 ...................................................................................................... 6
f. Kurikulum 1984 ...................................................................................................... 6
g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 ................................................ 6
h. Kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Tahun 2004 ................... 7
i. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)/ Kurikulum 2006 ................... 7
j. Kurikulum 2013 (K-13) .......................................................................................... 8
C. PENUTUP ........................................................................................................................ 9

i
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 Tentang Pendidikan
Dasar Pasal 4 menyebutkan bahwa Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama
masing-masing disebut Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan
Keputusan Menteri Agama Nomor 370 Tahun 1993 Tentang Madrasah Aliyah (MA)
Pasal 3 menyebutkan bahwa Madrasah Aliyah adalah satuan pendidikan dalam jenjang
pendidikan menengah dalam bentuk sekolah menengah umum yang berciri khas agama
Islam.
Sebagai sekolah yang berciri khas Agama Islam, maka madrasah mempunyai
program yang sama dengan sekolah, tetapi mempunyai mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang lebih banyak dari sekolah1. Berdasarkan Surat Keputusan
Bersama (SKB) 3 Menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan
Menteri Dalam Negeri) Nomor: 6 Tahun 1975, Nomor: 037/U/1975, dan Nomor:36
Tahun 1975 tentang Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah bahwa madrasah
diakui sebagai lembaga pendidikan formal yang memuat mata pelajaran agama
sebanyak 30% dan mata pelajaran umum sebanyak 70%2.
Mata Pelajaran PAI di madrasah dibagi dalam 5 sub mata pelajaran, yaitu Al-
Quran Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dengan
masing-masing mendapatkan alokasi waktu 2 jam pelajaran per minggu. Sedangkan di
sekolah umum Mata Pelajaran PAI diajarkan terintegrasi dalam satu kesatuan dengan
alokasi waktu 2 jam pelajaran.
Berdasarkan hal tersebut di atas, ketika ada gagasan memindahkan pembinaan
madrasah (MI, MTs, dan MI) dari Kementerian Agama (Kemenag) ke Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) banyak menimbulkan pro-kontra, karena

1
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. 2012. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional
di Indonesia. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group.
2
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. 2012. Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group. hal. 30

1
dikhawatirkan akan menonjolkan ‘keumumannya’saja dengan alokasi yang sangat
terbatas, yaitu 2 jam mata pelajaran per minggu.

B. PEMBAHASAN

1. Pendidikan Islam dengan Pendidikan Agama Islam (PAI)


Pendidikan Islam memiliki pengertian yang berbeda dengan Pendidikan Agama
Islam (PAI). Menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Islam adalah bimbingan yang
diberikan oleh seseorang kepada orang lain, agar ia berkembang secara maksimal
sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap seseorang,
agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin3.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam (PAI) dimaknai sebagai pendidikan yang
mengajarkan tentang Agama Islam4. PAI dibakukan sebagai nama kegiatan mendidik
Agama Islam. PAI mempunyai kedudukannya yang sejajar dengan mata pelajaran lain
seperti Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa Pendidikan Islam
lebih luas dari PAI, karena PAI sudah mengalami penyempitan makna hanya sebagai
nama mata pelajaran, yang dibatasi oleh kurikulum dan jenjang pendidikan. Selain itu,
PAI hanya diajarkan terbatas pada pendidikan formal, sedangkan Pendidikan Islam
bisa diajarkan baik melalui pendidikan formal dan non formal seperti di forum majelis
ta'lim.

2. Pengertian dan Perkembangan Madrasah


Madrasah merupakan isim makan dari “darasa” yang berarti “tempat duduk untuk
belajar”. Istilah madrasah ini sekarang menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan

3
Afifuddin Harisah. 2018. Filsafat Pendidikan Islam, Prinsip dan Dasar Pengembangan. Yogyakarta.
Penerbit Deepublish, hlm. 71
4
Dr. Lalu Muhammad Nurul Wathoni. 2018. Integrasi Pendidikan Islam dan Sains: Rekonstruksi
Paradigma Pendidikan Islam. Ponorogo. CV Uwais Inspirasi Indonesia, hlm 43

2
(terutama perguruan Islam)5. Sedangkan menurut Surat Keputusan Bersama Tiga
Menteri Tahun 1975, pengertian madrasah adalah lembaga pendidikan yang
menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan
sekurang-sekurangnya 30% di samping mata pelajaran umum6.
Dengan keterangan tersebut dapat dipahami bahwa madrasah adalah sebagai suatu
lembaga yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman. Madrasah ditanah Arab ditunjukkan
untuk semua sekolah secara umum, akan tetapi di Indonesia ditujukan untuk sekolah-
sekolah yang mempelajari ajaran-ajaran Islam. Madrasah pada prinsipnya adalah
kelanjutan dari sistem pesantren7.
Pada masa prakemerdekaan madrasah didirikan oleh para ulama Indonesia, antara
lain8:
a. Madrasah (Adabiyah School). Madrasah ini didirikan oleh Syikh Abdullah
Ahmad pada tahun 1907 di Padang Panjang. Belum cukup satu tahun madrasah
ini gagal berkembang dan dipindahkan ke Padang. Pada tahun 1915 madrasah
ini mendapat pengakuan dari Belanda dan berubah menjadi Hollands
Inlandsche School (HIS).
b. Sekolah Agama (Madras School). Didirikan oleh Syekh M. Thaib Umar di
Sungayang, Batusangkar pada tahun 1910. Madrasah ini pada tahun 1913
terpaksa ditutup dengan alasan kekurangan tempat. Namun pada tahun 1918,
Mahmud Yunus mendirikan Diniyah School sebagai kelanjutan dari Madras
School.
c. Madrasah Diniyah (Diniyah School). Madrasah Diniyah didirikan pada tanggal
10 Oktober 1915 oleh Zainuddin Labai El Yunusiy di padang Panjang.

5
Hasbullah, 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, hlm.160
6
Haidar Putra Daulay. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.
Jakarta. Kencana, hlm. 102.
7
http://karyailmu99.blogspot.com/2015/12/sejarah-dan-perkembangan-madrasah-di.html diakses
tanggal 12-10-2018.
8
Samsul Nizar. 2013. Sejarah Sosial dan Dinamika Intelektual Pendidikan Islam di Nusantara,
Jakarta: Kencana hlm. 264-265

3
Madrasah ini merupakan madrasah sore yang tidak hanya mengajarkan
pelajaran agama tetapi juga pelajaran umum.
d. Arabiyah School, didirikan tahun 1918 di Ladang Lawas oleh Syeikh Abbas.
e. Madrasah Muhammadiyah. Madrasah Muhammadiyah tidak diketahui
berdirinya dengan pasti, namun diperkirakan berdiri pada tahun 1918 yang
didirikan oleh organisasi Muhammadiyah.
f. Madrasah yang didirikan oleh Hasyim Asy’ari berdiri pada tahun 1919 M
bernama Salafiyah di asuh oleh K.H. Ilyas, madrasah ini memberikan
pengetahuan agama dan pengetahuan umum9.
Setelah masa penjajahan, Departemen Agama dibentuk, salah satu tugasnya adalah
membina lembaga pendidikan formal berciri khas Islam yang dibagi menjadi tinga
tingkatan, yaitu; 1) Madrasah Ibtidaiyah (MI) setara dengan SD, Madrasah Tsanawiyah
(MTs) setara dengan SMP, dan Madrasah Aliyah (MA) setara dengan SMA10.

3. Kurikulum PAI di Madrasah


a. Kurikulum PAI Pra Kemerdekaan
Pendidikan Agama Islam pada masa Prakemerdekaan sangat tidak
diperhatikan, pendidikan pada prakemerdekaan ini dipengaruhi oleh kolonialisme
yang berpusat pada agama mereka (Penjajah), selain itu dari segi kelas hanya
diperuntukkan untuk kalangan terbatas, yaitu anak-anak priyai. Tujuan pendidikan
kolonial tidak terarah pada pembentukan dan pendidikan orang muda untuk
mengabdi pada bangsa dan tanah airnya sendiri, akan tetapi dipakai untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma- norma masyarakat penjajah agar dapat
ditransfer oleh penduduk pribumi dan menggiring penduduk pribumi menjadi
budak dari pemerintahan kolonial11.

9
Zuhairini, 2004. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 194
10
Dr. H. Moch. Tolchah, M.Ag. 2015. Dinamika Pendidikan Islam Pasca Orde Baru. Yogyakarta.
LKiS Pelangi Aksara. , hlm. 275
11
Ahmad Dhaifi, 2017. Perkembangan Kurikulum PAI Di Indonesia. Jurnal Edureligia | Vol. 01 No.
01 Tahun 2017, hlm. 79.

4
Pada periode ini sistem pendidikan dan pengajaran agama islam Al-qur’an
dan pengajian kitab yang diselenggarakan dirumah-rumah, surau, masjid,
pesantren, dan lain-lain pada perkembanganya selanjutnya mengalami perubahan
bentuk baik dari segi kelembagaan, materi pengajaran atau kurikulum, metode
maupun strutur organisasinya sehingga melahirkan suatu bentuk yang baru yang
disebut madrasah12.

b. Kurikulum 1947
Oleh karena beberapa sebab, kurikulum ini dalam prakteknya baru
dilaksanakan pada tahun 1950. Keberadaan pendidikan agama Islam telah diatur
pelaksanaannya dalam SKB dua menteri (Menteri P & K dan Menteri Agama)
tahun 1946.

c. Kurikulum 1952-1964
Dalam kurikulum ini berdasarkan UUPPP (Undang-Undang Pokok
(Pendidikan dan Pengajaran) nomor 4 tahun 1950. Selanjutnya, muncul SKB dua
menteri tahun 1951 yang menegaskan bahwa pendidikan agama wajib
diselenggarakan di sekolah- sekolah, minimal 2 jam perminggu.
Selain itu,Depag juga telah mengupayakan terbentuknya kurikulum agama di
sekolah maupun pesantren, akhirnya dibentuklah tim yang diketuai oleh K.H. Imam
Zarkasyi dari Pondok Pesantren Gontor yang berhasil menyusun kurikulum agama
yang kemudian disahkan oleh menteri agama pada tahun 1952. Disebutkan bahwa,
setelah Depag berhasil menyusun kurikulum itu, pendidikan agama memperoleh
porsi 25 % dari keseluruhan mata pelajaran yang diajarkan sekolah selama
seminggu.

d. Kurikulum 1968

12
https://gunawanpunyablog.wordpress.com/2012/10/25/6/ diakses 13-01-2018

5
Kurikulum 1968 ini adalah penyempurnaan dari kurikulum 1964. Kurikulum
ini menjadi model kurikulum terintegrasi. Focus kurikulum ini tidak lagi
pancawardhana sebagaimana kurikulum 1964. Namun demikian, pelaksanaan
pendidikan agama kebijakannya kurang lebih sama dengan kurikulum 1964.

e. Kurikulum 1975
Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum 1975 mengalami perubahan cukup
signifikan. Adanya SKB 3 menteri (Menteri Agama, Menteri dalam Negeri dan
Menteri P&K) serta disusunnya kurikulum madrasah 1975, pendidikan agama
mendapatkan porsi 30%, sementara pendidikan umum 70%. Sehingga ijazah
madrasah setingkat dengan ijazah dari sekolah umum, dan murid madrasah yang
ingin pindah ke sekolah umumpun diakui/ diperbolehkan.

f. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 ini adalah menyempurnakan kurikulum 1975. Peran siswa
dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan,
mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan guru sebagai
fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan dalam
kurikulum ini. Pendidikan agama dikuatkan melalui SKB 2 Menteri (Menteri P&K
dan Menteri dalam Negeri) yang mempertegas lulusan madrasah juga bisa juga
melanjutkan pendidikannya ke sekolah umum13.

g. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Dalam periode ini
adalah, terbitnya UU SISDIKNAS No 2 tahun 1989 yang menegaskan bahwa
madrasah adalah lembaga pendidikan yang berciri khas islam, artinya muatan

13
Albarobis A. Muhyidin, Sutrisno, 2012, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial, Jakarta, Ar
Ruzz Media, hlm. 67.

6
kurikulum struktur dan konsepnya senafas dengan nilai - nilai islam. Lebih jauh,
dengan UU SISDIKNAS ini, pendidikan agama Islam akhirnya berjalan satu
paket dengan system pendidikan nasional.

h. Kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Tahun 2004


UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggantikan UU
No 2 tahun 1989, pendidikan dipahami sebagai: usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Ciri khas Kurikulum ini menekankan pada pendekatan CTL (Contekstual
Teaching and Learning), menyangkut konstruktuvisme, inkuiri, bertanya,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian otentik.
Dengan ditetapkannya kurikulum 2004 ini, maka berimplikasi langsung
dengan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, yang menekankan kompetensi
siswa sebagai basisnya.

i. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)/ Kurikulum 2006


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing -masing satuan
pendidikan (sekolah/madrasah). Sedangkan pemerintah pusat hanya memberi
rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam pengembangan kurikulum. Jadi pada
kurikulum ini sekolah sebagai satuan pendidikan berhak untuk menyusun dan
membuat silabus pendidikan sesuai dengan kepentingan siswa dan kepentingan
lingkungan. KTSP lebih mendorong pada lokalitas pendidikan.
Penyelenggaraan PAI di madrasah/sekolah, dijabarkan dalam kurikulum
agama yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama, melalui Peraturan Menteri
Agama No 02 Tahun 2008, menetapkan Standard Kompetensi Lulusan (SKL) dan

7
Standard Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Dengan demikian
keberadaan Pendidikan Agama di madrasah dan sekolah di bawah wewenang
Kementerian Agama14.
j. Kurikulum 2013 (K-13)
Kurikulum 2013 (K-13) diberlakukan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 160 Tahun 2014. Kurikulum ini
menekankan pada beberapa hal:
1. Pencapaian Kompetensi Inti (KI), yaitu; 1) KI-1 (Kompetensi Spiritual), 2) KI-
2 (Kompetensi Sosial, 3) KI-3 (Kompetensi Pengetahuan), dan 4) KI-4
(Kompetensi Keterampilan).
2. Pendekatan Saintifik, melalui kegiatan 5 M (Mengamati, Menanya,
Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan).
3. Penilaian pembelajaran menggunakan penilian otentik.

Dalam kurikulum baru 2013 yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, Pendidikan


Agam Islam di sekolah dasar dan sekolah menengah digabung dengan Pendidikan
Budi Pekerti, sehingga namanya menjadi Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ini diajarkan selama 4 jam
pelajaran per minggu di jenjang sekolah dasar dan 3 jam pelajaran per minggu di
jenjang sekolah menengah.
Melalui Permendikbud Nomor 20, 21, 22, 23, dan 24, Tahun 2017, Kurikulum
2013 mengalami perbaikan, disebut Kurikulum 2013 Revisi 2017. Perbaikan dan
pengembangan yang dilakukan pemerintah terhadap kurikulum bertujuan untuk
menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi, yaitu sikap, keterampilan,
dan pengetahuan.
Dari perbaikan yang telah dilakukan sepanjang 2015, terdapat empat poin
perbaikan dalam dokumen kurikulum; (1) koherensi KI dan KD, (2) Penataan KI-1
(kompetensi spiritual) dan KI-2 (kompetensi sosial) pada semua mata pelajaran, (3)

14
Suhartono Toto, 2011, Filasafat Pendidikan Islam, Jakarta, Ar Ruzz Media

8
Penataan kompetensi yang tidak dibatas oleh pemenggalan taksonomi proses
berpikir, dan (4) Pemberian ruang kreatif pada guru dalam mengimplementasikan
kurikulum.
Kurikulum Fikih madrasah secara nasional untuk tingkat Tsanawiyah hanya
berisi rumusan tentang Kompetensi Inti lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD).
Selain itu, perbaikan atau revisi Kurikulum 2013 tahun 2017 adalah sebagai
berikut :
1. Mengintergrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam
pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
2. Mengintegrasikan literasi; keterampilan abad 21 atau diistilahkan dengan 4C
(Creative, Critical thinking, Communicative, dan Collaborative);
3. Mengintegrasikan HOTS (Higher Order Thinking Skill).
4. Literasi15

Kurikulum 2013 untuk PAI di madrasah diatur secara terpisah dalam Keputusan
Menteri Agama (KMA) Nomor 165 tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Pada Madrasah.
Dengan adanya dokumen kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab ini, Kementerian Agama telah berupaya untuk mentransformasikan pemikiran
yang menjembatani dinamika yang ada di masyarakat dengan tantangan pendidikan
saat ini dan mendatang.

C. PENUTUP

15
https://www.guru-id.com/2016/06/perubahan-kurikulum-2013-tahun-2016.html diakses 13-10-
2018

9
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu
sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua
jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan disuatu bangsa atau negara ditentukan
oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa atau negara tersebut.
Kurikulum PAI mengalami perkembangan dan problematikanya sejak masa
prakemerdekaan sampai saat ini. Kurikulum PAI saat ini sudah berjalan satu paket
dengan sistem pendidikan nasional.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai