Anda di halaman 1dari 76

CERAI TA’LIQ YANG TERDAFTAR DI MAHKAMAH SYARIAH

DITINJAU DARI PASAL 57 ENAKMEN UNDANG-UNDANG


KELUARGA ISLAM TAHUN 2003
(Studi Kasus Di Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin, Negeri
Sembilan, Malaysia)
Skripsi

Diajuan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Program Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Syariah Pada Fakultas Syariah

NURUL ASMIDA BINTI RAZALI


NIM : SHK 101180031

PEMBIMBING:
DR. A.A. MIFTAH, S.Ag,M.Ag
DR. H. IBNU KASIR, M.H.I

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1441 H / 2020 M
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu penyerahan memperoleh gelar program strata 1 (S1) di Fakultas

Syariah.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN STS Jambi.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN STS Jambi.

Jambi, Mei 2020

NURUL ASMIDA BINTI RAZALI

SHK 101180031
Dr. A.A. Miftah S.Ag, M.Ag Jambi, April 2020
Dr. H. Ibnu Kasir, M.H.I
Alamat : Fak Syariah UIN STS Jambi Kepada Yth.
Jl. Raya Jambi-Ma Bulian Bapak Dekan
Simp. Sungai Duren Fak. Syariah
Muaro Jambi. UIN STS Jambi
di-
JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan


yang berlaku di Fakultas Syariah UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa
skripsi saudara Nurul Asmida Binti Razali yang judul “Cerai Ta’liq Yang Tidak
Terdaftar Mahkamah Syariah Ditinjau Dari Enakmen No 57 Tahun 2003
(studi kasus di Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin, Negeri
Sembilam, Malaysia)” telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Jurusan Hukum
Keluarga Islam pada Fakultas Syariah UIN STS Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga


bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalâm

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. A.A. Miftah, S.Ag, M.Ag Dr. H. Ibnu Kasir, M.H.I


NIP.197311251996031001 NIP. 195612311991021001
Pembimbing I : Dr. A.A. Miftah, S.Ag, M.Ag
Pembimbing II : Dr. H. Ibnu Kasir, M.H.I
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi,
Jl.Jambi- Muara Bulian KM.16 Simp. Sei Duren,
Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021
Jambi, April 2020

Kepada:

Yth. Bapak Dekan Fakultas Syariah


UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di -
Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
Setelah membaca dan mengadakan pebaikan seperlunya, maka kami berpendapat
bahwa skripsi sauadari Nurul Asmida Binti Razali NIM: SHK 101180031 yang berjudul
“CERAI TA’LIQ YANG TIDAK TERDAFTAR MAHKAMAH SYARIAH
DITINJAU DARI ENAKMEN NO 57 TAHUN 2003 (studi kasus di
Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin, Negeri Sembilan, Malaysia) ”
dapat diajukan untuk di munaqashahkan guna melengkapi tugas tugas dan memenuhi syarat
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Syariah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.

Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima dengan baik.

Demikianlah, kami ucapkan terima kasih, semoga bermanfaat bagi kepentingan


agama, nusa dan bangsa.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbin II

Dr. A.A. Miftah, S.Ag, M.Ag Dr. H. Ibnu Kasir, M.H.I


NIP: 197311251996031001 NIP:195612311991021001
4262
MOTTO

: ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫ع َلي ِه َو‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ي هللاُ ت َ َعالَى َع ْن ُه َما قَا َل‬
َ ِ‫سو ُل هللا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ع َم َر َر‬ ُ ‫ع ْن‬
ُ ‫ابن‬ َ

َّ ِ‫َض ْال َح ََل ِل ِإلَى هللا‬


‫الط ََل ُق‬ ُ ‫أ َ ْبغ‬

Artinya: Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda : “Perbuatan halal yang

sangat dibenci Allah adalah talak.”

(HR: Bukhari)
ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Cerai Ta’liq Di Mahkamah Syariah Ditinjau Dari Pasal 57
Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Tahun 2003 (Studi Kasus Di
Mahakamah Rendah Syariah Daerah Tampin, Negeri Sembilan, Malaysia) dikaji
untuk memberi penjelasan tentang ketentuan cerai menurut Enakmen Undang-
undnag Keluarga Islam. Sebagai tujuan antaranya untuk menjelaskan praktek cerai
ta’liq menurut Pasal 50 Enakmen Undang-undang Keluarga Islam Negeri Sembilan
dan putusan hakim di Mahkamah memberi putusan terhadap cerai ta’liq tersebut.
Skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode
pengumpulan data-data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Diharapkan penelitian ini dapat memberi kontribusi kepada ahli hukum dan
mahasisa kedepannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh
pembahasan sebagai berikut. Pertama, memberi paparan tentang ketentuan cerai
menurut Enakmen Undang-undang Keluarga Islam. Kedua, menjelaskan praktek
ceri ta’liq menurut pasal 50 Enakmen Undang-undnag Keluarga Islam Negeri
Sembilan. Hasil kajian penulis dalam ketentuan cerai di mahkamah adalah bahwa
seorang suami atau istri yang hendak bercerai hendaklah membuat permohonan ke
Mahkamah untuk perceraian itu, agar mahkamah memberi satu perintah perceraian
atau membernarkan suami melafazkan cerai atau mengeluarkan perintah
mengesahkan perceraian tersebut. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa peruntukkan
enakmen membenarkan pengaturan cerai di mahkamah berdasarkan kepada
kemaslahatan umat dan satu jalan untuk menutup kerusakan ini, karena perceraian
yang tidak diatur akan mendatangkan banyak masalah pada diri, keluarga,
masyarakat dan negara. Ketiga, putusan hakim di Mahkamah memberi putusan
terhadap cerai ta’liq tersebut.

Kata kunci: cerai ta’liq, perceraian


PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang kucintai:

Ayahanda Razali Bin Naim serta Ibuanda Noraini Binti Abdul Samat yang telah
mendidik dan mengasuh anakanda dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih
sayang, agar kelak anakanda menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua
dan bermanafaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa, seterusnya dapat meraih cita-cita
murni.

Saudara-saudaraku Nurul Afira, Nurul Atikah, Mohd Syahfar, Muhammad


Syahfirdaus. Terima kasih di atas segala perhatian dan doa ya g diberikan, semoga
segala sesutau yang terjadi di antara kita merupakan rahmat dan anugerah dari-
Nya, serta menjadi sesuatu yang indah buat selama-lamanya.

Terima kasih juga kepada Puan Ruzita, Puan Saripah, Puan Nurul, Tuan Fatthur
Rahman atas bantuan dan kesabaran dalam membantu saya sepanjang kajian saya
di Mahkamah Rendah Syariah Tampin Negeri Sembilan.

Sahabat-sahabatku, Nor Nazatul Azira, Nur Balqis, Nur Nasuha, Noratinah serta
teman temanku lain yang tergabung dalam Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar
Malaysia di Indonesia Cabang Jambi, serta teman-teman dari Indonesia maupun
teman-teman yang berada di Malaysia, yang setia telah memberikan semangat dan
dorongan di kala suka maupun duka, semoga persahabatan kita tetap terjalin
dengan baik selamanya.

Terima kasih atas segalanya.


KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salaam turut dilimpahkan

kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang sangat dicintai.

Alhamdulillah dalam usaha menyelesaikan skripsi ini penulis senantiasa diberi

nikmat kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang diberi judul CERAI TA’LIQ DI MAHKAMAH SYARIAH DITINJAU

DARI PASAL 57 ENAKMEN UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM

TAHUN 2003 (Studi Kasus di Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin,

Negeri Sembilan, Malaysia).

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan

ilmu syariah dalam bagian hukum. juga memenuhi sebahagian persyaratan guna

memperoleh gelar Program Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Hukum

Keluarga pada Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi, Indonesia.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis akui terlepas dari menerima

hambatan dan halangan baik dalam masa pengumpulan data maupun

penyusunannya. Situasi yang mencabar dari awal hingga ke akhir menambahkan

lagi daya usaha untuk menyelesaikan skripsi ini agar selari dengan penjadualan.

Dan berkat kesabaran dan sokongan dari berbagai pihak, maa skripsi ini dapat juga

diselesaikan dengan baik seperti yang diharapkan.


Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan jutaan terima kasih kepada

semua pihak yang turut membantu sama ada secara langsung maupun secara tidak

langsung menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA, Ph.D selaku Rektor UIN STS Jambi,

Indonesia, Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE, M.EI selaku Wakil Rektor I,

Bapak Dr. As’ad, M.Pd selaku Wakil Rektor II, dan Bapak Dr. Bahrul

Ulum, S.Ag, MA selaku Wakil Rektor III.

2. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag, MH selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS

Jambi, Indonesia.

3. Bapak Agus Salim, MA, M.I.R, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang

Akademik, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, MH selaku Wakil

Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan dan

Bapak Dr. H. Ishaq, SH, MH selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama di Fakultas Syariah UIN STS Jambi,

Indonesia.

4. Ibu Mustiah, S.Ag, M.Sy, selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga dan

Bapak Irsyadunnas N, S.H, MH selaku Sekretaris Jurusan Hukum

Keluarga Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. A.A. Miftah, S.Ag, M.Ag, selaku Pembimbing I dan Bapak

Dr. H. Ibnu Kasir, M.H.I selaku pembimbing II yang telah banyak

memberi masukan, tunjuk ajar dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.


6. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan dan

karyawati Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi yang

bersangkutan.

Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih ada kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis penulisan, analisis data,

penyusunan maklumat maupun dalam mengungkapkan argumentasi pada

bahan skripsi ini. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak dapat

memberikan kontribusi pemikiran, tanggapan dan masukan berupa saran,

nasihat dan kritik demi kebaikan skripsi ini. Semoga apa yang diberikan

dicatatkan sebagai amal jariah di sisi Allah SWT dan mendapatkan ganjaran

yang selayaknya kelak.

Jambi 22 April 2020

Penulis,

NURUL ASMIDA BINTI RAZALI

NIM : SHK 101180031


DAFTAR SINGKATAN

UIN STS : Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

SWT. : Subhanahuwata’la.

SAW. : Sallallahu alaihiwassallam.

ra. : Radiallahu’an

No. : Nomor

Q.S : Al-Quran Dan Sunnah

cet. : Cetakan

Hlm : Halaman

t.t : Tanpa Tahun

ta’liq : Menggantungkan

Syafie : Imam Syafie

Syafiiyyah : Pengikut Imam Syafie

AUKI : Undang Undang Keluarga Islam Wilayah Persekutuan


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….i

PENYATAAN KEASLIAN………………………………………………….ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………iii

SURAT PERNYATAAN……………………………………………………..iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………………….v

MOTTO……………………………………………………………………….vi

ABSTRAK…………………………………………………………………….vii

PERSEMBAHAN…………………………………………………………….viii

KATA PENGANTAR………………………………………………………..ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………….xii

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………..xiii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….xiv

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….xv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………1

B. Rumusan Permasalahan…………………………………………….6

C. Batasan Masalah……………………………………………………7

D. Tujuan Penelitian…………………………………………………..7

E. Kegunaan Penelitian……………………………………………….7

F. Kerangka Teoritis………………………………………………….8

G. Tinjauan Pustaka…………………………………………………..17
BAB II: METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian…………………………………………….15

B. Jenis Penelitian……………………………………………………16

C. Jenis dan Sumber Data……………………………………………16

D. Metode Pengumpulan Data……………………………………….18

E. Teknis Analisis Data………………………………………………19

F. Sistematika Penulisan……………………………………………..21

BAB III: GAMBARAN UMUM MAHKAMAH RENDAH SYARIAH

A. Sejarah dan Perkembangan Mahkamah Syariah…………………..23

B. Peranan dan Fungsi Mahkamah Syariah…………………………..26

C. Visi, Misi dan Motto Mahkamah Syariah…………………………27

D. Struktur Organisasi Mahkamah Syariah…………………………..28

E. Piagam Pelanggan Mahkamah Syariah……………………………29

F. Logo Mahkamah Syariah………………………………………….30

BAB IV: PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Ketentuan cerai menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam

Negeri Sembilan 2003 …………………………………………….33

B. Praktek cerai ta’liq ………………………………………………...36

C. Hakim di Mahkamah memberi putusan terhadap cerai ta’liq

tersebut……………………………………………………………..43
BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………49

B. Saran-saran…………………………………………………………51

C. Kata Penutup……………………………………………………….52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ta’liq talaq diperuntukkan dalam enakmen undang-undang keluarga Islam

Malaysia bertujuan melindungi hak dan kepentingan wanita.1 Taliq di Malaysia

terbagi menjadi dua kelompok ta’liq dibentuk oleh hukum keluarga Islam yang

dikenakan di setiap provinsi (disebut dalam ta’liq resmi) dan ta’liq diucapkan oleh

seorang suami dengan pilihan diri (disebut sebagai ta’liq lisan).2 Ta’liq resmi

dibacakan oleh suami kepada istri di hdapan penghulu setelah kartu nikah selesai.

Kesemua lafaz ta’liq berkenaan akan diberikan kepada suami dan istri sebagai bukti

resmi ta’liq telah dibaca oleh semua kepada istri.3 Secara resmi ta’liq di setiap

provinsi difokuskan pada tiga hal yang merupakan kegagalan suami untuk

membayar, istri ditinggalkan suami dan sebarang kemudaratan dan kecederaan oleh

suami ke atas istri (darar syarie).4 Ini karena tiga hal adalah masalah besar yang

sering dihadapi oleh istri selama masa perkawinan dengan pasangan. Di samping

itu, pengabaian suami terhadap hal yang akan membebani istrinya.

1
Mahmud Saedon Awang Othman, “Hak Wanita dalam Undang-undang Keluarga Islam,”
dalam Undang-undang Keluarga Islam dan Wanita di Negara-negara Asean,ed. Abdul Monir
Yaacob (Kuala Lumpur: Institusi Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), 2000, hlm.211
2
Ibrahim Lembut, “Kaedah Ta’liq Talaq di Mahkamah Syariah,” Jurnal Hukum xxi
(2006), hlm.148
3
Ibid
4
Nor Fadzlin Nawi, Ta’liq Agreement, 64. Najibah Mohd Zin, Perceraian dalam Undang-
undang Keluarga Islam, 122, Raihanah Abdullah, “Perceraian dan Mahkamah Syariah,” dalam
Wanita dan Perundangan Islam (Selangor: Ilmiah Publisher Sdn Bhd, 2001), hlm.104
Setiap pelanggaran ta’liq resmi oleh suami akan memberikan hak kepada istri

untuk mengajukan pergaduan di Pengadilan agama. Pengadilan akan memeriksa

pengaduan dibawah seksyen 50 enakmen undang-undang keluarga Islam.5

Pembubaran perkawinan dalam bentuk khul dengan biaya RM 10.00 bersamaan

(Rp 30,000) oleh istri kepada suami yang secara resmi dinyatakan. Hak dan

kepentingan wanita adalah pendukung dan dilindungi melalui penerapan resmi

ta’liq di setiap provinsi.

Selain ta’liq resmi, ada bentuk lain dari ta’liq yang dipraktekkan di

masyarakat Malaysia yaitu ta’liq lisan. Ta’liq lisan adalah ta’liq yang diucapkan

oleh suami dengan pilihannya sendiri tanpa melibatkan masalah yang diatur di ta’liq

resmi.6 Seorang suami bebas melafazkan ta’liq dengan kehendak dirinya sendiri

seperti sorang suami yang menghalang istrinya dari keluar rumah atau ta’liq

prihatin dengan permintaan istrinya mensyaratkan agar suami tidak berpoligami.

Ta’liq lisan tidak wajib bagi setiap pasangan seperti ta’liq resmi tetapi

pengalamannya ada di masyarakat Malaysia.7 Hal ini dapat dibuktikan memalui

rekor-rekor atas kasus perceraian luar Pengadilan. Pengadilan agama

mengklasifikasikan berbicara ta’liq sebagai perceraian luar seperti yang dinyatakan

5
Mazlan Abd Manan, “Kesalahan Matrimoni dalam Kes Perceraian di Luar Mahkamah
dan Tanpa Kebenaran Mahkamah: Kajian di Mahkamah Syariah Selangor” (disertasi srjana,
Univrsiti Malaya, 2010), hlm.55
6
Lukman Abdul Mutalib, “Satu Tinjauan Terhadap Perceraian Ta’liq dan Implikasinya
Terhadap Pembubaran Sesebuah Keluarga,” (Seminar Hukum Islam Sebagai Peringkat Kebangsaan
Kali ke-II, 23-24 Jun 1999), hlm.6
7
Lihat Yusida Yusof, “Perceraian di Luar Mahkamah: Kajian di Mahkamah Syariah
Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur” (disertasi sarjana, Universiti Malaya, 2008), hlm.68&126
di bawah seksyen 125 Enakmen Undang-undang Keluarga Islam yang

memberlakukan di Negeri Sembilan.

“Seseorang lelaki yang menceraikan istrinya dengan melafazkan talaq dalam


apa-apa bentuk apapun Pengadilan dan tanpa izin dari pengadialan maka ia
melakuan pelanggaran apabila disabitkan boleh didenda tidak melebihi satu ribu
ringgit atau dipenjarakan selama tempoh tidak melebihi enam bulan atau kedua-
duanya.”8

Hal ini karena berbicara ta’liq adalah di luar Pengadilan dan tanpa kebenaran.

Perceraian luar Pengadilan merupakan suatu pelanggaran di bawah berlakunya

undang-undang ini dan suami boleh didenda sehinggan Rm 1000 bersamaan (Rp

3,350,000) atau pemenjaraan tidak melebihi enam bulan atau kedua-duanya.

Meskipun denda dari pelanggaran dinyatakan dengan jelas di bagian mengatakan

ia menemukan bahwa ada kasus dimana pasangan tindak tunduk pada hukuman

oleh Pengadilan yang berkaitan dengan pelanggaran ini. Tindakan ini dapat

meningkatkan jumlah perceraian luar Pengadilan dan memberikan kebebasan

kepada suami untuk menceraikan istrinya di luar Pengadilan terutama melalui ta’liq

lisan. Ta’liq lisan berbicara oleh seorang suami dengan pandangan untuk istri

berbahaya harus ditangani dengan benar. Hal ini karena sebagian besar ta’liq

diucapkan oleh suami untuk berbagi istri mereka dan mencegah mereka dari

menjalani kehidupan yang baik.9

8
Seksyen 125, Enakmen 11 Tahun 2003, Enakmen Undang-undang Keluarga Islam
(Negeri Sembilan) 2003
9
Salina Ibrahim, “Ta’liq Bersepah-sepah,” Majalah al-Islam, Juli 2000, hlm.23-25
Masalah ta’liq lisan semakin sering dibahas di berbagai media setelah rirektur

jenderal dan Hakim kepala Syariah dari Department Kehakiman Malaysia,

mengeluarkan pernyataan bahwa menurut statistik pendaftaran di Pengadilan untuk

2015 hinggan 2017 berjumlah 7,456 kasus sementara 2016 9,914 kasus dan 2017

berjumlah 9,903 kasus.10 Inovasi ini mengumpulkan para ahli hukum seperti hakim

dan pengacara untuk mencari pendekatan untuk mempercepatkan proses

perkawinan atau perceraian. “Mudah-mudahan akan dapat bertindak untuk

memecahkan masalah orang dengan transparansi, tetapi juga berada di provinsi

bagian lain.”

Ta’liq yang berbicara tentang suaminya dengan sikap tidak bijaksana. Ta’liq

yang diucap oleh suami tergesa mendesa dan dipengaruhi oleh emosi yang tidak

stabil seperti ta’liq yang diucapkan dalam kemarahan. Hal ini karena istri harus

membuktikan kepada Pengadilan bahwa suaminya pernah berkata ta’liq dan

membuktikan pelanggaran ta’liq yang bersangkutan telah terjadi. Tanpa catatan

berbicara ta’liq oleh suami tidak dapat dibuktikan dan keluhan akan ditolak oleh

Pengadilan. Situasi menyebabkan istri tiada memiliki pertahanan yang tepat. Oleh

karena itu, kebutuhan bagi ta’liq lisan untuk didokumentasian dan didaftarkan di

daerah pada pihak yang bertanggungjawab seperti petugas administrasi keagamaan

kabupaten adalah ebutuhan yang sangat mendesak dalam menjaga kepentingan dan

hak para istri.

10
https://ydata.iyres.gov.my/iyresbankdataV2/www/index.php?r=pub/home/readconte
nt4&id=162 diakses 5 Maret 2020
Permasalahan yang dapat dirungkai adalah zaman modern ini terlalu banyak

masyarakat tidak menitik beratkan tentang cerai ta’liq. Bagi pasangan yang baru

bernikah maupun telah lama bernikah, segelintirmasyarakat Tampin beranggapan

cerai ta’liq adalah sesuatu perkara yang remeh-temeh. Kebanyakkan yang berlaku

cerai ta’liq adalah pasangan melakukan cerai di luar mahkamah (CLM).

Kebanyakkan masyarakat kurang fahami arti ta’liq talaq menurut Islam. Mereka

hanya tahu serba serbi pengetahuan dari pihak yang urang pengetahuan agama dan

undang-undang. Ada yang mengatakan, jikalau suami telah melafazkan cerai ta’liq,

mereka tidak lagi boleh bersekedudukan lagi. Ada yang mengataan, jikalau mereka

bersetubuh itu bermakna mereka sudah diira ruju’ skembali.

Contoh permasalahan yang dilakuan oleh beberapa masyarakat kesalahan

perceraian luar Pengadilan dan tanpa izin Pengadilan masih berlaku. Bila

dibandingkan dengan kasus penangkapan karena pelanggaran pidana lain, setelah

tuduhan dalam Pasal 125 dibacakan, terdakwa mengaku bersalah. Setelah itu,

terdakwa meminta Pengadilan untuk meringankan hukuman dengan alasan bahwa

mereka tidak mengetahui ketentuan untuk melarang tindakan perceraian di luar

Pengadilan. Dalam kasus Jaksa Syariah lawan Md. Fadzil bin Hj.Ahmad, terdakwa

meminta keringanan dengan alasan bahwa dia tidak mengetahui hukum yang

melarang perceraian di luar Pengadilan. Dalam kasus Jaksa Syariah lawan Mohd

Aidil bin Abd Razak, setelah tuduhan dibacakan oleh jaksa, terdakwa mengaku

bersalah. Dalam banding ke Hakim, terdakwa meminta pengurangan hukuman,

dengan alasan bahwa dia tidak tahu apakah harus mencari perceraian harus merujuk

ke Pengadilan.
Selain itu, kesalahan ini sering terjadi pada pasangan menikah ketika mereka

terlalu muda. Kelompo ini masih menganut cara hidup mereka seperti sebelum

menikah yaitu tentang hiburan dan kesenangan karena urangnya identitas merekaa

sebagai Islam, sejati, pasangan itu akhirnya menjadikan perceraian dengan bebas

menyatakan perceraian di mana-mana sebagai cara untuk mengubah pasangan yang

mereka piir cocok dengan budaya mereka sendiri.

Dengan demikian, maka penulis merasa tertarik dan terpanggil untuk meneliti

tentang cerai ta’liq yang terdaftar di Pengadilan agama dengan harapan masyarakat

mengetahui dan memahami terhadap hukum yang berlaku. Berangkat dari

permasalahan di atas, penulis mengangkat sebuah permasalahan yang dituangkan

dalam judul : CERAI TA’LIQ YANG TERDAFTAR DI MAHKAMAH

SYARIAH DITINJAU DARI PASAL 57 ENAKMEN UNDANG-UNDANG

KELUARGA ISLAM TAHUN 2003 (Studi Kasus di Mahkamah Rendah

Syariah Daerah Tampin, Negeri Sembilan, Malaysia).


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis mengangkat

poko-pokok permasalahan sebagi objek pembahasan dalam penyusunan skripsi ini,

yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana cerai ta’liq talaq menurut hukum Islam dan enakmen undang-undang

keluarga Islam tahun 2003?

2. Bagaimana praktek cerai ta’liq dan keputusan hakim dalam perceraian luar

Pengadilan?

C. Batasan Masalah

Dalam permasalahan ini, penulis hanya membahaskan tentang cerai ta’liq

yang terdaftar di mahkamah syariah ditinjau dari pasal 57 enakmen undang-undang

keluarga islam tahun 2003 dan membataskan penelitian di Mahkamah Rendah

Syariah Tampin, Negeri Sembilan, Malaysia. Penulis tertarik untuk mengkaji kasus

perceraian ta’liq lisan di Mahkamah Rendah Syariah Tampin karena ingin

mengetahui sebanyak mana dan sejauh mana kasus ini terjadi dan tindakan

mahkamah terhadap hal tersebut.

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumusan, perlu dikemukan pula

tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui cerai ta’liq menurut hukum islam dan enakmen undang-

undang keluarga islam 2003.

2. Untuk mengenal pasti praktek cerai ta’liq dan keputusan hakim dalam

perceraian luar Pengadilan.


E. Kegunaan Penelitian

Studi ini berfokus pada cerai ta’liq dan cerai luar mahkamah karena tidak ada

studi tertentu dan diskusi dilakukan. Penulis ini yang ada hanya membahas ta’liq

dalam singkat dan tidak menyeluruh.

Studi ini mengkaji cerai ta’liq dan cerai luar Pengadilan yang dipraktekkan di

masyarakat. Informasi ini diperoleh dari petugas administrasi keagamaan karena

beberapa dari mereka telah dihadapkan dengan tambahan aplikasi cerai ta’liq dari

pasangan. Studi ini berfokus pada cerai ta’liq dan cerai luar Pengadilan yang telah

ditangani oleh salah satu perwira. Studi ini tidak melibatkan pengalaman ta’liq. Hal

ini dikarenakan informasi mereka tidak diungkapkan oleh petugas administrasi

keagamaan.

F. Kerangka Teori

a) Perceraian dari perspektif Islam

Menurut kacamata Islam, perceraian dalam bahasa Arab disebut sebagai

talak. Talak menurut bahasa artinya melepaskan atau meleraikan ikatan.11

Manakala menurut syarak pula berarti meleraikan hubungan pernikahan dengan

lafaz talak dan seumpamanya. Sebahagian ulamak fiqh pula, mendefinisikan talak

sebagai sesuatu perkara yang boleh membubarkan ikatan pernikahan sama ada pada

waktu itu atau pada waktu akan datang dengan lafaz yang tertentu atau

seumpamanya.12 Selain lafaz talak, terdapat juga lafaz lain yang diambil kira oleh

11
Al-syirbini, 1997:368, Wizarah al-Awqaf, 1993:5, Wahbah al-Zuhaili, 1985:356
12
Badran, 1961:213, Wizarah al-Awqaf, 1993:5, Wahbah al-Zuhaili, 1985:356
syarak sebagai lafaz yang boleh menyebabkan perceraian yaitu al-firaq (pisah) dan

al-sarah (cerai).

Firman Allah S.W.T

“Talak (yang boleh dirujuk kembali itu hanya) dua kali. Sesudah itu
bolehlah ia (rujuk dan) memegang terus (istrinya itu) dengan cara yang
sepatutnya atau melepaskan ( menceraikannya) dengan cara yang
baik.”(Surah al-Baqarah 2:229)13
“kemudian, apabila mereka (hamper) habis tempoh iddahnya, maka
bolehlah kamu pegang mereka (rujuk) dengan cara yang baik, atau
lepaskan mereka dengan cara yang baik.” (Surah al-Talaq 65:2)14

Menurut al-Qurtubi, ayat ini telah digunakan oleh Imam al-Syafi’I sebagai

dalil yang menunjukkan bahwa ketiga-tiga lafaz tersebut yaitu lafaz talak, al-firaq

(pisah) dan al-sarah (cerai) merupakan lafaz-lafaz perceraian yang jelas (soreh).

Sehubungan itu, talak yang dianggap sah adalah apabila menepati lima rukun

talak yaitu suami yang menceraikan, sighah (lafaz yang digunakan), istri yang

diceraikan, wilayah (kuasa talak) dan qasad (ada kesengajaan).

b) Hukum Perceraian

Telah menjadi kesepakatan dalam kalangan orang Islam tentang pnsyariatan

talak semenjak zaman Rasulullah SAW sehinggalah kini. Namun begitu, para

sarjana Islam berselisih pendapat berkaitan hukum asal bagi talak. Majoriti ulamak

mengatakan bahwa hukum asalnya adalah ditegah melainkan jika ada keperluan.

Justeru, menurut pendapat yang rajah, hukum asal bagi talak adalah harus serta

makhruh. Hal ini adalah berdasarkan hadis Rasulullah SAW;

13
Surah al-Baqarah 2:229
14
Surah al-Talaq 65:2
َّ َ‫َض ِإلَ ْي ِه ِمن‬
‫الط ََلق‬ َ ‫ش ْيئًا أ َ ْبغ‬
َ ُ‫َما أ َ َح ُّل هللا‬

Terjemahan: “Tiada sesuatu yang dihalalkan oleh Allah Taala, yang lebih
dibenci-Nya berbanding talak.”15

Hukum tersebut akan berubah mengikut situasi dan keadaan sepertimana

berikut;

i) Wajib

Hukum wajib melakukan talak ini berlaku beberapa keadaan, antaranya

ketika berlakunya ila’. Apabila telah berlalunya tempon ila’ tersebut, maka suami

diwajibkan untuk membayar denda (kaffarah) atau diminta menceraikan istrinya,

inilah pendapat majoriti ulamak selain ulamak Mazhab Hanafi. Manakala mazhab

Hanafi pula, pasangan tersebut akan dihukumkan bercerai apabila berlalunya

tempoh ila’.16

Selain itu, wajib juga melakukan talak ketika berlaku perselisihan antara

suami dan istri yang tidak menemui jalan penyelesaiannya, manakal wakil daripada

kedua-dua belah pihak berpandangan bahwa lebih baik mereka bercerai. Maka

ketika ini wajiblah mereka bercerai. Begitu juga bagi suami yang benar-benar tidak

mampu menjalankan hak-hak istrinya maka suami wajib menjatuhkan talak ketika

itu.

15
Al-Sijistani, Sunan Abi Daud, Bab fi Karahiyyah al-Talaq, no.2177
16
Badran, 1961:268, Wahbah al-Zuhaili, 1985:550, Wizarah, 1993:9
ii) Sunat

Di antara keadaan yang disunatkan bagi suami menjatuhkan talak adalah

seseorang istri tiada komitmen untuk melayani suaminya, istri berperangai buruk

sehingga boleh menyakiti suami dan jiran tetangganya, suami cuai melaksanakan

hak istrinya atau istrinya merupakan seorang yang tidak menjaga maruah serta

mengabaikan tanggungjawab agamanya.17 Begitu juga ketika istri meminta cerai

kepada suami karena khuatir berlakunya perkelahian. Maka ketika ini sunat bagi

suami menceraikan istrinya.

iii) Makhruh

Apabila seorang suami mempunyai sebab syarak yang diharuskan untuk

menceraikan istrinya seperti untuk mengelakkan perangai dan layanan buruk istri

atau disebabkan suami tidak mencintai istrinya lagi.

iv) Haram

Apabila seorang suami menceraikan istrinya yang sedang dalam keadaan haid

atau dalam keadaan istrinya suci daripada haid tetapi telah disetubuhinya. Talak

ketika ini juga dinamakan dengan talak bid’ie (tidak mengikut sunnah).

Selain itu, talak juga akan menjadi haram apabila ia dilakukan tanpa sebab-

sebab yang disyarakkan. Hal ini adalah karena, talak yang berlaku tanpa sebab-

sebab yang disyarakkan boleh menyakiti pihak istri tanpa hak dan ia merupakan

salah satu perbuatan yang dilarang oleh syarak.

17
Muhammad al-Zuhaili, 2011:139, Wahbah al-Zuhaili, 1985:363, Aminah, 1992:312
c) Bentuk Perceraian

Perceraian ditinjau dari segi keadaan istri pada waktu talak itu diucapkan oleh

suami, ada dua macam, yaitu:

i. Talak Sunni, yaitu talak dimana suami pada saat menjatuhkan talak

kepada istrinya, istri tidak dalam keadaan haid dan dalam masa itu

belum pernah dicampuri oleh istrinya.

ii. Talak Bid’ie ialah talak dimana suami menjatuhkan talak kepada

istrinya yang dalam keadaan istri sedang dalam keadaan haid atau

dalam masa suci namun dalam waktu itu telah dicampuri oleh

suaminya.18

Perceraian ditinjau dari segi tidaknya lafaz talak dibagi menjadi dua macam,

yaitu:

i. Talak Sarih talak yang diucapkan dengan lafaz yang jelas maknanya

tentang perceraian.

ii. Talak Kinayah ialah talak yang diucapkan dengan lafaz tidak jelas

atau dengan melalui sindiran.19

Menurut Sayyid Sabiq bahwa talak itu terjadi dengan segala sesuatu

yang menunjukkan atas putusnya hubungan suami istri lafaz maupun tulisan

yang ditujukan pada istri, dengan isyarat bagi orang bisu atau dengan

mengutus utusan.20

18
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, hlm.130
19
H.S.A. al-Hamdani, Risalah Niah, terjemahan Agus Salim, hlm.211
20
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, hlm.27
Sedangkan perceraian yang ditinjau dari segi akibat menjatuhkan dibagi

menjadi dua macam, yaitu:

i. Talak Raj’i

Talak yang suami memilii untuk kembali kepada istrinya tanpa melalui

akad nikah baru, selama istri masih dalam iddah.21

ii. Talak Ba’in

Talak yang tidak dapat dirujuk kembali, kecuali dengan perkawinan

baru walaupun dalam masa iddah, seperti talak yang belum di

senggamai.

Selanjutnya talak ba’in juga dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Talak Ba’in Sughra

Talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya yang tidak dapat

dirujuk kembali dengan perkawinan baru.

b. Talak Ba’in Kubra

Talak yang beraibat hilangnya hak bekas suami untuk merujuk atau

dengan akad nikah baru baik dalam masa iddah maupun sesudah masa

iddah habis.

Ucapan talak yang digantungkan kepada sesuatu dalam bentuk ini disebut

dengan talak mu’allaq, atau talak yang digantungkan. Talak yang bergantung

(mu’allaq) yaitu suami di dalam menjatuhkan talaknya digantungkan kepada suatu

21
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan, hlm.220
syarat, umpamanya suami berkata istrinya, “Jika engkau pergi ke tempat kami,

maka engkau tertalak.”22

Yang dimaksudkan dengan ta’liq talak ialah menyandarkan jatuhnya talak

kepada sesuatu perkara baik kepada ucapan, perbuatan, maupun waktu tertentu. Hal

ini dimaksudkan untuk menjaga perbuatan sewenang-wenang dari pihak suami.

Ta’liq talak ini dilakukan setelah akad nikah, baik langsung waktu itu maupun di

waktu lain.

Ta’liq ada dua macam, pertama dimaksudkan seperti janji, karena

mengandung pengertian melaukan pekerjaan atau meninggalkan suatu perbuatan

atau menguatkan suatu khabar. Ta’liq seperti ini disebut ta’liq dengan sumpah

(ta’liq qasami), seperti seorang suami berkata kepada istrinya, “Jika kau keluar

rumah maka engkau tertala”, maksudnya suami melarang istri keluar rumah, bukan

di aksudkan untuk menjatuhkan talak.

Kedua, ta’liq yang diamksudkan untuk menjatuhkan talak apabila telah

memenuhi syarat. Ta’liq ini disebut ta’liq bersyarat. Umpamanya suami berkata

kepada istrinya “Jika engkau membebaskan aku dari membayar sisa maharnya,

maka engkau tertalak.”

Dengan ta’liq talak ini berarti suami menggantungkan talaknya kepada

perjanjian yang ia setujui. Apabila perjanjian itu dilanggar, dengan sendirinya jatuh

22
Abdul Kholiq Syafa’at, Hukum Keluarga Islam (Surabaya: UIN SA press, 2014), hlm
274
talak kepada istrinya. Menurut Pasal 22 Undang-undang keluarga islam Negeri

Sembilan.23

Contoh sighat ta’liq yaitu sebagai berikut:24

“Saya dengan ini mengaku bahwa apabila saya meninggalkan istri saya (nama

istri)(NIK) selama tempoh empat bulan hijrah berterusan dengan sengaja tanpa

nafkah atau saya hilang kepada tempat yang tiada diketahui akan hidup atau

matinya saya atau saya telah menyebabkan kecederaan kepada tubuh badannya, dan

ia kemudian membuat pengaduan kenapa Mahkamah Syariah dan Mahkamah

selepas siasatan yang wajar mendapati ianya benar, maka jatuhlah atasnya satu

talaq.”

Menurut YA Tuan Mohamad Yusri Bin Kasim, tujuan pelaksanaan ta’liq di

Malaysia adalah untuk memberikan jalan keluar kepada istri setelah berlakunya

pengabaian haknya oleh suami seperti suami meninggalkan istri dalam tempoh

yang lama tanpa pengetahuan istri, pengabaian nafkah istri serta suami memberikan

mudarat kepada istri dengan memukul atau menderanya.25 Oleh itu, pengabaian

suami terhadap hak istri dalam isu-isu tertentu telah dimasukkan dalam

penguatkuasaan ta’liq resmi di Malaysia yang memberikan hak kepada istri untuk

membuat aduan kepada Mahkamah Syariah dan menuntut pembubaran perkawinan

sebagian jalan keluar kepadanya.26

23
Enakmen Undang Undang Keluarga Islam Negeri Sembilan
24
Lafaz Ta’liq Talak, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Sembilan.
25
Wawancara YA Tuan Mohamad Yusri Bin Kasim, Hakim Mahkamah Rendah Syariah
Tampin Negeri Sembilan, 28 April 2020
26
Ibid
Jumhur ulama mazhab berpendapat bahwa apabila seseorang telah

menta’liqkan talaknya yang dalam wewenangnya dan telah terpenuhi syarat-

syaratnya sesuai kehendak mereka masing-masing, maka ta’liq itu dianggap sah

untuk semua bentuk ta’liq, baik itu mengandung sumpah (qasam) ataupun

mengandung syarat biasa, karena orang yang menta’liqkan talak itu tidak

menjatuhkan talaknya pada saat orang itu mengucapkannya, akan tetapi talak itu

tergantung pada terpenuhinya syarat yang dikandung dalam ucapan ta’liq itu.27

Rukun dan syarat talak ialah unsur pokok yang harus ada dalam talak dan

terwujudnya talak bergantung ada dan lengkapnya unsur-unsur dimaksud. Rukun

talak ada empat, sebagai berikut:

i. Suami (orang yang mentalak) adalah yang memiliki hak talak dan berhak

menjatuhkannya selain suami tidak berhak menjatuhkannya. Untuk sahnya

talak, suami yang menjatuhkan talak di syariatkan.28

a. Berakal. Suami yang gila tidak sah menjatuhkan talak. Yang dimaksud

ialah hilang akal atau rusak akal karena sakit.

b. Baligh. Tidak dipandang jatuh talak yang dinyatakan oleh orang yang

belum dewasa.

c. Atas kemauan sendiri. Yang dimaksud atas kemauan sendiri disini

ialah adanya kehendak pada diri suami untuk menjatuhkan talak itu

dan dijatuhkan atas pilihan sendiri, bukan paksaan orang lain.

27
Wahbah az-Zuhaily, Fiqih Imam Syafi’I, jilid II, hlm 608
28
Ibid
ii. Istri (orang yang ditalak) masing-masing suami hanya berhak menjatuhkan

talak terhadap istri sendiri. Tidak dipandang jatuh talak yang dijatuhkan

terhadap istri orang lain. untuk itu bagi istri yang ditalak disyariatkan

sebagai berikut:29

a. Istri itu masih tetap berada dalam perlindungan kekuasaan suami.

b. Kedudukan istri yang ditalak itu harus berdasarkan atas akad

pernikahan yang sah.

iii. Sighat (kata-kata) ialah kata-kata yang diucapkan oleh suami terhadap

istrinya yang menunjukkan talak, baik itu sarih maupun kinayah, baik

berupaya ucapan atau lisan, tulisan,, isyarat bagi suami tunawicara

maupun dengan suruhan orang lain.30

iv. Sengaja (qasdu) artinya bahwa dengan ucapan talak itu memang

dimaksudkan oleh yang mengucapkannya untuk talak, bukan untuk

maksud lain. oleh karena itu, salah ucap yang tidak dimaksud dipandang

tidak jatuh talak, seperti suami memberikan sebuah salak kepada istrinya,

semestinya ia mengatakan kepada istrinya itu kata-kata “ini sebuah salak

untukmu”, tetapi keliru ucapan, berbunyi “ini sebuah talak untukmu”,

maka talak ini dipandang tidak jatuh.31

29
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, hlm 203
30
Wahbah az-Zuhaily, Fiqgih Imam Syafi’I, jilid II, hlm 203
31
Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, hlm 205
G. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-

penelitian lain) yang berkaitan dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang

diteliti.

Siti Nazirah Binti Zakaria32 skripsi berjudul “penyelesaian talak di luar

mahkamah syariah dalam perspektif hukum islam”. Skripsi ini membahaskan

mengenai prosedur talak diluar mahkamah syariah dan penyelesaian menurut

perspektif hukum Islam.

Abu Ubaidah Bin Fadzli33 skripsi berjudul “kedudukan dan konsekuensi

hukum talak luar sidang Pengadilan di Indonesia dan Malaysia.” Skripsi ini

membahaskan kedudukan talak luar sidang Pengadilan serta konsekuensi hukum

yang timbul dari talak luar sidang Pengadilan.

Cici Aprilia34 skripsi berjudul “analisis kompilasi hukum Islam tentang

penyelesaian pelanggaran taklik talak sebagai alasan perceraian.” Skripsi ini

membahaskan menganalisis putusan-putusan pelanggaran taklik talak dan untuk

diketahui analisis (KHI) tentang putusan Hakim dalam perkara pelanggaran taklik

talak di Pengadilan.

32
Siti nazirah Binti Zakaria, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum, Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
33
Abu Ubaidah Bin Fadzli, Mahasiswa Fakultas Syariah, Universitas Maulana Malik
Ibrahim Malang
34
Cici Aprilia, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, Institut Agama Islam Negeri
Raden Intan Lampung
Setelah pengaji melakukan tinjauan, persamaan perkara yang diteliti yaitu

taklik talak. Perbedaan anatar peneliti terdahulu lebih meneliti mengenai

pelanggaran taklik talak di luar sidang Pengadilan tentang taklik talak.

Sedangkan peneliti sendiri membahas tentang cerai taklik yang terdaftar di

mahkamah syariah yang bersangkutan dengan perceraian di luar Pengadilan.


BAB II

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan satu sarana dalam pengembangan

pengetahuan dan teknologi serta seni. Dengan demikian penelitian itu bertujuan

untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.

Anatara metode penelitian yang digunakan peneliti adalah:

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif empiris.

Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai

pemberlakuan ketentuan hukum normatif (kodifikasi, undang-undang atau kontrak)

secara langsung pada setiap peristiwa hukum hukum tertentu yang terjadi dalam

masyarakat.35

Penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan

bahan buku utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asa-asas

hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan

sistem hukum dengan menggunakan data sekunder, diantaranya: asas, kaedah,

norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan

dokumen lain yang berhubungan erat dengan penelitian. Misalnya penulis meneliti

Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam (Negeri Sembilan) 2003.

Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke

lapangan untuk melihat secara langsung penerapan perundang-undangan atau

35
Sayuti Una, MH, “Pedoman Penelitian Skripsi”, (Jambi: Syariah Press, 2012), hlm 41.
aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan

wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan

informasi mengenai pelaksanaan penegakkan hukum tersebut.36 Lingkungan

penelitian yaitu di Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin Negeri Sembilan.

B. Jenis Penelitian

1. Jenis Data

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penulis

memusatkan perhatiannya pada gelaja-gelaja yang mempunyai karakteristik

tertentu dalam kehidupan manusia yang berkaitan dengan penelitian yang dibuat.

Penulis akan turun ke tempat kajian lapangan untuk mengumpulkan maklumat yang

diperlukan. Seterusnya, pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah

perundang-undangan dan membuat pemerhatian terhadap masyarakat mengenai

gejala-gejala yang tertentu berkaitan dengan penelitian.

C. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua jenis dan sumber data yang digunakan untuk

memperoleh data informasi sesuai dengan tujuan penelitian yaitu data lapanga/studi

lapangan (data primer) dan data kepustakaan (data sekunder).

36
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penelitian Skripsi, Tesis Serta Disertasi”,
(Jambi: STAIN Press, 2015), hlm 66-70
a. Data Primer

Data primer adalah yang diperoleh langsung dari sumber pertama.

Menurut Peter ahmud Marzuki, ia merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas.37 Data primer tidak boleh diperoleh

dari apa-apa perentara atau pihak kedua, ketiga dan seterusnya. Data juga

hendaklah diperoleh secara langsung baik melalui observasi, wawancara dan

informasi pertama kali dari pihak-pihak tertentu.38 Dalam penelitian ini,

peneliti melakuan wawancara kepada pegawai syariah di Mahkamah Rendah

Syariah Tampin, Negeri Sembilan dan pegawai Bahagian Sokongan Keluarga

yang terkait dengan penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah bahan yang bersifat untuk melengkapi data primer.

Ia merupakan data yang diperoleh dari bahan perpustakan atau literature yang

mempunyai hubungannya dengan objek penelitian.39 Bersangkutan dengan

penelitian ini, data sekunder diperoleh adalah melalui bahan-bahan bacaan

dalam web. Bahan bacaan seperti buku-buku yang membahas tentang taklik

talak serta artikel atau jurnal yang terkait.

37
Peter Mahmud Rezeki dalam H. Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan
Skripsi, Tesis, serta Disertasi, Cetakan ke-4, Kerinci: Stain Kerinci Press, 2015, hlm.155
38
Sayuti Una, MH, Pedoman Penelitian Skripsi, (Jambi:Syariah Press, 2012), hlm 42
39
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis derta Disertasi, Cetakan
ke-4, Kerinci: Stain Kerinci Press, 2015, hal.155
2. Sumber Data

Sumber data adalah tempat diperoleh data. Adapun sumber data dalam

penelitian ini terdiri daripada:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di

lapangan dengan cara melakukan wawancara kepada pegawai yang terkait

dengan penelitian.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari perpustakaan aatau

literature yang mempunyai kaitannya dengan objek penelitian. Adapun

sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data yang diperoleh

daripada buku-buku dan maklumat dsripada tempat lapangan kajian peneliti.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk menggali data dan fakta yang diperlukan dalam peneliti.40

Adapun jenis pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut:

a. Observasi (pengamatan)

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung

dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti.41 Observasi

dilakukan oleh penulis dengan cara pengamatan dan pencatatan berkaitan penelitian

cerai taliq yang terdaftar di Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin.

40
Asep Saepul Hamdi, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan,
Yogyakarta: Deepublish, 2014, hlm.47
41
Sayuti Una, MH, “Pedoman Penelitian Skripsi”, (Jambi: Syariah Press, 2012), hlm 43
b. Interview atau wawancara

Wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data yang diperoleh secara

lisan bagi mencapai sesuatu tujuan. Informasi yang diberikan bisa berkembang

dengan sendirinya. Teknis yang digunakan adalah wawancara terstruktur.

Wawancara tertsruktur adalah wawancara yang dilaksanakana secara berpedoman

pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.42

Dalam penelitian ini, penulis telah mewawancarai dua orang dari Jabatan

Kehakiman Syariah Negeri Sembilan yaitu Ibu Ruzita Binti Ramli sebagai Ketua

Pendaftar Jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sembilan, YA Tuan Mohamad Yusri

Bin Kasim sebagai Hakim dan Ibu Nurul Fadhlina Binti Che Daud sebagai Pegawai

Sulh Mahakamah Rendah Syariah Daerah Tampin, Negeri Sembilan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pelengkap dari teknis pengumpulan data wawancara.

Dokumentasi yang diartikan sesuatu yang tertulis atau tercatat yang dapat diguna

sebagai bukti keterangan seperti naskah, catatan, dan sebagainya. 43 Penulis

mengunpulkan bahan-bahan seperti naskah, buku-buku ilmiah, karya seseorang

seperti disertasi, skripsi, tesis, jurnal dan sebagainya.

42
Ibid
43
Ibid
E. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data dan informasi yang sesuai dengan permasalahan

yang dikaji peneliti, maka peneliti menggunakan analisis data kualitatif yaitu

analisa data yang menguraikan gambar dari data kualitatif yaitu analisa data yang

menguraikan gambar dari data yang diperoleh dan menghubungkannya atau

sebaliknya.44 Dengan cara berfikirannya terdiri atas: (a) reduksi data, (b) penyajian

data, (c) penarikan kesimpulan.45

a. Reduksi data

Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang poko, memfokuskan

pada hal-hal yang terpenting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah direksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudahkan

penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

perlu.46 Metode ini digunakan dalam memproses pemilihan data, menajamkan,

menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sehingga

dapat ditarik dan diverfikasi.

44
Asep Saepul Hamdi, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan,
Yogyakarta: Deepublish, 2014, hal.196
45
Ibid
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2012), hlm 247
b. Penyajian Data

Penyajian data adalah langkah setelah mereduksi data. Penyajian data

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antara kategori, dan

seumpamanya. Yang paling seiring digunakan untuk penyajian data dalam

penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.47 Pada teknis ini, penulis

berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat

disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Penyajian data merupakan cara

bagaimana dan memiliki makna tertentu. Penyajian data erupakan cara bagaimana

data itu mudah difahami oleh pembaca dan pembahasan itu bisa menarik seseorang

membaca penelitian samada dalam penyajian verbal, penyajian singkat dan terikat

hubungan antara kategori supaya memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah langkah ketiga dalam analisis data kualitatif.

Kesimpulan awal yang dikemukakan bersifat sementara, dan akan berubah bila

tidak ditemukan bakti-bakti yang kukuh yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat penulis kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan kredibel.48

47
Ibid, hlm 252
48
Ibid, hlm 252
F. Sistematik Penulisan

Sistematik penulisan dalam perbahasan skripsi ini menguraikan bab-bab yang

saling terkait melengkapkan keseluruhan perbahasan ini.

Adapun bab-bab ini yaitu:

Bab I, merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang Latar

Balakang Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian,

Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori dan Tinjauan Pustaka.

Bab II, membahas tentang metode penelitian dan subnya adalah pendekatan

penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta

metode analisis data, sistematika penulisan.

Bab III, memberi gambaran umum terkait dengan tempat penelitian seperti

sejarah dan perkembangan, struktur organisasi, visi, misis dan objektif, logo serta

piagam pelanggan dan fungsi Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin, negeri

Sembilan.

Bab IV, berisi tentang cerai taklik talak menurut hukum islam dan enakmen

undang-undang keluarga islam. Selanjutnya pembahasan praktek cerai taklik dan

keputusan hakim dalam perceraian luar Pengadilan.

Bab V, yaitu berkaitan kesimpulan yang merupakan gambaran rangkuman

keseluruhan penelitian dan saran-saran sebagai manfaat bagi semua pihak yang

terkait dengan penelitian. Kesimpulan bertujuan agar pembaca dapat melihat

gambaran seutuhnya dari pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan.


BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Perkembangan Mahkamah Rendah Syariah Daerah

Tampin Negeri Sembilan, Malaysia.

Dalam tahun 1948, apabila negeri-negeri Melayu di seluruh semenanjung

disatukan menjadi Persekutuan Tanah Melayu, Negeri Sembilan telah membuat

satu perlembagaan berdasarkan perjanjian 1889 mengenai kuasa Yang di-Pertuan

Besar Negeri Sembilan, Dato’ Undang Luak Yang Empat serta Tunku Besar

Tampin.

Mengikut perlembagaan yang baru, sebuah Dewan Undangan yang

dinamakan Majlis Mesyuarat Kerajaan telah dibentuk. Selepas merdeka, Majlis

Masyuarat ini dikenali sebagai Dewan Keadilan. Dewan Keadilan ini berperanan

sebagai tempat rujukan atau tunggak tertinggi kedaulatan takhta kerajaan Negeri

Sembilan yang bertanggungjawab untuk menentukan pentadbiran, adat dan Agama

Islam. Dewan Keadilan ini dipengerusikan oleh Yang di-Pertuan Besar Negeri

Sembilan, Anggota-anggota terdiri daripada dato’ Undang Luak Yang Empat,

Tunku Besar Tampin, Tunku Besar Seri Menanti, Dato Syahbandar Sungai Ujong,

Menteri Besar, Setiausaha Kerajaan Negeri dan Penasihat Undang-undang

Negeri.49

Memandangkan pentadbiran agama Islam agak tidak selaras, maka terdapat

usaha-usaha untuk menubuhkan satu badan yang khusus menjalankan pentadbiran

49
Risalah Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin (2008)
agama Islam di Negeri Smbilan. Seorang Ahli Dewan Undangan Negeri Sembilan,

YM Tengku Nordin telah membuat kertas kerja untuk menubuhkan Mahkamah

Rendah Syariah Daerah Tampin. Di dalam kertas kerja ini, adat istiadat tidak

dimasukkan ke dalam majlis agama seperti negeri-negeri lain. ini karena Negeri

Sembilan mengamalkan adat perpatih.

Mesyuarat Undangan Negeri yang bersidang pada tahun 1949 telah bersetuju

menubuhkan Mahkamah Rendah Syariah daerah Tampin yang diwujudkan secara

resmi pada tahun 1950. Allahyarham Tuan Syeikh Haji Ahmad bin haji Mohd. Said

(mufti pertama Negeri Sembilan) dilantik menjadi pengerusi pertama Jabatan Gama

Islam, yang pada ketika itu dikenali sebagai Pejabat Agama Islam Negeri Sembilan.

Mahkamah Rendah Syariah tertakluk kepada Enakmen Pentadbiran Agama

Islam (Negeri Sembilan) tahun 200350 bertanggungjawab untuk menjaga dan

mengawasi perkara-perkara yang ada hubungan dengan Agama Islam bagi

memelihara kesucian agama dan memberi perkhidmatan kepada seluruh rakyat

Islam Negeri Sembilan.

Di Negeri Sembilan pula, hamper seabad lamanya warga mahkamah

mendiami pejabat lama yang terletak di Jalan Dato’ Hamzah (Mahkamah Tinggi)

dan di Jalan Campbell (Mahkamah Sivil dan Majestret) iaitu selama 72 tahun

semenjak tahun 1931 hingga 2004.

Ketika awal penubuhan Mahkamah Negeri Sembilan, Tanah Melayu masih

lagi diperintah oleh kerajaan British sehinggalah mencapai kemerdekaan pada

tahun 1957. Hamper keseluruhan Pegawai Perundangan adalah dari keturunan

50
Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Sembilan) tahun 2003
Inggeris, dan hanya selepas tahun 50-an barulah seorang dua pegawai dari Tanah

Melayu dilantik sebagai presiden (Hakim).

Setelah warga Mahkamah Negeri Sembilan berpindah ke Kompleks

mahkamah Seremban di Seremban 2 pada tahun 2005, Bangunan Jalan Campbell

telah diambil alih menjadi Pejabat Penasihat Undang-undang Negeri Sembilan

sehingga ke hari ini. Manakala Bangunan Jalan Dato’ Hamzah pula diambil alih

oleh Jabatan Agama Islam Negeri Sembilan untuk dijadikan Mahkamah Syariah

Negeri Sembilan.

Kompleks mahkamah Seremban, Negeri Sembilan adalah salah satu projek

yang bertujuan untuk menempatkan semula Mahkamah Tinggi, Mahkamah Sivil

dan Mahkamah Majistret Seremban.


B. Peranan dan Fungsi Mahkamah Rendah

Berikut merupakan peranan dan fungsi Mahkamah Rendah Syariah Tampin,

Negeri Sembilan, Malaysia:

1. Mengekalkan perundangan Islam yang diperuntukkan kepada mahkamah

ini bagi menjamin setiap muslim patuh dan tidak melanggar perintah Allah

SWT berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah.

2. Menjalankan pentadbiran agama Islam al-Quran dan as-Sunnah bagi

menjamin kesejahteraan orang Islam.51

3. Melahirkan pentadbiran agama Islam yang berpegang teguh pada ajaran

Islam serta mengawasi mereka supaya menjalani kehidupan mengikut

syariat Islam.

4. Menyelamatkan umat Islam daripada perpecahan dan keruntuhan

rumahtangga.

5. Menjadi tempat rujukan untuk mendapatkan khidmat nasihat serta

menyelesaikan masalah rumahtangga.

6. Memberi bimbingan dan nasihat kaunseling kepada pasangan yang ingin

berumahtangga agar dapat membina rumahtangga yang bahagia

sebagaimana tuntutan agama.

7. Menjadi tempat membuat rayuan daripada pihak istri untuk mendapatkan

nafkah daripada suaminya yang sudah bercerai.

51
http://ms.m.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Syariah_di_Malaysia
8. Menjadi tempat menyelesaikan masalah sosial dalam masyarakat seperti

judi, riba, minum arak, khalwat dan lain-lain perkara mungkar.

9. Membantu serta menyelesaikan pembahagian harta pusaka dan hal-hal

yang berkaitan seperti wasiat.

10. Badan yang dilantik oleh kerajaan yang bertanggungjawab memberi

penerangan berkait dengan keagamaan, kekeluargaan dan senantiasa

berdakwah sepanjang masa.

11. Menerapkan nilai-nilai Islam agar orang Islam mengamalkan sistem dan

cara hidup Islam secara menyeluruh dalam kehidupan mereka.


C. Visi, Misi dan Motto Mahkamah Rendah Syariah Tampin, Negeri

Sembilan, Malaysia.

Setiap badan pemerintahan di Malaysia harus memiliki visi, misi, dan motto

departmen bagi memfokuskan tiap tujuan kerja. Ini adalah visi, misi dan motto bagi

Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin, Negeri Sembilan, Malaysia, yaitu:

1. Visi: jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sembilan sebagai sebuah agensi

yang cemerlang dalam melaksanakan keadilan berdasarkan Hukum Syarak

bagi masyarakat Islam di Negeri Sembilan.

2. Misi: Berkhidmat dengan penuh dedikasi dan amanah bagi menjadikan

jabatan Kehakiman Syariah Negeri Sembilan cemerlang dalam

melaksanakan keadilan bagi masyarakat Islam di Negeri Sembilan.

3. Motto: Towrds judicial excellence.52

52
http://www.kehakiman.gov.my/ ms/mengenai-kami/visi-misi-dan-moto
D. Struktur Organisasi Mahkamah Rendah Syariah Tampin, Negeri

Sembilan, Malaysia.

Adapun struktur organisasi adalah seperti berikut:

E.

Hakim MRS Pegawai Penolong Pegawai


Pegawai Syariah (SULH)
Syariah Syariah

SUHAIZAD BIN
MOHAMAD YUSRI BIN KAMARIAH NOR BINTI
SAIFUDDIN
KASIM AHAMAD

Pembantu Syariah
Pembantu Tadbir
Pembantu Tadbir
MUHAMMAD
MOHD ZAMRI BIN
FATHURRAHMAN BIN FAIZAH BINTI ADNAN
TAHIR
AZLAN

Pembantu Awam
Penghantar Notis
NORFAZILAH BT
ZARAKIAH BIN GHALIM NAYAN @
SHAMSUDIN
F. Piagam Pelanggan Mahkamah Rendah Syariah Tampin, Negeri

Sembilan, Malaysia.

Dalam adanya piagam pelanggan sebuah organisasi itu memiliki

tanggungjawab untuk memenuhi setiap komitmen yang dinyatakan. Jelas piagam

pelanggan mempunyai peran penting bagi sebuah organisasi. Juga melaksanakan

visi, misi dan motto yang telah ditetapkan, maka piagam pelanggan yang disediakan

adalah seperti berikut:

1. Menetapkan tarikh sebutan/bicara kepada pelanggan pada hari pendaftaran

kasus apabila segala dokumen didapati lengkap.

2. Menyebutkan/membicarakan kasus mal dan jenayah dalam masa 21 hari

selepas didaftarkan.

3. Menyebut/membicarakan dalam setahun sekurang-kurangnya 70% kasus

mal dan jenayah yang telah didaftarkan.

4. Menyiasat keatas setiap aduan pelanggan yang diterima dalam tempoh 14

hari dari tarikh itu diterima.

5. Mendengar rayuan hari pertama daripada mahkamah yang keputusannya

dirayu.
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Bagaimana Cerai Ta’liq Menurut Hukum Islam dan Enakmen Undang-

undang Keluarga Islam 2003?

1. Cerai Ta’liq Menurut Islam

Islam membenarkan pembubaran perkawinan sebagai jalan keluar pada

pasangan yang berhadapan dengan masalah dan tidak dapat diselesaikan dengan

baik. Manurut al-Karim Zaydan, Islam membenarkan pembubaran apabila ikatan

perkawinan tidak dapat memberikan kebaikan kepada pasangan hasil dari

permasalahan yang berlaku di antara mereka.53 Oleh itu, pembubaran perkawinan

tanpa sebarang keperluan dan sebab yang munasabah dicela oleh Islam.

Di antara bentuk pembubaran perkawinan dalam Islam adalah talak, ta’liq

talaq, lian, khul, dan fasakh. Talak adalah pembubaran perkawinan oleh suami

dengan menggunakan lafaz yang tertentu seperti talak atau seumpamanya seperti

lafaz kinayah manakala kuasa talak diberikan kepada suami oleh syarak.54

Ta’liq menurut bahasa dapat dijelaskan menerusi penelitian terhadap kata asal

bagi sesuatu yang lain.55 definisi ta’liq menurut syarak diteliti oleh fuqaha. Jumhur

fuqaha yang terdiri daripada al-Hanafiyyah, al-Malikiyyah, al-Shafi’iyyah dan

sebagian al-Hanabilah mendefinisikan ta’liq sebagai suami menyandarkan talak

53
Abd al-Karim Zaydan,al-Mufassal fi Ahkam al-Mar’ah (Bayrut:Muassasah al-Risalah,
1983), 7:347
54
Wizarah al-Awqaf wa al-Shu’un al-Islamiyyah, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah (Kuwayt:
Wizarah al-Awqaf wa al-Shu’un al-Islamiyyah, 1983) 29:5
55
Al-Razi, Muhammad Ibn Abi Bakr, Mukhtar al-Sihah (Bayrut: al-Maktabah al-
Asriyyah, 1999), 1:216
kepada sifat atau syarat yang akan berlaku pada masa terkehadapan. Ta’liq yang

dilafazkan oleh suami dengan niat membubarkan perkawinan dianggap sebagai

ta’liq yang sebenar manakala ta’liq yang dilafazkan oleh suami bukan dengan niat

untuk membubarkan perkawinan tetapi dengan tujuan untuk bersumpah dianggap

sebagai sumpah dan tidak mensabitkan talak.56 Hal ini karena tujuan pengucapan

ta’liq seperti yang telah disebutkan di atas mempunyai persamaan dengan tujuan

sumpah sebenar dibuat.

1.1 Talak Yang Disandarkan Kepada Syarat Menurut Fuqaha

Perbincangan ini dilakukan bertujuan meneliti pandangan fuqaha terhadap

ta’liq dengan melihat pandangan fuqaha terhadap permasalahan di atas. Hal ini

karena perbincangan mengandungi pandangan fuqaha terhadap ta’liq sekaligus

memperlihatkan pandangan mereka terhadap ta’liq. Pandangan dan hujah yang

dikemukakan faqaha dalam perbincangan ini merujuk secara langsung kepada

pandangan fuqaha terhadap ta’liq.

Fuqaha berselisih pandangan mengenai talak yang disandarkan kepada syarat

seperti suami berkata kepada istri “sekiranya kamu keluar dari rumah ini, aku

ceraikan kamu” samada mensabitkan talak atau tidak apabila berlaku syarat

tertentu. Percanggahan pandangan ini berlaku karena tidak terdapat nas yang jelas

dalam al-Quran dan al-Sunnah bagi menerangkan mengenainya secara khusus.57

56
Lihat Ibn Taymiyyah, al-Fatawa al-Kubra, 3:234
57
Ali al-Zuqayli, al-Talaq al Muallaq: Mafhumuh wa Atharuh fi alFiqh Islami, al
Majjalah al- Urduniyyah fi Dirasat al-Islamiyyah 5, No.1 (2009), hlm 53
1.1.1 Pandangan Jumhur Fuqaha

Jumhur fuqaha yang terdiri dari al-Hanafiyyah, al-Malikiyyah, al-Shafi’iyyah

dan sebagian al-Hanabilah berpandangan talak sabit apabila berlaku syarat yang

telah disebutkan oleh suami.58 Pandangan mereka bersandarkan kepada ayat al-

Quran:

‫س ٍن َوالَ يَ ِح ُّل لَ ُك ْم أَن ت َأ ْ ُخذُوا ِم َّمآ َءات َ ْيت ُ ُمو ُه َّن‬


َ ْ‫ساكُ بِ َم ْع ُروفٍ أ َ ْو تَس ِْري ُح بِإِح‬ َّ ‫ا‬
ِ ‫لطلَ ُق َم َّرت‬
َ ‫َان فَإ ِ ْم‬

‫ت بِ ِه ِت ْلكَ ُحدُودُ هللاِ فََلَا ت َ ْعتَدُوهَا‬ َ ‫ش ْيئًا إِ ََّّل أَن يَخَافَآ أ َ َّال يُ ِقي َما ُحدُودَ هللاِ فَ ََل ُجنَا َح‬
ْ َ‫علَ ْي ِه َما فِي َما ا ْفتَد‬ َ

َّ ‫َو َمن يَتَعَدَّ ُحدُودَ هللاِ فَأُولَئِكَ ُه ُم‬


)222( َ‫الظ ِل ُمون‬

Al-Baqarah 2:229

229. Talaq (yang boleh diruju’ kembali itu hanya) dua kali. Sesudah itu
bolehlah ia (ruju’ dan ) memegang terus (istrinya itu) dengan cara yang sepatutnya
atau melepaskan (menceraikannya) dengan cara yang baik dan tidaklah halal bagi
kamu mengambil balik sesuatu dari apa yang telah kamu berikan kepada mereka
(istri-istri yang diceraikan itu) kecuali jika keduanya suami istri takut tidak dapat
menegakkan aturan-aturan hukum Allah. Oleh itu kalau kamu khuatir bahwa kedua-
duanya tidak dapat menegakkan aturan-aturn hukum Allah, maka tidaklah mereka
berdosa- mengenai bayaran (tebus talaq) yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya (dan mengenai pengambilan suami akan bayaran itu). Itulah aturan-aturan
hukum Allah maka janganlah kamu melanggarnya; dan sesiapa yang melanggar
aturan-aturan hukum Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

58
Lihat Ibn Abidin, Rad al-Mukhtar, 3:342, Abu al-Qasim, al—Qawanin al-Fiqhiyyah,
1:153, al-Mughni al-Muhtaj, 4:514, al-Bahuti, Kashfu al-Qina, 5:84
Jumhur fuqaha menjelaskan ayat di atas bersifat umum dengan tidak

menyatakan kaedah yang tertentu dalam mensabitkan talak.59 Oleh itu, talak sabit

samada dibuat secara langsung atau melalui ta’liq. Pandangan mereka dikuatkan

dengan hadis:

Daripada Abu Hurayrah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda:


“Orang Islam itu perlu berpegang dengan syarat mereka”60

Berdsarkan hadis di atas, jumhur fuqaha berpandangan ta’liq adalah satu

syarat yang diletakkan oleh suami untuk mensabitkan talak.61 Syarat ini akan

diambil kira dan dikuatkuasakan oleh syarak selama mana syarat tersebut tidak

bertentangan ketetapannya. Oleh itu, talak sabit apabila berlaku syarat yang telah

disebutkan oleh suami. Di antara athar yang menyokong pandangan mereka adalah:

Daripada Ibrahim:

“Daripada Ibrahim bahwa beliau telah berhadapan dengan kajadian


seorang lelaki telah berkata kepada istri: kamu aku ceraikan selepas berlalunya
setahun. Maka beliau menjawab: kamu boleh bersamanya sehingga cukup
setahun”.62

Athar di atas jelas menunjukan bahwa ta’liq yang dilafazkan oleh suami

akan mensabitkan talak apabila berlaku syarat yang telah disebutkan oleh suami.

59
Wahbah al-Zuhayli,al-fiqh al-Islami, Badran Abu al-Aynayn Badran, Fiqh al Muqaran
li Ahwal al-Shakhsiyyah (bayrut: Dar Nahdah al-Arabiyyah, 1967), 1:337
60
Al-Bayhaqi, Ahmad Ibn al-Husayn, al-Sunan al-Kubra (Bayrut: dar al-Kutub
‘Ilmiyyah)
61
Abd al-Karim Zaydan, al-mufassal, 7: 372, al-Zuhayli, al-Fiqh al-Islami, 7:448
62
Albayhaqi, al-Sunan al-Kubra, 7: 583, (Bab al-Talaq bi al-Waqt wa al-Fi’l, no. hadith
15091)
1.2 Hikmah Pensyariatan Ta’liq talak

Pensyariatan ta’liq mempunyai hikmah dari kebaikan kepada pasangan. Di

antaranya adalah sebagai jalan keluar kebaikan malah memudaratkan mereka.

Ta’liq merupakan sebagian dari konsep talak yang memberi ruang kepada pasangan

untuk membubarkan perkawinan apabila pasangan tidak dapat hidup bersama

dengan bai serta menjalankan tanggungjawab masing-masing dengan penuh

dedikasi sehingga mencetuskan pertengkaran dan permusuhan di antara mereka.

Oleh itu, syarak membenarkan pembubaran ini sebagai jalan keluar kepada

pasangan terhadap permasalahan yang mereka hadapi bersama pasangan.

Pensyariatan ta’liq bertujuan menjaga kepentingan dan memberikan kebaikan

kepada pasangan. Hikmah dan kebaikan pensyariatan ta’liq memerlukan kepada

kesedaran suami dalam menggunakannya dengan sebaik mungkin agar tidak

berlaku penyalahgunaan ta’liq oleh suami dengan tujuan yang sia-sia dan

memudaratkan istri karena kuasa pembentukannya terletak di tangan suami.

Kebijaksanaan suami menggunakannya secara hemat membantu mengurangkan

bilangan kasus perceraian serta menjamin kesejahteraan institusi kekeluargaan di

Malaysia.
2. Cerai Ta’liq Menurut Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam

Ta’liq talak termasuk dalam pembubaran perkawinan yang dibenarkan oleh

Islam. Ta’liq menurut tafsiran Enakmen Undang-undang Keluarga Islam Wilayah

Persekutuan adalah lafaz perjanjian yang dibuat oleh suami selepas akad nikah

mengikut hukum syarak dan peruntukkan akta.63 Sebarang pelanggaran ta’liq oleh

suami memberikan hak kepada istri untuk membuat aduan dan menuntut haknya di

mahkamah syariah. Pengamalan ta’liq di Malaysia membawa kepada pelbagai hasil

penulisan berkaitannya seperti pelaksanaan ta’liq di Malaysia dan kelemahan

pelaksanaannya.

Perundang-undangan Keluarga Islam Malaysia, dimana disebutkan juga

adanya kemungkinan membuat ta’liq talak dan perjanjian perkahwinan.

Kemungkinan ini disebutkan misalnya pada Pasal 22 Undang-undang Keluarga

Islam Negeri Sembilan64, yaitu:

i. Sebaik selepas akad nikah sesuatu perkahwinan dilakukan, Pendaftar

hendaklah mencatatkan butir-butir yang ditetapkan dan (ta’liq) yang

ditetapkan atau ta’liq lain bagi perkawinan itu dalam daftar perkawinan.

ii. Catatan itu hendaklah diakusaksikan oleh pihak-pihak kepada

perkawinan itu, oleh wali dan dua orang saksi selain pendaftar yang

hadir semasa perkawinan itu diakad nikahkan.

iii. Catatan itu hendaklah kemudiannya ditandatangani oleh pendaftar itu.

63
Pasal 2, Akta Undang-Undang Keluarga Islam (Wilayah –wilayah Persekutuan) 1984,
(akta 303/1984)
64
Enakmen Undang undang Keluarga Islam Negeri Sembilan
Lafaz ta’liq adalah lafaz talak ta’liq (talak tergantung) yang dibaca dan

dilafazkan oleh suami selepas akad nikah dijalankan. Ini bermaksud suami

mengaitkan talak dengan sesuatu sifat atau syarat, sama ada mempunyai hubungan

dengan isrtinya, suami sendiri atau orang lain. Semua provinsi mempunyai lafaz

ta’liq dan lafaz sudah menjadi suatu kemestian.

Sebagaimana yang diberlakukan di Indonesia dan Malaysia umumnya, dan

telah di undang-undangkan oleh pemerintah, hal ini karena untuk menjaga

kemaslahatan kedua belah pihak. Antara salah satu contoh ta’liq talak yang

diberlakukan di Negeri Sembilan yang bermaksud “Saya dengan ini mengaku

bahwa apabila saya meninggalkan istri saya (nama istri)(ktp) selama tempoh

empat bulan hijrah berterusan dengan sengaja tanpa nafkah atau saya hilang

kepada tempat yang tiada diketahui akan hidup atau matinya saya atau saya telah

menyebabkan kecederaan kepada tubuh badannya, dan dia kemudian membuat

pengaduan kepada Mahkamah Syariah dan dan Mahkamah selepas siasatan yang

wajar mendapati ianya benar, maka jatuhlah atasnya satu talaq”.65

Tujuan pelaksanaan ta’liq di Malaysia adalah untu memberikan jalan keluar

kepada istri setelah berlakunya pengabaian haknya oleh suami seperti suami

meninggalkan istri dalm tempoh yang lama tanpa pengetahuan istri, pengabaian

nafkah istri serta suami memberikan mudarat kepada istri dengan memukul atau

menderanya.66 pengabaian yang berterusan oleh suami kepada istri tanpa sebarang

penyelesaian yang baik menyebabkan matlamat perkawinan yang telah digariskan

65
Lafaz Ta’liq Talak, Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Sembilan
66
Ismaliza Islam, “Cerai Ta’liq: Kajian Kes di Mahkamah Syariah Kota Bharu,
Kelantan” (disertasi sarjana, Universiti Malaya, 2004) hlm 54
oleh syarak gagal dicapai sebaliknya menimbulkan kemudaratan kepada istri. Oleh

itu, pengabaian suami terhadap hak istri dalam isu-isu tertentu telah dimasukkan

dalam penguatkuasaan ta’liq resmi di Malaysia yang memberikan hak kepada istri

untuk membuat aduan kepada mahkamah syariah dan menuntut pembubaran

perkawinan sebagai jalan keluar kepadanya.67

Ta’liq dapat dijadikan sebagai suatu cara suami mendidik istri.68 Istri dapat

dididik oleh suami dalam mengawal tingkah lakunya yang agak keterlaluan melalui

peringatan dan amaran yang terkandung dalam ta’liq.69 Peringatan dan amaran oleh

suami kepada istri dapat difahami menerusi talak yang disandarkan kepada

perbuatan istri. Suami contohnya melarang istri dari menerima sebarang tetamu

lelaki yang bukan mahramnya semasa ketiadaannya di rumah. Istri akan lebih

berhati-hati dan mengambil berat terhadap amaran dan peringatan yang telah

diberikan oleh suaminya karena sebarang kengganan istri dalam mematuhi perintah

suami dengan melanggar ta’liq yang dibuat akan membubarkan perkawinan di

antara mereka.

67
Ibid
68
Wahbah al-Zuhayli, al-Fiqh al Islami wa adillatuh, 7:449, Ruzila Abd halim, “Cerai
Ta’lik: Satu Kajian di Mahkamah Syariah Kota Bharu dari Tahun 1994-1999” (disertasi sarjana,
Universiti Malaya, 2005), hlm 73
69
Ibid
B. Bagaimana Praktek Cerai Ta’liq dan Putusan Hakim dalam Peceraian

Luar Mahkamah

1. Praktek Pembubaran cerai Ta’liq

Perkawinan yang tidak mengikuti ketetapan syarak akan mengundang

masalah dalam sesebuah keluarga. Perkawinan yang tidak mematuhi Undang-

undang Keluarga Islam terpaksa dibubarkan karena tidak menepati syarak.

Berdasarkan statistik kasus pembubaran perkawinan karena cerai ta’liq yang

dibahas di latar belakang masalah, maka penulis akan menjelaskan tentang praktek

pembubaran perkawinan di Mahkamah Syariah Negeri Sembilan agar dapat

menjadi pedoman kepada masyarakat untuk mengajukan permohonan pembubaran

perkawinan di Mahkamah dengan lebih mudah dan lancar. Jika hendak memohon

untuk dibubarkan sesuatu perkawinan, maka pemohon yang terlibat perlulah

melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Syariah.

Melalui peruntukkan Pasal 50 Enakmen Undang-undang Keluarga Islam

Negeri Sembilan 200370 memperuntukan bahwa (1) seseorang perempuan yang

bersuami boleh, jika berhak untuk mendapat perceraian menurut syarat-syarat ta’liq

yang dibuat selepas berkahwin, memohon kepada Mahkamah untuk menetapkan

bahwa perceraian yang demikian telah berlaku. (2) Mahkamah hendaklah

memeriksa permohonan itu dan membuat suatu penyiasatan mengenai kesahan

perceraian itu dan, jika berpuas hati bahwa percerian itu adalah sah mengikut

Hukum Syarak, hendaklah mengesahkan dan merekodkan perceraian itu dan

70
Pasal 50 Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Sembilan 2003
menghantar suatu salinan rekod itu yang diperakui kepada Pendafta yang berkenaan

dan kepada Ketua Pendaftar untuk didaftarkan.

Oleh itu, jika tersedar akan perkawinannya itu adalah fasid dan batal, maka

haruslah dengan segera melaporkan ke Pengadilan dengan membuat permohonan

pembubaran perkawinan. Jika hendak memohon untuk dibubarkan perkawinan,

maka pemohon yang terlibat harus melalui prosedur yang telah ditetapkan oleh

Mahkamah Syariah. Antara gambaran umu prosedur pembubaran perkawinan

adalah berdasarkan carta aliran tersebut:

Tabel 1

Carta Alir Prosedur Pembubaran Perkawinan

Sebutan Kasus
Mula Pendaftaran dalam Tempoh 21
Hari

Sebutan Kasus
Perbicaraan Keputusan
didepan Pendaftar

Tamat
Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa

orang dalam department atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara

seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Di dalam suatu sistem,

biasanya terdiri daripada beberapa prosedur-prosedur itu saling terkait dan saling

mempengaruhi. Akibatnya jika terjadi perubahan, maka akan mempengaruhi

prosedur-prosedur yang lain. Selain itu, definisi lain prosedur merupakan urutan

pekerjaan klerikal 1 yang melibatkan beberapa orang suatu bagian atau lebih,

disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap tarnsaksi yang

sering terjadi. Seterusnya, definisi lain bagi prosedur adalah urut-urutan yang tepat

dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa

yang mengerjakan, kapan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

Maka berdasarkan definisi dapatlah dirumuskan bahwa prosedur adalah

serangkaian aksi yang spesifik, tindakan atau operasi yang harus dijalankan atau

dieksekusi dengan cara yang baku (sama) agar selalu memperoleh hasil yang sama

dari keadaan yang sama, mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas,

langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan proses-

proses, yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu

tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akibat. Sebuah prosedur biasanya

mengakibatkan sebuah perubahan.71

Seterusnya, hasil dari penelitian di Mahkamah Syariah Negeri Sembilan maka

penulis dapat mengetahui dengan lebih mendalam lagi berkaitan dengan prosedur

71
Muhammad Salihin Abdul Ghani, “Prosedur Faraq Perkawinan di Malaysia”,
Fakultas Syariah, hlm 52
pembubaran perkawinan. Prosedur pertama yang perlu dilakukan bagi setiap

permohonan pembubaran perkawinan adalah:

a) Pendaftaran

Pemohon yang ingin mengajukan permohonan pembubaran perkawinan

haruslah ke kaunter pendaftar terlebih dahulu bagi mendapatkan borang

permohonan. Setiap permohonan pembubaran perkawinan hendaklah diajukan

kepada mahkamah syariah dalam daerah hukum dimana perkawinan pasangan

tersebut berlangsung atau mahkamah syariah dalam daerah dimana tempat tinggal

kedua suami istri menetap dan pihak pemohon harus menunjukkan sebab-sebab

yang kukuh mengenai pengajuan permohonan pembubaran tersebut. Selain itu,

pihak pemohon diminta untuk membawa bukti mengenai sertifikat nikah serta

dokumen yang berkaitan harus ditunjukkan kepada pihak mahkamah terlebih

dahulu agar pihak mahkamah dapat menjalankan pengesahan terlebih dahulu dari

pihak berkuasa agama dari tempat pernikahan tersebut dilaporkan. Di samping itu,

perlu disertakan semasa permohonan pembubaran perkawinan di Mahkamah

adalah:

i. Permohonan

ii. Affidavit sokongan

iii. Salinan kad pengenalan

iv. Sertifikat nikah

v. Surat pengesahan perkawinan


vi. Lain-lain yang diperlukan untuk menyokong kasus.72

b) Sebutan Kasus dalam Tempoh 21 Hari

Sekiranya terdapat kasus pembubaran perkawinan tersebut, pihak mahkamah

akan memutuskan untuk membubarkan sementara terhadap pasangan dan

didaftarkan kasus tersebut ke mahkamah rendah syariah untuk disidangkan.

Panggilan sidang secara resmi disampaikan kepada pribadi yang bersangkutan atau

kuasa sahnya, dalam tempoh 21 hari daripada tanggal pendaftaran kasus, pihak-

pihak akan diberikan tanggal sebutan kasus kali pertama ataupun terus kepada

persidangan, tergantung kesesuaian waktu dan juga dokumen yang difailkan.

Ketika persidangan, pihak-pihak dan saksi akan ditanya perkara yang berkaitan

rukun nikah serta lain-lain pengesahan dokumen yang dilampirkan. Oleh karena itu,

salinan asli semua dokumen berkaitan hendaklah dibawa ketika di mahkamah.

c) Sebutan Kasus di depan Pendaftar

Menurut tambahan perundangan Enakmen Pendaftar Nikah dan Cerai Orang-

Orang Islam, yang menyebut bahwa surat permohonan harus didaftar terlebih

dahulu oleh Pendaftar Nikah Cerai Dan Rujuk. Menurut Enakmen 4 Tahun 2001

Enakmen Tatacara Mal Mahkamah Syariah yang menyebut bahwa “pendaftar

hendaklah memeriksa perkara dengan sempurna dan memberi nomor perkara pada

tergugat sekiranya perkara tersebut tidak sempurna, pendaftar bisa menolak perkara

tersebut manakala surat kuasa untuk membayar telah ditentukan berapa jumlah

72
Diakui oleh Puan Kamariah Nor Binti Ahamad, Pembantu Pendaftar Mahkamah
Rendah Syariah Negeri Sembilan, 12 April 2020
uang muka yang harus dibayar, lalu tergugat membayar biaya perkara setelah itu

pe,phon menerima kuitansi asli”.73

d) Perbicaraan

Di dalam perbicaraan hakim akan mendengar, meneliti, membahas, menilai,

seterusnya membuat kesimpulan bagi setiap kasus yang dibicarakan. Dalam

perbicaraan juga, para pihak dikenhendaki menghadirkan para saksi bagi

menjelaskan apa yang terjadi sebagai bukti suatu kasus. Selain saksi, para pihak

juga dikenhendaki membawa dokumen-dokumen yang bisa mensabitkan bahwa

pihak defendan bersalah menurut hukum syarak dan telah melanggar Undang-

undang Keluarga Islam negeri Sembilan sehingga bisa menyebabkan terjadinya

pembubaran perkawinan. Jika terdapat bantahan, hakim akan meminta pihak

defendan mengfailkan bantahan terhadap plaintif dan perbicaraan tersebut akan

ditangguhkan ke tanggal yang ditetapkan. Namun, jika hakim berpuas hati dengan

bukti dan saksi yang telah dikemukakan maka hakim akan membuat keputusan.

e) Keputusan

Di dalam persidangan sekiranya hakim memutuskan tidak ada kesalahan

terhadap pernikahan mereka maka kasus itu akan ditolak. Apabila mahkamah

merasa puas dalam persidangan dengan segala keterangan lisan dan keterangan

dokumen bahwa pernikahan tersebut selaras dengan hukum syara’ maka mahkamah

yang berwenang untuk memutuskan tentang pernikahan tersebut.74

73
Diakui oleh Puan Kamariah Nor Binti Ahamad, Pembantu Pendaftar Mahkamah
Rendah Syariah Negeri Sembilan, 12 April 2020
74
Prosedur Mahkamah yang diakui oleh Puan Kamariah Nor Binti Ahamad, Pembantu
Pendaftar Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin, 12 April 2020
Selain itu, jika mahkamah memutuskan pernikahan itu adalah fasid atau tidak

sah, maka pihak mahkamah akan membatalkan sertifikat nikah pihak-pihak tersebut

dengan cara memerintahkan supaya membubarkan perkawinan atau memutuskan

perkawinan tersebut. Mereka perlu bernikah kembali menurut hukum syara’ dan

mematuhi rukun nikah yang ditetapkan. Bagi pernikahan yang sah di mahkamah,

setelah mendapat perintah perlu merujuk ke Bagian Penguatkuasaan Syariah di

Kantor Agama karena pihak Penguatkuasaan Syariah akan menyelidiki mereka

sekali lagi dan memperpanjangkan kasus kepada bagian syariah.

2. Keputusan Hakim Dalam Cerai Ta’liq

Perceraian atau pembubaran perkawinan hanya dapat dilakukan di Negeri

Sembilan sekiranya ia memenuhi kehendak-kehendak perundangan di bawah

Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Sembilan 2003 seperti dalam

Pasal 45 seperti berikut;

45. Kecuali sebagaimana diperuntukkan selainnya dengan nyata, tiada apa-


apa jua dalam Enakmen ini membolehkan Mahkamah membuat sesuatu perintah
perceraian atau perintah mengenai perceraian atau membenarkan seseorang
suami melafazkan talak kecuali

(a) jika perkawinan ini telah didadaftarkan atau disifatan sebagai


didaftarkan di bawah Enakmen ini.
(b) Jika perkawinan itu telah dilangsungkan mengikut Hukum Syara’; dan
(c) Jika permastautin salah satu pihak kepada perkawinan itu pada masa
permohonan itu diserahkan adalah dalam Negeri Sembilan.

Setiap kasus perceraian yang akan dibawa ke Mahkamah Syariah di Negeri

Sembilan mestilah terlebih dahulu perkawinan itu berdaftar di mana-mana kantor

agama Islam di negara ini. Perkawinan tersebut juga akan diperakui setelah akur

dengan syarat-syarat seperti membuat lafaz ta’liq dan menjelaskan bayaran yang
telah ditetapkan oleh pihak berkuasa. Seperti mana yang dikehendaki dalam Pasal

25 dan memenuhi kehendak-kehendak Pasal 26 Undang-Undang Keluarga Islam

Negeri Sembilan yaitu;

25. Perkawinan selepas tarih yang ditetapkan tiap-tiap orang yang


bermastautin di dalam Negeri Sembilan hendaklah didaftarkan mengikut Enakmen
ini.

26. Apabila mendaftarkan sesuatu perkawinan dan apabila dibayar

kepadanya bayaran yang ditetapkan, Pendaftar hendaklah mengeluarkan suatu

perakuan nikah dalam borang yang ditetapkan kepada kedua-dua pihak

perkawinan itu dan hendaklah juga mengendorskan ta’liq pada perakuan nikah itu.

Selain itu pasal 47 ini memperuntukkan asas kepada semua pasangan yang

ingin melakukan perceraian dengan talak biasa. Dalam Pasal 47 (1) menjelaskan

pasangan yang henda bercerai mestilah menyerahkan suatu permohonan untuk

perceraian kepada Pengadilan dalam borang yang telah ditetapkan. Namun begitu,

dalam Pasal 47 (15) menerangkan sekiranya pihak Pengadilan akan menyerahkan

kepada Jawatan Kuasa Pendamai sekiranya salah satu pihak tidak bersetuju dengan

perceraian tersebut.

Dalam Pasal 47 ini dengan jelas menyebut yaitu sebarang perceraian antara

pasangan suami istri hendaklah melalui proses permohonan perceraian kepada

Pengadilan. Di Negeri Sembilan, istri yang ingin diceraikan oleh suaminya mesti

terlebih dahulu datang kepada Pejabat Agama Islam Daerah masing-masing. Pihak

kantor agama akan memenggil pihak suami untuk mengetahui punca sebenar

masalah yang timbul dan menasihati pasangan itu agar berdamai.


Setelah usaha perdamaian yang dilakukan menemui jalan buntu, satu surat

akuan akan dikeluarkan untuk dipanjangkan kepada pihak Pengadilan. Apabila

perkara ini dibawa kepada pihak Pengadilan maka bermulalah proses seperti dalam

Pasal 47 di atas.

Di samping itu, Pasal 50 ini menjelaskan tentang perceraian secara ta’liq atau

janji. Setiap pasangan yang berkawin di negeri Sembilan akan menjalani proses

ta’liq ke atas istrinya sejurus selepas akad nikah dijalankan. Sebarang perlanggaran

syarat-syarat ta’liq oleh suami maka istri berhak memohon perceraian kepada pihak

Pengadilan. Namun begitu, dalam Pasal 50 (2) ada menyebut tentang Pengadilan

berhak membuat perbicaraan sebagai satu proses penyiasatan untuk mengesahkan

berlakunya ta’liq. Setelah pihak Pengadilan berpuas hati suami telah melanggar

syarat-syarat ta’liq tersebut, pihak Pengadilan akan merekodkan percerian itu dan

menghantar satu salinan kepada Pendaftar perkawinan daerah terbabit untuk

direkodkan.

Penulis telah membawakan kasus –kasus cerai ta’liq yang telah diputuskan

oleh Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin, Negeri Sembilan. Kasus pertama

adalah di antara Nor Rahimah Binti Rahim dan lawannya Maloja Bin Rasmidin

yaitu suaminya yang meninggalkan istrinya melebihi 4 bulan qamariah tanpa

memberikan sebarang nafkah zahir dan batin kepada istrinya. Lebih parah lagi,

permohonan cerai ta’liq yang dilakukan oleh penggugat di Mahkamah Rendah

Syariah Daerah Tampin adalah selepas 6 tahun lamanya penggugat di tinggalkan

oleh suaminya.
Hal ini demikian, telah memberikan tekanan hidup dan gangguan emosi

kepada penggugat. Pihak memohon pembubaran perkawinan pada tanggal kasus ini

difailkan 23 Maret 2016 atas alasan tergugat telah melanggar ta’liq yang dilafazkan

olehnya pada hari pernikahan tanggal 8 Agustus 1999. Persidangan tersebut yang

telah berlangsung pada tanggal 12 April 2016 dengan kehadiran penggugat beserta

saksi-saksi dan juga kehadiran tergugat. Atas bukti yang kuat oleh pihak penggugat

Pengadilan memutuskan dan memberikan perintah membubarkan perkawinan para

pihak dengan talak satu.

Namun begitu, sebarang perceraian yang dilakukan di luar pengadilan dan

tanpa kebenaran Pengadilan adalah bercanggah dengan Pasal 125 Enakmen

Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Sembilan 2003 yaitu:

125. Seseorang lelaki yang menceraikan istrinya dengan melafazkan talaq


dalam apa-apa bentuk di luar mahkamah dan tanpa kebenaran mahkamah itu maka
dia melakukan suatu kesalahan dan apabila disabitkan boleh didenda tidak
melebihi satu ribu ringgit atau dipenjarakan selama tempoh tidak melebihi enam
bulan atau kedua-duanya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian akhir dari tuisan ini, penulis akan memberikan beberapa

kesimpulan sebagai titik akhir dari uraian dan kajian penulis, yaitu sebagai berikut:

1. Ta’liq talak dalam perspektif hukum Islam berdasarkan Enakmen Undang-

undang Keluarga islam termasuk dalam hukum perjanjian perkawinan.

Karena pada dasarnya adalah janji talak yang diikrarkan oleh suami yang

digantungkan pada suatu keadaan tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang

akan datang. Dengan adanya beberapa ketentuan yang mana akan terjadi

dalam keadaan tertentu di masa mendatang yang merugikan pihak istri maka

antara suami dan istri tersebut terikat dengan adanya ta’liq talak. Ta’lik talak

juga dikategorikan dalam talak khulu yang praktiknya berakibatnya pada

talak. Pengamalan ta’liq berkenaan disokong oleh dalil serta hujah yang telah

dinyatakan oleh jumhur fuqaha. Ta’liq berkenaan dikuatkuasakan oleh syarak

setelah memenuhi kesemua syarat sah ta’liq.

2. Penyelesaian kasus cerai ta’liq menurut Enakmen Undang-undang Keluarga

Islam adalah secara berperingkat yang dimulai dengan pendaftaran. Di

peringkat ini, pemohon hendaklah mengambil borang permohonan di

Mahkamah Syariah bagi mengajukan permohonan kepada Mahkamah.

Seterusnya adalah sebutan kasus dalam tempoh 21 hari dimana pada waktu

itu panggilan sidang secara resmi akan disampaikan kepada pribadi yang
bersangkutan dalm tempoh 21 hari daripada tanggal kasus didaftarkan.

Selanjutnya adalah sebutan kasus didepan pendaftar dan pendaftar haruslah

memeriksa perkara dengan sempurna dan memberi nomor perkara kepada

tergugat dan sekiranya perkara tersebut tidak sempurna, pendaftar bisa

menolak permohonan tersebut. Seterusnya adalah perbicaraan dimana proses

ini hakim akan meneliti, membahas, menilai seterusnya membuat kesimpulan

bagi kasus yang dibicarakan. Dan yang terakhir adalah keputusan hakim.

Mahkamah mempunyai bidangkuasa yang cukup untuk menolak permohonan

pembubaran perkawinan atau mengesahkan pembubaran perkawinan.

B. Saran-saran

1. Diharapkan tulisan ini dapat dimanfaatkan bagi para akademisi,

intelektual dan orang yang ingin mendalami keislaman, khususnya

masalah perceraian (talaq) terutama kajian yang menyangkut dan

membahas masalah ta’liq talak.

2. Peraturan berkaitan urusan permohonan cerai perlu diperketatkan bagi

mengawal berlakunya kasus pembubaran perkawinan karena ta’liq serta

perkara lain berkaitan dengan agama Islam.


C. Kata Penutup

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam atas petunjuk dan redhanya

dapatlah penulis mengakhiri penelitian skripsi yang sederhana beserta segenap

usaha yang semampunya, meskipun banyaknya halangan, hambatan menjadi suatu

kegagalan buat penulis melainkan menjadikan sebuah motivasi berguna agar bisa

mencapai kejayaan yang diimpikan.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, bahkan

masih banyak kekurangan yang ada dalam penelitian ini. Maka dari sudut hati yang

paling dalam serta kerendahan hati penulis, segala kritikan dan teguran yang

membina untuk masa akan datang amatlah penulis hargai.

Semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan pahala berganda buat pihak

yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT

memberikan hidayah, petunjuk, rahmat dan diredhainya serta mengurniakan

ganjaran syurga buat kita semua. Amin ya Rabbal Alamin.


DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Al-syirbini, 1997:368, Wizarah al-Awqaf, 1993:5, Wahbah al-Zuhaili,


1985:356
Al-Razi, Muhammad Ibn Abi Bakr, Mukhtar al-Sihah (Bayrut: al-Maktabah
al-Asriyyah, 1999), 1:216
Al-Sijistani, Sunan Abi Daud, Bab fi Karahiyyah al-Talaq, no.2177
Abd al-Karim Zaydan,al-Mufassal fi Ahkam al-Mar’ah (Bayrut:Muassasah
al-Risalah, 1983), 7:347
Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, hlm.130
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan, hlm.220
Asep Saepul Hamdi, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam
Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish, 2014, hal.47
Badran, 1961:213, Wizarah al-Awqaf, 1993:5, Wahbah al-Zuhaili, 1985:356
H.S.A. al-Hamdani, Risalah Niah, terjemahan Agus Salim, hal/211
Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penelitian Skripsi, Tesis Serta
Disertasi”, (Jambi: STAIN Press, 2015), hlm 66-70
Peter Mahmud Rezeki dalam H. Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan
Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi, Cetakan ke-4, Kerinci: Stain
Kerinci Press, 2015, hlm.155
Risalah Mahkamah Rendah Syariah Daerah Tampin (2008)
Salina Ibrahim, “Ta’liq Bersepah-sepah,” Majalah al-Islam, Juli 2000,
hlm.23-25
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, hal.27
Sayuti Una, MH, “Pedoman Penelitian Skripsi”, (Jambi: Syariah Press,
2012), hlm 41.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2012), hlm 247
Wizarah al-Awqaf wa al-Shu’un al-Islamiyyah, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah
(Kuwayt: Wizarah al-Awqaf wa al-Shu’un al-Islamiyyah, 1983) 29:5
B. Jurnal

Ibrahim Lembut, “Kaedah Ta’liq Talaq di Mahkamah Syariah,” Jurnal


Hukum xxi (2006), hlm.148
Lukman Abdul Mutalib, “Satu Tinjauan Terhadap Perceraian Ta’liq dan
Implikasinya Terhadap Pembubaran Sesebuah Keluarga,” (Seminar
Hukum Islam Sebagai Peringkat Kebangsaan Kali ke-II, 23-24 Jun 1999),
hlm.6
Lihat Yusida Yusof, “Perceraian di Luar Mahkamah: Kajian di Mahkamah
Syariah Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur” (disertasi sarjana, Universiti
Malaya, 2008), hlm.68&126
Mahmud Saedon Awang Othman, “Hak Wanita dalam Undang-undang
Keluarga Islam,” dalam Undang-undang Keluarga Islam dan Wanita di
Negara-negara Asean,ed. Abdul Monir Yaacob (Kuala Lumpur: Institusi
Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), 2000, hlm.211
Mazlan Abd Manan, “Kesalahan Matrimoni dalam Kes Perceraian di Luar
Mahkamah dan Tanpa Kebenaran Mahkamah: Kajian di Mahkamah
Syariah Selangor” (disertasi srjana, Univrsiti Malaya, 2010), hlm.55
Muhammad Muslim Bin Bukhari, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri A-Raniry Darussalam-Banda Aceh
Nor Fadzlin Nawi, Ta’liq Agreement, 64. Najibah Mohd Zin, Perceraian
dalam Undang-undang Keluarga Islam, 122, Raihanah Abdullah,
“Perceraian dan Mahkamah Syariah,” dalam Wanita dan Perundangan
Islam (Selangor: Ilmiah Publisher Sdn Bhd, 2001), hlm.104
Siti nazirah Binti Zakaria, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Muhammad Hilman Bin Tohari, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
C. Undang-Undang

Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Sembilan) tahun 2003


Seksyen 125, Enakmen 11 Tahun 2003, Enakmen Undang-undang
Keluarga Islam (Negeri Sembilan) 2003

D. Internet
https://ydata.iyres.gov.my/iyresbankdataV2/www/index.php?r=pub/home/re
adcontent4&id=162 diakses 5 Maret 2020

http://ms.m.wikipedia.org/wiki/Mahkamah_Syariah_di_Malaysia
diakses 1 April 2020
http://www.kehakiman.gov.my/ ms/mengenai-kami/visi-misi-dan-moto
diakses 1 April 2020

https://www.oocities.org/wa_ghih/lambang.htm diakses 1 April 2020


CURRICULUM VITAE

Nama : Nurul Asmida Binti Razali

NIM : SHK 101180031

Fakultas : Syariah

Jurusan : Hukum Keluarga

Tempat/Tanggal lahir : Malaysia / 11 Januari 1997

Alamat Asal : No 86 Kg Halacara Baru, Londah, 73400 Gemas,


Negeri Sembilan.
Alamat Sekarang : Mess Pelajar Malaysia, No. 44, RT 24, RW 08,
Jalan Melur 2, Kelurahan Simpang IV Sipin,
Telanaipura, 36124, Jambi, Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa

Pendidikan :

No Jenis Pendidikan Tempat Tahun Tamat

1 Sek. Keb Londah Negeri Sembilan, Malaysia 2009


2 Sek.Men. Ren. Agama Repah Negeri Sembilan, Malaysia 2014
3 Kolej Antarabangsa Unifield Negeri Sembilan, Malaysia 2018
4 UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Indonesia 2020

Anda mungkin juga menyukai