Anda di halaman 1dari 13

Cover

SHOLAT JUM’AT, SHOLAT JAMA’, dan SHOLAT QHASAR

MAKALAH
Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pengembangan Materi Fikih

Dosen pengampu:
Drs. H. M. Sholehuddin Sulaiman, M. Si.

Disusun oleh:
Ishtifaiyyatul Qudsi (202105010050)
Muhammad Farih Alfaaza (202105010041)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SUNAN GIRI SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas keberadaan Allah SWT atas karunia-Nya, kami dapat menyelasaikan
makalah ini dengan tepat waktu dan berjalan dengan baik tanpa ada kekurangan.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Sholeh, dosen mata kuliah Pengembangan Materi Fikih, yang telah menjadi pembimbing
selama penyusunan makalah ini.
Makalah yang berjudul “sholat jum’at, sholat jama’dan sholat qhasar” makalah ini
disusun sebagai tugas mata kuliah Pengembangan Materi Fikih. Selain itu, makalah ini
bertujuan untuk memperluas pengetahuan pembaca tentang sholat jum’at, sholat jama’ dan
sholat qhasar.
Akhir kata, setelah kami berhasil menyelesaikan artikel ini, semoga apa yang telah kami
teliti dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca. Jika ada kritik dan saran untuk penulisan
ide atau persiapan, kami akan dengan senang hati menerimanya.

ii
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Sholat Jum’at ....................................................................................................................... 3
B. Hukum Sholat Jum’at .......................................................................................................... 3
C. Orang-Orang Yang Berkewajiban Menunaikan Sholat Jum’at ........................................... 4
D. Syarat Sah Sholat Jum’at ..................................................................................................... 4
E. Pengertian Sholat Jama’ dan Sholat Qhasar ........................................................................ 5
F. Dasar Hukum Pelaksanaan Sholat Jama’ dan Qashar.......................................................... 5
G. Syarat-Syarat diperbolehkan Jama’ dan Qashar .................................................................. 6
BAB III ........................................................................................................................................... 9
KESIMPULAN ............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah satu-satunya agama yang paling sempurna dan paripurna di dalam
memberi pedoman hidup kepada umat manusia, karena ajaran Islam meliputi segala aspek
kehidupan manusia secara universal.
Salah satu aspek kehidupan manusia adalah ibadah. Ibadah kepada Allah SWT adalah
kewajiban bagi seluruh ummat Islam. Adapun ibadah yang paling utama bagi ummat Islam
adalah shalat. Shalat adalah salah satu rukun daripada rukun Islam yang lima.
Kedudukan shalat dalam agama Islam sangat tinggi dibanding dengan ibadah yang
lainnya. Shalat merupakan pondasi utama bagi tegaknya agama Islam dan keislaman
seseorang. Dengan demikian tidaklah dapat dikatakan seseorang beragama Islam jika yang
bersangkutan tidak melakukan shalat. Karenanya shalat merupakan tiang agama. Ketika
seorang meninggalkan shalat ia disebut penghancur agama tetapi sebaliknya ketika ia
melaksanakan shalat dengan sebaikbaiknya maka ia disebut sebagai penegak agama.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat
bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling
besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina,
mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat
hukuman dan kemurkaan Allah SWT serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”
Demikian juga pada Shalat Jum‟at telah diwajibkan oleh Allah SWT pada ummat Islam
melakukan di setiap hari Jum‟at, Shalat Jum‟at dilaksanakan pada hari jum‟at sebagai
pengganti shalat Dhuhur. dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan dilaksanakan
setelah khutbah. Shalah Jum‟at memiliki hukum wajib „ain bagi setiap muslim lakilaki, dan
shalat Jum‟at dikhususkan untuk memperingati hari yang dianggap suci oleh umat muslim.
Adapun pada mereka yang keadaan tidak normal memiliki uzhur syar’i seperti; sakit,
musafir, takut, hujan deras, keperluan (kepentingan) Mendesak. maka Islam
mengakomodirnya dengan rukhsah (keringanan/ kemudahan) sehingga syariat tetap dapat
ditunaikan, agar mereka tetap shalat di saat kondisi apa pun. Dan sudah seharusnya kita
mengetahui tentang bagaimana Allah telah memudahkan hamba-Nya yang tidak bisa shalat

1
seperti biasanya dengan menggunakan Jamak dan Qashar. Menjamak dan mengqasar shalat
adalah rukhsah atau keringanan yang diberikan Allah kepada hambanya karena adanya
kondisi yang menyulitkan. Rukhsah ini merupakan sedekah dari Allah SWT yang dianjurkan
untuk diterima dengan penuh ketawadlu‟an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sholat Jum’at?
2. Apa hukumnya Sholat Jum’at?
3. Apa saja syarat sah Sholat Jum’at?
4. Apa yang dimaksud Sholat Jama’ dan Qashar?
5. Apa dasar hukum pelaksanaan Sholat Jama’ dan Qashar?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan Sholat Jum’at?
2. Untuk mengetahui Hukum Sholat Jum’at?
3. Untuk mengetahui Apa saja syarat Sah Sholat Jum’at?
4. Untuk mengetahui Apa maksud pengertian Sholat Jama’ dan Qashar?
5. Untuk mengetahui apa dasar hukum pelaksanaan Sholat Jama’ dan Qashar?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sholat Jum’at
Shalat Jum’at adalah shalat wajib dua raka’at yang dilaksanakan dengan berjama’ah
diwaktu Zuhur dengan didahului oleh dua khutbah.
Sabda Rasulallah ‫ صلى هللا عليه وسلم‬: “sesungguhnya hari Jum’at penghulu semua hari
dan paling agung disisi Allah, ia lebih agung di sisi Allah dari hari Raya Idul Adha dan
Idul Fitri. Dalam hari Jum’at trdapat lima keutamaan : pada hari itu Allah menciptakan
Adam, padahari itu Allah menurunkan adam ke bumi, pada hari itu allah mewafatkan
adam, pada hari itu ada satu saat yang tidaklah seorang hamba meminta kepada Allah
sesuatu melainkan dia pasti memberikannya selama tidak meminta suatu yang haram, dan
pada hari itu akan terjadi kiamat. Tidaklah malaikat yang dekat (kepada Allah), langit,
bumi, angin, gunung, dan lautan, melainkan mereka semua merindukan hari Jum’at.” (HR.
Ibnu Majah).
B. Hukum Sholat Jum’at
Hukum shalat jum’at Fardhu ‘Ain, artinya kewajiban individu mukallaf (muslim,
baligh, berakal) kecuali 6 golongan:
1. Hamba sahaya (yang belum baligh)
2. Perempuan
3. Anak kecil
4. Orang sakit yang tidak dapat menghadiri jumat
5. Musafir, yakni orang yang sedang dalam perjalanan
6. Orang yang udzur jum’at, seperti ada bencana alam atau bahaya. Pengecualian ini
ditetapkan oleh sabda Nabi SAW:
‫(صحيح علي شرطي‬.‫يض‬
ٌ ‫ َو َم ِر‬,‫ي‬ َ ‫ َو‬,ٌ‫ َوا ِْم َرأَة‬, ٌ‫ َم ْملُوك‬:ً‫ع ٍة إِ اَّل أ َ ْربَعَة‬
ٌّ ِ‫صب‬ َ ‫علَى كُ ِل ُم ْسل ٍِم فِي َج َما‬ ِ ‫ا ْل ُج ُمعَةُ َح ٌّق َو‬
َ ٌ‫اجب‬
)‫البخا ري ومسلم‬
“Jum'at itu hak yang wajib bagi setiap Muslim dengan berjama'ah kecuali empat orang,
yaitu: budak, wanita, anak kecil, dan orang yang sakit."
Adapun bagi musafir, dan ada yang udzur, karena perbuatan Rasulullah SAW, apabila
mengadakan perjalanan jauh, dan sampai hari jum’at beliau dan para sahabatnya tidak
menunaikan shalat jum’at, melainkan hanya shalat Zuhur, demikian pula ketika kejadian

3
badai hari jum’at dikota madinah, Beliau menganjurkan para sahabatnya shalat masing-
masimg di rumah mereka.
C. Orang-Orang Yang Berkewajiban Menunaikan Sholat Jum’at
Diantara oramg-orang yang berkewajiban menunaikan Sholat jum’at adalah sebagai
berikut :
1. Islam
2. Laki-Laki
3. Merdeka (bukan hamba sahaya)
4. Baligh (cukup umur)
5. Aqil
6. Sehat (tidak sakit)
7. Muqim (penduduk tetap) bukan seorang musafir
‫الجمعة حق واجب علي كل مسلم اَّل أربعة عبد مملوك أوامرأة أو صبي أومريض‬
Shalat jum’at adalah hak yang wajib atas setiap muslim kecuali empat golongan:
budak belian, wanita, anak-anak, orang sakit. (HR.Abu Dawud).
D. Syarat Sah Sholat Jum’at
1. Dua rokaat sholat jum’at dan dua khutbahnya harus masih masuk waktu shlat juhur.
2. Dilaksanakan disuatu perkampungan atau perkotaan (maksudnya apabila yang shalat
jum’at itu semuanya musafir maka shalat jum’atnya tidak sah).
3. Minimal mendapati satu raka’at (dengan berjama’ah) dari dua raka’at shalat jum’at,
maka jika seorang makmum shalat jum’at tidak mendapati satu raka’at shalat jum’at
bersama imam, maka ia tetap niat shalat jumat tetapi perakteknya shalat dhuhur empat
raka’at.
4. Jumlah makmum yang shalat jum’at minimal 40 orang dari penduduk setempat atau
penduduk asli (mustauthin) yang telah wajib jum’at.
5. Shalat jum’atnya tidak berbarengan atau didahului oleh shalat jum’at dimasjid lain
yang masih satu perkampungan. Artinya tidak boleh ada dua jum’at atau lebih dalam
satu kapung atau satu tempat yang sama.
6. Harus didahului dua khutbah.

4
E. Pengertian Sholat Jama’ dan Sholat Qhasar
1. Sholat Jama’
Shalat jama’ ialah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu.Seperti
melaksanakan shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur. Menjama’ shalat
separti ini dinamakan Jama’ Taqdim. atau melaksanakan shalat dzuhur dan ashar di
waktu Ashar dinamakan Jama’ Ta’khir. Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat
Isya’ bersamaan di waktu sholat Magrib atau melaksanakannya di waktu Isya’.
2. Sholat Qashar
Definisi qashar secara etimologi bahasa arab adalah ringkasan, meringkas. Adapun
definisi qosor menurut terminologi syara’ adalah meringkas sholat fardlu yang empat
raka’at menjadi dua raka’at. Maka biasa yag diqashar hanya sholat dzuhur, ashar, dan
isya’ saja. Sholat qashar adalah sholat yang diringkas dari empat raka’at menjadi dua
raka’at dengan tetap menbaca al-fatihah dan surat. Dengan demikian, sholat maghrib
dan sholat subuh tidak dapat diqashar, karena sholat maghrib tiga raka’at dan subuh dua
raka’at.
F. Dasar Hukum Pelaksanaan Sholat Jama’ dan Qashar
1. Sholat Jama’
Shalat jama’ hukumnya boleh bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan
berada dalam keadaan hujan, sakit atau karena ada keperluan lain yang sukar
menghindarinya. Akan tetapi selain dari perjalanan masih diperselisihkan para ulama.
Shalat wajib yang boleh dijama’ ialah shalat dzuhur dengan shalat ashar dan shalat
maghrib dengan shalat isya. Dasarnya hadits Ibnu Abbas:
‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يجمع بين صالة الظهر والعصر إذا كان على ظهر سير ويجمع بين‬
‫ رواه البخاري‬- ‫المغرب والعشاء‬
“Rasulullah SAW biasa menjama’ antara shalat dzuhur dengan ashar, apabila beliau
sedang dalam perjalanan dan menjama’ maghrib atau isya”.
Menjama’ shalat isya dengan shubuh tidak boleh atau menjama’ shalat ashar
dengan maghrib juga tidak boleh, sebab menjama’ shalat yang dibenarkan oleh Nabi
SAW hanyalah pada seperti tersebut pada hadits-hadits Ibnu Abbas. Adanya orang yang
menjamin lima shalat wajib sekaligus pada saat yang sama adalah perbuatan yang tidak
dibenarkan. Orang yang melakukan hal semacam ini biasanya beranggapan bahwa boleh

5
mengqadha shalat. Padahal shalat wajib yang ditinggalkan oleh seorang muslim, selain
karena haid atau nifas atau keadaan bahaya maka orang itu termasuk melakukan dosa
besar dan shalat wajib yang ditinggalkannya itu tidak dapat diganti pada waktu yang
lain atau diqadha.
2. Sholat Qashar
Menqashar sholat dibolehkan dalam al-qur’an, sunnah, dan ijma’. Adapun dalil al
qur’an dalam surah an-Nisa’:101 yaitu :
‫صلَ ٰوةِ ا ِْن خِ ْفت ُ ْم أ َ ْن يَ ْفتِنَكُ ُم الا ِذيْنَ َكف َُر ْوا‬ ُ ‫علَ ْيكُ ْم ُجنا َ ٌح أَن ت َ ْق‬
‫ص ُر ْوا ِمنَ ال ا‬ َ ‫ض فَلَي‬
َ ‫ْس‬ ِ ‫ض َر ْبت ُ ْم فِي اَّل َء ْر‬
َ ‫ َوإِذَا‬.
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidak lah engkau menqashar
sembahyang (mu), jika kamu takut diserang oleh orang-orang kafir”.
Sementara dalam sunnah, terdapat khabar yang mutawatir bahwa rasulullah SAW.
Mengqashar sholatnya di beberapa perjalanan beliau, baik saat haji, umroh, dan
berperang.
Sedangkan dalam ijma’, pendapat para ahli fiqih yang dipegang terpecah menjadi
tiga pendapat: ada yang mengatakan wajib, sunnah, ataupun sekedar keringanan yang
diperselisihkan bagi musafir untuk memilihnya. Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu
Mas’ud, dia berkata “ Aku tidak pernah melihat Rasulullahh SAW shalat diluar
waktunya kecuali dua sholat, beliau menggabungkan antara sholat maghrib dan ‘isya’
di Muzdalifah, dan mengerjakan sholat subuh pada hari itu sebelum waktunya”.
G. Syarat-Syarat diperbolehkan Jama’ dan Qashar
1. Sholat Jama’
Bagi seseorang diperbolehkan menjamak (menggabungkan) sholat zuhur dengan
asar dan magrib dengan isya'. Sedangkan shalat subuh tetap harus dilakukan pada
waktunya. Shalat jama' dapat dilakukan dengan syarat-syarat:
a. Ketika berada di Arafah dan Muzdalifah
Para ulama' sepakat bahwa menjama' taqdim antara sholat dhuhur dengan shalat
ashar ketika di Arafah dan menjama' ta'khir antara shalat maghrib dengan shalat
isya' di Muzdalifah adalah sunnah. Dalam pendapat yang lain mengatakan bahwa
menjamak taqdim di Arafah maupun Muzdalifah. Berdasarkan hadist dari Abdullah
bin Mas’ud:

6
“Demi zat yang tiada tuhan selain Dia, Rasulullah tidak pernah mengerjakan
satu saolat pun kecuali tepat pada waktunya selain 2 shalat yang beliau jamak yakni
zuhur dengan ashar di Arafah dan maghrib dengan isya’ di Muzdalifah.”
(Diriwayatkan oleh syaikhan).
b. Ketika dalam Keadaan Perjalanan
Menjamak dua shalat dalam satu waktu dari kedua shalat itu boleh dilakukan
dengan syarat-syarat berikut:
i. Jarak perjalanan tersebut merupakan perjalanan yang dibolehkan
mengqashar. Imam Maliki berkata “Seorang musafir (orang yang sedang
bepergian) tidak boleh menjama’ sholat kecuali jika perjalanannya
memberatkan”.
ii. Jenis Perjalanan yang diperbolehkan menjama’ : menurut Ibnu Qosim
perjalanan ibadah seperti Haji dan Perang, menurut Imam Syafi’i perjalanan
yang mubah bukan perjalanan untuk tujuan maksiat.
c. Ketika dalam Keadaan Hujan
Menurut Imam Syafi’ boleh menjamak bagi yang tidak bepergian namun
terdapat halangan hujan, baik diwaktu siang maupun malam. Sedangkan menurut
Malik, boleh menjamak di waktu malam dan tidak boleh diwaktu siang. Malik juga
membolehkan jamak ketika jalanan berlumpur dimalam hari. Imam Bukhori
meriwayatkan: “ Bahwa nabi menjamak sholat maghrib dan isyak disuatu malam
yang hujan lebat.”
d. Ketika dalam keadaan Sakit atau Udzur
Dibolehkan menjamak disebabkan sakit menurut ulama’ Hanbali, Maliki dan
Syafi’i. Ulama’ Hanbali memperluas kebolehan menjamak ini hingga boleh juga
bagi orang yang berhalangan (uzur) seperti wanita yang mengeluarkan darah
istihadhoh, orang besar kencing dan dan bagi wanita yang sedang menyusui bila
sukar mencuci kain setiap hendak shalat.

7
2. Shalat Qashar
Syarat yang membolehkan mengqashar sholat adalah Berniat untuk safar
(bepergian jauh), dalam niat untuk safar disyaratkan dua perkara:
a. Berniat untuk menempuh perjalanan dengan sempurna sejak mulai awal
perjalanannya.
b. Berhak menentukan niat sendiri, maka tidak cukup memerlukan niat apabila
seseorang pengikut tanpa adanya niat oleh orang yang diikuti.
Adapun jarak perjalanan (safar) yang dibolehkan untuk mengqashar ternyata
ulama berbeda pendapat. Ada ulama yang berpendapat jarak minimal 1 farsakh atau
tiga mil, ada yang minimal 3farsakh, ada yang berpendapat safar minimal harus sehari-
semalam, bahkan ada yang berpendapat tidak ada jarak dan waktu yang pasti karena
sangat tergantung pada kondisi fisik, psikis serta keadaan sosiologis dan lingkungan
masyarakat. Jika memang perjalanan tersebut berat dan menyulitkan maka ada
keringanan dan kelonggran (rukhsah)berupa shalat jama’ dan qashar. Sebab maksud
pemberian rukhsah adalah untuk mehilangkan beban dan kesulitan.
Adapun seorang yang bermukim boleh menjadi makmum orang yang bermusafir,
dan bagi musafir hendaknya memberi tahukan bahwa ia akan menqashar sholatnya,
sehingga orang yang bermukim menyempurnakan sholatnya.

8
BAB III

KESIMPULAN

Shalat Jum’at adalah shalat wajib dua raka’at yang dilaksanakan dengan berjama’ah
diwaktu Zuhur dengan didahului oleh dua khutbah. Hukum shalat jum’at Fardhu ‘Ain, artinya
kewajiban individu mukallaf (muslim, baligh, berakal).
Shalat jama’ ialah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu.Seperti melaksanakan
shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur. Menjama’ shalat separti ini dinamakan Jama’
Taqdim.
Sholat qashar adalah sholat yang diringkas dari empat raka’at menjadi dua raka’at dengan
tetap menbaca al-fatihah dan surat. Dengan demikian, sholat maghrib dan sholat subuh tidak
dapat diqashar, karena sholat maghrib tiga raka’at dan subuh dua raka’at.
Shalat jama’ dan Qashar hukumnya boleh bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan
berada dalam keadaan hujan, sakit atau karena ada keperluan lain yang sukar menghindarinya.
Dan sudah ada dalil dan syarat yang ditentukan dalam Alquran, Hadist, Ijma’ dan Qiyas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kamal, Abu malik bin As-Sayyid Salim. Shahih Fikih Sunnah. Jakarta : Pustaka Azam.
2006.

Rasjid, Sulaiman. 1983. Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriyyah

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena. 2006.

Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. 2013.

Shiddiq, Abdul Rosyad. Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. 2006.

Usman, Moh. Uzer. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 1999.

Usman, M. Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta : Ciputat Pres.


2001.

Anda mungkin juga menyukai