Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

I’tibar dan Mu’aradhah dalam Kritik Matan

Tugas Matakuliah : Kritik Matan Hadis

Dosen pengampu: Ahmad Fajar Shadiq, M.Th.I

Disusun oleh

Kelompok 7

1. Siti Aminah (U20182046)


2. M. Ali Firdaus (U20182024)

PROGRAM ILMU HADITS


USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
Tahun Ajaran 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Serta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Sehingga makalah kami ini yang berjudul “Metode I’tibar
dan Mu’aradhah dalam Kritik Matan ” dapat diselesaikan dengan baik. Atas bekal materi yang
telah diberikan, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing matakuliah Kritik matan
yaitu Bapak Ahmad Fajar Shadiq, M.Th.I beserta rekan-rekan yang ikut serta di dalamnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan dalam kesempurnaan makalah
ini.

Dengan ini, kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat untuk semua pihak.
Amaaiiin Aaaamiiiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Jember. 07 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
A. Pengertian I’tibar dan Mu’aradhah Krtik Matan.......................................4
B. Metode I’tibar Dan Mu’aradhah Kritik Matan .........................................4
BAB III PENUTUP......................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pedoman hidup umat Islam sebagai sumber hukum adalah Al-Qur’an dan
Hadis yang sudah tidak diragukan lagi untuk dijadikan petunjuk hidup manusia.
Oleh karena itu, untuk mengaplikasikan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
sangat membutuhkan penjelasan-penjelasan berupa perkataan perbuatan dan
ketatapan dari Nabi Muhammad saw yang disebut dengan hadis.
Hadist merupakan salah satu sumber hukum islam yang harus dipahami.
Namun, sejak masa para sahabat hingga sekarang banyak hadis palsu yang
beredar di masyarakat, sehingga menimbulkan pemahaman-pemahaman yang
tidak sesuai dengan syari’at islam. Sebab itulah penting bagi setiap muslim
memilah-milah hadis yang akan dijadikan sebagai dasar hukum.
Mengingat akan pentingnya hadis, maka studi kajian tentang ahdis perlu
terus dilakukan oleh siapapun. Untuk itu, agar dapat meneliti hadis secara baik
perlu pengetahuan tentang kaidah atau metodenya. Maka, untuk pembahasan
lebih rinci aspek metodenya kami akan memaparkan tentang metode I’tibar dan
Mu’aradhah dalam hadis
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian metode I’tibar dan Mu’aradhah krtik matan ?
2. Bagaimana metode I’tibar dan Mu’aradhah krtik matan ?
C. Tujuan Masalah
1. Bagaimana pengertian metode I’tibar dan Mu’aradhah krtik matan
2. Bagaimana metode I’tibar dan Mu’aradhah krtik matan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian I’tibar dan Mu’aradhah Kritik Matan

Sebelum membahas tentang I’tibar dan Mu’aradhah Kritik Matan, sedikit kami
ulas kembali tentang pengertian kritik matan. Kata kritik menurut istilah yaitu kajian
untuk menemukan kebenaran yang sampai kepada kita melalui periwayatan yang
disandarkan pada Rasulullah saw, sedangkan menurut bahasa, matan berasal dari
Bahasa Arab ‫ متن‬yang artinya punggung jalan (muka jalan). Sedangkan Matan
menurut ilmu hadis adalah penghujung sanad, yakni sabda Nabi Muhammad saw
yang disebut sesudah hadis. Sehingga kritik matan hadis yaitu sebuah upaya untuk
memilah matan yang benar dan yang palsu karena disebabkan oleh kekurang
cerrmatan dalam periwayatan yang dapat ditelusuri melalui kritik matan ini1.

Kemudian pengertian tentang I’tibar, kata al-I’tibar ‫ االعتبار‬adalah masdar dari


‫ اعتبر‬yang menurut bahasa berarti peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud
untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis. Sedangkan menurut istilah ilmu
hadis, I’tibar adalah menyertakan sanad-sanad yang lain pada hadis tertentu yang
mana hadis tersebut pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat
saja dan dengan menyertakan sanad yang lain akan dapat diketahui apakah ada
periwayat yang lain ataukah tidak ada. Sedangkan dengan adanya I’tibar ini maka
akan diketahui apakah hadis yang diteliti itu memiliki muttabi dan syahid ataukah
tidak2.

Adapun langkah-langkah para muhadditsin dalam melakukan kritik matan,


menurut al-A’zami, banyak terfokus pada metode mu’aradhah. Versi lain
menyebutnya metode muqaranah (perbandingan) atau metode muqabalah.

Metode Mu’aradhah yang dimaksud adalah pencocokan konsep yang menjadi


muatan pokok setiap matan hadi, agar tetap terpelihara keberaturan dan keselarasan
antar konsep dengan hadis (sunnah) lain dengan syari’at yang lain. Langkah
pencocokan itu dilakukan dengan petunjuk eskplisit al-Qur’an, sirah nabawiyah dan
pengetahuan kesejarahan.

B. Metode I’tibar dan Mu’aradah dalam Kritik Matan


Pada saat ilmu hadis itu bertendensi terhadap ilmu pengetahuan kondisi-
kondisi rawi apakah di ta’dil atau di tajrif juga bertendensi pada kondisi periwayatan
yang shahih atau menjadi illat serta bertendensi pada keselamatan para rawi. Pada

1
Munawwir Haris, “Kritik Matan”, Al-Irfani, Vol. 1, No. 1 (2011): 3
2
Zubaidah, “Metode Kritik Sanad dan Matan”, Komunikasi dan Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1 (Juni,
2015): 49
saat itu untuk mengetahui itu adalah meneliti kondisi periwayatan dan mencoba
untuk membandingkannya dengan hadis yang lain. Supaya bisa melihat hadis yang
tafarud (berdiri sendiri) atau bisa melihat hadis yang sesuai dengan hadis yang lain
dan ada juga yang bertentangan dengan hadis yang lain, inilah yang dinamakan
tafarud.

Atau periwayatan tersebut dibandingkan dengan sesuatu yang lain, seperti Al-
Qur’an atau ijma. Tujuan perbandingan tersebut untuk menguatkan apakah riwayat
itu benar atau shahih. Serta bisa mengetahui matan hadis tersebut tida ada tahrif atau
pergantian.

Metode ini memiliki peranan penting dalam krtiki matan. Adakalanya pengkritik
matan itu mencoba untuk membandingkan dengan periwayatan yang lain dan yang
lain mencoba untuk membandingkan dengan al-Qur’an. Sedangakan yang lain
membandingkan dengan Sunnah-sunnah yang mutwatirah, terkadang mereka
menjelaskan dengan akalnya. Tujuan dari ini adalah mencoba untuk mengokohkan
bahwa matan itu sah. Imam Khatib al-Baghdadi mencoba untuk menjelaskan hal itu
dalam pembahasan metode untuk mengetahui keruskan hadis. Beliau mengatakan,
seperti berikut:

1. Cara untuk mengetahui khabar itu adalah hadis itu harus tertolak oleh akal dan juga
dalil-dalil yang mansuh alaih
2. Ditolak naskh oleh al-Qur’an dan Sunnah-sunnah mutawatir
3. Umat sepakat untuk meolak hadis tersebut
Juga terdapat pendapat lain seperti, Imam ahmad bin hanbal berkata, jika
tidak dibarengi dengan metode dalam menjelskan hadits,maka tidak ada pemahaman
yang menyatu dalam menafsirkan sebagian atau keseluruhan

Imam ali al-Madini berkata, bab apabila rawinya tidak berkumpul maka
kesalahannya tidak jelas, maka yang harus diangan-angan didalam pengamalan
pengkupasan riwayat, maka harus melihat dengan jelas bahwa kutipan rawi sanad
dan matannya dengan semua babnya, dan sesuatu yang baru datang dan dalil-dalil
yang menyertainya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut istilah ilmu hadis, I’tibar adalah menyertakan sanad-sanad yang lain
pada hadis tertentu yang mana hadis tersebut pada bagian sanadnya tampak hanya
terdapat seorang periwayat saja dan dengan menyertakan sanad yang lain akan dapat
diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada. Sedangkan dengan
adanya I’tibar ini maka akan diketahui apakah hadis yang diteliti itu memiliki
muttabi dan syahid ataukah tidak.

Metode Mu’aradhah yang dimaksud adalah pencocokan konsep yang menjadi


muatan pokok setiap matan hadi, agar tetap terpelihara keberaturan dan keselarasan
antar konsep dengan hadis (sunnah) lain dengan syari’at yang lain. Langkah
pencocokan itu dilakukan dengan petunjuk eskplisit al-Qur’an, sirah nabawiyah dan
pengetahuan kesejarahan.

B. Saran
Bagi Pembaca semoga menjadi referensi yang baik, memberikan manfaat
bagi kita semua khususnya mahasiswa, apabila ada kekeliruan dalam penulisan dan
materi, kami (sebagai penyusun) harap masukannya untuk kami perbaiki
sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Haris, Munawwir “Kritik Matan”, Al-Irfani, (2011): 3


Zubaidah, “Metode Kritik Sanad dan Matan”, Komunikasi dan Pendidikan Islam (Juni,
2015): 49

Anda mungkin juga menyukai