Anda di halaman 1dari 16

SENI

BUDAYA & KETERAMPILAN


KELAS XI
MAKALAH MASJID
NABAWI

Disusun oleh :

1
1. Afiqa Alifia Zita
2. Balkis Shafira
3. Hurin Afina Gnd

Tahun Ajaran 2016/2017

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Masjid Nabawi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Makalah
Masjid Nabawi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Hj. Ratna Sari, S.Pd selaku guru


pembimbing mata pelajaran Seni Budaya
& Keterampilan.
2. Dan teman-teman yang sudah membantu
dalam pembuatan Makalah Masjid Nabawi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Semoga

2
makalah ini dapat berguna untuk teman-teman semua.
Terima kasih.
Palembang, 18 Januari 2017

Penulis

Daftar Isi

Halaman Awal.............................................1
KataPengantar..............................................2
Daftar Isi......................................................3
Pembangunan Masjid..............................4
Mimbar Nabi...........................................5
Raudhah dan Sufhah................................6
Rumah dan Makam Nabi........................7
Usaha Pencurian Jasad Nabi...................8
Amalan Bidah Terkait Ziarah Ke Masjid
Nabawi...................................................10
Perluasan Masjid Nabawi......................11
Masjid Nabawi dari Masa ke Masa......12

3
Daftar Pustaka............................................14

Pembangunan Masjid

Nabi shallallahu alaihi wa sallam membangun Masjid Nabawi pada


bulan Raibul Awal di awal-awal hijarahnya ke Madinah. Pada saat itu panjang
masjid adalah 70 hasta dan lebarnya 60 hasta atau panjangnya 35 m dan lebar
30 m. Kala itu Masjid Nabawi sangat sederhana, kita akan sulit
membayangkan keadaannya apabila melihat bangunannya yang megah saat
ini. Lantai masjid adalah tanah yang berbatu, atapnya pelepah kurma, dan
terdapat tiga pintu, sementara sekarang sangat besar dan megah.

Area yang hendak dibangun Masjid Nabawi saat itu terdapat bangunan
yang dimiliki oleh Bani Najjar. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam berkata kepada Bani Najjar, Wahai Bani Najjar, berilah harga
bangunan kalian ini? Orang-orang Bani Najjar menjawab, Tidak, demi
Allah. Kami tidak akan meminta harga untuk bangunan ini kecuali hanya
kepada Allah. Bani Najjar dengan suka rela mewakafkan bangunan dan
tanah mereka untuk pembangunan Masjid Nabawi dan mereka berharap
pahala dari sisi Allah atas amalan mereka tersebut.

Anas bin Malik yang meriwayatkan hadis ini menuturkan, Saat itu di area
pembangunan terdapat kuburan orang-orang musyrik, puing-puing bangunan,
dan pohon kurma. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan
untuk memindahkan mayat di makam tersebut, meratakan puing-puing, dan
menebang pohon kurma.

Pada tahun 7 H, jumlah umat Islam semakin banyak, dan masjid menjadi
penuh, Nabi pun mengambil kebijakan memperluas Masjid Nabawi. Beliau

4
tambahkan masing-masing 20 hasta untuk panjang dan lebar masjid. Utsman
bin Affan adalah orang yang menanggung biaya pembebasan tanah untuk
perluasan masjid saat itu. Peristiwa ini terjadi sepulangnya beliau dari Perang
Khaibar.

Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun dengan landasan ketakwaan.


Di antara keutamaan masjid ini adalah dilipatgandakannya pahala shalat di
dalamnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid selainnya,
kecuali Masjid al-Haram. (HR. Bukhari dan Muslim)

Mimbar Nabi

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Antara rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman surga, dan
mimbarku di atas telagaku. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Awalnya Nabi berkhutbah di atas potongan pohon kurma kemudian para


sahabat membuatkan beliau mimbar, sejak saat itu beliau selalu berkhutbah di
atas mimbar. Dari Jabir radhiallahu anhu bahwa dulu Nabi shallallahu
alaihi wa sallam saat khutbah Jumat berdiri di atas potongan pohon kurma,
lalu ada seorang perempuan atau laki-laki Anshar mengatakan, Wahai
Rasulullah, bolehkah kami membuatkanmu mimbar? Nabi menjawab, Jika
kalian mau (silahkan). Maka para sahabat membuatkan beliau mimbar. Pada
Jumat berikutnya, beliau pun naik ke atas mimbarnya, terdengarlah suara
tangisan (merengek) pohon kurma seperti tangisan anak kecil, kemudian
Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendekapnya. Pohon it uterus merengek
layaknya anak kecil. Rasulullah mengatakan, Ia menagis karena kehilangan
dzikir-dzikir yang dulunya disebut di atasnya. (HR. Bukhari)

5
Di antara keagungan dan keutamaan mimbar ini, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam melarang seseorang bersumpah di dekatnya, barangsiapa
bersumpah di dekat mimbar tersebut dia telah berdusta dan berdosa.

Janganlah seorang budak laki-laki atau perempuan bersumpah di dekat


mimbar tersebut. Bagi orang yang bersumpah, maka dia berdosa (HR.
Ibnu Majah, Ahmad, dan Hakim)

Raudhah dan Sufhah

Raudhah adalah suatu tempat di Masjid Nabawi yang terletak antara


mimbar beliau dengan kamar (rumah) beliau. Rasulullah menerangkan tentang
keutamaan raudhah,

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa


sallam bersabda, Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-
taman surga. Dan mimbarku di atas telagaku. (HR. Bukhari).

Jarak antara mimbar dan rumah Nabi adalah 53 hasta atau sekitar 26,5 m.

Setelah kiblat berpindah (dari Masjid al-Aqsha mengarah ke Kabaj di


Masjid al-Haram). Rasulullah mengajak para sahabatnya membangun atap masjid
sebagai pelindung bagi para sahabat yang tinggal di Masjid Nabawi. Mereka
adalah orang-orang yang hijrah dari berbagai penjuru negeri menuju Madinah
untuk memeluk Islam akan tetapi mereka tidak memiliki kerabat di Madinah
untuk tinggal disana dan belum memiliki kemampuan finasial untuk membangun
rumah sendiri. Mereka ini dikenal dengan ash-habu shufah.

6
\

Rumah dan Makam Nabi

Rumah atau bilik Nabi yang berdekatan dengan Masjid Nabawi adalah
kamar beliau bersama ibunda Aisyah radhiallahu anha. Nabi Muhammad
dimakamkan di sini, karena beliau wafat di kamar Aisyah, kemudian Abu
Bakar radhiallahu anhu dimakamkan pula di tempat yang sama pada tahun 13 H,
lalu Umar bin Khattab pada tahun 24 H.

Makam Nabi shallallahu alaihi wa sallam menghadap kiblat kemudian di


belakang beliau (dikatakan di belakang karena menghadap kiblat) terdapat makam
Abu Bakar ash-Shiddiq dan posisi kepala Abu Bakar sejajar dengan bahu Nabi. Di
belakang makam Abu Bakar terdapat makam Umar bin Khattab dan posisi kepala
Umar sejajar dengan bahu Abu Bakar. Di zaman Nabi kamar beliau berdindingkan
pelepah kurma yang dilapisi dengan bulu. Kemudian di zaman pemerintahan
Umar bin Khattab dinding kamar ini diperbaiki dengan bangunan permanen.

Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah ia kembali


merenovasi kamar tersebut, lebih baik dari sebelumnya. Setelah dinding tersebut
roboh dan menyebabkan kaki Umar bin Khattab terlihat (kemungkinan roboh
karena faktor alam sehingga tanah makam tergerus dan kaki Umar menjadi
terlihat), Umar bin Abdul Aziz kembali membenahinya dengan bangunan batu
hitam. Setelah itu diperbaiki lagi pada tahun 881 H.

Subhanallahu, kejadian ini menunjukkan kebenaran sabda Nabi bahwa


jasad seorang yang mati syahid itu tidak hancur. Umar bin Khattab syahid
terbunuh ketika menunaikan shalat subuh.

7
Usaha Pencurian Jasad Nabi

Pertama, pencurian jasad Nabi di makamnya pertama kali dilakukan oleh


seorang pimpinan Dinasti Ubaidiyah, al-hakim bi Amrillah (wafat 411 H). Ia
memerintahkan seorang yang bernama Abu al-Futuh Hasan bin Jafar. Al-Hakim
memerintahkan Hasan bin Jafar agar memindahkan jasad Nabi ke Mesir. Namun
dalam perjalanan menuju Madinah angin yang kencang membinasakan kelompok
Abu al-Futuh Hasan bin Jafar.

Kedua, gagal pada upaya pertamanya, al-Hakim bi Amrillah belum


bertaubat dari makar yang ia lakukan. Ia memerintahkan sejumlah orang untuk
melakukan percobaan kedua. Al-Hakim bi Amrillah mengirim sekelompok orang
penggali kubur menuju Madinah. Orang-orang ini diperintahkan untuk menetap
beberapa saat di daerah dekat Masjid Nabawi. Beberapa saat mengamati keadaan,
mereka mulai melaksanakan aksinya dengan cara membuat terowongan bawah
tanah. Setelah dekat dengan makam, orang-orang menyadari adanya cahaya dari
bawah tanah, mereka pun berteriak Ada yang menggali makam Nabi kita!! Lalu
orang-orang memerangi sekelompok penggali kubur ini dan gagallah upaya kedua
dari al-Hakim bi Amrillah. Kedua kisah ini selengkapnya bisa dirujuk ke
buku Wafa al-Wafa, 2: 653 oleh as-Samhudi.

Ketiga, upaya pencurian jasad Nabi kali ini dilakukan atas perintah raja-
raja Nasrani Maroko pada tahun 557 H. saat itu Nuruddin az-Zanki adalah
penguasa kaum muslimin di bawah Khalifah Abbasiyah. Dalam mimpinya
Nuruddin az-Zanki bertemu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan beliau
mengatakan Selamatkan aku dari dua orang ini -Nabi menunjuk dua orang yang
terlihat jelas wajah keduanya dalam mimpi tersebut-. Nuruddin az-Zanki
langsung berangkat menuju Madinah bersama dua puluh orang rombongannya
dan membawa harta yang banyak. Setibanya di Madinah, orang-orang pun

8
mendatanginya, setiap orang yang meminta kepadanya pasti akan dipenuhi
kebuthannya.

Setelah 16 hari, hampir-hampir seluruh penduduk Madinah datang


menemuinya, namun ia belum juga melihat dua orang yang ditunjuk oleh
Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam mimpinya. Ia pun bertanya, Adakah
yang tersisa dari penduduk Madinah? Masyarakat menjawab, Ada, dua orang
kaya yang sering berderma, mereka berasal dari Maroko. Masyarakat
menyebutkan tentang keshalehan keduanya, tentang shalatnya, dan apabila
keduanya dipinta pasti memberi. Ternyata dua orang inilah yang dilihat az-Zanki
dalam mimpinya dan keduanya sengaja tinggal sangat dekat dengan kamar Nabi.
Az-Zanki menanyakan perihal kedatangan mereka ke Madinah. Keduanya
menjawab mereka hendak menunaikan haji.

Az-Zanki menyelidiki dan mendatangi tempat tinggal mereka, ternyata


rumah tersebut kosong. Saat ia mengelilingi tempat tinggal dua orang Maroko ini,
ternyata ada sebuah tempat semisal ruangan kecil- yang ada lubangnya dan
berujung di kamar Nabi. Keduanya tertangkap basah hendak mencuri jasad
Nabi, keduanya pun dibunuh di ruang bawah kamar Nabi tersebut. Selengkapnya
lihat Wafa al-Wafa 2: 648.

Keempat, upaya pencurian jasad Nabi oleh orang-orang Nasrani Syam.


Orang-orang ini masuk ke wilayah Hijaz, lalu membunuh para peziarah kemudian
membakar tempat-tempat ziarah. Setelah itu mereka mengatakan bahwa mereka
ingin mengambil jasad Nabi di makamnya. Ketika jarak mereka denga kota
Madinah tinggal menyisakan perjalanan satu hari, mereka bertemu dengan kaum
muslimin yang mengejar mereka. Mereka pun dibunuh dan sebagiannya ditangkap
oleh kaum muslimin (Rihlatu Ibnu Zubair, Hal: 31-32)

9
Amalan Bidah Terkait Ziarah ke Masjid Nabawi

Sering dijumpai peziarah Masjid Nabawi mengusap-usap kamar Nabi ini,


bahkan ada yang menciuminya dalam rangka mengharap berkah. Ibnu Taimiyah
mengatakan, Ulama telah sepakat, barangsiapa yang berziarah ke makam Nabi
Muhammad atau ke makam nabi selain beliau atau makam orang-orang shaleh,
makam sahabat, makam ahlul bait, atau selain mereka, tidak boleh mengusap-
usap atau menciumnya, bahkan tidak ada satu pun benda mati di dunia ini yang
disyariatkan untuk dicium kecuali hajar aswad. (Majmu Fatawa, 27:29)

Tidak boleh juga untuk thawaf mengelilingi kamar Nabi, thawaf adalah
salah satu bentuk ibadah, dan tidak diperkenankan beribadah kecuali hanya
kepada Allah. Ada juga dijumpai sebagian peziarah Masjid Nabawi yang bersujud
mengarah ke makam Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, ini semua
adalah ritual-ritual yang haram dilakukan ketika berziarah ke Masjid Nabawi.

Keutamaannya dinyatakan oleh Nabi , sebagaimana diterima dari Jabir


ra. (yang artinya):
"Satu kali salat di masjidku ini, lebih besar pahalanya dari seribu kali
salat di masjid yang lain, kecuali di Masjidil Haram. Dan satu kali salat di
Masjidil Haram lebih utama dari seratus ribu kali salat di masjid
lainnya." (Riwayat Ahmad, dengan sanad yang sah)[4]

Diterima dari Anas bin Malik bahwa Nabi bersabda (yang artinya):
"Barangsiapa melakukan salat di mesjidku sebanyak empat puluh kali
tanpa luput satu kali salat pun juga, maka akan dicatat kebebasannya
dari neraka, kebebasan dari siksa dan terhindarlah ia dari
kemunafikan." (Riwayat Ahmad dan Thabrani dengan sanad yang sah)[4]

10
Dari Said bin Musaiyab, yang diterimanya dari Abu Hurairah, bahwa
Nabi bersabda (yang artinya):
"Tidak perlu disiapkan kendaraan, kecuali buat mengunjungi tiga buah
masjid: Masjidil Haram, masjidku ini, dan Masjidil Aqsa." (Riwayat Bukhari,
Muslim dan Abu Dawud)[5]

Berdasarkan hadis-hadis ini maka Kota Medinah dan terutama Masjid


Nabawi selalu ramai dikunjungi oleh umat Muslim yang tengah melaksanakan
haji maupun umroh sebagai amal sunnah.

Perluasan Masjid Nabawi

1. Nabi shallallahu alaihi wa sallam melebarkan Masjid Nabawi pada tahun


ke-7 H, sepulangnya beliau dari Khaibar.
2. Pada zaman Umar bin Khattab, tahun 17 H, Masjid Nabawi kembali
diperluas. Umar juga menambahkan sebuah tempat yang agak meninggi di
luar masjid yang dinamakan batiha. Tempat ini digunakan oleh orang-
orang yang hendak mengumumumkan suatu berita, membacakan syair,
atau hal-hal lainnya yang tidak terkait syiar agama. Sengaja Umar
membuatkan tempat ini untuk menjaga kemuliaan masjid.
3. Perluasan masjid di masa Utsman bin Affan tahun 29 H.
4. Perluasan masjid oleh Khalifah Umayyah, Walid bin Abdul Malik pada
tahun 88-91 H
5. Perluasan masjid oleh Khalifah Abbasiyah, al-Mahdi pada tahun 161-165
H.
6. Perluasan oleh al-Asyraf Qayitbay pada tahun 888 H.
7. Perluasan oleh Sultan Utsmani, Abdul Majid tahun 1265-1277
8. Perluasan oleh Raja Arab Saudi, Abdul Aziz alu Suud tahun 1372-1375
H.
9. Perluasan oleh Khadimu al-Haramain asy-Syarifain, Fahd bin Abdul Aziz
alu Suud tahun 1406-1414 H.
10. Perluasan masjid yang saat ini sedang berlangsung oleh Khadimu al-
Haramain asy-Syarifain, Abdullah bin Abdul Aziz.

11
Masjid Nabawi dari Masa ke Masa

Masa Khalifah Walid bin Abdul Malik


Panjang masjid setelah diperluas oleh Al-Walid mencapai 200 dzira`.
Saat itu Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah.
Pembangunan kali ini membawa perubahan yang signifikan. Bagian
atap diperindah termasuk ujung-ujung tiang dan daun pintu.
Pada masa ini, seluruh masjid sudah diperluas termasuk kamar-kamar
yang dahulu ditinggali para istri Rasulullah SAW. Hanya saja bagian
ini kemudian dilingkupi pembatas khusus di lima sisi. Terdapat
banyak hal baru setelah pembangunan ini, dianaarnya empat menara
sebagai tempat adzan di empat sisi masjid. Ada pula mihrab yang
dihiasa sedemikian rupa, begitu juga dinding masjid bagian dalam
yang dilapisi marmer, emas, mozaik marmer warna-warni.

Masa Khalifah Al-Mahdi Al-Habassi


Lebih dikonsentrasikan pada bagian utara Masjid Nabawi.
Pengaturan pencahayaan yang masuk ke dalam masjid dilakukan
secara alami. Al-Mahdi memperluas hingga mencapai 300 dzira.
Pembangunan dilakukan hingga selesai pada tahun 165 H. Setelah
perluasan Masjid Nabawi menjadu 8890 m. Dinding masjid
ditinggikan menjadi 12,5 m. Serambinya mnejadi 19 bagian dan
pintunya menjadi 24 pintu. Sementara itu, jendelanya menjadi 60
jendela, 19 jendela menempel didinding barat, dan 19 lagi di dinding
timur; 11 jendela berada di dinding utara, dan 11 lainnya disebelah
selatan.

Masa Sultan Manshur Qalawun Ash-Shalihi


Pada tahun 678 H,memerintahkan pembangunan kubah diatas kamar
Rasulullah SAW. kubah itu berupa segi empat dibagian bawah dan
segi delapan dibagian atasnya.

12
Masa Sultan Qait Bay Al-Mamluki
Pada tahun 886 H, kubah tersebut terbakar seiring terjadinya
kebakaran yang melanda Masjid Nabawi maka Sultan Qait Bay lagi-
lagi melakukan perbaikan dan pembangunan sehingga tampak kuat
dan kukuh kembali.
Dalam perbaikan ini Masjid Nabawi diperluas dengan penambahan
lahan 120 m sehinggam menjadi 9.010 m. Dinding masjid dibangun
11 m, serambi sebanyak 18 bagian, sedangkan pintu hanya dibuat
empat buah. Sedangkan menara masjid ditambah menjadi 5 menara.

Masa Raja Abdul Aziz Alu Saud


Pembangunan tahap pertama yang dilakukan oleh kerajaan ArabSaudi.
Pada perluasan ini Masjid Nabawi bertambah 6.024 m, mencakup 128
m dari utara ke selatan dan 91 m dari tumur ke barat. Membangunn
pintu menjadi 10 pintu, membangun 2 menara setinggi 72 m dibagian
utara masjid Nabawi. Perluasan ini dilakukan dengan menanam
pondasi beron yang sangat kuat. Dinding masjid dibangun 12,55 m,
terdiri dari 706 pondasi. Didalam masjid terdapat 170 kubah dan 44
jendela. Saat itu pula penerangan masjid menggunakan listrik.
Sebanyak 2.427 lampu dipasang didalam masjid.

Masa Raja Fahd Bin Abdul Aziz


Pada masa Raja Fahd bin Abdul Aziz pembangunan masjid nabawi
adalah pembangunan yang paling besardalam sejarah masjid. Proyek
ini dimulai pada bulan mUharram 1406 H hingga 15 Dzul Qadah
1414 H. Luas area masjid menjadi 384.000 m, terdiri dari lantai dasar,
lantai atas dan atap. Di empat sisi Masjid Nabawi disediakan lahan
seluas 235.000 m yangterdiri dari bangunan-bangunan untuk tempat
air wudhu dan tempat parkir yang bisa menampung 4.500 kendaraan.

Masa Raja Abdullah bin Abdul Aziz


Proyek untuk pembangunan Masjid Nabawi diawali dengan
pemasangan 182 payung raksasa yang dapat menutupi area Masjid
Nabawi di sisi timur, barat dan selatan.
Payung raksasa dilengkapi dengan lampu-lampu penerangan sehingga
tampak indah memikat pada malam hari. Selain ini, Raja Abdullah
juga melakukan perluasan dibagian timur Masjid Nabawi dengan
penambahan lahan seluas 37.000 m

13
Daftar Pustaka

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Nabawi

2. https://kisahmuslim.com/3786-sejarah-masjid-nabawi.html

14
LAMPIRAN

15
16

Anda mungkin juga menyukai