Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN PENGAJIAN DALAM MASYARAKAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah “Manajemen Pendidikan Islam ”

: Dosen Perngampu

Dr. A. Qomarudin M.Pd.I.

Oleh :

Abdulloh Kamal 2212120135


Ahmad Fahrul Misbah 2212120136
Syuthon 2212120159
M. Nidhomuddin 2212120150

PROGAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY
AL-HIKAM MALANG

2023
Kata Pengantar

Puji syukur marilah kita haturkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’alaa,


karena telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya kepada kita semua,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen
Pengajian dalam Masyarakat”.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Pendidikan Islam, Bapak Dr. A. Qomarudin M.Pd.I., yang telah
mendampingi dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini. Tak lupa
kami sampaikan juga kepada orang tua kami masing-masing yang telah
mensupport kami secara moril.

Kami menyadari bahwa apa yang terdapat di dalam makalah ini mungkin
terdapat kesalahan yang tidak kami sadari. Oleh karena itu, kami meminta maaf
atas kesalahan yang terdapat di makalah ini. Terima kasih.

Malang, 17 Mei 2023

Tim penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Macam – macam Manajemen Pengajian dalam Masyarakat....3
B. Aspek-aspek yang Terlibat dalam Manajemen Pengajian di
Masyarakat.....................................................................................11
C. Tips yang Baik Untuk Melakukan Manajemen Pengajian di
Masyarakat.....................................................................................12

BAB III : PENUTUP


Kesimpulan...............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengajian dalam masyarakat adalah pengajaran dan pembelajaran agama


yang dilakukan di dalam masyarakat. Biasanya, pengajian dalam masyarakat
dijalankan di masjid, surau, atau tempat-tempat lain yang disediakan oleh
masyarakat untuk tujuan ini. Pengajian ini melibatkan pengajian Al-Quran,
tafsir, hadis, aqidah, fiqh, dan topik-topik agama lainnya.

Pengajian dalam masyarakat berfungsi sebagai platform untuk


menyebarkan pengetahuan agama kepada masyarakat setempat. Ia membantu
memperkuat pemahaman agama dan keimanan masyarakat, serta memupuk
nilai-nilai moral dan etika yang baik. Aktivitas pengajian ini juga memberi
peluang kepada masyarakat untuk berinteraksi, berkongsi pengalaman, dan
membina hubungan yang erat dalam konteks keagamaan.

Pengajian dalam masyarakat biasanya dijalankan oleh tokoh agama,


ustadz, atau orang yang memiliki pengetahuan agama yang memadai. Mereka
bertanggungjawab untuk menyampaikan materi pengajaran dengan cara yang
mudah difahami oleh peserta pengajian. Firman Allah di dalam Al Qur’an :

‫َفاْس َألوا َأْه َل الِّذ ْك ِر ِإْن ُك ْنُتْم ال َتْع َلُم وَن‬


“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika
kamu tidak mengetahui.”(QS. An Nahl : 43).

Selain itu, pengajian dalam masyarakat juga memberi ruang kepada


masyarakat untuk mengajukan pertanyaan, mendapatkan nasihat, atau mencari
penyelesaian bagi isu-isu yang berkaitan dengan agama. Hal ini membantu
memperbaiki pemahaman mereka tentang agama dan memberikan bimbingan
dalam kehidupan sehari-hari.

Pengajian dalam masyarakat juga boleh melibatkan acara-acara khas


seperti ceramah agama, kelas mengaji untuk kanak-kanak, tazkirah, serta

1
program-program keagamaan lain yang disesuaikan dengan keperluan
masyarakat setempat. Program-program ini diadakan dengan tujuan untuk
memberi manfaat kepada masyarakat dan membantu meningkatkan kesadaran
beragama dalam kalangan mereka karena begitu pentingnya menuntut ilmu
dalam ajaran Islam.

Rasulullah telah memperingatkan dalam sabdanya :

‫ أوالهــا‬: ‫سـيأتـي زمـان عـلى أمـتـي يـفـرون من الـعــلمـاء والـفـقـهــاء فـيـبـتـليـهـم اهلل بثـالث بـليـات‬
‫ والـثــالـثـة‬, ‫ والـثـانـة يســلـط اهلل تـعــاىل عـليـهـم ســلطانـا ظالـمــا‬, ‫يـرفـع اهلل البـركة من كسـبـهـم‬
.‫خيـرجـون من الـدنـيـا بـغيـر ايـمــان‬
“Akan datang suatu masa pada ummatku, pada saat itu mereka berlari
meninggalkan para ulama dan fuqaha, maka Allah akan menimpakan pada
ummat tiga bencana : Pertama, Allah akan menghilangkan keberkahan dari
hasil kerjanya. Kedua, Allah akan menguwasakan ummat itu pada panguasa
yang dlolim. Ketiga, Ummat akan mati keluar dari dunia dengan tanpa iman”

Dalam kesimpulannya, pengajian dalam masyarakat memainkan peranan


penting dalam penyebaran ilmu agama dan pembinaan keimanan dalam
masyarakat. Ia membantu memperkuat hubungan antara anggota masyarakat
dalam konteks keagamaan, serta menyediakan platform untuk berinteraksi,
berkongsi pengetahuan, dan mencari pemahaman yang lebih baik tentang agama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja macam – macam manajemen pengajian dalam Masyarakat ?


2. Aspek apa saja yang terlibat dalam manajemen pengajian di masyarakat ?
3. Bagaimana tips yang baik untuk melakukan manajemen pengajian di
masyarakat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam – macam manajemen pengajian dalam
Masyarakat
2. Untuk mengetahui aspek-aspek yang terlibat dalam manajemen pengajian di
masyarakat.

2
3. Memahami tips yang baik untuk melakukan manajemen pengajian di
masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam – macam Manajemen Pengajian dalam Masyarakat


Ada berbagai macam pelaksanaan pengajian yang dilaksanakan di
masyarakat, baik dalam skala kecil maupun skala besar (untuk masyarakat
umum). Pengajian ini masih berlangsung secara alamiah, tradisional, dan
belum di-manage secara profesional sehingga hasilnya belum maksimal.
Apabila pengajian itu dikelola secara profesional, maka hasilnya bisa
maksimal. Hal ini meliputi manajemen pengajian di rumah ustadz/kiai,
manajemen pengajian di langgar/surau/masjid, manajemen pengajian dalam
kelompok tahlilan, manajemen pengajian dalam kuliah tujuh menit,
manajemen pengajian dalam majelis taklim, manajemen pengajian dalam
kursus privat, manajemen pengajian umum, manajemen khotbah,
manajemen pengajian dalam hajatan keluarga, dan manajemen pembinaan
kepribadian Muslim melalui kegiatan ESQ.1
1) Manajemen Pengajian di Rumah Ustadz/Kiai
Model pengajian yang dilaksanakan di rumah ini memiliki aka
historis yang sangat jelas, M. Athiyah al-Abrasyi menjelaskan bahwa
psi masa permulaan Islam, pelajaran agama dilaksanakan di rumah-
rumah Rasulullah menggunakan rumah Arqam bin Abi Arqam sebagai
temp mengajarkan kaidah-kaidah Islam dan membacakan ayat-ayat Al-
Qur'an kepada para sahabat dan pengikut-pengikutnya (kaum Muslimin
samping itu, Rasulullah juga mengadakan pertemuan-pertemuan dengi
kaum Muslimin di rumahnya sendiri di Mekkah, untuk mengajari dan
membersihkan akidah mereka dari noda syirik.2

1
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Ghani dan
Djohar Bahry. (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 51
2
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h. 52

3
Penggunaan rumah sebagai tempat pembelajaran atau pengajian
ini sebenarnya jika diukur dari perspektif sarana-prasarana pendidikan
sekarang terasa kurang efektif karena situasi rumah bercampur baur
dengan situasi pembelajaran. Namun, dalam kondisi darurat, artinya
ketika belum memiliki tempat pembelajaran khusus, rumah pun bisa
difungsikan sebagai sarana pembelajaran. Untuk melaksanakan
pembelajaran agama Islam, Rasulullah tidak perlu menunggu berdirinya
bangunan yang dikhususkan untuk pendidikan, karena urgennya
pelaksanaan pendidikan agama Islam pada masyarakat Muslim. Dengan
demikian, rumah sebagi sarana pendidikan telah bermanfaat besar
sebagai pengganti sementara atau jembatan darurat yang
menghubungkan keberadaan lembaga pendidikan yang memadai.
Pepatah menyatakan, "tiada rotan, akar pun jadi". Ketika belum
memiliki tempat pendidikan yang ideal, seseorang bisa menggunakan
tempat seadanya, yang terpenting proses pendidikan dan pembelajaran
dapat dilaksanakan.3
2) Manajemen Pengajian di Langgar/Surau/Masjid
Di kalangan umat Islam yang berada di pedesaan, mereka terbias
memanfaatkan tempat-tempat ibadah sebagai lembaga pendidikan Islan
karena berbagai keterbatasan fasilitas pendidikan, sehingga langgar
maid sering dijadikan tempat penyelenggaraan pengajian. Gejala ini lazi
terjadi di banyak daerah dan bisa dimaklumi. Akan tetapi kita masih
sering menyaksikan pengajian yang diselenggarakan di langgar/sur
masjid yang berada di perkotaan baik pengajian Al-Qur'an, pengajian
kitab kuning, maupun pengajian umum. Gejala ini menunjukkan bahw
tradisi menjadikan tempat ibadah sebagai tempat yang multifungsi dan
multiguna termasuk sebagai tempat penyelenggaraan pengajian ternyata
masih sangat kuat.4
Pengajian yang dilaksanakan di langgar/surau/masjid ini
sebagaimana pada umumnya terjadi di pedesaan. Hal ini menunjukkan

3
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h. 53
4
Ibid, h. 58

4
proses pendidikan agama yang simpel sesuai dengan suasana di
pedesaan. Imam Suprayogo menjelaskan bahwa wajah kesederhanaan
pendidikan agama di langgar, surau atau masjid itu dapat dilihat dari
beberapa sisi, mulai dari tenaga pengajar, murid, metode mengajar,
tujuan yang ingin dicapa dan pengelolaannya, tidak ada organisasi
maupun administrasi yang rapi tidak ada rancangan kurikulum, tidak
ada klasifikasi santri berdasarkan umur, tidak ada ketentuan masa
belajar, dan tidak ada tingkat-tingkat pengetahuannya. Murid leluasa
memilih bidang pengetahuan yang mereka pelajari. Pada tingkat
permulaan di samping mempelajari bacaan Al- Qur'an, murid juga
diajarkan shalat. Mereka tetap dilatih shalat berjamaah agar terbiasa
melakukan kewajiban ini meski pun mereka belum mampu menghafal
seluruh bacaannya.5
3) Manajemen Pengajian dalam Kelompok Tahlilan
Istilah tahlilan yang sudah sangat populer di Indonesia ini berasal
darikata hallala-yuhallilu-tahlilan. Dari susunan kata ini menunjukkan
bahwa kata tahlilan merupakan bentuk masdar (deverbalisasi) dari fi'il
madhi (kata kerja yang menunjukkan masa lampau) hallala yang berarti
ia telah membaca Lailaha illallah, lalu fi'il mudhari" (kata kerja yang
menunjukkan waktu sedang berlangsung) yuhallis yang berarti ia
sedang membaca Lailaha illallah. Maka, tahlilan merupakan kegiatan
membaca kalimat Lailaha illallah (tidak ada Tuhan yang wajib
disembah kecuali Allah). yang dikemas dengan bacaan-bacaan lainnya
seperti bacaan sebagian surah dan ayat Al-Qur'an, bacaan istigfar,
bacaan shalawat, bacaan tasbih, maupun ditambahkan dengan bacaan
lainnya dan diakhiri dengan doa. Namun, inti tahlilan adalah membaca
kalimat Lailaha illallah tersebut sesuai dengan asal-usul kalimat itu
sendiri.6

5
Said Agil Husin Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur'ani dalam Sistem Pendidikan
Islam Jawaban Terhadap Tantangan Modernitas Pendidikan Keagamaan di Indonesia. (Ciputat:
Ciputat Press, 2003), h. 319-320
6
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h. 70

5
Tahlilan ini menjadi tradisi pesantren, masyarakat tradisional,
Nahdlatul Ulama (NU), dan organisasi-organisasi Islam yang sepaham
dengan organisasi yang didirikan para ulama pesantren itu. NU
merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia sehingga sebagai arus
utama (mainstream) bagi umat Islam Indonesia, maka tahlilan itu
senantiasa diikuti berbagai lapisan masyarakat mulai dari orang dewasa,
remaja dan anak-anak. Tahlilan sering kali diikuti kiai, pejabat,
pengusaha, pedagang. petani, pekerja pabrik maupun pemegang profesi
lainnya.7
4) Manajemen Pengajian dalam Kuliah Tujuh Menit
Secara verbal, istilah kuliah tujuh menit yang biasa disingkat
kultum adalah pengajian yang disampaikan dalam durasi tujuh menit,
tetapi secara substansial adalah pengajian yang dilakukan dalam waktu
yang singkat. Pengajian ini tidak hanya diselenggarakan di masjid,
tetapi bisa juga dilaksanakan di berbagai tempat baik di sekolah,
perusahaan, kantor, tempat perkemahan, dan lain sebagainya. Inti dari
pengajian ini merupakan pemanfaatan waktu yang sangat singkat
dengan siraman rohani yang dipandang sangat bermanfaat untuk
membekali mental umat Islam agar memiliki kepribadian Muslim yang
baik. Orang Islam telah terbiasa melaksanakan kuliah tujuh menit ini
yang diselipkan dalam berbagai kegiatan baik kegiatan yang berdimensi
sosial, kultural, intelektual maupun religius.8
Kegiatan ini memiliki tujuan yang mulia seperti juga pada model-
model pengajian lainnya kendati pun kegiatan kultum ini berlangsung
sangat singkat dibandingkan dengan pengajian-pengajian lainnya.
Melalui kegiatan pengajian dalam kultum ini dapat dimaksudkan untuk.
memperkokoh keimanan jemaah atau pendengar (mustami),
meningkatkan semangat ibadah kepada Allah SWT baik ibadah
individual (ibadah nafsiyah) maupun ibadah sosial (ibadah ijtima'iyah),

7
Imam Suprayogo. Reformulasi Visi Pendidikan Islam. (Malang: STAIN Press, 1999), h.
58-59
8
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h. 73

6
menanamkan akhlak yang mulia (al-akhlaq al-karimah) atau akhlak
yang terpuji (al-akhlaq al- mahmudah), mempererat tali silaturahmi,
menanamkan nilai-nilai sosial dengan membudayakan kepedulian
kepada orang-orang yang kurang mampu, dan bisa juga meningkatkan
nilai-nilai kultural yang luhur seperti inisiatif, dinamis, kreatif, dan
produktif yang dapat mengantarkan pada kemajuan. Maka kegiatan
pengajian dalam kultum ini dipandang penting dilaksanakan.9
5) Manajemen Pengajian Majelis Taklim
Model pengajian lain yang ada di Indonesia adalah majelis
taklim. Istilah majelis taklim sudah sangat akrab bagi masyarakat
Indonesia. Namun tidak mudah bagi mereka untuk mendefinisikannya
secara jelas, dimaksud singkat dan padat (jami mani). Padahal
pemahaman terhadap majelis taklim itu harus dikuasai oleh mereka.
Kemudian apakah yang dengan majelis taklim itu? Amri Marzali
menyatakan, "Majelis taklim adalah suatu perhimpunan orang banyak
untuk mendengarkan ceramah atau kuliah agama Islam dari seorang
muallim." Dengan kata lain, majelis taklim merupakan perkumpulan
pengajian, sehingga motifnya adalah mencari ilmu agama dan
mendapatkan pahala dari Allah SWT, sehingga pesertanya semakin
berkembang pesat di berbagai daerah, khususnya kalangan ibu-ibu
rumah tangga yang merasakan hausnya siraman rohani.10
6) Manajemen Pengajian dalam Kursus Privat
Adakalanya seseorang dalam mengikuti pengajian dengan cara
khusus yakni mendatangkan ustadz/ustadzah untuk mengajar di
rumahnya atau di tempat lain, baik diikuti oleh dirinya sendiri, seluruh
keluarganya maupun suatu kelompok tertentu. Lazimnya pengajian
yang dilaksanakan dengan model kursus privat ini disebabkan faktor
kesibukan, ekonomi, dan sosial. Bagi seseorang yang tidak memiliki
cukup waktu untuk mengikuti pengajian baik di langgar/surau/masjid,

9
M. Syatibi Al-Haqiri, "Presentasi Makalah. Diskusi dan Komentar Nara Sumber
Majelis Taklim dan Pembinaan Umat", dalam Kustini (ed.), h. 18-21
10
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h. 76

7
pesantren maupun majelis taklim sedangkan keinginannya sangat kuat
untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam, maka solusi yang ditempuh
adalah melaksanakan pengajian khusus di rumahnya dengan
mendatangkan ustadz/ustadzah sendiri.11 Model pelaksanaan pengajian
pada kursus privat ini umumnya diselenggarakan oleh orang-orang yang
secara ekonomis memang potensial sehingga mampu membayar
ustadz/ustadzah sendiri tanpa melibatkan kontribusi dari orang lain.
Namun, terkadang ada kasus lain bahwa seseorang merasa gengsi kalau
harus mengikuti pengajian bersama-sama orang lain lantaran tingkat
sosialnya yang sangat tinggi di tengah-tengah masyarakat sedangkan
penguasaannya terhadap ajaran-ajaran Islam masih minim sehingga
mengadakan pengajian sendiri di rumahnya untuk kepentingan dirinya
maupun keluarganya.12
7) Manajemen Pengajian Umum
Pengajian ini memiliki sebutan yang bermacam-macam sesuai
hajat yang terkandung dalam pengajian itu sehingga terdapat pengajian
Muharam, Maulid Nabi, Isra' Mi'raj, Imtihan Akhir Al-Sannah, Nuzulul
Qur'an, Halalbihalal, Manakib Kubra, Istighasah Kubra, dan Haul
Akbar. Pengajian Muharam dalam rangka menyambut tahun baru
hijriah, pengajian Maulid Nabi merupakan pengajian yang
memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan menjabarkan
kisah hidup, akhlak dan perjuangannya yang seharusnya diteladani
umat Islam, pengajian Isra Mi'raj merupakan pengajian yang
dilaksanakan untuk memperingati peristiwa perjalanan istimewa yang
ditempuh Nabi Muhammad Saw dari masjid Al-Haram hingga masjid
Al-Aqsha kemudian diteruskan ke Sidrat Al-Muntaha dalam rangka
menerima titah/kewajiban ibadah shalat, pengajian Imtihan Akhir al-
Sannah merupakan pengajian dalam rangka mengakhiri tahun ajaran
dalam pembelajaran di pesantren maupun di lembaga pendidikan Islam
11
Khadijah Munir, "Peningkatan Kualitas Majelis Taklim Menuju Akselerasi dan
Eskalati
Pemberdayaan Umat", dalam Kustini (ed.), Hasil Seminar, h. 40
12
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h. 88

8
lainnya, pengajian Nuzulul Qur'an merupakan pengajian yang
dilaksanakan untuk memperingati peristiwa turunnya Al-Qur'an di masa
kehidupan Nabi Muhammad SAW, pengajian Halalbihalal merupakan
pengajian yang dilaksanakan terkait dengan hari Idul Fitri untuk
memperkokoh silaturahmi khususnya sesama umat Islam, pengajian
Manakib Kubra merupakan pengajian yang dilaksanakan dengan
mengurai sejarah kehidupan ulama besar dalam Islam untuk diambil
hikmah dan teladannya seperti Manakib Syaikh Abd Al-Qadir Al-Jilani.
Pengajian ini disebut pengajian Manakib Kabra karena pelaksanaan
pengajian itu diikuti jemaah dalam skala yang besar, pengajian Istigasah
Kubra merupakan pengajian yang menekankan pada zikir bersama
meminta pertolongan kepada Allah lalu dilanjutkan ceramah yang
diikuti jemaah dalam skala yang besar, sedangkan pengajian Haul
Akbar merupakan pengajian yang dilaksanakan setahun sekali terkait
dengan peringatan hari wafat ulama besar dalam Islam yang diikuti
jemaah dalam skala besar seperti pengajian Haul Akbar Sunan Bonang
yang dilaksanakan di masjid Jami' Tuban..13
8) Manajemen Khotbah Jum‟at
Dalam pelaksanaan ajaran Islam, kita dikenalkan berbagai macam
khotbah antara lain: khotbah Jum'at, khotbah dua hari raya (khotbah
'idain), khotbah nikah, khotbah wukuf, khotbah shalat gerhana, dan
khotbah istisqa. Khotbah jum'at merupakan penyampaian pesan-pesan
Islam yang diselenggrakan setiap hari Jum'at sebelum pelaksanaan
shalat Jum'at. Khotbah dua hari raya yakni penyampaian pesan-pesan
Islam pada saat hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha. Pesan-
pesan tersebut disampaikan sesudah pelaksanaan shalat 'Id. Jadi, waktu
pelasanaannya berkebalikan dengan pelaksanaan khotbah jum'at.
Khotbah nikah merupakan penyampaian pesan-pesan Islam pada saat
menjelang pelaksanaan akad nikah. Khotbah wukuf merupakan
penyampaian pesan- pesan Islam pada saat jemaah haji melakukan
ibadah wukuf di Arafah setiap tanggal 9 Dzulhijah, khotbah shalat
13
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h.93

9
gerhana merupakan penyampaian pesan-pesan Islam dalam rangka
shalat gerhana baik shalat gerhana bulan maupun matahari, yang
disampaikan setelah shalat gerhana tersebut, sedangkan khotbah istisqa'
merupakan penyampaian pesan-pesan Islam dalam rangka shalat
meminta hujan (istisqa) yang disampaikan setelah shalat istisqa'
tersebut.14
9) Manajemen Pengajian dalam Hajatan Keluarga

Masyarakat Muslim Indonesia memiliki tradisi yang kuat terkait


dengan pelaksanaan hajatan, seperti: tasyakuran kehamilan, akikah,
khitanan, pernikahan, keberhasilan memperoleh pekerjaan, keberhasilan
memperoleh jabatan, tasyakuran haji baik sebelum keberangkatan
maupun setelah pulang ibadah haji, hari ulang tahun kelahiran, hari ulang
tahun pernikahan, selamatan kematian anggota keluarganya, peringatan
hari kematian setahun sekali (haul) bagi anggota yang sudah meninggal,
keluarga, dan hajatan-hajatan lainnya. Mereka sering kali menggelar
hajatan keluarga yang diketahui tetangganya dan tidak jarang mereka
meminta bantuan tetangganya tersebut untuk menangani pekerjaan-
pekerjaan yang terkait dengan persiapan dan pelaksanaan kegiatan
hajatan keluarga tersebut.15

Intisari hajatan itu tercermin pada identitas maupun jenis hajatan,


misalnya: hajatan tasyakuran haji, berarti terdapat kegiatan hajatan dalam
rangka mengekspresikan rasa syukur kepada Allah SWT karena
keinginan menunaikan ibadah haji sedang atau telah terkabulkan. Guna
meningkatkan manfaat hajatan tersebut, keluarga merencanakan
pengajian dengan menghadirkan mubalig sebagai undangan khusus yang
mengisi pengajian itu. Melalui pengajian dalam hajatan keluarga
tersebut, manfaat yang ditimbulkan bukan hanya dirasakan keluarga itu
sendiri, melainkan juga undangan yang menghadirinya bahkan secara
tidak langsung juga bermanfaat bagi umat Islam lainnya, karena terjadi

14
Ibid, 101
15
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h. 109

10
interaksi antara para tamu undangan dan orang-orang Islam lainnya
dalam pergaulan sosial di masyarakat.16

10) Manajemen Pembinaan Kepribadian Muslim Melalui ESQ


(Emotional Spiritual Quotient)

Dalam perspektif Islam, akhlak sebagai pilar kepribadian Muslim


mendapatkan posisi yang terhormat. Hal ini disebabkan akhlak berperan
menentukan martabat bangsa. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Aku
telah diutus untuk menyempurnakan akhlak". Maka pendidikan Islam
pada tingkat apa pun senantiasa memiliki tujuan membentuk akhlak yang
mulia atau terpuji. Hanya saja menurut Nata, akhlak itu sekarang ini sulit
diwujudkan.17 Pendidikan Islam cenderung berhasil membina kecerdasan
intelektual dan ketrampilan,namun kurang berhasil menumbuhkan
kecerdasan emosional, karena terdapat beberapa sebab: pertama,
pendidikan yang diselenggarakan saat ini cenderung hanya pengajaran
kedua, pendidikan saat ini sudah berubah dari orientasi nilai dan
idealisme yang berjangka panjang, kepada kecenderungan materialisme,
individualisme dan mementingkan tujuan jangka pendek; ketiga, metode
pendidikan yang diterapkan tidak bertolak dari pandangan yang melihat
manusia sebagai makhluk paling mulia serta memiliki potensi intelektual
dan emosional; dan keempat, pendidikan Islam kurang mengarahkan para
siswanya untuk merespons berbagai masalah aktual yang muncul di
masyarakat, sehingga ada kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia
kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, ada upaya membangun akhlak
mulia atau terpuji melalui pemberdayaan kecerdasan emosional.18

B. Aspek-aspek yang Terlibat dalam Manajemen Pengajian di


Masyarakat

16
smah Salaman, "Potret Majelis Taklim Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di
Indonesia serta Pengembangannya Melalui Masyarakat Modern", dalam Kustini (ed.), h. 29-30
17
Mujamil Qomar, Dimensi Manajemen Pemdidikan Islam, (Jakarta, Emir Erlangga,
2014) h. 113
18
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012). h. 169

11
Manajemen pengajian dalam masyarakat merujuk pada cara pengaturan
dan pelaksanaan kegiatan pengajian yang dilakukan dalam sebuah
masyarakat. Pengajian merupakan salah satu kegiatan keagamaan yang
populer di Indonesia dan biasanya dilakukan di masjid, surau, atau di rumah-
rumah warga.19

Manajemen pengajian meliputi beberapa aspek, di antaranya:

a) Penentuan jadwal pengajian: Jadwal pengajian dapat ditentukan secara


berkala, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Jadwal ini dapat
dipublikasikan melalui media sosial, spanduk, atau pengumuman di masjid
atau surau.
b) Pemilihan pemateri pengajian: Pemateri pengajian dapat dipilih dari
kalangan ulama atau dai yang terpercaya dan mempunyai keahlian dalam
bidang keislaman. Dalam pemilihan pemateri juga harus
mempertimbangkan kemampuan bahasa, pengetahuan keagamaan, serta
keterampilan komunikasi yang baik.
c) Menentukan tema pengajian: Tema pengajian harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat dan kondisi sosial-politik saat ini. Tema-tema
pengajian yang populer di Indonesia antara lain aqidah, fiqh, tarbiyah,
tazkiyah, dan sebagainya.
d) Mengatur tata cara pelaksanaan pengajian: Tata cara pelaksanaan
pengajian harus diatur dengan baik, mulai dari tata letak ruangan, jumlah
kursi, sistem pencahayaan, dan alat pengeras suara. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan suasana pengajian yang nyaman dan menarik bagi peserta.
e) Mengatur keuangan pengajian: Pengelolaan keuangan pengajian harus
transparan dan akuntabel. Ada baiknya membuat laporan keuangan setiap
pengajian dan memasang kotak amal yang terbuka untuk donasi dari
jamaah.
f) Mempromosikan pengajian: Pengajian dapat dipromosikan melalui media
sosial, spanduk, brosur, atau ajakan langsung kepada masyarakat sekitar.

19

12
Promosi yang efektif akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan pengajian.

Dalam memanajemen pengajian, diperlukan kesadaran dan


kebersamaan dari seluruh anggota masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
pengajian. Dengan manajemen pengajian yang baik, diharapkan pengajian
dapat menjadi salah satu media untuk meningkatkan pemahaman dan
pengamalan ajaran agama secara benar dan tepat sasaran dalam kehidupan
masyarakat.20

C. Tips yang Baik Untuk Melakukan Manajemen Pengajian di Masyarakat

Berikut ini adalah beberapa tips yang baik untuk melakukan manajemen
pengajian di masyarakat:

Pertama, Tentukan tujuan yang jelas: Tentukan dengan jelas tujuan dari
pengajian tersebut. Apakah tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan agama,
memperkuat ikatan sosial dalam komunitas, atau untuk tujuan lainnya. Dengan
memiliki tujuan yang jelas, Anda dapat mengarahkan kegiatan pengajian sesuai
dengan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Kedua, Bentuk tim yang solid: Buatlah tim yang solid dan memiliki
komitmen untuk menjalankan pengajian. Pilih orang-orang yang memiliki
kompetensi dan minat dalam bidang pengajian agama. Tim yang solid akan
membantu dalam mengorganisir kegiatan, mengelola anggaran, mengoordinasikan
fasilitas, dan tugas-tugas lain yang diperlukan.

Ketiga, Rencanakan dengan baik: Buatlah rencana kegiatan pengajian secara


terstruktur dan rinci. Mulai dari penentuan jadwal, topik pembahasan, metode
pengajaran, pemilihan pembicara atau pengajar, dan evaluasi kegiatan. Rencana
yang baik akan membantu dalam mengatur waktu dan sumber daya dengan efisien.

Kempat, Libatkan masyarakat: Libatkan masyarakat sekitar dalam pengajian.


Buatlah program yang menarik dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,
sehingga mereka merasa tertarik untuk mengikuti pengajian. Gunakan media
sosial, pengumuman di tempat ibadah, atau metode lain yang efektif untuk
mempromosikan pengajian.
20
Munir, "Peningkatan...?, dalam Kustini (ed.), h. 50

13
Kelima, Pilih tempat yang strategis: Pilihlah tempat yang strategis dan
mudah diakses oleh peserta pengajian. Pastikan tempat tersebut memiliki fasilitas
yang memadai, seperti ruang yang cukup, meja dan kursi, sound system, dan lain
sebagainya. Jika memungkinkan, pertimbangkan juga untuk menyediakan fasilitas
parkir yang memadai.

Kedelapan, Evaluasi secara berkala: Lakukan evaluasi secara berkala


terhadap kegiatan pengajian yang telah dilaksanakan. Dengan melakukan evaluasi,
Anda dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dari pengajian tersebut, serta
mendapatkan masukan dari peserta pengajian untuk perbaikan kegiatan di masa
depan.

Kesembilan, Jaga kualitas pengajaran: Pastikan kualitas pengajaran yang


disampaikan dalam pengajian. Pilihlah pembicara atau pengajar yang memiliki
pengetahuan yang baik dan kompeten dalam bidangnya. Selain itu, pastikan juga
materi yang disampaikan relevan, mudah dipahami, dan dapat memberikan
manfaat bagi peserta.

Kesepuluh, Terapkan sistem keuangan yang transparan: Buatlah sistem


keuangan yang transparan dalam mengelola dana pengajian. Buat catatan
pengeluaran dan pemasukan secara terperinci, serta lakukan pelaporan secara rutin
kepada seluruh anggota tim dan peserta pengajian.

Kesebelas, Jalin kerjasama dengan pihak lain: Jalin kerjasama dengan pihak-
pihak lain yang memiliki minat atau kepentingan yang sama dalam pengajian.
Misalnya dengan lembaga pendidikan, perguruan tinggi, atau lembaga agama
setempat. Kerjasama ini dapat memperluas jaringan, mendapatkan sumber daya
tambahan, dan meningkatkan kualitas pengajian.

Kedua belas, Tingkatkan komunikasi dan koordinasi: Jaga komunikasi dan


koordinasi yang baik dengan anggota tim, peserta pengajian, dan pihak-pihak
terkait. Sediakan saluran komunikasi yang efektif, seperti grup WhatsApp, email,
atau pertemuan rutin. Komunikasi yang baik akan memudahkan dalam
penyelesaian masalah, pertukaran informasi, dan menjaga kebersamaan dalam
tim.21

21
Khadijah Munir, "Peningkatan Kualitas Majelis Taklim Menuju Akselerasi dan
Eskalati Pemberdayaan Umat", dalam Kustini (ed.), Hasil Seminar, h. 40-42

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Ada berbagai macam pelaksanaan pengajian yang dilaksanakan di
masyarakat, baik dalam skala kecil maupun skala besar (untuk masyarakat
umum). Pengajian ini masih berlangsung secara alamiah, tradisional, dan
belum di-manage secara profesional sehingga hasilnya belum maksimal.
Apabila pengajian itu dikelola secara profesional, maka hasilnya bisa
maksimal. Hal ini meliputi manajemen pengajian di rumah ustadz/kiai,
manajemen pengajian di langgar/surau/masjid, manajemen pengajian dalam
kelompok tahlilan, manajemen pengajian dalam kuliah tujuh menit,
manajemen pengajian dalam majelis taklim, manajemen pengajian dalam
kursus privat, manajemen pengajian umum, manajemen khotbah,
manajemen pengajian dalam hajatan keluarga, dan manajemen pembinaan
kepribadian Muslim melalui kegiatan ESQ.
Manajemen pengajian meliputi beberapa aspek, di antaranya adalah
penentuan jadwal pengajian, pemilihan pemateri pengajian, menentukan
tema pengajian, mengatur tata cara pelaksanaan pengajian, mengatur
keuangan pengajian dan mempromosikan pengajian tersebut.
Beberapa tips yang baik untuk melakukan manajemen pengajian di
masyarakat, diantaranya adalah menentukan tujuan yang jelas, bentuk tim
yang solid, merencanakan dengan baik, libatkan masyarakat, pilih tempat
yang strategis, evaluasi secara berkala, jaga kualitas pengajaran, terapkan
sistem keuangan yang transparan, jalin kerjasama dengan pihak lain,
tingkatkan komunikasi dan koordinasi

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jawwad, M. (2004). Menjadi Manajer Sukses. Jakarta: Gema Insani.


Arif, Mahmud. (2008). Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta.
Badaruddin, K. (2009). Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Pemikiran Prof.
Dr. Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa: Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Jalaluddin dan Said, U. (1999). Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan
Perkembangan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Langgulung, H. (2008). Asas-Asas Pendidikan Islam,. Jakarta: Pustaka Al-
Husna Baru.
Machali, I. dan Hidayat, A. (2018). The Hand Book of Education
Management: Teori dan Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di
Indonesia. Jakarta: PrenadaMedia Group.
Mastuhu. (2003). Menata Ulang Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad
21. Jakarta: Safiria Insania Press.
Misdar, M. (2017). Sejarah Pendidikan dalam Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Muhaimin. (2009). Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari Paradigma
Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum Hingga
Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Nata, A. (2016). Sosiologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada

16
Qomar, M. (2016). Dimensi Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai