Anda di halaman 1dari 16

WAJAH DAN SUARA NABI TATKALA BERKHUTBAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


HADIS DAKWAH DAN KOMUNUKASI
Dosen pemandu:
Dr. Tasmin, M.Ag

Disusun oleh:

Kelompok 8

Yamin (30700120033)

Chandra Fahraiyz (307001200)

PROGRAM STUDI ILMU HADIST

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2021


KATA PENGA NTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah
Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
yang sempunya dengan bahasa yang sangat indah.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Dosen pemandu dalam hal ini Dr. Tasmin,
M.Ag dalam Mata kuliah HADIS DAKWAH DAN KOMUNIKASI yang dimana telah
membimbing kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang tepat
dengan judul makalah “WAJAH DAN SUARA NABI TATKALA BERKHUTBAH”
sebagai tugas mata kuliah HADIS DAKWAH DAN KOMUNIKASI. Dalam makalah ini
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurnah, sehingga kami meminta
kepada para pembaca untuk bagaimana memberikan kritikan dan saran agar kami dapat
memperbaiki dan melengkapinya makalah ini dengan sempurnah.

Gowa,02 November 2021.

penyusun

KELOMPOK KE-8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUHAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Hadist wajah nabi ketika berdakwah


B. Hadist suara nabi ketika berdakwah

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara garis besar hadits adalah sesuatu yang di identikkan dengan perkataan yang berasal
dari nabi Muhammad Saw. Sedangkan Da’wah adalah penyebaran atau penyampaian ilmu
pngetahuan yang di identikkan dengan pengetahuan keagamaan, kemudian pengajaran
adalah kata yang berasal dari kata “ajar” yang mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an” yang
mengartikan cara, kode etik atau system ajar kepada audiens sehingga mengerti apa yang di
transferkan oleh pengajar.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits da’wah dan pengajaran adalah penyampaian
ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan tentang agama islam atau pengetahuan secara
umum yang dilandaskan dengan sesuatu atau perkataan yang berasal dari Rasulullah Saw.

Sedangkan yang melingkupi hadits tentang da’wah dan pengajaran ini antara lain adalah cara
pengajarannya, kode etik penyampaian, dan strategi dalam pengajaran yangsesuai dengan
hadits tercapai tujuan pengajaran yang sesuai dengan kaidahkaidah ajaran yang telah di
ajarkan dalam islam.

B. RUMUSAN MASALAH

Makalah ini berisi tentang hadits yang melingkupi poin-poin berikut :

a. Baigaimana Hadist wajah nabi ketika berdakwah ?

b. Bagaimana Hadist suara nabi ketika berdakwah ?

C. TUJUAN

a. Mengetahui hadist bagaimana wajah nabi ketika dakwah !

b. Memahami hadist suara nabi ketika berdakwah !


BAB II

PEMBAHASAN

A. WAJAH NABI KETIKA BERDAKWAH

Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya teladan bagi umat manusia. Dalam berdakwah, Rasul
SAW senantiasa mengajak umatnya dengan cara yang lembut, sopan, bijaksana, kasih
sayang, dan penuh keteladan. Sebab, sejatinya dakwah adalah menyeru dan mengajak umat
manusia untuk menjadi lebih baik. Bukan menakut-nakuti mereka dengan berbagai ancaman.
Dalam Alquran, Allah SWT memberikan tuntunan berdakwah dengan tiga cara, yakni bil
hikmah, mau’izhotil hasanah wa jaadilhum billati hiya ahsan, yang terkandung dalam QS
An-Nahl ayat 125

1. Nabi tidak suka selalu disanjung atas keindahanya

Dalam hadis banyak kita jumpai berbagai riwayat yang menggarnbarkan keindahan bentuk
dan keelokan paras Nabi, Oleh karena itu, kita yakin bahwa Allah yang Maha Kuasa telah
menciptakan beliau dalam sebagus-bagus rupa dan sebaik-baik bentuk adalah merupakan
kesempurnaan iman kita kepadanya. Manusia yang paling suci dan yang paling mulia ini
menampakkan sifat-sifat yang luar biasa, bahkan semenjak masih kanak-kanak. Kendatipun
masih dalam usia muda, beliau lemah lembut dan sabar, cinta akan kedamaian dan kesunyian.
Dialah Muhammad Makhluk Allah yang paling mulia ini dinamakan Ahmad. Nabi
Muhammad SAW adalah penghulu segenap makhluk yang paling dicintai oleh Allah, yang
paling mulia, rahmat bagi semesta alam, manusia yang paling suci dan penyempurna revolusi
zaman. Muhammad telah dipilih menjadi Rasul dan diuji oleh Tuhan, dibentuk dan
disempurnakan, baru kemudian diutus untuk memperbaiki dan membangun suatu masyarakat
manusia menurut kehendak Tuhan. baik lahir maupun batin. Nabi adalah manusia yang
paling sempurna, sebagaimana dikatakan dalam salah satu syair Arab sebagai “permata
diantara bebatuan”. Karena itu, tidak seorang pun yang bisa melukiskan atau menggambarkan
sosoknya karena kesucian dan kesempurnaannya. Keharaman menggambar wajah nabi SAW
justru merupakan bukti otentik betapa Islam sangat menjaga ashalah (originalitas) sumber
ajarannya.

Larangan melukis Nabi Muhammad Saw adalah keharusan menjaga kemurnian aqidah kaum
muslimin. Sebagaimana sejarah permulaan timbulnya paganisme atau penyembahan kepada
berhala adalah dibuatnya lukisan orang-orang sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan
Nasr oleh kaum Nabi Nuh As. Memang pada awal kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar
digunakan untuk mengenang kesholihan mereka dan belum disembah. Tetapi setelah generasi
ini musnah, muncul generasi berikutnya yang tidak mengerti tentang maksud dari generasi
sebelumnya membuat gambar-gambar tersebut, kemudian syetan menggoda mereka agar
menyembah gambar-gambar dan patung-patung orang sholih tersebut. Melukis Nabi Saw
dilarang karena bisa membuka pintu paga Larangan melukis Nabi Muhammad Saw adalah
keharusan menjaga kemurnian aqidah kaum muslimin. Sebagaimana sejarah permulaan
timbulnya paganisme ataupenyembahan kepada berhala adalah dibuatnya lukisan orang-
orang sholih, yaitu Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr oleh kaum Nabi Nuh As. Memang
pada awal kejadian, lukisan tersebut hanya sekedar digunakan untuk mengenang kesholihan
mereka dan belum disembah. Tetapi setelah generasi ini musnah, muncul generasi berikutnya
yang tidak mengerti tentang maksud dari generasi sebelumnya membuat gambar-gambar
tersebut, kemudian syetan menggoda mereka agar menyembah gambar-gambar dan patung-
patung orang sholih tersebut. Melukis Nabi Saw dilarang karena bisa membuka pintu
paganisme atau berhalaisme baru, padahal Islam adalah agama yang paling anti dengan
berhala.

Dalam hadits Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian menyanjungku berlebihan sebagaimana


orang-orang Nashrani menyanjung Putera Maryam, karena aku hanya hamba-Nya dan Rasul
utusan-Nya.” ( HR. Ahmad dan Al-Bukhori).

Itulah sebab utama kenapa umat Islam bersikeras melarang melukis Rasulullah, yaitu dalam
rangka menjaga kemurnian aqidah tauhid.

2. Nabi memiliki wajah yang indah

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Al-Baara’, bahwa Rasulullah
adalah manusia yang paling indah paras mukanya. Wajahnya laksana matahari yang
memancar, demikian sahabat Abu Hurairah menurut riwayat At-Turmidzy.
Imam‘AliR.a,menurut riwayat At-Turmidzy dalammenggambarkan sifat-sifat
Rasulullah berkata, bahwa wajah beliau bulat, penuh daya tarik. Sedang ‘Aisyah berkata:
“Bila Rasulullah sedang gembira, maka paras mukanya bagaikan belahan bulan purnama,”
seperti yang diriwayatkan At-Tarmidzi

Tatkala Abu Thufail ditanya tentang sifat-sifat Nabi, ia berkata:”Beliau berwajah


putih menarik, berseri bila sedang gembira, bagaikan bulan purnama memancarkan sinar.”

Dalam menggambarkan sifat-sifat Nabi, para sahabat sepakat dan tidak beda
pendapat, bahwa beliau mempunyai wajah yang bersinar dan mempesona

Sahabat Jabir dalam menggambarkan bentuk dan rupa Nabi, berkata: “Wajah beliau
bulat laksana matahari atau bulan purnama.” (HR Muslim)

Al Hasan bin ‘Ali meriwayatkan dari Ibnu Abi Halah, bahwa Rasulullah bertampang
muka sangat gagah, berwibawa dan berseri-seri, bagaikan bulan purnama. Demikian menurut
At-Turmidzy.

Tatkala Jabir Samurah menatap wajah Rasulullah di malam terang bulan, ia berkata:
“Aku memandang wajah Nabi, lalu melihat ke arah bulan, maka bagiku beliau jauh lebih
indah dari bulan yang sedang memancarkan cahaya itu.” (Hadis riwayat At¬Turmidzy)

Putra Rabi’ binti Mua’awwidz, ketika bertanya kepáda ibunya tentang sifat Rasulullah
dijawab: “Aku melihatnya bagaikan matahari terbit,” menurut riwayat Al-Baihaqy.

Ummu Ma’ad, wanita yang pernah melihat Rasulullah dan belum pernah
mengenalnya, menceritakan kepada suaminya dan berkata: “Aku melihat seorang lelaki,
bersinar tampan mukanya, bagus dan rupawan.” Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-
Hakim dan Al-Baihaqi.

Seorang wanita dari suku Hamdan, bercerita dengan bangganya “Aku pernah
melakukan ibadah haji bersama Rasulullah.” Kemudian ia ditanya bagaimana sifat beliau itu?
Wanita itu menjawab singkat: Bagaikan bulan purnama. Belum pernah aku melihat orang
sebagus dia.” Demikan At-Turmidzy meriwayatkan.

Ahli tafsir kenamaan Al-Qurtubi berkata: “Keindahan Nabi tidak mungkin tampak
dengan jelas, karena penglihatan kita tidak sanggup menatap wajah beliau sepenuhnya.”

3. Wajah Rasulullah memiliki cahaya kelembutan dan kasih sayang yang agung
Wajah rasul meski tidak bias digambarkan secara nyata tetapi bayangan wajah beliau akan
ada dalam pikiran umatnya sebagai wajah yang dipenuhi cahaya kelembutan dan kasih
sayang, karena beliau adalah pembawa Rahmat bagi sekalian alam, maka wajah beliau penuh
kasih sayang, demikian pula ucapan beliau saw, perangai, tingkah laku, dan bahkan
bimbingan beliau saw pun penuh dengan kasih sayang Allah swt. Apa yang dimiliki oleh
Rasulullah itu merupakan suatu kelebihan yang diberikan oleh Allah swt langsung kepada
hambaNya yang dipilih.Rasulullah SAW memiliki wajah yang sentiasa ceria bersinar,
menyimpan keagungan dan kewibawaan.Setiap orang yang menatap wajah nya akan bergetar
hatinya. Dan ini termasuk salah satu mukjizat yang baginda miliki sebab hal ini tidak
mungkin dapat dimiliki oleh manusia biasa.

Ali Karamahu Wajhah pernah berkata: “Siapa yang melihatnya sepintas lalu pasti
akan terpegun kerana kewibawaannya.”

Tatkala Amer bin Ash menghadap Nabi SAWuntuk yang pertama kali ia berkata:
“Aku tidak sanggup menatap wajahnya, kalau sekiranya org bertanya kepadaku tentang sifat-
sifat baginda, seraya tidak sanggup aku menceritakannya kerana mataku tidak sanggup
menatap wajahnya.” SUBHANALLAH “

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abi Halah,BAHAWA BILA Nabi SAW


tengah berbicara maka semua sahabat yang berada di sekelilingnya tenang, sambil
menundukkan kepala, seolah-olah kepala sedang dihinggapi burung.

Memang sahabat Nabi SAW tidak dapat wajah baginda dengan tajam,karena keagungan dan
kewibawaannya yang dapat menceritakan dan menggambarkan sifat dan rupa beliau adalah
mereka yang masih kecil atau yang berada di bawah asuhannya sebelum masa kenabiannya,
seperti Hindun binti Abi Halah dan Ali r.a.

Diceritakan oleh Ali Mas’ud Albadriy tentang apa yang ia dialami sendiri:Tatkala aku sedang
mengajar seorang hambaku tiba-tiba ku dengar suara dari arah belakang, mulanya aku tidak
memperdulikannya karena amarahku sedang meluap kiranya itulah Rasulullah SAW setelah
kutatap wajahnya maka tanpa kusadari yang ku pegang jatuh ke tanah, baginda berkata
kepadaku: “Demi Allah Tuhan dapat berbuat kepada dirimu melebihi dari apa yang engkau
lakukan sekarang ini.” Maka dengan suara tersendat-sendat aku berkata:”Ya Rasulullah Demi
Allah aku tidak akan mengajar hambaku ini lagi sesudah ini.”
Ada seorang wanita namanya Qiblah binti Makhramah ia menuturkan: “ Aku pernah melihat
Rasulluah SAW duduk dengan tekunnya tiba-tiba ada rasa takut menyelinap dalam hatiku,
dan aku pun, menggigil ketakutan, kemudian terdengar suara orang berkata:” Ya
Rasulullah ,Kesihan benar wanita itu, ia menggigil ketakutan terhadap dirimu.” Maka beliau
yang tampan itu melihat diriku kerana aku berada di belakang punggungnya seraya berkata:
Kasihan benar dirimu tenangkanlah hatimu.” Setelah kudengar perkataan itu,segera lenyap
rasa takut dari hatiku.

B. SUARA NABI KETIKA BERDAKWAH

1. Suara Nabi lemah-lembut dalam berdakwah

Allah Ta’ala berfirman: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan
kepada orang banyak dan Allah itu mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Ali-
Imran: 134)

Dari Aisyah ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu Maha Lemah
Lembut dan mencintai sikap yang lemah lembut dalam segala perkara.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan

ُ‫ْطى َعلَى َما ِس َواه‬ ِ ‫ْطى َعلَى ْال َع ْت‬


ِ ‫ق َو َمااَل يُع‬ ِ ‫ق َويُ ْع ِطى َعلَى الرِّ ْف‬
ِ ‫ق َمااَل يُع‬ َ ‫ق يُ ِحبُّ ال ِّر ْف‬
ٌ ‫إِ َّن هللاَ َرفِ ْي‬.

“Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi mencintai kelembutan. Dia memberikan
pada sifat kelembutan yang tidak diberikan kepada sifat kekerasan, dan tidak pula diberikan
kepada sifat-sifat yang lainnya.” (HR. Muslim)

Hadits ini mengandung makna keutamaan sifat lemah lembut, anjuran untuk berakhlak
dengannya, serta tercelanya sifat kasar dan keras. Sesungguhnya sifat lemah lembut
merupakan sebab untuk meraih segala kebaikan.

Makna lafazh hadits, “Dia (Allah subhanahu wa ta’ala, ) memberikan sesuatu pada sifat
lemah lembut yang tidak diberikan kepada sifat kekerasan“, yakni bahwa dengan sifat lemah
lembut tersebut, seseorang dapat melakukan perkara-perkara yang tidak akan bisa dilakukan
dengan sifat yang menjadi lawannya yaitu sifat keras dan kasar. Ada yang mengatakan bahwa
Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan pahala pada sifat lemah lembut, yang tidak
diberikan pada sifat yang lainnya.

Dengan sifat lemah lembut yang ada pada diri seseorang, dapat menyelamatkannya dari api
neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
‫ار اَوْ بِ َم ْن تَحْ ُر ُم َعلَ ْي ِه النَّا ُر َعلَى ُكلِّ هَي ٍِّن َسه ٍْل‬
ِ َّ‫ اَاَل اَحْ بَ ُر ُك ْم بِ َم ْن يَحْ ُر ُم َعلَى الن‬.

“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang diharamkan dari neraka atau neraka
diharamkan atasnya? Yaitu atas setiap orang yang dekat (dengan manusia), lemah lembut,
lagi memudahkan.” (HR. Tirmidzi)

Ar-Rifq (lemah lembut) merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim, terkhusus
seorang da’I Termasuk diantara akhlak-akhlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i yang
berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala adalah bersikap lapang dada, menampakkan
wajah yang ceria dan bersikap lemah lembut kepada saudaranya sesama muslim.Sifat tersebut
akan mendorong untuk lebih mudah diterimanya dakwah seseorang tatkala ia menyeru ke
jalan Allah subhanahu wa ta’ala.Bahkan terhadap orang kafir tertentu, terkadang perlu untuk
bersikap lemah lembut dalam rangka melembutkan hati mereka untuk tertarik masuk ke
dalam Islam. Telah diketahui bahwasanya Islam adalah sebuah agama yang ringan dan
mudah bagi pemeluknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫قاربُوْ ا َواَ ْب ِشرُوْ ا َوا ْستَ ِعنُوْ ا بِ ْال َغ ْد َو ِة َوالرَّوْ َح ِة َو َشي ٍْئ ِمنَ ال َّد‬
‫اج ِة‬ ِ ‫ اِ َّن ال ِّد ْينَ يُ ْس ٌر َولَ ْن يُ َشا َّد ال ِّد ْينَ اَ َح ٌد إِاَّل َغلَبَهُ فَ َش ِّد ُدوْ ا َو‬.

“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Setiap orang yang berusaha mempersulitnya pasti
akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah kepada kesempurnaan, dan berilah kabar
gembira, serta ambillah sebuah kesempatan pada pagi hari, petang serta sebagian dari
malam.”(HR. Al Bukhari)

Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk bermuamalah dengan sifat lemah
lembut kepada sesama manusia, dan bahkan terhadap binatang ternak sekalipun.
Sebagaimana dalam hadist;

ُ‫َب اإْل ِ حْ َسانَ َعلَى ُك ِّل َشي ٍْئ فَإ ِ َذا قَت َْلتُ ْم فَأَحْ ِسنُوْ ا ْالقِ ْتلَةَ َوإِ َذا َذبَحْ تُ ْم فَأَحْ ِسنُوْ ا ال َّذ ْب َح َو ْاليَ ِح َّد اَ َح ُد ُك ْم َش ْف َرتَهُ فَ ْليَ ِرحْ َذبِ ْي َحتَه‬
َ ‫ إِ َّن هللاَ َكت‬.

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan untuk berbuat baik atas segala
sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian
menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah salah seorang dari
kalian menajamkan pisaunya (ketika hendak menyembelih), dan menyenangkan
sembelihannya.” (HR. Muslim)

Ketika seorang mukmin telah berhias dengan kelemahlembutan, maka akan membuahkan
pada dirinya sikap kasih sayang kepada orang lain, dan akan melahirkan pada diri orang lain
sikap kecintaan dan keridhaan, serta menumbuhkan sikap segan dari pihak lawan kepada
dirinya. Sebaliknya, dengan sikap keras, kaku dan kasar akan membuat lari dan menjauhnya
manusia, dan semakin mengobarkan api kebencian dari orang-orang yang menanam benih
kebencian kepada dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyatakan:

ُ‫ع ِم ْن َشي ٍْئ إِاَّل َشا ئَه‬ َ ‫إِ َّن ال ِّر ْف‬
ُ ‫ق اَل يَ ُكوْ نُ فِي َشي ٍْئ إِاَّل زَانَهُ َواَل يُ ْن َز‬

“Sesungguhnya sifat lemah lembut tidaklah berada pada sesuatu kecuali akan membuat indah
sesuatu tersebut dan tidaklah sifat lemah lembut dicabut dari sesuatu kecuali akan membuat
sesuatu tersebut menjadi buruk.”(HR.Muslim)

Saat seorang Arab kampung kencing di masjid, banyak sahabat yang ingin memukulnya
karena “kurang ajar”:

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Ada seorang A’rab -orang Arab dari daerah pedalaman-
kencing dalam masjid, lalu berdirilah orang banyak padanya dengan maksud hendak
memberikan tindakan padanya. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: “Biarkanlah orang itu dan di
atas kencingnya itu siramkan saja setimba penuh air atau segayung yang berisi air. Karena
sesungguhnya engkau semua itu dibangkitkan untuk memberikan kemudahan dan bukannya
engkau semua itu dibangkitkan untuk memberikan kesukaran.” (Riwayat Bukhari)

Namun Nabi melarang mereka dan menyiramnya dengan air. Jika orang itu dipukul, niscaya
dia akan benci terhadap Islam dan mati sebagai orang kafir. Namun kelembutan Nabi
membuat orang itu tetap di dalam Islam.

Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: “Saya mendengar Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Barangsiapa yang tidak dikaruniai sifat lemah lembut, maka ia tidak dikaruniai
segala macam kebaikan.” (Riwayat Muslim)

Meski demikian, terhadap orang-orang kafir yang memerangi Islam Nabi amat tegas sehingga
orang-orang kafir yang merupakan Super Power dunia saat itu seperti Kerajaan Romawi dan
Persia gentar menghadapi Nabi. Saat Kerajaan Romawi memprovokasi ummat Islam, Nabi
segera berangkat ke Tabuk bersama 30 ribu pasukan Muslim. Meski 1 bulan menunggu,
tentara Romawi tidak berani menyerang sehingga Nabi kembali ke Madinah

2. Menjauhi pertengkaran dan perdebatan dalam berdakwah


Dalam suatu riwayat, Nabi pernah mendatangi sahabat beliau yang sedang berdebat,
seraya beliau menegur dan melarang perbuatan itu, lalu beliau bersabda

ٌّ ‫ك ْال ِم َرا َء َوهُ َو ُم ِح‬


ُ‫ق بُنِ َي لَهُ فِي َو َس ِطهَا َو َم ْن َحسُنَ ُخلُقُهُ بُنِ َي لَه‬ َ ‫ض ْال َجنَّ ِة َو َم ْن تَ َر‬ َ ‫ك ْال َك ِذ‬
ِ َ‫ب َوهُ َو بَا ِط ٌل بُنِ َي لَهُ فِي َرب‬ َ ‫َم ْن تَ َر‬
‫فِي أَ ْعالَهَا‬

“Barang siapa yang meninggalkan dusta sedang dia dalam keadaan salah, dibangunkan )(oleh
Allah) I untuknya (sebuah rumah) dipinggir surga. Dan barang siapa meninggalkan
perdebatan sedangkan dia dalam keadaan benar, dibangunkan (oleh Allah) untuknya
dipertengahannya dan barangsiapa yang baik akhlaknya dibangunkan untuknya (rumah)
yang paling tinggi”. (H.R Tirmidzi dan berkata: Hadits Hasan).

Apalagi pada masa kini, pertengkaran dan perdebatan semakin meningkat dan banyak terjadi
baik di pasar, di kantor, maupun di perusahaan. Karena itu bagi orang-orang yang niat
hidupnya untuk ibadah kepada Allah , sudah tentu ia akan menghindari dan menjauhkannya
baik dalam keadaan bersalah ataupun benar.

3. Nabi selalu berbicara jelas, tegas, tepat, sopan

Aisyah radhiyallahu anha: “Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan
(yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan
dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.”
(HR. Abu Daud)

‘Aiysah radhiyallahu ‘anha berkata: “Tutur kata Rasulullah sangat teratur, untaian demi
untaian kalimat tersusun dengan rapi, sehing- ga mudah dipahami oleh orang yang
mendengar- kannya.” (HR. Abu Daud)

Anas bin Malik Radhiyallahu anhu mengatakan: “Rasulullah sering mengulangi perkataannya
tiga kali agar dapat dipahami.” (HR. Al-Bukhari)

“Rasulullah saw. tidak berbicara cepat sebagaimana kalian. Tetapi beliau berbicara dengan
kata-kata yang jelas dan tegas. Orang yang duduk bersamanya akan dapat menghafal (kata-
katanya) .(Diriwayatkan oleh Humaid bin Mas’adah al Bashriyyi, dari Humaid al Aswad, dari
Usamah bin Zaid, dari Zuhri, dari `Urwah, yang bersumber dari `Aisyah r.a.)

“Rasulullah saw. suka mengulang kata-kata yang diucapkannya sebanyak tiga kali agar dapat
dipahami.”(Diriwayatkan oleh Muhammad bin Yahya, dari Abu Qutaibah –Muslim bin
Qutaibah-. dari `Abdullah bin al Mutsani, dari Tsumamah, yang bersumber dari Anas bin
Malik r.a.)

4. Suara nabi sangat merdu dan sedap di dengar

Nabi SAW memiliki suara yang merdu sekali,Amat sedap didengar telinga, demikian Anas
meriwayatkan.

Dan beliau bersabda pula: “Bahwa Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan bermuka
tampan, dan bersuara merdu. Sedang Nabimu adalah yang terbagus raut mukanya dan merdu
suaranya.” (HR At-Turmidzy).

Jubair bin Muth’im juga berkata, bahwa suara Nabi itu merdu, berkesan dalam hati dan cukup
keras.

Albarra’ berkata: “Nabi SAW pernah berkhutbah, sehingga suara beliau terdengar oleh gadis-
gadis yang berada di balik tabir rumahnya.” Dan Ummu Hani berkata pula: “Di tengah
malam, aku mendengar suara Nabi yang sedang di sisi Ka’bah, sedang aku tengah berbaring
di panggung rumahku.” (HR. Ibnu Ma¬jab).

5. Suara Nabi terkadang keras dan tegas dalam berdakwah

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Mas’ud Al Anshari radliyallahu ‘anhu, dia berkata:
“Seorang laki-laki berkata (kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam):“Wahai Rasulullah,
hampir saja aku tidak mengerti shalat kami yang diimami oleh si fulan karena sangat
panjang.” Maka aku (perawi) tidak pernah melihat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
marah dalam menasehati yang lebih keras daripada hari itu. Beliau bersabda : “Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya kalian telah membuat orang lari. Maka barangsiapa shalat
mengimami manusia hendaklah dia memperingan (shalatnya) karena diantara mereka ada
orang yang sakit, lemah, dan orang yang memiliki kebutuhan.” (HR. Bukhari)

Pada riwayat Imam Bukhari yang lain dari Abi Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah melihat seseorang yang menggiring seekor
unta yang akan disembelih di Mekah. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Naiki
unta itu!” Orang tersebut menjawab: : Sesungguhnya ini adalah unta yang akan disembelih di
Mekah.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Celaka kamu, naiki unta itu!”
(Beliau menyatakan hal ini) pada kali yang ketiga atau kedua. DR. Fadll Ilahi berkata:
“Perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kepadanya ‘Celaka kamu’ adalah pendidikan
agar dia kembali kepada (perintah) Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Karena dia
mengetahui dengan jelas bahwa tidak boleh seorang Mukmin bersikap ragu dan menahan diri
dari melaksanakan perintah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Hal ini sebagaimana yang
dinyatakan oleh Imam Al-Qurthubi. (Al Lin wa Ar Rifq halaman 52)

Dalam sebuah hadits dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha, beliau berkata: “Tidaklah Nabiyullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika diberi dua pilihan melainkan beliau memilih yang
paling mudah dari keduanya selama tidak mengandung dosa. Apabila mengandung dosa,
maka beliau menjauhkan diri dari keduanya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena
hal yang dilakukan terhadapnya kecuali jika pengharaman Allah dilanggar maka beliau
marah karena Allah.” (HR. Bukhari)

Al Hafizh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani menjelaskan dalam mengomentari hadits ini: “Dalam
hadits ini terdapat anjuran untuk memberi maaf kecuali terhadap haq-haq Allah (yang tidak
ditunaikan).” (Fathul Bari karya Ibnu Hajar 5/576)

Imam Ar Razi rahimahullah berkata: “Sikap lemah lembut dan kasih sayang hanya
diperbolehkan apabila tidak menyebabkan pengabaian terhadap salah satu haq Allah. Jika
sikap itu membawa kepada kondisi yang demikian maka tidak diperbolehkan.” (At Tafsirul
Kabir 9/64 dan Gharaibul Qur’an wa Gharaibul Furqan karya An Naisaburi 4/ 107)

Pada sebuah riwayat yang shahihah dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha diceritakan bahwa orang-
orang Quraisy merasa belas kasihan terhadap seorang wanita dari Bani Makhzum yang telah
mencuri. Mereka berkata: “Tak ada seorang pun yang berani membicarakan tentang
pembelaannya (terhadap wanita tersebut) kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
melainkan Usamah bin Zaid, kekasih Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.” Maka
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Apakah engkau (Usamah) memberi
pembelaan bagi pelanggaran terhadap salah satu batas-batas Allah?!” Kemudian beliau
berdiri dan berkhutbah lalu bersabda: “Wahai sekalian manusia, tidaklah orang-orang
sebelum kalian sesat melainkan karena apabila seorang yang mulia mencuri, mereka
membiarkannya. Sedangkan apabila seorang yang lemah mencuri, mereka tegakkan hukuman
atasnya. Demi Allah, kalaulah seandainya Fatimah binti Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam mencuri, aku akan memotong tangannya.”(HR. Bukhari dalam Kitabul Hudud bab
Karahiyah Syafaah Fil Hadd Idza Rufi’a Ilas Sulthan hadits nomor 6778, 12/87)

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN

a. Wajah Rasulullah

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Al-Baara’, bahwa Rasulullah
adalah manusia yang paling indah paras mukanya. Wajahnya laksana matahari yang
memancar, demikian sahabat Abu Hurairah menurut riwayat At-Turmidzy.

• Wajahnya bercahaya

• Dahinya begitu lebar

• Alis mata melekung dan tebal

• Warna mata hitam dan bulu mata yang panjang

• Hidung beliau agak melengkung dan mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak
menonjol jika kita pertama kali melihatnya, padahal tidak demikian sebenarnya;

• Mulut beliau sedang, agak lebar;

• Gigi beliau putih cemerlang dan agak renggang;

• Memiliki jenggot hitam dengan uban putih. Jenggotnya tipis tapi penuh rata sampai di
pipi;

• Bahunya bidang (lebar) dan kokoh;

b. Suara Rasulullah

Aisyah bercerita,”Rasulullah tidak pernah berbicara penuh sebagaimana bicaramu ini


(cerewet), tetapi beliau berbicara dengan perkataan yang pas, jelas, padat sehingga bisa
dihafal oleh orang yang ada di sekitarnya.” (HR Abu Dawud)
• Rasulullah berbicara dengan mudah dan sopan serta lemah lembut, karena beliau ingin
agar orang lain mengerti arah pembicaraannya.

• Beliau sangat menjaga perbedaan-perbedaan dan cara berpikir diantaranya umatnya.


Beliau memilih bersikap halim(menerima perbedaan walaupun tidak sesuai dengan isi hati)
dan sabar sehingga menyenangkan lawan bicara.

• Rasulullah juga suka bercanda dengan para sahabatnya untuk mengurangi rasa takut
karena sebagiab di antara mereka ada yang takut kepada yang lain.

• Beliau berbicara dengan nada perlahan;

• Beliau berbicara dengan kata-kata yang jelas dan terang sehingga mudah dihafal oleh
orang yang mendengarnya;

• Dalam berkomunikasi, beliau memperhatikan tingkat intelektualitas dan pemahaman


lawan bicaranya

• Tutur kata beliau sangat teratur, setiap untaian kata tersusun rapi;

• Beliau sudi mengulang perkataannya agar dapat dipahami.

B. SARAN

• Semoga karya ilmiyah ini dapat bermamfaat khususnya untuk saya pribadi umumnya
untuk semua pembaca

Anda mungkin juga menyukai